Vimana (TAMAT)

By ElCastroo

227K 16.6K 2.1K

Bumi-Newearth, 1122012. Wajah bumi berubah. Anomali aneh tercipta di berbagai belahan dunia. Bumi terbagi dal... More

Catatan Penulis
1. THE SILVER COMPASS
2. PUNISHMENT
3. CHAND'S PAST
4. HOLY LAND MECCAPOLIS
5. RAFFEL & NELLY
6. SUPERIOR FAMILY
7. PRINCE OF THE GOLDEN COMPASS KINGDOM
8. MEGALAND FANTASY
9. RAFFEL'S PAST
10. STEVANKOV PLATKNOV
12. SLAVE
11. THE PLATINUM COMPASS
13. MICKHAEL KANDIAZ
14. RAPED
15. AGREEMENT
16. THE FOUR COMPASS
17. THE BRONZE COMPASS
18. THE THIRD WAVE
19. NEWS
20. A DATE WITH THE DOCTOR
21. DISAPPEARED
22. ELIMINATED
23. RESCUED
24. ANASTASIA
25. DEAD BLUE
26. EKSEKUTOR
27. GIL PEREZ
28. DANI
29. BACK TO THE BIRDCAGES
30. THE GOLDEN COMPASS
31. KING OF THE GOLDEN COMPASS KINGDOM
32. GERMAIN
33. BACK TO HOLY LAND
34. BLINDED BY LOVE
35. REMEMBERED
36. THE TITANIUM COMPASS
37. THE LAST DAY WITH THE DOCTOR
38. MIDGARD TOWER
39. INSOMNIA CITY
40. JONATHAN'S PAIN SHOW
41. ENJOY THE PAIN
42. THE MATROVSKA'S MANSION
43. UNTOLD
44. THE FACT OF THE GREAT SUPERIOR
45.46.47. Skipped
Cast & Setting
48. THE TRUTH
49. JOCHANDEL PART 1
49. JOCHANDEL PART 2
50. IN THE CHAOS PART 1
50. IN THE CHAOS PART 2
51. ESCAPE PART 1
51. ESCAPE PART 2
52. THE END OF THE NEW WORLD PART 1
53. CLINGSTONE PART 1
53. CLINGSTONE PART 2
54. THE FINAL CHAPTER PART 1
54. THE FINAL CHAPTER (THE END)
Extra Part: Reborn By Fate

52. THE END OF THE NEW WORLD PART 2

1.4K 187 17
By ElCastroo


Di kerumunan jauh, terdengar keributan. Orang-orang menjerit dan mencoba mundur. Aku mendongak, berjinjit untuk melihat apa yang terjadi. Namun pandanganku tak cukup jauh, lalu aku mencoba memanjat ke atap bangunan bambu di sebelahku.

"Ada apa Chand?" tanya Nelly was-was.

Di sana. Tepat di gerbang masuk dinding perdamaian, orang-orang dari Golden Compass itu berlarian. Meninggalkan harta benda mereka, anak-anak terpisah dari orangtuanya, dan mereka semua saling injak satu sama lain.

Dengungan mesin, hantaman baja dan beton serta ledakan menyusul di belakang mereka. Dinding perdamaian di gerbang masuk itu hancur saat Airship menabraknya. Dan puing-puing dinding jatuh tepat pada ratusan orang yang mencoba lari di bawahnya. Tapi itu cuma awal dari tragedi yang terjadi selanjutnya.

Ledakan yang begitu dahsyat terdengar di lautan Dunia Baru. Langit di Dunia Baru mendadak hitam seolah malam kembali menyelimuti. Seolah matahari buatan itu padam cahayanya... Namun itu hanya berlaku di langit Dunia Baru saja, sedangkan langit Dead Blue adalah perbatasan dari gelap dan terang yang berasal dari matahari di selatan—matahari buatan yang lainnya. Dan seberkas cahaya jingga tampak di langit hitam Dunia Baru yang begitu jauh. Tak salah lagi, itu pasti berasal dari Holy Land. Mungkinkah itu adalah Asgard? Asgard yang jatuh menimpa Holy Land dan meledak?

Ledakan sedahsyat itu tidak mungkin berasal dari hal lain. Bunyinya menggelegar hingga kemari. Dan goncangan dahsyatnya membuat dinding perdamaian akhirnya runtuh. Tidak! bukan runtuh. Tapi jatuh perlahan. Seperti turun ke dasar air bagaikan gerbang air. Hal itu, secara misterius menyebabkan Ombak Agung di sisi lain pun mengikuti turun seperti tirai.

"Tidak, tidak! Jangan sampai kita terlambat!" aku menoleh ke Musa Line. Portal itu belum bereaksi, tapi yang kutakutkan semoga tak akan pernah terjadi.

"Chand!" teriak Raffel.

Aku menoleh. Raffel, Anastasia, bersama ayah mereka telah kembali di tengah puncak kekacauan yang kini terjadi.

Aku melompat turun.

"Dunia baru telah runtuh, Kita harus cepat, sebelum semuanya runtuh," sergah Anastasia.

Getaran terasa di bawah kaki kami begitu kami berlari di antara lautan manusia yang berpikiran sama. Kami, berusaha mencapai Musa Line lebih cepat dari yang lainnya. Gapura pohon raksasa itu berada di hadapan kami, tingginya lima meter dengan dua pohon yang tumbuh di kiri dan kanan dan sebuah papan tanda bertuliskan Musa Line tergantung di atasnya. Kami beruntung tak terinjak-injak manusia lain saat kami berlari, sebab Anastasia dan Raffel memimpin dan menyingkirkan orang-orang yang menghalangi mereka dengan paksa.

Dan di sinilah kami akhirnya, tepat di ambang Musa Line. Ribuan rambu-rambu hijau bertuliskan nama jalan, kota, dan tahun tertancap di hadapan ombak yang memercikkan cahaya di kiri dan kanannya. Orang-orang yang kepalang takut sudah tak memedulikan lagi ke mana tujuan mereka, mereka memasuki portal yang dekat dengan mereka tanpa memedulikan perbekalan. Yang mereka inginkan hanya keselamatan. Para pengawal bangsawan pun memilih berpikir logis dan meninggalkan tuan-tuan mereka selagi mereka melarikan diri memasuki tahun di masa lalu yang menurut mereka akan cocok dijadikan tempat tinggal permanen.

Kami hendak bergerak memasuki Musa Line, ketika sesuatu melesat di langit dan menjatuhkan bola-bola berkilauan di tengah-tengahnya.

"Mundur!" sergah Anastasia nyaring, dengan kedua tangannya, dia mendorong kami semua agar mundur, menjauh dari Musa Line. Setiap orang dalam gapaian tangan Anastasia terjengkang ke belakang.

Waktu yang begitu cepat tak bisa membuatku menncerna situasi, sebab sedetik setelah Anastasia mendorong kami, Musa Line di belakangnya, dibanjiri cahaya yang menyilaukan. Cahaya putih itu berlangsung tak lebih dari sedetik sebelum kenyataan yang mengerikan menyusul kemudian. Kilatan petir saling menyambar, guntur memborbardir, warna pelangi menyeruak termuntahkan bersama pusaran tornado, dibarengi dentuman yang memekakan telinga, dan berhamburannya potongan-potongan tubuh manusia ke angkasa. Musa Line hancur, portal ke dunia lama lenyap beserta ribuan manusia yang coba memasukinya.

Di saat aku mengira bahwa itu adalah tragedi buruk yang terakhir, ternyata aku salah, itu bukan akhir melainkan awal. Awal dari teror yang akan kami hadapi selanjutnya.

Laut Dead Blue yang membeku berkertak, layaknya kaca yang retak. Dan begitu dinding perdamaian serta Ombak Agung turun ke dasar lautan seutuhnya, lautan mati yang selama sejuta tahun dihuni akhirnya pecah seperti lapisan es. Goncangan membesar dan kemudian, lantai Dead Blue yang seperti kaca itu melebur lenyap berganti ombak yang menggelora.

Laut Dunia Baru yang biru, laut mati seputih susu Dead Blue, dan lautan kekosongan menyatu seutuhnya di saat ledakan bertubi-tubi terdengar dari kedalaman disertai bermunculannya jutaan mayat manusia yang hitam legam, kapal-kapal raksasa, pesawat alien yang tak pernah diketahui, puing-puing mekanik zaman transisi, dinosaurus, dan bangkai monster-monster yang mati terjebak di bawah Dead Blue menunjukkan diri. Siluet-siluet hitam yang sebelumnya kami lihat di lorong bawah laut itu tak lain adalah itu semua.

Apa yang ditakutkan para penduduk Dead Blue sejak lama akhirnya terjadi juga. Lautan pecah dan kami yang berada di atas bentangan rakit raksasa selamat, namun mereka yang berada di luar itu teggelam, tersedot pusaran air dadakan, tersetrum cairan berkiluan warna yang menguarkan aliran listrik. Ribuan orang mati seketika dalam lautan anomali yang tak stabil.

Harapan melarikan diri ke Dunia Lama sama hancurnya dengan yang terjadi dengan dunia ini. Hanya masalah waktu sampai kami semua mati. Jika bumi ini mati, kami akan ikut mati. Tapi harapan 'selamat sementara' itu cuma akan jadi mimpi di tengah mimpi, sebab masalah lain kini datang dari angkasa.

Ratusan kapal-kapal roket, pesawat beragam jenis yang tak pernah diketahui kami semua melesat di angkasa sembari tak hentinya menjatuhkan bola demi bola bom. Rakit raksasa yang mengapung, terpecah-belah dan terombang-ambing di antara kengerian. Dan dari kapal-kapal terbang itu, terjun para Superior-Eksekutor berbusana kuning dan merah. Sedangkan kapal-kapal lainnya melesat ke selatan menuju entah ke mana.

Mereka mulai menyerang pribumi yang tersisa di atas rakit. Dua superior turun di atas pecahan rakit kami yang berisi belasan orang. Memeriahkan kekacauan yang tengah terjadi. Kami ketakutan. Penuh ketegangan dan bayangan akan kematian kami sudah tampak di depan mata.

Satu Eksekutor merah membunuh orang-orang di sekeliling kami sementara Eksekutor berbusana kuning meloncat dengan gesit ke dalam kerumunan. Dan tanpa kami sadari, telah mencengkeram leher Nelly hingga remuk dan tulang-tulangnya mencuat keluar bersama semburan darah.

"Nelly!!!" Dia mati seketika. Tepat di depan mataku. Lalu Eksekutor itu membuang tubuh Nelly ke lautan.

Anastasia menerjang. Mencoba bertarung dengan pria kuning itu. Melayangkan tinjunya namun tak berhasil mengenainya. Pria kuning itu malah memuntir lengan Anastasia ke belakang hingga patah. Anastasia tersungkur dengan darah emas memercik di antara belahan tulangnya yang mulai tersambung kembali.

"Anastasia!" teriak ayah angkatnya.

"Ayah jangan mendekat!" teriaknya balik. Dokter itu tanpa takut langsung mendekati sang Eksekutor yang tampak siap untuk meremukannya. Namun dari dalam tas yang dijinjingnya, dia mengambil jarum suntik dan menusukkan racun itu ke tangan si pria kuning yang terbuka. Eksekutor itu mundur terkejut dan tercebur ke laut.

Dokter itu menatap Anastasia dan Raffel seraya tersenyum bangga dan berkata, "kalian tak boleh mati."

Anastasia dan Raffel membalas senyumannya. Namun sebuah tangan berkuku baja mendadak muncul dari perut dokter itu. Kami tak menyadari. Begitu dokter itu terkulai. Eksekutor lain berada di belakangnya. Si wanita merah.

Anastasia dan Raffel menjerit. Sedangkan aku hanya bisa memelotot syok dan EL gemetaran ketakutan. Raffel dan Anastasia tanpa takut langsung menerjang Eksekutor itu bersama-sama. Raffel menarik bambu runcing dari rakit yang koyak dan berusaha menghunuskannya ke perut wanita merah. Sementara Anastasia menerjangnya dengan tangan kosong. Lima orang lain yang selamat, berusaha membantu mereka membunuh eksekutor itu dengan senjata yang mereka temukan entah dari mana.

"Di sana!" kata El menarik tanganku.

"Apa?!" aku menoleh dan kulihat Utsuro Bune terapung di lautan tanpa awak. Di saat mereka semua sibuk bertarung, aku dan El mencoba mendekati Utsuro Bune yang berjarak kira-kira 8 meter dari pecahan rakit kami. Aku berusaha mencari agar bisa meraihnya. Dalam sebuah bangunan bambu yang berdiri di tepi rakit, kutemukan sebuah tambang. Sebuah piala tembaga tergeletak di sudut, di antara hiasan dinding rumah yang berhamburan. Kuikatkan benda itu pada tambang dan segera keluar ke tepi rakit.

"El, kau pegang ujung tambangnya," kataku.

Kuharap tambang ini cukup panjang. Lalu kulempar piala itu ke dalam kubah Utsuro Bune yang terbuka. Sialan, piala itu tak gagal mencapainya. Ombak lautan masih terasa besar mengombang-ambing kami. Kuamati pertarungan Raffel dan yang lainnya. Jujur aku sangat takut jika sampai Raffel terbunuh. Tapi aku tak mungkin bisa menghentikan pertarungan itu. Dokter tua itu satu-satunya keluarganya yang tersisa, dan jika aku ada di posisinya aku pasti tak akan mau mendengar omongan siapa pun untuk tidak membalas dendam. Namun kini aku tak membantu mereka, usahaku hanya akan membuat mereka terganggu dan aku lebih memilih menolong mereka dengan cara lain.

Aku coba melemparkan piala itu untuk yang kedua kalinya dan kali ini berhasil. Pegangan piala itu berhasil mengait ke tepi kubahnya. Aku dan El bersama menarik Utsuro Bune agar mendekati rakit. Namun begitu jaraknya mencapai 3 meter. Tali tambang itu terlepas dari pialanya. Tapi aku langsung bangkit dan bergegas kembali ke bangunan bambu. Kutarik tiga batang bambu yang terurai dari dindingnya. Mengikat ujung-ujungnya dengan tambang secara serampangan agar sekadar tak bergeser. El membantu mengangkat dan kami mencoba menjadikanya jembatan ke kubah kapal.

Kulihat sekeliling. orang-orang yang terombang-ambing di pecahan rakit lain nyaris mati semua. Namun ada beberapa dari mereka yang berhasil membunuh salah satu Eksekutor meskipun Eksekutor lainnya datang membantu.

"El, kau bisa melewati ini? Kau harus masuk duluan!" kataku. Dia mengangguk dan berjalan di jembatan yang kami buat. Selagi dia merangkak, aku coba menahan jembatan agar tak goyah. El telah berhasil memasuki Utsuro Bune. Membuatku cukup lega.

Kulihat Raffel dan Anastasia berhasil melumpuhkan si wanita merah meski lima orang yang membantu mereka telah tewas di tempat. Raffel dan Anastasia menebasnya dengan sabit berkarat. Begitu kaki, tangan, dan kepala Eksekutor itu terpisah dari badannya, mereka langsung melemparkannya ke berbagai sisi lautan agar tak bisa saling menyatu kembali.

"Kemari cepat! " teriakku.

Mereka menoleh. Wajah mereka berpeluh keringat dan tampak kepayahan. Sembari membawa tas masing-masing, mereka berlari ke arahku. Tanpa kusadari sesosok Eksekutor lain berenang ke tepi rakit dan memukulku hingga tubuhku terguling. Jembatan bambu bergeser satu sementara El berteriak menyuruhku untuk segera masuk.

Wanita lain yang sama-sama berbusana merah itu meloncat dari dalam air. Dalam kepalan tangannya terdapat duri-duri tajam dan hendak meremukan wajahku. Beruntung Anastasia datang tepat waktu dan membiarkan tubuhnya menjadi tameng bagiku. Perutnya menerima pukulan itu dengan suka rela namun ada yang aneh kali ini. Perutnya menghitam. Darah emas dan hitam menetes. Anastasia jatuh di pelukanku. Ada racun yang tersimpan di kepalan tangan yang tajam itu.

"Mati kau penghianat!" cerca sang Eksekutor tersenyum menyeringai.

Raffel langsung mengempaskan batang bambu ke kepalanya hingga tersungkur. Sedangkan Anastasia yang sekarat menatap ke arahku. Memberikan tas selempang yang diterimanya dari Richard itu seraya mencoba berkata. "Ba-bawa ini, kau... masih... punya... harapan." Lalu dia tergolek. Butuh waktu sedetik ketika Raffel langsung menarikku dan menghunus ujung runcing bambu itu ke wajah sang eksekutor hingga tercebur ke laut yang dipenuhi mayat-mayat hitam legam. Kami berusaha melewati pijakan bambu menuju Utsuro Bune. Sebelum wanita merah itu bangkit kembali. Aku terguling masuk di saat pijakan bambu itu bergeser. Dan Raffel menyusul bersama Eksekutor di belakangnya yang berhasil menyayatkan duri-duri tajam itu ke perutnya hingga berdarah.

Sebelum pijakan bambu terlepas seutuhnya, Raffel langsung melompat ke dalam. Dan ketika sang Eksekutor hendak melakukan hal yang sama, El langsung menutup kubahnya.

Si wanita merah itu berdiri di atas kubah. Mencoba masuk dengan menghancurkan kaca. Tapi aku langsung mengambil alih kemudi dan melajukan Utsuro Bune. Sang Eksekutor kembali tercebur. Seolah takut dia mengejar, aku langsung menambah kecepatan dan membiarkan kapal ini melesat menuju ke mana pun.

Raffel tergeletak di sudut. Wajah pucatnya diselimuti peluh keringat. Darah mengalir dari perutnya yang terbuka dan dia tak bergerak.

BERSAMBUNG>>>

Continue Reading

You'll Also Like

636 118 8
Keseharian [fullname] disekolah bersama teman teman sekelompoknya yang agak-agak membentuk geng ataupun circle. Circle nya sudah pasti diberi nama, d...
3.6K 736 16
'' Short chapt full of keju. ''
6.4K 341 14
Hwalo hwalo!! S2 coming soon dear!..~ ⚠️Warn⚠️ -bxb (yaoi) -nsfw -angst -senstive content -bad words -My AU Just cerita, Jan di anggap serius!
1.3K 129 10
Bennett seorang manusia yang terdampar di hutan karena alasan tertentu, yang tiba tiba bertemu dengan seorang Pemuda yang tak ia kenal. Apa yang aka...