Anthea

Desvella द्वारा

8.1K 589 162

Anthea, gadis cantik, lugu, nan polos yang merupakan anak tunggal dari seorang pengusaha kaya. Meskipun begit... अधिक

Prolog
Chapter 1: A Mysterious Bag?!
Chapter 2: Magic Academy
Chapter 3: Class
Chapter 4: Wings
Chapter 6: Dark Angel
Chapter 7: Visa!?
Chapter 8: New Friend
Chapter 9: Junior 2
Chapter 10: Ordinateur

Chapter 5: Keisya

677 51 24
Desvella द्वारा

Di perpustakaan aku pun langsung saja berjalan ke rak buku dan mencari buku yang mungkin berguna untuk ujian besok. "Selamat sore, apa ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang gadis yang kukira adalah penjaga perpustakaan ini. "Hai Keisya! Sudah lama ya, kita tidak bertemu....," Devine menjeda sebentar. "Apakah kamu bisa merekomendasikan buku yang mungkin cocok untuk kami?" Mendengar pertanyaan ralat, permintaan Devine, gadis itu yang bernama Keisya pun tersenyum hangat. Mereka terlihat sangat akrab sekali.

"Tentu saja, dengan senang hati!" Jawabnya. Kemudian dia pun berlenggang pergi menuju ke rak - rak buku di perpustakaan ini.

Dia pun kembali dengan membawa 3 buku yang masing - masing terlihat memiliki tebal lebih dari 3 cm. Aku jadi bertanya - tanya, apakah itu buku, ataukah kamus? Meskipun sebenarnya buku Fisika dan Biologiku sedikit lebih tebal dari itu.

"Magic World adalah buku yang berisi tentang dunia sihir. Rare adalah buku tentang sihir - sihir yang paling langka. List of magic powers adalah buku yang berisi daftar kekuatan lengkap dengan pernjelasannya." Jelas Keisya.

"Aku yang ini saja." Devine pun segera saja mengambil buku Magic World, padahal aku menginginkan buku itu, tapi tidak masalah, mungkin aku bisa mengalah. Aku bingung harus memilih buku yang mana, sebenarnya aku hanya tertarik dengan buku "Magic World," dan tidak berminat pada kedua buku lainnya, tapi karena aku menghormati Keisya, aku pun memutuskan bahwa aku akan mengambil buku "Rare."

"Erm..., aku yang ini saja," Aku pun mengambil buku "Rare," dan segera duduk di salah satu meja yang berada di sudut ruangan. Aku jadi teringat tantang Visa lagi, siapa sebenarnya dia? Jika dia bukan murid di sini itu berarti dia adalah penyihir asli dan berasal dari dunia ini. Kepalaku seakan berat setiap kali aku teringat Visa dan perkataan Nana-sensei mengenai gadis itu.

Aku pun mencari - cari keberadaan Devine, hitung - hitung dari pada aku stress memikirkan Visa, ternyata Devine sedang mencari buku yang lain di rak - rak buku yang tingginya sekitar 3 m, dia pun mengambil salah satu buku di rak paling ujung dan langsung datang menghampiriku.

"Er..., Anthea maafkan aku, aku harus kembali ke asrama, kamu nggak apa - apa 'kan' di sini sendirian?" Tanyanya. "Ya tentu saja aku tidak apa - apalah! Aku sudah bukan anak kecil lagi, Vine!"

"Baiklah, kalau begitu, aku duluan ya!" Aku pun hanya bisa menganggukkan kepalaku. Setelah berpamitan padaku Devine pun sempat berbicara sebentar dengan Keisya sebelum akhirnya keluar dari perpustakaan.

Aku lebih memilih membaca sebentar buku ini. Aku membuka halaman daftar isi, di sana tertulis, pada halaman 5-9 adalah pengertian dan penjelasan rare power, halaman 10 adalah nama - nama kekuatan rare dan seterusnya. Aku pun langsung saja tertarik pada halaman 10 dan membukanya. Isinya,

Rare Power:
1. Dimesions Controller ( __ )
2. Wind (Miyoku)
3. Terram (Taku)
4. Death Song (Fuga)
5. Contrarium (Hayato)

Aku terkejut melihat nama yang tertera pada kekuatan rare ke-2 yaitu Wind. Apa aku tidak salah lihat? Apa benar itu Miyoku? Aku pun mengulangi - ulangi membaca nama itu, namun berapa kali pun aku mengulanginya nama itu tetap sama yaitu Miyoku. Ternyata buku ini tidak seburuk yang aku bayangkan, lumayanlah. Aku jadi tertarik untuk meminjamnya terutama karena ada nama Miyoku di sana dan Dimensions Controller belum ada pemiliknya.

Aku pun berjalan menuju meja Keisya. "Keisya, aku boleh meminjam ini ga?" Tanyaku.

Oh kurasa aku harus memperbaiki cara berbicaraku terlebih kepada orang lain yang baru saja kukenal. "Tentu saja, kenapa tidak?" Jawabnya. Untunglah dia tidak marah. "Terimakasih ya, Keisya.." Ucapku tulus. "Sama - sama Anthea"

"Eh, dari mana kamu tau namaku? Sepertinya aku belum memberitahu tentang namaku..." Aku menatapnya heran lantas dia berusaha untuk menahan tawanya melihat tatapanku. Apakah aku harus kesal dengan orang yang baru aku kenal? "Devine yang tadi memberitahuku." Dan aku pun hanya bisa berohria saja mendengar jawabannya itu.

Setelah itu aku mendahului Keisya meninggalkan perpustakaan, setelah aku keluar dia pun menyusulku keluar dan kemudian mengunci pintu perpustakaan. Kami berjalan turun dari perpustakaan dalam diam. Namun, sesampainya di pertigaan lantai 5 dia pun berkata, "Aku duluan ya Anthea, aku ada urusan yang harus kuselesaikan sengan temanku dulu." Pamitnya. "Tentu"

Setelah aku mengiyakannya, dia pun segera berlari menuju lorong yang berbeda denganku dia bahkan tidak menoleh. Apakah urusannya begitu mendesak? Entahlah...,

Aku meneruskan berjalan ke depan untuk menuju lift di lantai ini saat tiba - tiba terdengar suara jeritan seseorang. Aku terkejut sekaligus khawatir terlebih saat aku melihat ke sumber suara jeritan itu yang ternyata adalah lorong yang tadi Keisya lewati.

Aku bingung harus berbuat apa? Apakah aku harus melihat keadaan di sana? Aku benar - benar dalam dilema sekarang ini. Aku pun memutuskan untuk kembali dan melihat keadaan di sana dari pada aku terus memikirkan hal negatif yang belum tentu menimpa temanku itu.

Aku berjalan sangat pelan supaya tidak terdengar suara langkah kaki di lorong sepi seperti ini, mengantisipasi jika ada orang yang berniat jahat di lorong sana. Aku bersembunyi di balik dinding lorong. Aku mengintip ke arah lorong yang tadi Keisya masuki.

Deg....

Dugaanku ternyata benar....

Mataku membulat sempurna, rasanya hatiku teriris - iris melihat peristiwa yang terjadi di lorong di depanku. Aku kehabisan kata - kata untuk menjelaskan semua ini.

Terdapat lebih dari 10 orang laki - laki yang berpakaian hitam berada di dekat Keisya. Mereka terlihat seperti kelompok. Salah satu dari mereka menyiksanya dengan sangat kejam.

Dia menarik rambut Keisya kasar dan melepaskannya dengan sangat kasar sehingga gadis itu jatuh tersungkur dan kepalanya hampir saja menatap dinding. Setelah melakukan itu dia langsung saja menginjak rambut panjangnya sampai helaian - helaian rambutnya berceceran di lantai. Kemudian laki - laki itu pun memaksanya berdiri, dan mencengkeram dagunya dan kemudian memojokkannya ke dinding. Aku tidak bisa melihat wajah mereka semua, termasuk laki - laki yang menyiksa Keisya karena tertutupi oleh kerudung. Aku hanya mengandalkan siluet tubuh untuk mengetahui jenis kelaminnya.

"Di mana 'dia'? Dan apa kekuatanmu?!" Tanyanya pelan bahkan hampir menyamai bisikan. Aku masih bisa mendengarnya karena jarakku bisa di bilang dekat dengan tempat Keisya disiksa. Aku merasa makin bersalah karena meskipun aku melihatnya dari dekat aku tetap saja tidak bisa berbuat apapun.

Memang apa lagi yang bisa kulakukan? Jika aku pergi ke sana itu hanya akan menambah masalah karena aku bahkan belum bisa menggunakan sihir san tidak mungkin aku terbang di lorong yang sempit ini. Dan bisa saja dia ikut menculikku dan tidak ada yang tahu tentang kami.

Keisya pun hanya bisa menggeleng menanggapi pertanyaan lelaki itu.

"JANGAN BERBOHONG!" Kali ini dia berteriak, Keisya pun menutup matanya saat lelaki itu berteriak tepat di hadapannya. Aku yang berada 3 m di jauhnya bahkan takut sampai memeluk erat - erat buku yang tadi kupinjam."Ak-aku sung...sungguh tidak tahu," Suara Keisya benar - benar bergetar.

"Kau berbohong, mana mungkin kau tidak tahu kekuatanmu sendiri," Ucapnya sambil melemparkan tatapan sinis ke arah Keisya. "Ak-aku animalis imperium," Kekuatan apa itu?

Aku melihat jelas sorot mata ketakutan Keisya. "Baiklah, sekarang katakan di mana 'dia'!"

Keisya bahkan sudah hampir menangis, butiran - butiran bening itu sudah terkumpul di pelupuk matanya, hanya saja dia belum menumpahkannya. "Jawab!"

Mendengar lelaki asing itu berteriak dan menyiksa seorang gadis yang tidak bersalah (Dan kalau pun Keisya bersalah seharusnya dia tidak menyiksanya seperti itu 'bukan'?) aku pun sungguh ingin membela Keisya tapi rasanya hal itu yang mustahil sekarang ini.

Keisya pun sudah menangis sesenggukan, dan membuatku makin iba dengannya. "Aku sungguh ti-tidak ta-tahu siapa yang kau maksud.." Ucap Keisya di sela - sela tangisnya. "TIDAK MUNGKIN, KAU TIDAK TAHU!" Kali ini yang berseru adalah wanita terdengar dari suaranya.

Para laki - laki di sana yang juga mendengar seruannya pun, langsung memberi jalan untuk gadis ini. Ya, benar gadis! Dia memakai dress panjang selutut berwarna hitam, dan sama seperti yang lainnya, dia juga memakai kerudung, hanya saja dia memakai jubah sedangkan yang lainnya tidak.

Melihat kedatangan gadis itu laki - laki tadi menyiksa Keisya pun memutar bola matanya malas. "Riss!" Tegurnya dengan nada tak senang. "Sudah kukatakan padamu! Kau tidak perlu datang kemari! Mengapa kau datang juga!?"

"Kau tidak akan pernah mengerti, Juan! Aku membutuhkan gadis itu!" Aku semakin tidak mengerti saja dengan arah pembicaraan mereka. Siapa yang sebenarnya mereka cari? "Terserahlah!"

"Sekarang katakan di mana 'dia'?" Lelaki itu pun kembali menatap Keisya. "Sudah kukatakan! AKU TIDAK TAHU!" Bentak Keisya. Aku baru menyadari dia sudah berhenti menangis. Syukurlah kalau begitu, dia harus bisa melawan.

"KAU BERANI MEMBENTAK?" Tanya lelaki itu. Detik berikutnya dia pun langsung mendorong Keisya ke arahku sehingga dia sekarang tersungkur tepat di bawah kakiku. Dia pun mendongakkan kepalanya dan begitu dia melihatku, bola matanya pun membulat sempurna. "Anthea! Apa yang kau lakukan di sini?! Pergi!!" Bisiknya.

"Keisya, apa kau baik - baik saja? Aku ingin membantumu Keisya... tapi apa yang harus aku lakukan?" Dia terlihat sangat panik mendapati aku berada di sini. "Aku baik! Kau hanya harus, Pergi!!!"

"KAU SEDANG APA DI SANA? CEPAT KEMARI!!!!" Bentak gadis tadi yang kukira namanya adalah Riss. "Kau harus pergi sebelum mereka melihatmu, Anthea!"

"Tidak!" Tolakku cepat. "Mereka tidak boleh menangkapmu!" Ucap Keisya pelan namun terdengar nada pemaksaan di sana. Aku makin heran sebenarnya apa yang terjadi?

Aku berusaha berpikir dengan kepala dingin namun tetap saja aku tidak bisa, saat tiba - tiba gadis itu (Riss) sudah berada sekitar 1 m dari kami. Namun dia masih belum melihatku karena aku buru - buru sembunyi. Nafasku tersenggal - senggal.
Dia pun berjalan mendekat membuatku makin panik saja. "HEI!" Panggil Riss. Aku masih tidak berani bergerak sama sekali. Kemudian diapun menggeret Keisya, untunglah dia tidak tahu aku ada di sini.

Aku menengok ke arah Keisya, dia pun berusaha melepaskan tangannya yang terus di tarik oleh Riss namun tiba - tiba Riss melepaskan tangannya, dan

Duagg...

Kepala Keisya langsung membentur dinding dan mengeluarkan darah segar meskipun hanya sedikit. Keisya pun meringis kesakitan sementara Riss justru malah tersenyum miring.

Refelks aku pun langsung menutup mulutku dengan kedua tanganku karena aku hampir saja berteriak, akibatnya buku yang sedaritadi kupegang langsung saja jatuh.

Brukk...

Aku pun kembali bersembunyi di balik dinding namun naas buku yang tadi kupegang justru jatuh tepat di depan lorong, aku tidak mungkin mengambilnya dan lagi pula aku yakin sekarang mereka pasti sudah melihatnya. Aku mendengar suara langkah kaki mendekat dan semakin keras saja.

Samar - samar aku mendengar suara Keisya mengatakan, "Lari!" namun sangat pelan.

Aku pun tanpa pikir panjang langsung saja berlari dan aku menengok ke belakang sekilas, aku mendapati mereka semua mengejarku dari belakang aku terus berlari dan menuruni tangga kerena tidak ada waktu lagi untuk menunggu lift mereka bisa saja menangkapku.

Sesampainya di lantai 4 aku segera memasuki salah satu ruangan terdekat dengan posisiku saat ini, jarak mereka denganku bisa di katakan dekat. Aku membuka pintu dan buru - buru menutupnya setelah itu aku menghalangi pintu dengan meja dan kursi yang kutemukan di sini. Sepertinya ini ruang kelas. Ah! Tak ada waktu untuk memikirkannya!

Aku segera mencari tempat persembunyian yang bagus.

Tok..tok...

Terdengar suara ketukan pintu di susul suara dobrakan dan tendangan pada pintu. Aduh bagaimana ini? Waktuku tidak banyak. Aku mengedarkan pandanganku ke ruangan ini. Berharap ada suatu celah yang bisa kumasuki tanpa ketahuan.

Dan beruntunglah aku menemukannya sepertinya aku masih di takdirkan untuk hidup. Aku segera masuk ke celah kecil diantara meja dan kursi yang sudah rusak dan untungnya ini berada di sudut belakang ruangan. Aku sudah tidak peduli jika ada paku yang menusukku, karena setidaknya aku tidak terluka di tangan orang - orang itu.

Brakk...

Oh tidak, mereka berhasil membuka pintunya. Matilah aku!!! Semoga mereka tidak bisa menemukanku.

__ __ __

Hello!!!
Kita ketemu lagi deh....
Untung aku bisa up sekarang,
Typo gaje lho di mana - mana (maklum pengen up cepet tapi malas mencek ulang chapter)

Oh, terimakasih karena mau membaca cerita gajeku ini.

Satu hal aku tidak pernah memaksa kalian voment ya!

Dan jika kalian memang tidak menyukai cerita ini, kalian boleh menyampaikan lewat komentar (Dengan bahasa yang baik tentunya) pasti saya sambut dengan senang hati.

Sampai jumpa di chapter berikutnya...

Tanggal di publishkan: 6 Juli 2017

Giasinta A.






पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

172K 10.3K 42
Aletta Cleodora Rannes, seorang putri Duke yang sangat di rendahkan di kediamannya. ia sering di jadikan bahan omongan oleh para pelayan di kediaman...
644K 38.7K 63
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...
1.1M 105K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
682K 43.2K 31
Kanara menyadari dirinya memasuki dunia novel dan lebih parahnya lagi Kanara berperan sebagai selingkuhan teman protagonis pria yang berujung di camp...