[2] My Brother | BROTHERSHIP...

By VennytaShui97

68.4K 4.4K 367

[COMPLETE] Park Chanyeol, anak tunggal yang menginginkan seorang adik. Chanyeol tak bisa punya adik karena ra... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 20
Part 21 - END

Part 19

1.7K 116 23
By VennytaShui97

Taman rumah sakit di daerah Busan tetap ramai oleh pasien yang ingin menghirup udara segar sore itu. Sebagian dari mereka ada yang ditemani oleh perawat, ada pula yang ditemani oleh pihak keluarganya.

Baekhyun yang tengah duduk di kursi rodanya di dorong oleh Jin tak sengaja netranya menangkap pasien yang ditemani oleh keluarganya di taman, membuatnya iri. Ia sangat ingin ditemani oleh Chanyeol disaat seperti ini. Ngomong-ngomong tadi pagi Chanyeol tak datang ke rumah sakit, justru yang datang orang yang tak di harapkan, Mr. Yoo.

Baekhyun meringis jika teringat pertemuannya tadi pagi dengan Mr. Yoo saat ia tengah mengobrol dengan Jin di taman. Ditambah lagi pertemuannya bisa dikatakan bukanlah pertemuan yang meninggalkan kesan baik.

---FLASHBACK ON---

"Tuan Muda Baekhyun?".

Sebuah suara yang familiar terdengar saat Baekhyun tengah mengobrol santai dengan Jin. Meskipun pagi ini Chanyeol belum menampakkan batang hidungnya, tapi Baekhyun terlihat sangat asik membicarakan hal random dengan perawat tampannya itu.

Baekhyun menoleh ke samping, mendapati Paman Yoo bersama seorang wanita yang tak dikenalnya yang menghampirinya.

"Paman Yoo?". Gumam Baekhyun pelan.

"Ne, ternyata Tuan Muda ada di sini. Tadi ku pikir Tuan Muda sedang istirahat di kamar. Begitu tau dari pengawal kalau Tuan Muda ada di taman aku langsung menyusul Tuan Muda ke sini".

"Setiap pagi dan sore Baekhyun selalu ke sini, dan menurut Dokter Song setelah berjalan-jalan ke taman beberapa kali pikiran Baekhyun menjadi lebih rilex dan itu sangat bagus untuk perkembangan kesehatannya". Ucap Jin sambil tersenyum ramah, ia tahu siapa Mr. Yoo ini. Jadi Jin menghormatinya selaku wali dari Baekhyun.

"Terimakasih karena selalu menemani Tuan Muda Baekhyun".

"Itu sudah menjadi tugas saya Tuan". Jin seraya tersenyum lagi, ia hanya berusaha sopan walaupun ia sudah tau dari Baekhyun bagaimana perlakuan Mr. Yoo pada pasien imut kesayangannya itu.

"Maafkan aku baru bisa menjenguk, pekerjaan di kantor tak bisa ditinggalkan. Bagaimana keadaan mu Tuan Muda?".

"Aku baik". Jawab Baekhyun singkat, sesekali melirik ke arah wanita yang sejak tadi hanya berdiri dan diam di samping Mr. Yoo.

Seolah mengerti dengan gerak-gerik yang dilakukan oleh mata Baekhyun, yang sejak tadi melirik gadis yang bersamanya, Mr. Yoo meminta Jin untuk pergi dari sana, "Maaf, bisakah Anda tinggalkan kami? Aku adalah wali sah Baekhyun, ada yang ingin ku bicarakan dengannya".

Jin mengumpat dalam hatinya. Apa-apaan itu katanya tadi? Wali sah? Tanpa diperjelas seperti itu pihak rumah sakit yang berhuhungan dengan Baekhyun juga pasti tahu hal itu.

"Baik, tolong untuk tidak terlalu lama karena saat kami ke taman waktu sudah cukup siang dan Baekhyun setengah jam lagi harus melakukan pemeriksaan rutinnya".

"Ne, saya mengerti".

Jin meninggalkan mereka, tapi dia tak pergi jauh dari sana. Hanya beberapa langkah saja asalkan dia tak mendengar pembicaraan mereka. Menurutnya itu privasi jadi ia memberi jarak saja, tak benar-benar pergi dari sana.

"Ada apa Paman? Apa ada masalah dengan kantor?". Tanya Baekhyun to the point. Entah, nampaknya sekarang ia benar-benar tak nyaman dengan kehadiran Mr. Yoo yang merupakan wali sah nya secara hukum negara itu.

"Bukan itu masalahnya Tuan Muda, kantor sudah saya tangani dengan sangat baik. Kau tak perlu khawatir tentang hal itu, dan seperti apa yang menjadi amanah Tuan Yunho orang-orang yang menjadi musuh dalam selimut sudah ku keluarkan dari perusahaan tepat setelah pengangkatan mu menjadi presdir". Terang Mr. Yoo membuat Baekhyun sedikit lega di dalam hatinya, meskipun dia masih bertanya-tanya siapa gerangan wanita itu dan apa tujuan Mr. Yoo membawanya ke sini untuk menemuinya.

"Syukurlah jika tak ada masalah di kantor, terimakasih telah menangani perusahaan selama aku di sini Paman".

"Sama-sama Tuan Muda, kau sudah ku anggap seperti anak ku sendiri, jadi jangan merasa tidak enak hati atau apapun itu".

"Baiklah kalau begitu, jadi apa yang ingin Paman katakan pada ku? Terlihat penting sekali".

Mendengar pertanyaan Baekhyun, Mr. Yoo sedikit gugup. Sebenarnya, ia pun tak memiliki hak untuk mengatakan hal ini tapi ia tak punya pilihan lain selain mengatakannya. "Jadi begini, aku sudah memilihkan seseorang yang akan mendampingi mu Tuan Muda".

Baekhyun mengernyit, otak cerdasnya mendadak blank. Tak dapat mencerna apa yang dikatakan Mr. Yoo padanya. "Maksud Paman? Aku tak mengerti".

Mr. Yoo berdeham untuk mengurangi kegugupannya, kemudian mulai menjelaskan poin dari kedatangannya ke sini. "Jadi begini, setelah Tuan Muda Baekhyun sembuh dan keluar dari rumah sakit kita akan langsung pulang ke Seoul untuk menggelar pertunangan mu dengan Taeyeon". Mendengar nama seorang wanita yang tak di kenal yang disebut sebagai calon tunangannya Baekhyun hanya melototkan mata sipitnya. Ini gila pikirnya.

"Kemarilah". Mr. Yoo memanggil wanita yang tadi bersamanya yang taunya bernama Taeyeon untuk mendekat ke arah mereka. Sebenarnya posisi Taeyeon tak seberapa jauh, hanya dua langkah saja.

Baekhyun menatap tak suka ke arah wanita itu, bahkan matanya memicing dan seketika itu juga menyatakan penolakan. "Siapa dia Paman? Aku tak mengenalnya dan lagi aku masih 17 tahun, aku belum ingin bertunangan apalagi menikah. Aku ingin menikmati masa muda ku dulu".

Mr. Yoo mengabaikan ucapan Baekhyun, dia justru mengenalkan wanita yang sekarang sudah berdiri tepat di hadapan Baekhyun yang masih duduk di kursi rodanya.

"Kenalkan, dia Kim Taeyeon. Dia adalah keponakan Paman, Tuan Muda Baekhyun, dia gadis yang baik meskipun umurnya empat taun lebih tua dari mu tapi dia akan menerima mu apa adanya dan juga bersedia untuk hidup bersama mu dalam keadaan apapun".

Wajah Baekhyun langsung merah, ia sungguh marah pada Mr. Yoo yang sesuka hatinya mengatur hidupnya. "Apa? Paman Yoo, tolong jangan seenaknya mengatur hidup ku. Aku tak mau bertunangan, menikah atau memiliki hubungan apapun dengannya. Aku tak mau". Baekhyun berkata sambil menunjuk Taeyeon tepat di wajahnya dengan jarinya yang lentik, bahkan Taeyeon yang seorang perempuan terkesiap oleh kelentikan jemari Baekhyun.

"Tapi Tuan Muda –".

"Jin hyung!!! Jin hyung!!". Baekhyun langsung berteriak memanggil Jin yang memang tak jauh darinya, ia tak ingin mendengar penjelasan apa-apa lagi. Ia sungguh kesal dan marah sekarang.

Jin yang merasa namanya dipanggil dengan suara yang lantang sontak berlari mendekati pasien imut kesayangannya, "Ada apa Baek? Kenapa berteriak memanggil ku?".

"Aku ingin kembali ke kamar ku sekarang hyung. Aku lelah, aku ingin istirahat". Baekhyun memalingkan mukanya, tak ingin melihat Mr. Yoo maupun Taeyeon di hadapannya.

"Maaf Tuan, saya harus membawa Baekhyun kembali ke kamarnya. Nampaknya Baekhyun memang butuh istirahat. Saya permisi".

Jin serta merta mendorong kursi roda Baekhyun menjauh dari taman, bahkan di sepanjang perjalanannya kembali ke kamar inap namja mungik itu Jin tak berani bertanya karena jika dilihat lagi wajah Baekhyun masih memerah dengan deru nafas yang tak beraturan seolah menahan emosi.

"Tenanglah, kita sudah sampai di kamar mu. Sekarang istirahatlah, mungkin 10 menit lagi kau akan menjalani pemeriksaan rutin. Aku harus kembali bertugas". Ucap Jin setelah tiba di kamar Baekhyun, membantunya untuk pindah ke ranjang lalu menarik selimutnya hingga di atas perut. Jin tersenyum tipis lalu meninggalkan Baekhyun di kamar inapnya untuk kembali bertugas.

Setelah Jin keluar, Baekhyun mengatakan sebuah perintah pada bodyguard yang membuat bodyguard itu terkejut, "Tolong jangan biarkan Paman Yoo ataupun perempuan itu masuk ke kamar ku. Aku tak ingin bertemu dengannya".

"Baik Tuan Muda".

Meskipun bodyguard itu tak tau siapa perempuan yang dimaksudkan Baekhyun, tapi ia mencari jalan aman dengan mengiyakan perintah Tuan Mudanya itu.

---FLASHBACK OFF---

Baekhyun tiba-tiba menghela nafasnya, kemudian memasang wajah tak bersahabat miliknya. Membuat Jin yang sejak tadi masih mendorong kursi rodanya dengan pelan mengernyit. Ini aneh, Baekhyun biasanya akan sangat senang jika diajak jalan-jalan ke taman, bahkan mulut cerewetnya itu tak akan berhenti berceloteh. Tapi kini terdiam seperti tertutup plaster.

"Jin Hyung".

Setelah cukup lama akhirnya Baekhyun bersuara juga, membuat Jin menghembuskan nafasnya lega. Kini mereka sudah sampai di bawah pohon tempat biasa mereka menghabiskan waktu di taman.

"Ne, ada apa Baek?".

Kali ini Baekhyun tetap duduk di kursi rodanya, entahlah sepertinya ia sangat malas untuk pindah dari kursi roda ke bangku taman seperti biasanya.

"Tadi pagi Chanyeol hyung tak datang, menurut mu sore ini dia akan datang atau tidak?". Baekhyun mengakhiri kalimat tanya miliknya dengan bibir yang mengerucut, kiranya inilah yang menganggu pikirannya sejak tadi, begitu pikir Jin.

Jin terkekeh, "Jangan mengerucutkan bibir mu seperti itu Baek. Astaga, kau ini sudah berumur 17 tahun tapi tingkah mu seperti anak umur 5 tahun saja". Kemudian menggeleng pelan melihat tingkah Baekhyun yang sekarang semakin memajukan bibirnya, sebal dikata anak umur 5 tahun di saat dirinya sudah menjadi remaja 17 tahun.

"Apa kau pernah dipisahkan oleh hyung atau adik mu selama sepuluh tahun, Jin hyung?". Jin terdiam, ia tak tau harus menanggapi apa pertanyaan dari pasien imutnya ini. "Pasti tidak pernah 'kan? Kau tak tau bagaimana rasanya Jin hyung, sangat sakit disaat kau harus menunggu kepastian yang tak jelas kapan datangnya hanya untuk sebuah pertemuan melepas rindu".

Wajah Baekhyun seketika berubah sendu, sepertinya moodnya sangat buruk sore ini. Dan itu sangat buruk untuk kesehatannya, bisa saja asam lambungnya naik begitu saja karena moodnya yang naik turun seperti ini.

"Maafkan aku Baek, jika perkataan ku membuat mu sedih. Sudahlah, jangan terlalu di pikirkan. Mungkin saja tadi pagi Chan hyung mu tak bisa datang karena memiliki kesibukan lain, berdoa saja semoga sore ini dia datang".

Baekhyun menghela nafasnya dengan kasar. Ia sungguh bosan jika harus bertemu dengan hyungnya sendiri secara diam-diam seperti maling begini.

"Ne, aku tau hyung. Tapi apa hanya ini jalan satu-satunya agar kita bisa bertemu, rasanya seperti akan mencuri saja. Harus diam-diam setiap ingin bertemu". Gerutu Baekhyun, kemudian meringis saat teringat pertemuannya kemarin pagi dengan Chanyeol yang mengenakan pakaian super ketat di tubuh bongsornya, pakaian perawat yang entah milik siapa, Baekhyun tak tahu itu.

"Aku tak tau Baek, kalau memang harus begini untuk sementara kenapa tidak? Selama kalian masih bisa bertemu menurut ku tak masalah, dan lagi kata Dokter Song setelah pertemuan mu dengan Chan hyung mu kemarin kondisi kesehatan mu semakin membaik. Sepertinya Chan hyung mu itu memberikan dampak yang sangat besar bagi hidup mu".

"Tentu saja hyung, dia adalah orang yang sangat hebat. Dia adalah penolong ku, seandainya aku tak bertemu dengannya mungkin sekarang aku masih berada di panti asuhan atau lebih parahnya menjadi pengantar susu atau surat kabar karena tak mampu sekolah".

Jin membolakan matanya, pikirnya Baekhyun tengah melontarkan lelucon saat ini, "Memangnya ada yang akan membiarkan anak manis seperti mu hidup seperti itu? Kalaupun kau memang tinggal di panti asuhan sebelumnya, pasti akan ada yang keluarga yang menginginkan mu Baek. Tak mungkin ada yang tak menginginkan anak manis dan berhati lembut seperti mu".

"Nyatanya memang tak ada yang menginginkan ku hyung, bahkan keluarga kandung ku hanya menginginkan harta peninggalan Ayah ku dan berniat untuk membunuh ku disaat aku baru bangun dari koma. Itulah mengapa aku kabur dari rumaj sakit dan berakhir di panti asuhan sebelum bertemu dengan Chan hyung".

Baekhyun menatap langit biru diatasnya, menerawang dan mengingat kembali kejadian 10 tahun lalu dimana dia diculik oleh pamannya sendiri dan kejadian saat ia masih berumur 5 tahun tepat saat ia mengalami kecelakaan. Ia masih ingat betul apa yang dikatakan oleh paman dan bibinya sendiri saat itu.

Jin hanya diam dan melihat apa yang Baekhyun lakukan. Di dalam hatinya berkata betapa malangnya hidup Baekhyun. Dia memang memiliki harta yang berlimpah, tapi tak ada orangtua yang menyayanginya, bahkan satu-satunya keluarga yang dimilikinya pun harus dipisahkan darinya.

Jin tau semua perjalanan hidup Baekhyun karena pasien imutnya selalu menceritakan keluh kesahnya selama ini padanya, tanpa celah. Baekhyun seolah sangat mempercayainya, seperti keluarganya sendiri. Itulah mengapa Jin sangat menyayangi pasien imutnya ini.

"Yang sudah berlalu jangan diingat lagi jika itu membuat mu terluka sayang".

Sebuah suara husky menginterupsi aktivitas keduanya, memecah keheningan yang terjadi selama beberapa menit. Baekhyun dan Jin secara bersamaan menoleh ke sumber suara, dan menemukan seorang namja tampan yang sangat familiar.

"Chan hyung?!". Pekik Baekhyun, ia langsung bangkit dari duduknya di kursi. Tangannya bahkan tak ragu untuk ia bentangkan, menunggu Chanyeol mendekat ke arahnya dan mendekapnya.

Tak ada yang tahu kalau Chanyeol sudah berada di sana sejak Baekhyun mengatakan tentang dirinya yang dulunya tinggal di panti asuhan dan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang bahkan tak pernah Chanyeol pikirkan jika Baekhyun tetap tinggal di panti asuhan itu. Apakah Baekhyun benar-benar akan menjadi seorang pengantar susu atau pengantar surat kabar?

"Ne, ini aku Chan hyung mu. Bagaimana kabar mu Baek? Apa kau merasa lebih baik dari kemarin?". Tanya Chanyeol begitu adik kesayangannya itu sudah berada di dalam dekapan hangatnya.

"Tentu saja hyung, bertemu dengan mu adalah obat paling ampuh untuk penyakit ku". Baekhyun mengangguk lalu menyamankan posisinya untuk menyandarkan kepalanya di dada bidang kakaknya, ia sungguh merindukan dekapan hangat seorang Park Chanyeol di saat hatinya sedang dirundung banyak masalah seperti ini.

"Sepertinya aku akan menjadi obat nyamuk jika tetap di sini, sebaiknya aku pergi dulu". Celetuk Jin sambil melihat kedua saudara yang masih saling memeluk satu sama lain itu.

"Kau sangat mengerti Jin, terimakasih".

"Sama-sama Chanyeol-ssi, oh iya jangan sampai lebih dari 20 menit karena tadi kita sudah berada di sini selama 10 menit".

Mata bulat Chanyeol membola, kemarin ia benar-benar lupa waktu karena saking rindunya pada sang adik. "Apa kemarin ketahuan karena Baekhyun berada di luar lebih dari setengah jam?".

"Memang tidak ketahuan, hanya saja waktu itu seharusnya aku bertugas setelah menemani Baekhyun jalan-jalan, jadi aku terkena teguran dari atasan karena melalaikan tugas ku". Jin meringis di akhir kalimatnya, ia teringat bagaimana ia terkena teguran dari atasannya di rumah sakit kemarin.

"Maafkan aku jika mengacaukan pekerjaan mu". Ucap Chanyeol penuh rasa sesal, sedangkan tangannya beralih dari yang awalnya memeluk pinggang Baekhyun untuk mengusap lembut kepala bocah itu.

"Tak apa, kali ini aku beritahukan pada mu kalau Baekhyun belum boleh terlalu lama berada di luar sekalipun kondisinya jauh lebih baik setelah bertemu dengan mu kemarin pagi".

"Ne, kalau memang sudah setengah jam datangilah kami agar kami tak lupa waktu".

"Baiklah, nikmati waktu kalian. Kalau begitu aku pergi dulu".

"Sekali lagi terimakasih".

Jin meninggalkan Chanyeol dan Baekhyun agar mereka dapat menikmati waktu berdua. Nampaknya Baekhyun juga hanya ingin bercerita pada Chanyeol tentang keluh kesahnya, jadi lebih baik Jin menyingkir dulu daripada menjadi obat nyamuk.

Chanyeol melepas pelukannya setelah Jin pergi meninggalkan mereka, mengambil duduk di bangku panjang itu sedangkan tangannya menuntun tubuh mungil Baekhyun untuk kembali duduk di kursi rodanya.

Semalam Baekhyun sudah lepas infus, kata Dokter Song keadaannya sudah jauh lebih baik. Bahkan dua atau tiga hari lagi Baekhyun sudah boleh pulang jika kondisinya terus stabil seperti ini.

"Ada apa dengan wajah mu itu Baek?". Chanyeol memegang dagu Baekhyun agar bocah itu mendongak dan bisa melihat wajah mendungnya. Sejak Baekhyun kembali duduk di kursi rodanya, ia hanya menunduk, menghindari tatapan Chanyeol yang terasa mengintimidasinya.

"Apa hyung melakukan kesalahan? Kenapa wajah manis mu ditekuk seperti itu?".

"Ish, berapa kali ku katakan aku ini tampan hyung". Baekhyun memukul lengan Chanyeol, ia tak suka dikata manis. Wajanya yang tadi ditekuk semakin ditekuk berlipat-lipat. Sayangnya dimata Chanyeol itu terlihat berkali lipat menggemaskan, membuatnya terkekeh.

"Baiklah, katakan pada hyung kenapa wajah tampan mu ini ditekuk sejak tadi. Kau tak senang bertemu dengan Chan hyung, hmm?".

"Kata siapa aku tak senang bertemu dengan mu hyung?".

"Lantas kenapa wajah mu terlihat mendung begini Baek? Apa terjadi sesuatu?". Tanya Chanyeol dengan lembut. Melihat Baekhyun yang hanya diam tak menanggapinya, bahkan kini ia kembali menundukkan kepalanya membuat Chanyeol berspekulasi, pasti telah terjadi sesuatu pada adik kesayangannya ini.

Chanyeol segera meraih jemari Baekhyun, menggenggamnya dengan lembut. "Pasti terjadi sesuatu, katakan Baek? Apa yang mengganggu pikiran mu, sayang?".

"Tadi pagi Paman Yoo datang ke sini". Jawab Baekhyun singkat, ia mendongak untuk menatap Chanyeol yang menatapnya dengan lembut sejak tadi. Namun ada yang berbeda dari tatapan mata Baekhyun, seperti tengah memikirkan sesuatu yang sangat berat dan sarat akan amarah yang tertahan.

"Lalu? Jangan katakan kalau kau ingin memberitahuku kalau aku beruntung tak datang pagi ini. Jadi kita tak ketahuan oleh Mr. Yoo". Jawab Chanyeol asal, sebenarnya ia hanya ingin sedikit bercanda pada adiknya itu agar Baekhyun tidak terlalu tegang dan terbawa emosi. Chanyeol tak ingin Baekhyun kembali drop karena semalam ia mendapat kabar dari Jin kalau kondisinya sudah membaik dan sudah lepas infus.

"Bukan itu hyung, sok tau sekali. Tolong hentikan kebiasaan buruk mu itu hyung". Mata Baekhyun mendelik kemudian mendengus.

"Baiklah, maafkan hyung. Jadi katakan ada apa? Apa yang dilakukan Mr. Yoo hingga membuat kesayangan Chanyeol hyung terlihat kesal setengah mati". Chanyeol mengusak rambut Baekhyun lalu tersenyum tampan.

"Paman Yoo memberitahu ku kalau aku dijodohkan dengan keponakan perempuannya yang umurnya empat tahun lebih tua dari ku".

Mendengar apa yang dikeluhkan adiknya, Chanyeol tak bisa lagi untuk tidak tertawa. Tapi ia tahan, ia tak ingin terkena pukulan maut dari adiknya. "Apa? Kau dijodohkan?". Tapi pada akhirnya Chanyeol tak dapat menahan tawanya, dan berakhir dengan kekehan tertahan.

"Ya!! Jangan tertawa, memangnya ada yang lucu?". Baekhyun mendelik sebal ke arah Chanyeol yang menertawakannya disaat ia tak melontarkan sebuah lelucon. Tapi justru itu membuat wajahnya berkali lipat menggemaskan.

Entah sudah berapa kali Chanyeol mengatakan kalau Baekhyun itu sangat menggemaskan di dalam hatinya. Mungkin sudah tak terhitung lagi jumlahnya.

Chanyeol menangkupkan tangan besarnya ke wajah mungil Baekhyun lalu menggoyangkannya ke kanan dan ke kiri saking gemasnya. "Jadi karena ini kau menekuk wajah manis mu Baek? Ya Tuhan, ternyata adik ku ini sangat menggemaskan". Diakhiri dengan sebuah kecupan ringan di kening Baekhyun.

"Aku hanya tidak suka dengan cara yang dilakukan oleh Paman Yoo, dia terlalu mengatur hidup ku. Aku saja tak mengenalnya dan lagi dia berumur empat tahun lebih tua dari ku, yang benar saja? Padahal aku ingin menikah di umur 30 tahun, bukan di umur 17 tahun seperti ini. Menyebalkan". Sungut Baekhyun, wajahnya terlihat memerah karena amarahnya yang nampak ditahannya sejak tadi telah ia keluarkan.

Dan sepertinya bertemu dengan Chanyeol menjadi harapan satu-satunya baginya untuk mengungkapkan kekesalannya.

Lagipula kalau bukan pada Chanyeol yang merupakan hyungnya lantas pada siapa lagi Baekhyun akan berkeluh kesah?

"Ya Tuhan, baby dengar baik-baik. Kalau jodoh mu datang di umur mu yang ke 17 kau tak akan bisa mengelaknya, sayang. Bagaimanapun semuanya sudah tertulis di garis takdir yang dibuat oleh Tuhan. Apa kau mengerti, hmm?".

Chanyeol mencoba memberi pengertian pada adiknya tentang apa yang sudah digariskan oleh Tuhan.

Memang benar bukan? Jodoh, hidup, mati dan rejeki itu sudah diatur oleh Tuhan, tak akan tertukar atau apapun itu. Dan jika waktu itu sudah tiba, sekalipun jodoh datang pada kita diusia kita yang masih muda kita tak akan bisa mengelaknya.

"Tetap saja hyung, aku bahkan sudah menolaknya tadi pagi tapi Paman Yoo tetap pada pendiriannya dan meminta perempuan itu untuk menemani ku jalan-jalan ke taman tadi pagi. Itu membuat ku membencinya".

"Baby dengar –".

"Tidak hyung, aku tidak mau mendengar apapun. Aku tak ingin menikah dengan perempuan itu. Aku tak menyukainya, dia juga terlihat tak menyukai ku karena umur kita terpaut sangat jauh. Aku sangat yakin kalau aku lebih cocok menjadi adiknya daripada suaminya". Baekhyun memotong ucapan Chanyeol, bahkan ia berkata sambil menutup telinganya lalu menggelengkan kepalanya dengan cepat. Tak ingin mendengar apapun dari kakaknya.

Baekhyun tau, kalau kakaknya itu akan menceramahinya lagi tentang jodoh dan garis hidup yang sudah ditentukan Tuhan lagi. Dan sayangnya Baekhyun tak ingin mengerti tentang hal ini dulu, Baekhyun masih ingin menikmati masa-masa remajanya yang terenggut karena dia yang selalu lompat kelas.

Memang, normalnya anak seumuran Baekhyun harusnya masih menikmati masa-masa remajanya di sekolah menengah sebagai siswa kelas dua, tapi apa boleh buat karena otaknya yang terlampau cerdas jadilah ia seorang sarjana diumurnya yang baru 17 tahun.

Chanyeol meraih kedua pergelangan tangan Baekhyun yang menutupi kedua telinganya dengan lembut, menghela nafasnya pelan kemudian berujar dengan lembut, "Baby, hyung mengerti perasaan mu, tapi –". Sayangnya lagi-lagi kalimat Chanyeol harus dipotong oleh sang adik dengan sebuah kalimat yang membuat hatinya tersentak.

"Kalau hyung memang mengerti bagaimana perasaan ku, cepat bawa aku pergi dari sini hyung. Aku tak ingin menikah dengannya, bahkan Paman Yoo mengatakan pada ku kalau setelah aku sembuh aku akan langsung bertunangan dengannya. Aku tak mau hyung, tolong bawa aku pergi jauh dari sini".

Sedetik kemudian lelehan air bening mengalir begitu saja melewati pipi mulus Baekhyun. Sebegitu inginnya kah Chanyeol membawanya pergi dari sini? Sebegitu tertekankah hidup Baekhyun selama ia jauh dari Chanyeol hingga rasanya ia sudah tak mampu lagi bertahan?

Chanyeol tak tega menatap mata puppy kesayangannya yang biasanya memancarkan binar-binar kebahagiaan itu dipenuhi kristal bening yang siap meluncur kapan pun kedua mata indah itu mengerjap.

Dengan sigap ia memajukan tubuhnya lalu menarik leher Baekhyun dan menenggelamkannya di dadanya. Mengusap kepalanya dengan sayang berharap tubuh bocah yang mulai gemetar itu kembali tenang.

Setelah merasa Baekhyun cukup tenang, Chanyeol mengurai dekapan hangatnya, menangkupkan tangan besarnya ke wajah mungil Baekhyun, menatap wajah manis Baekhyun yang basah dengan tatapannya yang lembut dan dalam. "Baekie, dengarkan hyung baik-baik. Bukankah hyung sudah berjanji pada mu kemarin akan membawa mu pergi kemanapun yang kau inginkan setelah kau sembuh? Jadi jangan khawatirkan apapun sayang, hyung tau kau tak ingin menikah dengan perempuan itu, hyung juga tau kau masih ingin menikmati masa muda mu dan ingin bermain layaknya remaja yang lain. Tenangkan diri mu okey, hyung tak akan mengingkari janji hyung untuk membawa mu pergi dari sini setelah kau dinyatakan sembuh oleh Dokter Song".

"Hyung janji? Sunguh-sungguh berjanji akan membawa ku pergi dari sini?". Ucap Baekhyun dengan suaranya yang sudah parau, isakan kecilnya sesekali masih terdengar meskipun air matanya sudah tak mengaliri wajah manisnya lagi.

"Tentu saja, jangan khawatirkan apapun. Kau bisa pegang janji hyung kali ini Baek, kau tau bukan kalau hyung juga tak ingin terpisah lagi dengan mu?".

"Ne, hyung. Aku akan menunggu sampai hari itu tiba".

"Good boy, hyung menyayangi mu Baek". Ucap Chanyeol sambil mengusap jejak air mata di wajah Baekhyun sehingga wajah manis Baekhyun tak terlihat kacau meskipun matanya masih memerah.

"Aku juga menyayangi Chanyeol hyung".

"Sekarang hyung ingin melihat kau tersenyum Baek. Bukan kah kemarin hyung ingin melihat wajah mu yang dipenuhi senyum cerah, bukan mendung seperti ini".

Baekhyun terkekeh pelan lalu dengan perlahan menarik sudut bibirnya hingga menampakkan sebuah senyuman yang sangat manis, mengabaikan kedua matanya yang masih memerah karena menangis. Membuat hati Chanyeol yang melihat senyuman manis itu lagi menjadi lega dan menghangat.

"Sudah 'kan?". Tanya Baekhyun lalu kembali mengusap wajahnya dengan jemari lentiknya agar tak lagi basah.

"Begini lebih baik".

"Hyung?". Panggil Baekhyun, Chanyeol menyahutinya dengan dehaman.

"Bantu aku menggagalkan rencana Paman Yoo untuk membuat ku bertunangan dengan perempuan itu hyung. Entah mengapa aku merasa ada yang janggal, sepertinya Paman Yoo sengaja menikahkan aku dengan keponakannya. Tapi aku masih tak yakin dengan itu, hanya saja aku punya firasat buruk. Dan lagi kalau hyung hanya membawa aku pergi dari sini saja, namun kita tetap berada di Korea itu akan percuma, anak buah Paman Yoo akan mencari ku dan mereka pasti akan menemukan ku dengan mudah hyung. Aku tak mau itu terjadi, jadi bawa aku pergi sejauh mungkin, ke tempat yang tak akan bisa dijangkau oleh siapapun hyung".

Baekhyun menatap Chanyeol dengan wajahnya yang memelas setelah menyelesaikan rentetan ocehan panjangnya, dan Chanyeol mengerti apa yang dikhawatirkan bocah itu.

"Jangan pikirkan hal ini dulu Baek, sebaiknya kau pikirkan saja kesehatan mu. Nanti kita pikirkan bagaimana caranya setelah kau benar-benar sembuh, okey". Tangan Chanyeol terulur untuk mengusap kepala Baekhyun lalu tersenyum setelahnya. Membuat hati Baekhyun menghangat karena melihat senyuman Chanyeol.

"Tuan Park Chanyeol?".

Sebuah suara familiar menginterupsi kegiatan Chanyeol dan Baekhyun, keduanya menoleh dan mendapati seorang lelaki yang sangat dikenalnya bersama dengan seorang wanita yang tadi pagi dipertemukan dengan Baekhyun. Membuat lelaki mungil itu mendengus kesal.

"Mr. Yoo?". Gumam Chanyeol dan segera bangkit dari duduknya saat lelaki itu melangkahkan kakinya semakin dekat dengan Chanyeol dan Baekhyun. Kakak beradik itu tampak terkejut dengan kehadiran orang yang diinginkan itu.

"Ku pikir kau sudah mengerti dengan perkataan ku tempo hari di telfon, tapi melihat kau menemui Tuan Muda Baekhyun hari ini ku pikir kau tak benar tau maksud dari ucapan ku". Mr. Yoo menatap tak suka ke arah Chanyeol yang masih nekat menemui Baekhyun disaat ia sudah memberikan peringatan yang tegas.

"Aku hanya merindukannya, apa salahnya menjenguk adik sendiri Mr. Yoo. Lagipula pasien tak hanya butuh obat-obatan tapi juga perhatian dan kasih sayang dari keluarganya.". Elak Chanyeol, namun kalimat dari Mr. Yoo selanjutnya membuatnya mendadak naik darah pada sosok tua itu.

"Adik angkat, perlu ku betulkan kalimat mu Tuan Chanyeol".

"Tolong jangan mengatakan kalau Baekhyun hanyalah adik angkat ku, karena dia sudah seperti adik kandung bagi ku. Aku menyayanginya lebih dari apapun, dia sangat berharga bagi ku dan aku akan menjaganya sampai jiwa ku lepas dari raga ku ".

Mr. Yoo tersenyum miring, mengejek kalimat yang dilontarkan Chanyeol. "Tapi tetap saja, darah yang mengalir di dalam tubuh Tuan Muda Baekhyun bukan darah keluarga Park. Dia tetap berdarah Byun, jadi dia adalah milik keluarga Byun?".

"Cukup Paman Yoo, tolong jangan berkata seperti itu lagi. Aku menyayangi Chanyeol hyung begitu pula sebaliknya. Tapi kenapa Paman Yoo selalu ingin memisahkan kami?". Baekhyun menatap Mr. Yoo dengan tatapan tajamnya. Ia tak terima dengan perkataan Mr. Yoo yang mengaitkan hubungan darah untuk memisahkan Baekhyun dengan Chanyeol.

"Katakan apa yang kau inginkan Mr. Yoo, jangan sakiti Baekhyun". Desis Chanyeol, ekor matanya melirik Baekhyun yang sudah menahan emosinya meskipun ia masih duduk di kursi rodanya.

"Aku tak akan menyakiti Tuan Muda ku....". Jari telunjuk Mr. Yoo terangkat, ia menunjuk tepat di wajah Chanyeol "....justru kau lah yang menyakitinya. Apa kau tak sadar dengan itu Tuan Chanyeol".

"Paman Yoo salah, Chanyeol hyung tak pernah menyakiti ku justru Paman Yoo lah yang mambuat ku merasa tersakiti". Baekhyun kembali bersuara, dadanya naik turun karena sudah tak bisa lagi menahan emosinya. Bahkan Taeyeon yang sejak tadi ada di sana tak berani mengeluarkan suaranya. Dia hanya diam dan berdiri seperti patung pajangan.

"Tuan Muda, tolong jangan berkata seperti itu. Semua yang ku lakukan untuk kebaikan mu".

Mr. Yoo berusaha membujuk Baekhyun, sayangnya si mungil sudah berang, ia tak dapat lagi menahan dirinya untuk tidak marah pada orang yang sudah menjadi wali sah nya itu.

"Tidak!! Paman Yoo egois, ini bukan untuk kebaikan ku. Aku tak suka menjalani hidup tanpa kehadiran Chanyeol hyung, tidakkah Paman Yoo mengerti hal itu?".

Mr. Yoo tak menyukai situasi ini, ia melihat sekelilingnya dan benar saja mereka menjadi pusat perhatian karena telah adu mulut di tempat umum. Dan lagi ini adalah taman rumah sakit. Sebenarnya Jin melihat semuanya, tapi ia tak berani ikut campur dan malah pergi meninggalkan mereka karena ada tugas mendadak dari Dokter Kim.

"Taeyeon, bawa Baekhyun kembali ke kamarnya. Sepertinya dia sudah terlalu lama berada di luar, lagipula sebentar lagi sudah waktunya untuk minum obat". Mr. Yoo dengan tegas memerintahkan wanita yang berada di sebelahnya untuk membawa Baekhyun pergi dari sana agar ia bisa lebih leluasa bicara pada Chanyeol. Bermaksud membuat lelaki tinggi itu jera agar tak lagi menemui Baekhyun.

"Ne, samchon". Taeyeon langsung mendorong kursi roda Baekhyun dan melangkahkan kakinya dengan cepat. Membawa Baekhyun menjauh dari sana, mengabaikan teriakan protes dari si mungil.

"Tidak!! Aku tidak mau!! Ya!! jangan dorong kursi roda ku, aku tidak mau berpisah dengan Chan hyung!! Ya!! Hentikan kursi rodanya".

Baekhyun yang tak ingin jauh dari Chanyeol berteriak kesal membuat Taeyeon terkesiap, sudah benarkah yang dilakukannya ini? Sebenarnya Taeyeon merasa kasihan dan tak tega pada Baekhyun, tapi ia tak tau harus berbuat apa selain menuruti apa yang dikatakan oleh pamannya itu.

Dengan cekatan Baekhyun yang pernah belajar bela diri itu menyentak tangan Taeyron yang mendorong kursi rodanya sekuat tenaga. Ia tak suka kalau keinginannya diabaikan begitu saja. Ia hanya ingin bersama dengan Chanyeol lebih lama. Hingga tautan tangan Taeyeon dengan pegangan kursi roda itu terlepas, wanita itu bahkan sampai jatuh terduduk dan memekik karena sakit saat bokongnya mendarat di paving yang keras.

Tapi ada hal yang mengejutkan terjadi, Baekhyun kehilangan keseimbangan setelah menyentak tangan Taeyon hingga ia jatuh dari kursi rodanya. Terjengkang kedepan dengan posisi kepala yang jatuh lebih dulu dan berbenturan dengan kerasnya paving taman.

"Aargh...". Baekhyun memekik saat merasakan kepalanya berdenyut sakit seketika setelah ia terjatuh, ia bahkan bisa merasakan sesuatu merembes lewat pelipisnya. Dan itu adalah cairan kental berwarna merah yang biasa orang kenal dengan sebutan darah.

"Astaga, Baekhyun!!".

Chanyeol yang melihat hal itu dan mendengar pekikkan Baekhyun langsung berlari mendekati namja mungil kesayangannya yang masih berada di posisi jatuhnya.

Tak hanya Chanyeol yang terkejut dengan kejadian ini, tapi seluruh orang di taman yang kebetulan ada di sekitar lokasi kejadian juga terkejut. Termasuk Mr. Yoo, ia bahkan tak pernah menyangka hal ini akan terjadi.

Mr. Yoo yang masih dalam mode terkejutnya langsung mengambil langkah besar untuk menghampiri Baekhyun, Taeyeon yang tadi terjatuhpun juga langsung bangkit dan mendekati Baekhyun. Saat ia berusaha menyentuh Baekhyun untuk membantunya bangun, tangan besar Chanyeol menyentaknya.

"Jangan sentuh adik ku!!". Chanyeol langsung membalikkan tubuh mungil Baekhyun, sedikit tersentak saat menyadari pelipis adiknya itu mengeluarkan darah.

Dengan segera Chanyeol mengangkat tubuh Baekhyun ke dalam gendongannya. Mengabaikan kemeja navy miliknya yang terkena darah milik adiknya. Ia mengambil langkah besar untuk segera sampai ke ruang ICU agar adiknya segera mendapat pertolongan. Bahkan Chanyeol tak segan untuk berteriak seperti orang gila di sepanjang koridor rumah sakit, meminta perawat untuk segera menangani adiknya.

Jujur saja Chanyeol sangat mengkhawatirkan Baekhyun, bagaimanapun kepala Baekhyun sangat rawan mengingat dulu ia pernah mengalami pendarahan otak. Memang sudah sangat lama sekali Baekhyun mengalami itu, tapi tetap saja itu melekat kuat di otak Chanyeol sampai saat ini.

"Baekhyun-ah, bertahan lah". Gumam Chanyeol saat Baekhyun sudah beralih ke brankar dan di dorong dengan cepat oleh dua perawat menuju ruang ICU.

"Chan hyung~".

Sayup-sayup terdengar Baekhyun melenguhkan nama Chanyeol dengan pelan sebelum akhirnya kesadarannya menghilang.

"Tuan, mohon untuk tunggu di luar. Di dalam sudah ada dokter yang akan menangani adik Anda".

Perawat itu menahan tubuh besar Chanyeol yang ingin ikut masuk ke dalam ruang ICU. Ia tahu kalau ia pasti akan diminta menunggu di luar, tapi ia tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya pada adiknya itu. Ditambah lagi Baekhyun yang tak sadarkan diri dalam perjalanan menuju ruang ICU, itu membuat kekhawatirannya kian menjadi-jadi menjalar di hatinya.

"Tolong lakukan yang terbaik untuknya, dia adalah keluarga ku satu-satunya yang ku punya". Ucap Chanyeol dengan nada suaranya yang sedikit bergetar.

"Tentu Tuan, kami akan melakukan yang terbaik". Ucap perawat itu kemudian menutup pintu ruang ICU yang menjadi pemisah Chanyeol dengan adiknya.

Chanyeol menghela nafasnya kasar, wajah dan rambutnya ikut ia usap dengan kasar pula. Ia menatap dengan sendu pintu berwarna putih itu.

"Baekhyun, kenapa kau harus mengalami semua ini sayang? Bertahanlah dan tetaplah berjuang di dalam sana sayang. Hyung menyayangi mu". Lirih Chanyeol hingga tanpa sadar setetes air mata mengalir begitu saja di pipinya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TBC.

Hoaaaah....
SKS saudara.... sistem kebut semalam 😂😂😂😂😂
Tp akhirnya selesai juga...

Adakah yg nungguin??
Gak ada yaa...
Ya udah...
Pesen ku satu aja kok...
jangan jadi siders yaaa...😉😉😉😉

Bagaimanapun juga mskipun aku adlh penulis yg masih pemula dan apa banget ini tulisan ku acak adul...
Tolong ttp hargai yaa sayang kuuuh...😄😄😄😄

Dah gitu aja cuap2 dr ku...
Semoga kalian puas sama chap ini...
Ku usahain buat fast up...
Soalnya selain udah mau end juga aku mumpung ada feel buat ngetik lanjutannya...

See you next part...
😚😚😚😚😚😚

Continue Reading

You'll Also Like

109K 9.2K 47
"Hyungdeul... kapan aku bisa mendapatkan kasih sayang kalian? Jika untuk mendapatkannya aku harus berkorban bahkan nyawa sekalipun aku mau..." -Chang...
152K 15.3K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
80.1K 7.8K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
21K 2.3K 32
Ketika orang lain membenci Eunwoo, 'Dia' datang membawa kasih sayang. Ketika orang lain memukuli Eunwoo, 'Dia' datang untuk melindunginya. Ketika Eun...