[2] My Brother | BROTHERSHIP...

By VennytaShui97

68.4K 4.4K 367

[COMPLETE] Park Chanyeol, anak tunggal yang menginginkan seorang adik. Chanyeol tak bisa punya adik karena ra... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21 - END

Part 12

2.1K 176 27
By VennytaShui97

10 Tahun kemudian.....

SEOUL, SOUTH KOREA

Chanyeol menghela nafasnya di kursi empuknya. Kini ia tengah berada di kantornya berhadapan dengan beberapa berkas yang harus ia periksa dan ia tandatangani. Chanyeol berubah menjadi seorang workholic dan mengabaikan semua kehidupan pribadinya sejak sepuluh tahun lalu. Tepatnya sejak ia kehilangan dan tak bisa bertemu dengan adik kesayangannya.

Saat tengah asik meneliti sebuah berkas yang berisi laporan keuangan, bingkai foto di mejanya terjatuh karena terkena lemparan mapnya tanpa sengaja. Dengan segera Chanyeol bangkit dari kursinya untuk mengambil bingkai foto tersebut.

Sejenak ia tertegun menatap bocah dalam foto itu. Senyuman polos miliknya lah yang selama ini menjadi motivasi untuknya bertahan. Foto itu memang sengaja diletakkan di mejanya agar ia bisa melihat senyum polos itu setiap hari saat ia bekerja di kantor. Itu adalah foto adik kesayangannya, foto Park Baekhyun. Kelihatan seperti seorang maniak, tapi bukan itu maksudnya. Dia hanya sangat merindukan adiknya, dia merindukan Baekhyun-nya.

"Sekarang kau sedang apa di sana sayang? Apa kau makan dengan baik? Apa kau selalu sehat? Hyung merindukan mu Baek, cepatlah pulang". Gumam Chanyeol seraya mengusap foto Baekhyun seakan foto itu bisa bicara padanya untuk menjawab pertanyaannya.

"Seperti apa wajah mu sekarang Baek? Hyung ingin bertemu dengan mu, ini sudah sekian lama. Hyung merindukan mu sayang". Chanyeol memeluk foto itu lagi seakan itu adalah Baekhyun.

Sejenak Chanyeol menutup kedua matanya, mencoba meresapi bagaimana aroma Baekhyun yang ia ingat. Sekaligus mengingat pelukan hangat yang ia berikan pada Baekhyun untuk terakhir kalinya sebelum bocah itu di culik dan sengaja dijauhkan oleh seorang pengacara keluarga Byun untuk keamanannya.

---FLASHBACK ON---

Setelah Jongdae menerima telfon dari Mr. Yoo, ia langsung mengajak Chanyeol untuk menemui orang itu. Chanyeol tentu sangat senang, apalagi itu menyangkut adiknya, Park Baekhyun.

Begitu sampai di cafe yang disebutkan oleh Mr. Yoo, Chanyeol dan Jongdae segera mencari meja tempat Mr. Yoo berada. Beruntung ada seorang pelayan yang kebetulan lewat sehingga mereka berdua tak butuh waktu lama untuk menemui Mr. Yoo.

"Mr. Yoo?".

"Ne, Tuan Kim Jongdae?"

"Ne saya Kim Jongdae dan ini adalah adik saya, Park Chanyeol".

"Oh iya, silahkan duduk". Mr. Yoo mempersilahkan Chanyeol dan Jongdae untuk duduk setelah menjabat tangan mereka berdua, jangan lupakan senyum hangat miliknya yang juga ia munculkan.

"Jadi apa yang ingin Anda bicarakan mengenai adik saya, Park Baekhyun? Apakah Anda tahu dimana dia berada sekarang? Jika iya tolong pertemukan aku dengannya". Cerca Chanyeol seketika setelah ia mengambil duduk di hadapan pengacara keluarga Byun itu.

Mr. Yoo hanya tersenyum hangat menanggapi Chanyeol yang bahkan sudah berapi-api.

"Tenanglah Chan, kita dengarkan dulu penjelasan dari Mr. Yoo. Maafkan adik saya Mr. Yoo, dia sangat frustasi sejak hilangnya Baekhyun".

"Tak apa Tuan Jongdae saya mengerti. Baiklah pertama-tama saya akan jelaskan mengenai identitas Tuan Muda Baekhyun yang sebenarnya".

Mr. Yoo menjeda kalimatnya dengan senyuman hangatnya saat ia melihat Chanyeol dan Jongdae yang nampak antusias dan penasaran.

"Jadi begini, Tuan Muda Baekhyun adalah putra tunggal dari pasangan pengusaha yang sangat sukses di bidang perhotelan yang bernama Byun Yunho dan Tiffani Hwang. Saat ia berumur lima tahun, mobil yang dikendarai keluarga Byun mengalami kecelakaan tunggal dan kecelakaan itu menyebabkan meninggalnya kedua orangtua Tuan Muda Baekhyun. Sedangkan Tuan Muda Baekhyun sendiri selamat namun ia koma selama beberapa hari. Jadi bisa dikatakan Tuan Muda Baekhyun sebenarnya bermarga Byun".

"Tuan Muda Baekhyun kabur dari rumah sakit saat ia sadar. Ia yang masih sangat kecil waktu itu sangat ketakutan karena ia mendengar samchon dan imo nya akan membunuhnya. Dari cerita yang saya dengar dari Tuan Muda Baekhyun, dia diadopsi oleh keluarga Park maka sudah pasti jika dia tinggal di sebuah panti asuhan selama ini".

"Menurut pelayan setia Tuan Yunho yang sengaja saya pekerjakan di rumah milik Samchon Tuan Muda Baekhyun, Byun Cheolyoong sudah seminggu yang lalu mereka berhasil menemukan Tuan Muda Baekhyun dan berniat akan menculiknya dari rumah keluarga Park. Namun nampaknya mereka merasa beruntung karena Tuan Muda Baekhyun tidak pulang ke rumah sepulang sekolah".

"Mr. Yoo apa yang sebenarnya Tuan Cheolyoong inginkan dari Baekhyun?". Tanya Jongdae menginterupsi cerita dari Mr. Yoo.

"Apalagi kalau bukan harta peninggalan Tuan Yunho. Saya yakin kalian tak asing mendengar nama Tuan Yunho, apalagi Byun Hotel & Resort".

"Astaga! Jadi uri Baby Baek adalah....".

"Ne Tuan Chanyeol, Tuan Muda Baekhyun adalah orangnya, dia adalah pewaris tunggal Byun Hotel & Resort. Itulah mengapa Byun Cheolyoong yang merupakan adik kandung Tuan Yunho tega menculiknya lalu meminta saya untuk mengalihkan nama wali menjadi atas namanya kemudian ia akan membunuh Tuan Muda Baekhyun agar kekayaan peninggalan Tuan Yunho jatuh ketangannya".

"Kalau begitu sekarang dimana Baekhyun? Apa dia baik-baik saja? Penculiknya bagaimana? Anda mengatakan pada kami kalau Baekhyun sudah berada di tempat yang aman bukan? Apa itu artinya Baekhyun sudah lepas dari penculiknya?". Mr. Yoo diserbu oleh pertanyaan Chanyeol yang sangat ingin tahu tentang adiknya itu.

Melihat wajah Chanyeol yang dipenuhi gurat kekhawatiran membuat Mr. Yoo tersenyum lebar. Sepertinya keluarga Park sangat menyayangi Tuan Mudanya itu.

"Saya tahu kalian pasti sangat khawatir dengan Tuan Muda Baekhyun, tapi tenanglah saat ini saya tidak berbohong tentang dia yang sudah berada di tempat yang aman. Dan untuk penculiknya saat ini tengah menjalani proses hukum".

"Mr. Yoo bisakah kau beritahukan pada kami dimana Baekhyun berada? Kami ingin bertemu dengannya, kami ingin melihat bagaimana keadaannya".

"Saya mohon maaf Tuan Jongdae, saya tak bisa memberitahukan hal itu sekarang. Karena saya yakin sekalipun Tuan Cheolyoong dan istrinya tengah menjalani proses hukum, bukan berarti mereka akan berhenti untuk melacak keberadaan Tuan Muda Baekhyun, untuk itu sementara ini Tuan Muda Baekhyun tak ada di Korea. Kemarin saya sudah mengantarnya ke suatu tempat yang aman dan tak akan mudah dijangkau oleh adik Tuan Yunho itu".

"Mr. Yoo tolong kali ini saja, saya ingin bertemu dengan Baekhyun".

"Maafkan saya Tuan Chanyeol, tolong Anda mengerti apa yang menjadi keputusan saya. Karena ini semua menyangkut keamanan calon presdir Byun Hotel & Resort selain itu ini juga merupakan amanah dari Tuan Yunho sebelum meninggal. Jadi maafkan saya, jika waktunya sudah tiba saya berjanji akan mempertemukan kalian kembali".

"Kapan itu Mr. Yoo?".

"Bersabarlah untuk menunggu sampai waktu itu tiba. Saya permisi dulu karena masih ada beberapa pekerjaan yang harus saya selesaikan".

Mr. Yoo langsung bernajak dari kursinya meninggalkan Jongdae dan Chanyeol yang hanya diam tanpa tahu apa yang harus mereka lakukan.

Dan akhirnya yang bisa mereka lakukan hanyalah menunggu dan menunggu. Tanpa tahu sampai kapan mereka akan menunggu.

---FLASHBACK OFF---

"Hyung mohon segeralah pulang Baek, ini sudah sepuluh tahun berlalu. Tidakkah kau merindukan hyung mu ini, hm?". Dengan nada yang bergetar Chanyeol lagi-lagi memeluk bingkai foto milik Baekhyun hingga tanpa sadar air matanya menetes.

Chanyeol memang sangat sedih karena telah kehilangan adik kesayangannya. Bahkan hidupnya menjadi melankolis, suram dan tak terawat. Sungguh menyedihkan bukan?

*******************

BEIJING, CHINA

"Xian-ah".

"Shenme gege?".

"Ini berkas yang harus kau tandatangani".

"Okey, letakkan saja di situ Ge".

"Ah iya, Xian-ah, Kapan wisuda mu dilaksanakan?".

"Dua hari lagi Ge".

Ya, Tan Baoxian yang biasa kita kenal dengan Byun Baekhyun itu sudah lulus dari kuliah S1 nya diumurnya yang ke 17. Dia menjadi sarjana termuda dengan nilai sempurns di kampusnya. Tahukah kalian jurusan yang Baekhyun ambil? Dia mengambil jurusan arsitektur, bukan jurusan bisnis ataupun menejemen.

Saat ditanya tentang mengapa ia mengambil jurusan itu dia hanya menjawabnya dengan mantap "Aku ingin seperti Appa Park". Dan akhirnya baik Mr. Yoo maupun Youngjae tak dapat melakukan apapun selain menyetujuinya. Lagipula Baekhyun itu memiliki otak yang cerdas luar biasa, jadi dia bisa saja menguasai sesuatu tanpa harus belajar dalam waktu yang lama.

Saat ini Youngjae dan Baekhyun tengah berada di ruangan direktur utama Byun Hotel & Resort cabang Beijing, China. Sejak Baekhyun menginjak umurnya yang ke 17 sekaligus menyelesaikan sidang skripsinya, ruangan yang selama ini kosong itu kini terisi kembali.

"Baiklah, kalau begitu gege akan menghubungi ayah agar kesini. Siapa tahu kau bisa ikut dengannya ke Korea. Gege tahu kalau kau sebenarnya tak betah di sini, apalagi kita harus berkomunikasi menggunakan bahasa Mandarin biarpun hanya kita berdua, harusnya gege menggunakan bahasa Korea jika hanya berdua dengan mu Xian".

Ya, jadi sejak tadi mereka berkomunikasi menggunakan bahasa Mandarin, yang mana membuat lidah Baekhyun harus selalu tergigit saat mengucapkannya pada awal-awal dulu, namun kini bocah itu sudah sangat fasih menggunakan bahasa itu.

"Gege, tolong jangan berkata seperti itu, itu membuat ku menjadi orang yang jahat karena sudah sekian lama masih belum nyaman tinggal di sini". Baekhyun mengerucutkan bibirnya seraya memainkan kursinya yang bisa diputar itu.

"Wajar saja Xian, karena disini bukanlah tempat mu lahir dan tumbuh dari kecil. Ditambah lagi kau masihlah seorang anak-anak. Jadi tak masalah, gege akan mencoba bicara pda ayah, lagipula kau sudah 17 tahun seminggu yang lalu bukan?".

"Aku bukan anak-anak gege. Ku mohon berhentilah menganggap ku seperti itu".

Youngjae hanya menggeleng sambil terkekeh pelan.

"Baiklah, maafkan gege. Gege akan usahakan agar kau bisa pulang ke Korea dan gege harap kau akan bertemu dengan Chan Hyung mu itu sayang".

"Xiexie gege".

"Baiklah, sepertinya gege akan mengganggu pekerjaan mu jika terus berada di sini. Gege akan kembali ke ruangan gege. Kalau ada apa-apa atau ada hal yang tidak kau mengerti panggil gege saja".

Baekhyun hanya bergumam seraya menganggukkan kepalanya dengan lucu. Dia benar-benar menggemaskan sekalipun tubuh mungilnya berbalut pakaian formal saat ini.

Setelah Youngjae keluar dari ruangannya, Baekhyun langsung meletakkan pulpen dan meninggalkan berkasnya tergeletak di mejanya begitu saja. Dia melangkahkan kakinya menuju toilet yang khusus disediakan di dalam ruangannya dengan melepas jas kerjanya terlebih dulu dan menyisakan kemeja putihnya.

Di sana dia menyisingkan lengannya hingga siku kemudian mengambil air di telapak tangannya lalu membasuhkannya ke wajah cantiknya. Kini wajah lelahnya nampak lebih segar setelah beberapa kali Baekhyun menyiramkan air dari telapak tangannya ke wajahnya.

"Apa aku bisa bertemu dengan mu kembali Chan hyung? Aku merindukan mu Chan hyung. Apa di sana Chan hyung juga merindukan ku?". Monolog Baekhyun di depan kaca besar yang ada di wastafel.

Setelah merasa dirinya sedikit lebih baik, Baekhyun kembali duduk di kursinya dan berhadapan dengan berkas-berkas yang masih menunggunya untuk disentuh.

"Ya Tuhan, ini kenapa banyak sekali. Aku lelaah~". Baekhyun merengek, entah pada siapa ia merengek. Dan terus begitu setiap ia menyelesaikan satu berkas dan beralih ke berkas yang lain.

Drrtt....ddrrrtttt...

"Eoh, siapa yang menelfon? Nomor Korea? Kenapa nomornya terasa asing". Gumam Baekhyun pelan sebelum akhirnya meraih ponselnya yang ada di dekatnya untuk mengangkat panggilan itu.

"Yeoboseyo".

'Selamat siang Tuan Muda, apa kabar?'

"Paman Yoo?". Pekik Baekhyun girang saat mendengar suara yang sangat dihafalnya itu sedangkan di seberang sana Mr. Yoo terkekeh pelan mendengar pekikkan namja imut itu.

'Ne Tuan Muda, ini saya. Tadi saya mendengar dari Youngjae kalau dua hari lagi Tuan Muda akan wisuda'.

"Ne Paman Yoo, itu benar. Apa paman akan datang?".

'Tentu saja Paman akan datang Tuan Muda, karena ini juga sudah saatnya Tuan Muda untuk pulang'.

"Benarkah? Aku akan pulang? Ke Korea?".

'Ne, itu benar Tuan Muda'.

"Yeay!! Aduuh!!". Tanpa sadar Baekhyun bersorak seraya berdiri secara refleks dari kursinya hingga ia kehilangan keseimbangan dan akhirnya terjatuh.

'Tuan Muda!! Ada apa? Apa terjadi sesuatu?'. Tanya Mr. Yoo dengan suara yang terdengar panik di sana.

"Tidak ada apa-apa Paman, aku hanya kurang hati-hati karena terlalu senang aku sampai terjatuh, hehe".

'Astaga, Tuan Muda harus berhati-hati dan tidak perlu sampai seperti itu, bukan kah Paman sudah pernah berkata kalau sudah saatnya Tuan Muda akan pulang?'.

"Maafkan aku Paman, aku hanya terlalu merindukan rumah".

'Rumah? Apakah Tuan Muda merindukan keluarga Park?'. Mr. Yoo seolah tahu apa yang dimaksudkan Baekhyun dengan rumah, pasti rumah yang dimaksudkan itu adalah kediaman keluarga Park.

"Apa sangat terlihat Paman?".

'Ne, Sangat terlihat seperti itu Tuan Muda. Tuan Muda jangan khawatir, setelah Tuan Muda wisuda dan kembali ke Korea Paman akan mempertemukan kalian seperti janji Paman. Tetapi dengan satu syarat, Tuan Muda harus mengikuti rapat dengan para petinggi perusahaan dalam upacara pengangkatan Tuan Muda Baekhyun sebagai presdir Byun Hotel & Resort yang baru'.

"Baiklah Paman, aku akan datang ke acara itu sekalipun aku tak menyukainya". Baekhyun menjawabnya dengan nada malasnya yang begitu ketara.

Baekhyun sebenarnya sangat malas untuk menjadi pemimpin perusahaan besar seperti itu, kalau boleh ia akan memilih bekerja menjadi designer bangunan dan bekerja di perusahaan milik Appa Park saja. Mengingat hobby Baekhyun adalah menggambar dan juga ia lulusan arsitektur.

'Maafkan saya Tuan Muda, tetapi Tuan Muda harus tetap melakukannya. Kalau begitu saya tutup telfonnya Tuan Muda, sampai jumpa besok'.

"Ne, Gomawoyo Paman".

Tepat setelah sambungan itu tertutup Baekhyun langsung berteriak heboh. Bahkan ia tanpa sadar melompat-lompat kecil di ruangannya.

"Assa!! Akhirnya aku akan pulang!! Koreaaaa I'm Comiiiiiingg!!".

Hingga sebuah suara dari seseorang yang masuk ke ruangannya menginterupsi kegiatannya, sebenarnya sejak tadi perempuan cantik yang menjabat sebagai sekretarisnya itu sudah mengetuk pintu ruangannya, namun nampaknya dibaikan oleh Baekhyun karena ia terlalu senang.

"Maaf Tuan, saya diminta Tuan Youngjae untuk mengambil berkas yang semalam diserahkan pada Anda". Ucap sang sekretaris dengan bahasa Mandarin yang fasih begitu masuk ke ruangan presdir.

Sebenarnya sekretaris Baekhyun itu sedikit terkejut karena mendapati Baekhyun yang tengah berteriak seraya menggoyangkan kedua tangannya ke atas. Hampir saja dia memekik karena gemas akan sikap remaja umur 17 tahun yang menjadi presdirnya itu.

"Ekhem, tunggu sebentar". Baekhyun berdeham untuk mengalihkan perhatian sang sekretaris dari wajahnya yang memerah karena malu yang sialnya nampak sangat menggemaskan.

"Ini berkasnya, apa ada lagi?". Tanya Baekhyun seraya menyerahkan berkas dari map warna biru muda kepada sekretarisnya.

"Apakah semua berkas semalam sudah Tuan periksa dan tandatangani? Karena kepala bagian pemasaran dan keuangan baru saja meminta kepada saya Tuan".

"Eoh yang itu, untuk berkas itu aku belum menyelesaikannya. Nanti kalau sudah selesai kau akan ku panggil kembali kesini".

"Baiklah, kalau begitu saya permisi".

Baekhyun hanya berdeham sebagai bentuk tanggapannya, namun sebelum sekretarisnya keluar dari pintu ruangannya, ia mengatakan sesuatu yang membuat Baekhyun bersemu karena malu.

"Tuan nampak bahagia hari ini sampai berteriak sambil menari seperti tadi. Tapi tak apa yang tadi itu terlihat sangat menggemaskan seperti biasanya. Saya permisi".

Bukannya kurang ajar atau bagaimana, tetapi memang begitulah hampir semua karyawan disana yang rata-rata berumur 40 tahunan ke atas sangat menyayangi Baekhyun seperti anak mereka sendiri mengingat sang presdir sudah kehilangan kedua orangtuanya sejak ia masih sangat kecil. Itulah mengapa Baekhyun sangat dekat dengan para karyawan yang ada di kantor cabang Baeijing.

"Astaga!! wajah ku pasti sangat merah saat ini. Huueee~ aku malu sekali". Baekhyun menangkup wajahnya dengan telapak tangannya yang mungil. Ia malu, sungguh.

*******************

"Haii~ Korea!! Long time no see!!".

Setelah berteriak demikian dengan suaranya yang melengking tajam Baekhyun berlarian di area bandara. Membuat beberapa orang yang tak sengaja melihatnya memekik gemas. Bagaimana bisa yang katanya sudah berumur 17 tahun itu bertingkah layaknya anak umur lima tahun. Beruntung wajah Baekhyun masih terbilang sangat imut untuk anak seumurannya, jika tidak mungkin saja Mr. Yoo akan sangat malu karena tingkah sang presdir Byun Hotel & Resort itu yang sangat kekanakan.

"Tuan Muda!! Tolong jangan berjari nanti Tuan Muda akan –

Belum sampai Mr. Yoo menyelesaikan kalimatnya, sudah terjadi apa yang ingin diucapkannya.

- jatuh".

"Aduh!! Sakiiit!!".

Melihat Baekhyun yang menrintih kesakitan, Mr. Yoo segera melebarkan langkahnya untuk menggapai bocah imut nan menggemaskan itu.

"Tuan Muda tak apa?"

"Sakit Paman". Baekhyun mencebikkan bibir bawahnya seraya menampakkan sikunya yang kemerahan karena berbenturan dengan lantai bandara.

Tingkahnya yang seperti itu mengundang perhatian seluruh penumpang yang ada di bandara itu, entahlah sepertinya setiap tingkah imutnya akan selalu mengundang perhatian orang di sekitarnya secara tanpa sadar.

"Seharusnya Tuan Muda jangan berlarian seperti tadi, lantai di bandara kan sangat licin Tuan. Kalau begitu sebaiknya kita cepat pulang ke mansion. Nanti kita mampir ke apotik dulu untuk membeli salep pereda nyeri".

Setelahnya Mr. Yoo membantu Baekhyun berdiri lalu dengan segera pergi menuju mobilnya yang sengaja ia parkirkan di area parkir bandara kemarin.

Iya, jadi kemarin adalah hari dimana Baekhyun resmi menjadi sarjana, hari Baekhyun diwisuda dan keesokan harinya Baekhyun meminta pulang bersama dengan Mr. Yoo ke Korea.

Sepertinya Baekhyun terlalu senang hingga lupa untuk selalu berhati-hati mengingat kebiasaannya dari kecil adalah anak yang hyperactive dan ceroboh.

"Tuan Muda jangan mencebikkan bibir seperti itu, lihatlah itu membuat semua orang melihat ke arah kita seakan-akan Paman adalah orang jahat karena membuat seorang anak berwajah manis dan imut ini terluka".

"Maafkan aku Paman, kalau begitu aku akan tersenyum".

Sontak semua orang semakin memekik girang dan gemas melihat senyuman Baekhyun yang kelewat manis itu. Mr. Yoo hanya geleng kepala kemudian melanjutkan langkahnya menuju mobilnya yang sudah dekat.

45 menit kemudian mereka sudah sampai di mansion keluarga Byun, mansion milik Byun Yunho lebih tepatnya. Jantung Baekhyun berdebar dengan kencang saat mobil yang dikendarai oleh Mr. Yoo memasuki pekarangan luas mansion itu, mansion yang akan menjadi huniannya untuk sekarang dan kedepannya.

"Jja.. kita sudah sampai Tuan Muda Baekhyun, ayo turun dan segeralah beristirahat. Paman yakin saat ini Tuan Muda sangat letih".

Baekhyun hanya mengikuti ucapan Mr. Yoo tanpa protes sedikitpun, nampaknya bocah itu benar-benar lelah.

"Bibi Han!!". Pekik Baekhyun saat melihat salah satu pelayan yang ia kenal berada di jajaran para pelayan yang menyambutnya di depan pintu.

"Ne Tuan Muda Baekhyun, senang bertemu kembali dengan Anda".

"Paman Yoo".

"Ne Tuan Muda, semua pelayan yang ada di mansion ini adalah pelayan setia Tuan Yunho, saya sengaja menarik mereka bertiga dari rumah Tuan Byun Cheolyoong karena rumah itu sudah saya jual, dan hasil penjualan aset itu sudah masuk ke rekening Anda Tuan Muda Baekhyun".

"Samchon & Imo bagaimana?"

"Mereka sudah kami berikan tempat tinggal dan harta yang cukup Tuan Muda. Untuk saat ini Tuan Muda jangan khawatirkan mereka, sekarang mereka juga sudah tak ada di Korea lagi, mereka berdua saat ini tinggal California".

"Baiklah kalau begitu. Terimakasih Paman".

"Sama-sama Tuan Muda, sudah menjadi kewajiban kami untuk menjaga dan melindungi Tuan Muda. Bibi Han, tolong siapkan air mandi untuk Tuan Muda, yang lain siapkan makanan Tuan Muda Baekhyun pasti lapar. Sisanya silahkan lanjutkan pekerjaan kalian". Titah Mr. Yoo yang langsung diangguki oleh semua pelayan yang berjumlah sekitar 15 orang itu kemudian langsung membubarkan diri mengikuti instruksi Mr. Yoo.

"Mandilah dan istirahatlah dulu Tuan Muda, maaf saya harus pulang karena ada beberapa hal yang harus saya urus berkaitan dengan rapat besar pengangkatan Tuan Muda sebagai presdir yang baru nanti".

"Kapan rapat itu akan diselenggarakan Paman?".

"Lusa, saya yakin Tuan Muda masih butuh istirahat, apalagi kemarin Tuan Muda baru saja melalui prosesi wisuda yang sangat melelahkan dan hari ini langsung menempuh perjalanan jauh".

"Baiklah Paman, kalau begitu aku akan mandi dulu".

Mr. Yoo mengangguk, kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu utama. Sebelum keluar dari mansion besar itu Mr. Yoo mengatakan sesuatu yang pastinya ada di dalam pikiran Baekhyun saat ini.

"Kamar Tuan Muda Baekhyun ada di lantai dua, di sana ada ukiran nama Anda di pintu nya kalau Tuan Muda ingin tau, saya permisi".

"Bagaimana bisa Paman Yoo tahu apa yang ada di dalam otak ku? Apa jangan-jangan dia seorang cenayang atau semacamnya? Kenapa dia selalu tau apa yang ku pikirkan?". Baekhyun bergumam pelan kemudian menghela nafasnya lalu melangkahkan kaki-kaki mungilnya menuju lantai dua untuk mencari ukiran di pintu yang disebutkan oleh Paman Yoo.

Tepat saat ia hendak membuka pintu itu setelah menemukan ukiran namanya, Bibi Han membuka pintu dari dalam. Membuatnya sedikit tersentak karena terkejut.

"Eoh, Tuan Muda Baekhyun maaf jika membuat Anda terkejut. Air mandinya sudah saya siapkan, sekarang Tuan Muda bisa menikmati mandi Anda. Setelah selesai mandi silahkan turun untuk menikmati makanan yang kami siapkan Tuan".

"Terimakasih Bibi Han, tapi-". Baekhyun menggigit bibirnya sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Bisakah Bibi Han membuatkan ku susu strawberry lebih dulu, aku sangat lapar dan biasanya setelah meminum susu setidaknya bisa mengganjal perut ku". ucap Baekhyun polos seraya mengelus perutnya yang datar dan rata itu.

Bibi Han tersenyum lembut kemudian mengangguk pelan. "Tentu Tuan Muda, akan saya buatkan susunya, kemarin Mr. Yoo meminta saya untuk berbelanja semua kesukaan Anda ke supermarket agar sewaktu-waktu jika Anda memintanya kami bisa segera membuatkannya".

"Terimakasih Bibi Han, aku ada satu permintaan lagi".

"Apa itu Tuan?".

"Tolong jangan panggil aku Tuan atau Tuan Muda, itu terdengar sangat asing di telinga ku, panggil Baekhyun saja agar lebih akrap dan tolong jangan gunakan bahasa yang formal".

"Maafkan saya Tuan, itu tidak bisa kami lakukan. Akan tidak sopan jika orang dari kalangan bawah seperti kami menyebut Anda dengan nama seperti itu ditambah berbicara dengan bahasa yang tidak formal".

"Apakah waktu ada Appa kalian juga seperti ini? Aku yakin Appa dan Eomma juga tak suka jika kalian seperti ini".

"Maafkan kami sekali lagi Tuan Muda, kami memang selalu seperti ini, akan selalu sopan dan berbicara dengan formal mengingat Tuan Yunho, Nyonya Fani dan Tuan Muda adalah majikan kami".

"Baiklah kalau memang begitu adanya, buatkan aku susu dan antarkan segera. Aku ingin meminumnya sebelum mandi".

"Baik Tuan, silahkan masuk".

Baekhyun memasuki kamarnya. Itu adalah kamar yang sama dengan kamar tempat ia terlelap di alam mimpi waktu ia kecil sebelum kecelekaan itu terjadi, namun sayangnya Baekhyun sudah sedikit lupa mengingat sudah sangat lama ia meninggalkan kamarnya itu.

"Eomma, Appa". Baekhyun meraih sebuah foto keluarga yang ada di meja nakas dekat ranjangnya. Kemudian mendudukkan dirinya di pinggiran ranjang king size miliknya.

"Maafkan Baekie Eomma, Appa karena telah pergi begitu saja waktu itu. Maafkan karena Baekie kabur dari rumah sakit waktu itu. Eomma tahu, baekie sangat takut pada Imo dan Samchon, mereka berkata akan membunuh Baekie. Tapi sekarang Baekie sudah besar dan bisa menjaga diri". Monolog Baekhyun seraya mengelus foto kedua orangtuanya dengan dirinya yang duduk diantara mereka berdua.

"Aku ingin bertemu dengan Eomma dan Appa, sebaiknya aku mengirim pesan pada Paman Yoo".

Baekhyun mengambil ponselnya dari saku jaketnya kemudian mengetik pesan pada Mr. Yoo yang isinya dia ingin berkunjung ke pusara Eomma dan Appa Byun. Dan tak berselang lama Baekhyun mendapat balasan yang membuatnya tersenyum hangat. Mr. Yoo mengatakan kalau ia setuju dan akan mengantar Baekhyun ke sana nanti sore.

"Setelah ini aku akan mencari Chan Hyung, aku merindukannya dan aku juga ingin mengunjungi pusara Eomma dan Appa Park". Gumam Baekhyun pelan kemudian ia meletakkan kembali foto keluarganya.

Mata sipitnya mengedar ke kamarnya yang sangat besar dan luas itu, setidaknya kamarnya ini dua kali lebih luas dari kamarnya saat ia berada di Beijing.

"Apa ada yang berubah dari kamar ku?".

"Maaf Tuan Muda, ini susu yang Anda minta".

Bibi Han langsung masuk dan membawa segelas susu berwarna pink di nampan. Baekhyun langsung berlari kecil menghampiri Bibi Han dan segera mengambil gelas itu kemudian meneguk isinya sampai habis. Beruntung Bibi Han sudah diberitahu sebelumnya tentang seberapa suhu untuk membuat susu yang pas untuk Baekhyun, dan ternyata itu tidak berubah bahkan sejak Baekhyun masih kecil.

"Bibi aku akan mandi dulu. Terimakasih susunya, sangat enak".

"Sama-sama Tuan Muda".

Setelah meneguk susunya hingga tandas, Baekhyun langsung meluncur ke kamar mandi. Tubuhnya terasa sangat lengket dan tak nyaman. Sedangkan Bibi Han segera keluar dari kamar Baekhyun dan menutup pintunya, samar-samar terdengar Baekhyun yang mandi sambil bernyanyi. Membuat senyum Bibi Han mengembang seketika. Anak asuhnya itu memang tak pernah berubah.

Dua puluh menit kemudian Baekhyun keluar dari kamar mandinya dalam keadaan yang sangat segar. Dia sempat berendam selama lima belas menit tadi. Kini tubuh mungil berisinya itu terbalut bathrobe biru langit kesukaannya, kemudian melangkahkan kakinya ke arah lemari besar yang ada di kamarnya. Memilih setelan baju casual yang membuatnya nampak sederhana namun berkelas di waktu yang bersamaan sebelum akhirnya ia turun untuk menikmati makan siangnya.

*******************

"Kita sudah sampai Tuan Muda".

"Terimakasih Paman".

Baekhyun meraih bunga yang tadi sempat ia beli di toko bunga. Keluar dari mobil dengan perasaan yang bercampur aduk, sudah sangat lama ia tak datang ke pusara kedua orangtuanya itu. Mr. Yoo yang melihat gelagat Baekhyun hanya tersenyum maklum saat mereka sudah sampai di depan pintu gerbang pusara.

"Mari Tuan Muda, ikuti saya akan saya tunjukkan dimana pusara Tuan dan Nyonya Byun". Baekhyun mengangguk sekilas kemudian mengikuti langkah lebar milik Mr. Yoo untuk melangkah lebih dalam hingga menemukan pusara milik kedua orangtuanya.

"Ini adalah pusara milik Tuan dan Nyonya Byun".

"Terimakasih Paman, bisakah Paman tinggalkan aku sebentar saja. Aku ingin berdoa untuk Eomma dan Appa".

"Tentu saja Tuan Muda, tolong hubungi saya kalau sudah selesai. Saya akan kembali ke sini untuk menjemput Tuan Muda".

Baekhyun bergumam seraya mengangguk. Setelah memastikan Mr. Yoo meninggalkannya sendirian di sana Baekhyun meletakkan karangan bunganya di atas pusara milik kedua orangtuanya. Kemudian mengusap tanah yang menjadi rumah kedua orangtuanya itu.

"Eomma, Appa, Baekie datang. Maafkan Baekie karena selama ini Baekie tak pernah datang untuk menjenguk Eomma dan Appa. Baekie rindu kalian, apa kalian baik-baik saja di sana?".

Pertanyaan Baekhyun hanya dijawab oleh angin. Baekhyun meresapi angin yang dengan semilir membelai wajah cantiknya sore itu. Baekhyun merasakan keberadaan kedua orangtuanya melalui hembusan angin itu.

"Eomma dan Appa harus tenang di sana, jangan khawatirkan Baekie di sini. Baekie adalah anak yang kuat dan Baekie akan meneruskan hidup Baekie dengan baik. Baekie sangat bersyukur pada Tuhan karena Baekie lahir diantara kalian berdua, Baekie lahir dan tumbuh dengan penuh kasih sayang dari kalian. Baekie juga selalu dilimpahkan kebahagiaan selama hidup bersama kalian sekalipun Baekie tak dapat mengingatnya dengan jelas. Eomma, Appa Baekie sayang kalian".

Setetes air mata tanpa sadar meluncur mengenai pipi gembilnya. Baekhyun langsung menghapusnya karena ia sudah berjanji pada Mr. Yoo kalau ia tak akan menangis jika ia pergi ke pusara Yunho dan Tiffani. Mr. Yoo berpesan jika Yunho dan Tiffani tak suka ada air mata, untuk itu Baekhyun dengan segera tersenyum dengan manis menatap kedua pusara itu.

"Baekie pamit dulu Eomma, Appa. Sampai jumpa lagi nanti, Baekie janji akan sering mengunjungi Eomma dan Appa".

Baekhyun beranjak dari sana, sebelumnya ia menelfon Mr. Yoo untuk menjemputnya di pusara Yunho dan Tiffani. Karena jujur saja Baekhyun akan hilang jika dibiarkan kembali ke mobil sendirian. Ingat Baekhyun bahkan belum genap sehari di Korea, dia belum hafal jalan-jalan di sini sekalipun itu jalan keluar dari pemakaman umum.

"Paman Yoo, bolehkah aku bertemu dengan Chan hyung besok? Rapat besar itu masih lusa kan?".

Baekhyun dan Mr. Yoo kini sudah berada di mobil, dalam perjalanan pulang menuju mansion Byun. Saat mendengar pertanyaan dari Baekhyun, jujur saja hal itu membuat Mr. Yoo sedikit terusik. Mr. Yoo tak ingin jika mereka bertemu maka konsentrasi Baekhyun sebagai presdir akan terganggu, apalagi sudah dipastikan kalau mereka berdua pasti sangat merindu satu sama lain karena sepuluh tahun ini tak diketemukan sama sekali.

"Ekhem, untuk apa buru-buru menemuinya Tuan Muda? Bukan kah akan lebih baik jika Tuan Muda menemuinya setelah rapat besar itu? Lagipula Tuan Chanyeol adalah orang yang sibuk, karena beliau adalah CEO dari perusahaan milik keluarga Park menggantikan posisi Tuan Park sebelumnya".

"Begitukah?".

"Ne, jadi saya pikir sebaiknya Tuan Muda Baekhyun istirahat saja dulu di rumah. Bukan kah Tuan Muda tidak boleh terlalu letih? Ingat pesan dokter kalau Tuan Muda akan mudah sakit jika terlalu letih".

"Baiklah, kalau begitu aku ingin segera pulang dan tidur. Rasanya tubuh ku sakit semua Paman".

"Kalau begitu tidurlah Tuan Muda, akan saya bangunkan kalau sudah sampai".

Baekhyun hanya mengangguk kemudian memejamkan kedua matanya yang sudah mulai memberat hingga tak lama kemudian ia sudah jatuh ke alam mimpi.

"Sebenarnya aku tak bermaksud untuk mengulur waktu pertemuan kalian, hanya saja untuk saat ini aku belum bisa mempertemukan kalian. Kecuali jika memang takdir Tuhan yang mempertemukan kalian, aku tak akan mengelak itu".

*******************

Waktu demi waktu terlewati, kini tibalah hari dimana Baekhyun harus menghadiri sebuah rapat besar di hall hotel miliknya. Salah satu hall di dalam hotel termewah di pusat kota Seoul. Hotel besar dengan tinggi mencapai 43 lantai itu masih berdiri dengan kokoh biarpun sudah bertahun-tahun lamanya.

Saat Baekhyun turun dari mobil bersama dengan Mr. Yoo dirinya sudah disambut dengan ramah oleh para pegawai hotel di sana. Siapa yang menyangka kalau dirinya adalah seorang remaja berumur 17 tahun yang akan menjadi pemimpin dari bisnis hotel milik Byun Yunho.

"Selamat datang Tuan, silahkan menuju lantai 13, semua orang telah menunggu Anda di sana".

"Terimakasih. Ayo Tuan Muda".

Mr. Yoo dan Baekhyun dengan sistem pengawalan yang ketat memasuki lift yang akan mengantarnya menuju hall yang ada di lantai 13. Setibanya di sana, Baekhyun menganga melihat betapa besarnya hall hotel itu. Seolah Baekhyun tak pernah melihat hal itu. Padahal hall hotel yang ada di cabang Baeijing juga tak kalah besarnya.

"Waw!! Daebakida!!".

"Ada apa Tuan Muda?".

"Paman yakin kalau hotel ini adalah milik Appa? Besar dan mewah sekali".

"Tentu saja Tuan Muda. Hotel yang ada di Seoul memang yang paling besar jika dibandingkan dengan cabang di negara lain. Namun semua hotel milik Tuan Yunho adalah hotel-hotel besar yang sangat terkenal di berbagai kalangan. Setelah rapat besar ini berlangsung saya akan mengajak Anda untuk berkeliling ke setiap cabang hotel & resort milik Tuan Yunho yang akan menjadi milik Anda sebentar lagi".

"Apakah itu artinya aku harus ke luar negeri lagi Paman?".

"Untuk saat ini tidak Tuan Muda, saya ingin Tuan Muda mengenal cabang hotel & resort yang ada di Korea".

"Baiklah".

Baekhyun pun melangkahkan kaki mungilnya lebih dalam bersama dengan Mr. Yoo yang ada di sampingya.

Begitu Baekhyun memasuki pintu masuk hall, sebenarnya ada banyak wartawan ataupun reporter yang meliput. Tetapi Baekhyun abaikan saja, toh sepertinya ia sudah tahu kalau itu sudah menjadi resikonya sebagai pewaris tunggal Byun Hotel & Resort.

Rapat besar itu di mulai dan diliput oleh reporter dari berbagai saluran TV Swasta Korea bahkan dunia secara live. Sehingga nama seorang Byun Baekhyun akan dikenal oleh khalayak luas sebagai presdir perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan besar tersebut.

*******************

Di lain tempat, nampak seorang namja tampan tengah melihat TV di rumahnya. Hari ini entah mengapa dia sedikit malas untuk pergi ke kantor. Benar-benar tidak seperti dirinya yang biasa.

"Haish, Kenapa semua saluran TV menayangkan berita yang sama? Ada apa dengan acara TV hari ini?". Gerutu namja tampan itu seraya melempar remot TV layar datarnya ke meja di hadapannya.

"Ada apa Chan? Kau tumben sekali jam segini masih di rumah dan apa ini? Kau melihat berita?"

"Haft, aku sangat malas ke kantor hari ini. Entahlah, aku hanya merasa tidak enak badan hyung dan aku ingin melihat serial kartun kesukaan Baekhyun tapi lihatlah, semua channel hanya menanyangkan berita yang sama".

"Tunggu sebentar Chan".

Jongdae menyela ucapan Chanyeol saat ia melihat mulut Chanyeol terbuka dan bersiap untuk mengeluarkan protesannya kepada saluran TV ketika terdengar nama sebuah perusahaan yang tengah di liput secara live itu tak asing.

"Chan tidak kah kau ingat Byun Hotel & Resort?"

"A-apa?".

"Acara itu disiarkan secara live di sana Chan dan pasti telah terjadi sesuatu, sepertinya telah terjadi rapat besar-besaran Chan. Aku akan besarkan volumenya".

Jongdae mengambil remot yang tergeletak begitu saja di meja kemudian mengambil duduk di sebelah Chanyeol yang hanya menatapnya bingung.

"Aku akan mengambil minum, ingin ku ambilkan sesuatu hyung?".

Jongdae hanya menggeleng kemudian matanya fokus pada layar TV yang ada dihadapannya. Entahlah, semenjak Byun Hotel & Resort disebutkan oleh seorang presenter di dalam sana, mata Jongdae tak dapat dialihkan.

Hingga rapat besar itu memasuki acara inti. Kedua mata Jongdae melebar saat ia melihat sosok yang sangat dikenalnya berdiri di atas mimbar, tengah memberikan sambutan pengangkatan dirinya sebagai presdir.

"Chan!! chanyeol-ah!! Kemari, cepat!!".

Jongdae berteriak memanggil Chanyeol yang entah mengapa sangat lama kembali ke ruang tengah, padahal tadi ia hanya pamit untuk mengambil air.

Mendengar teriakan Jongdae, Chanyeol langsung mematikan kompor dan berlari ke ruang tengah. Mengabaikan ramennya yang setengah masak itu. Rupanya Chanyeol lapar dan ingin makan ramen sesaat setelah ia meneguk air putih dalam gelas beningnya.

"Ada apa hyung?".

"Lihatlah layar TV itu Chan? disana ada Baekhyun, dia tengah memberikan sambutan untuk pengangkatannya menjadi presdir Byun Hotel & Resort yang baru". Jongdae menunjuk layar TV yang untungnya masih menayangkan Baekhyun yang tengah berdiri di atas mimbar itu.

"Apa?! Jangan bercanda hyung".

"Lihatlah!!".

Chanyeol yang tadinya tak percaya dengan ucapan Jongdae akhirnya duduk di sebelah Jongdae dan memperhatikan orang yang tengah memberikan sambutan di dalam acara live yang ditayangkan oleh saluran TV itu.

Kedua mata Chanyeol membulat tak percaya, di dalam sana ada Baekhyun-nya, adiknya yang selama sepuluh tahun ini tak bisa ditemuinya, adik kesayangannya yang menghilang sepuluh tahun yang lalu.

"Apa ini nyata hyung? Aku tak percaya ini, Baekhyun ada di sana Hyung. Dia adalah Park Baekhyun, adik ku, kesayangan keluarga Park, malaikat mungil milik keluarga Park".

"Itu artinya dia sudah kembali ke Korea Chan, Baekhyun sudah ada di Korea".

"Hyung aku tak percaya ini, aku bisa bertemu dengannya lagi setelah sekian lamanya hyung. Penantian ku tak sia-sia hyung, Tuhan menjawab doa-doa ku. Akhirnya dia pulang hyung, dia pulang".

Jongdae hanya mengangguk setuju pada setiap ucapan Chanyeol. Bahkan tanpa sadar Chanyeol telah menitikkan air matanya saking senangnya.

Tanpa kata Chanyeol beranjak dari sofanya dan berlari menuju kamarnya di lantai dua. Mengambil ponsel, dompet dan kunci mobilnya. Setelah sebelumnya menyabet jaketnya dengan asal.

"Kau akan kemana Chan?". Cegat Jongdae saat ia melihat Chanyeol sudah siap untuk keluar dari pintu utama rumah keluarga Park.

"Aku akan ke hotel itu Hyung, aku ingin bertemu dengannya sekarang juga".

"Kau gila!! Jangan konyol Chan, kau bisa menemuinya besok kan? Bukan kah tadi kau mengatakan pada ku jika kau sedang tidak enak badan? Aku tak ingin kau sakit, jadi besok saja kau temui dia kalau kau sudah merasa baik, okey?".

"Tidak bisa hyung, aku terlalu merindukannya. Dan aku ingin menemuinya sekarang".

"Baiklah, kalau begitu aku ikut dengan mu, aku tak ingin terjadi apa-apa di jalan". Putus Jongdae kemudian merebut kunci mobil Chanyeol dari tangannya lalu keluar dari kediaman keluarga Park diikuti Chanyeol dari belakang.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TBC.

Sorry for late update...
Sorry for typo....
hehee..
Dimaafkan kan yah??

Maaf juga kalau part ini gaje...
Sekalian mau ngasih tau kalo mungkin FF ini bakalan tamat dalam beberapa Part lagi....

Tapi jangan khawatir, aku udah siapin FF baru lagi kok...
Tetep Chanbaek yaa main cast nya..

Udah sampe disini dulu...

Annyeong...
See you next part...
😘😘😘😘😘

Continue Reading

You'll Also Like

1M 63.2K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
41K 2.7K 16
-Masih di revisi- SAYA HANYA ME REPOST DENGAN PEMERAN YANG BERBEDA. SAYA JUGA SUDAH MENDAPAT IZIN DARI PENULIS ASLINYA YAITU @real__chanbaek SILAHKA...
233K 34.9K 63
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
29.6K 2.7K 45
"ji ...felix minta maaf"-felix "gue gak akan maafin lo,gue benci lo lix"jisung Jisung sangat membenci felix,jisung menganggap sang adik seolah tak ad...