[2] My Brother | BROTHERSHIP...

By VennytaShui97

68.6K 4.4K 367

[COMPLETE] Park Chanyeol, anak tunggal yang menginginkan seorang adik. Chanyeol tak bisa punya adik karena ra... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21 - END

Part 11

2.2K 178 2
By VennytaShui97

Siang menjelang sore itu, mansion besar milik Byun Yunho sangat tenang dan lenggang. Meskipun di sana masih ada sekitar lima orang pelayan yang bertugas untuk menjaga kebersihan mansion besar itu, tetap saja rumah itu terlihat sepi. Sampai terdengar suara pintu utama terbuka dengan kasar lengkap dengan teriakan yang menggema.

"Pelayan!!! Pelayan!!!".

"Selamat datang Tuan, selamat datang datang Nyonya". Seorang pelayan langsung berlari dari arah belakang menuju arah pintu utama. Bahkan 'tamu' itu masih berada di ambang pintu. Iya, 'tamu' yang datang ke mansion itu adalah Cheolyoong dan Sunwha.

"Carikan Akta Kelahiran Byun Baekhyun, Akta Kematian Yunho Hyung dan Fani Noona. Sekarang!! Ajak pelayan yang lain untuk mencarinya agar lebih cepat. Dan suruh salah satu pelayan buatkan dua teh hangat". Tanpa banyak basa-basi Cheolyoong langsung memerintah pelayan itu.

Sebenarnya pelayan itu bisa saja menolak apa yang diperintahkan Cheolyoong seperti apa yang dikatakan oleh Mr. Yoo tepat setelah Yunho dan Tiffani di makamkan. Tetapi karena status Cheolyoong adalah adik dari majikan mereka, mereka tak berani melakukannya. Mengingat para pelayan itu saat ini bekerja di bawah kuasa Mr. Yoo.

"Baik Tuan".

Setelah memastikan pelayan itu pergi lagi ke belakang untuk meminta seorang pelayan yang lain membuatkan teh, Sunhwa angkat bicara seraya melangkahkan kakinya memasuki mansion lebih dalam.

"Kenapa tidak kita sendiri saja yang mencari benda-benda itu?".

"Kau tau, jika kita memiliki seseorang untuk di suruh mengapa harus turun tangan sendiri, bukankah lebih baik kita bersantai dan beristirahat. Sepertinya minum teh di taman belakang tidak buruk".

"Ya kau benar. Ayo kita ke sana".

Tak berselang lama seorang pelayan datang untuk mengantar teh pada Cheolyoong dan Sunhwa yang tengah berdiri sambil mengamati mansion mewah itu yang nampaknya tak banyak berubah.

"Ini teh nya Tuan".

"Bawa ke taman belakang, kami ingin minum teh di sana. Setelah itu bantu yang lain mencari berkas-berkas penting milik Yunho hyung, mengerti?".

"Baik Tuan". Pelayan itu mengikuti Cheolyoong dan Sunhwa menuju taman belakang. Sedangkan yang lain sudah ada di lantai dua tepatnya ruang kerja Yunho untuk mencari akta-akta yang tadi disebutkan Cheolyoong.

"Kau boleh pergi sekarang dan cepat bantu yang lain". Ucap Cheolyoong saat pelayan itu sudah meletakkan teh hangat miliknya dan milik istrinya di meja salah satu kanebo taman belakang mansion.

"Saya permisi Tuan". Cheolyoong hanya berdeham sebagai jawaban saat pelayan itu pamit undur diri.

Seraya menyesap teh hangatnya di sebuah kanebo bawah pohon rindang, mata Sunhwa menatap sekelilingnya. "Tak ada yang berubah dari mansion ini, masih tetap indah dan megah".

"Tentu saja, dan semua ini akan menjadi milik kita". Lalu Cheolyoong dan Sunhwa tertawa dengan keras. Membayangkan jika hanya dalam hitungan hari semua milik Baekhyun akan beralih ke tangannya, biarpun masih sementara tetapi 10 tahun tidaklah waktu yang singkat, dan itu cukup untuk membuat mereka berdua berfoya-foya.

Cukup lama mereka berdua tertawa seperti itu, sesekali menggelengkan kepalanya seraya bergumam pasal harta dan uang-uang yang akan terus mengalir ke rekening mereka dan akan mereka gunakan untuk apa saja.

Saat tengah asyik tertawa, tiba-tiba terdengar suara seorang pelayan menginterupsi, membubarkan imaginasi kedua pasangan gila uang itu. Pelayan itu membawa sebuah map berwarna biru langit.

"Maaf Tuan, untuk Akta Kelahiran Tuan Muda Baekhyun kami tak dapat menemukannya di sini".

"Apa?! Jangan bercanda, cari lagi!! Akta itu pasti ada di rumah ini, memangnya selain di rumah ini dimana hah?". Tanya Cheolyoong dengan nada bicara yang sengaja ditinggikan, bahkan dia berdiri dengan tangan yang berkacak pinggang dan mata yang dibuat menatap pelayan itu dengan tajam, agar pelayan itu tak berani berucap dusta padanya.

"Dasar bodoh, pelayan tidak berguna. Bukan kah kalian semua yang merawat semua benda yang ada di sini? Bagaimana bisa kalian tak dapat menemukan akta itu".

"Maafkan kami Nyonya. Kami bersungguh-sungguh tak dapat menemukan akta itu. Sebelumnya semua data keluarga terletak dalam satu map Nyonya dan kami hanya menemukan Akta Kematian Tuan Yunho dan Nyonya Fani".

"Jangan banyak alasan!! Aku tak mau tau kalian harus mendapatkannya hari ini juga. Kalau perlu cari sampai malam, mengerti?"

"Baik Tuan, ini Akta Kematian Tuan Yunho dan Nyonya Fani". Pelayan itu menyerahkan map itu kepada Cheolyoong kemudian berlari kembali ke dalam rumah untuk mencari akta kelahiran Baekhyun yang jelas tak ada di sana. Mengapa? Karena Mr. Yoo sudah lebih dulu mengambilnya dan menyimpannya di tempat yang paling aman dan hanya dia saja yang tahu.

"Dasar pelayan-pelayan bodoh, apa mereka pikir kita bisa ditipu?". Ucap Sunhwa sambil tersenyum miring menatap pelayan yang berlari ke dalam rumah super besar itu.

"Bagaimana jika kita ikut mereka ke ruang penyimpanan berkas-berkas milik keluarga Yunho oppa, siapa tau mereka bekerja sama dengan pengacara bodoh itu lalu menipu kita". Sambung Sunhwa masih dengan senyum miring yang belum luntur dari bibirnya.

"Kau benar, bukankah mereka adalah pengikut setia Yunho hyung. Baiklah kalau begitu, ayo kita ke dalam dan pergi ke lantai dua. Aku yakin berkas-berkas itu ada di ruangan kerja milik Yunho hyung".

"Ide bagus".

Mereka berdua pun meninggalkan taman belakang lalu melangkahkan kakinya menuju ruang kerja Yunho. Setibanya di sana mereka berdiri di ambang pintu ruang kerja Yunho yang terbuka lalu bertanya pada pelayan yang tengah mencari Akta Kelahiran Baekhyun di rak penyimpanan berkas-berkas.

"Bagaimana? Sudah dapat?".

"Astaga!! Tuan mengagetkan saya".

"Kenapa terkejut sekali? Apa ada sesuatu yang kalian sembunyikan?". Tanya Sunhwa dengan senyum mengejek seraya menyandarkan dirinya di dinding lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam.

"Tidak ada Nyonya, kami tak berani melakukan hal itu".

"Baiklah, tak apa aku hanya ingin membantu kalian mencari akta kelahiran Baekhyun". Cheolyoong mengikuti langkah Sunhwa yang sudah ada di dalam ruangan itu.

"Tidak usah Tuan, sebaiknya Tuan dan Nyonya menunggu saja di bawah".

"Kau berani memerintah ku?". Lagi-lagi Cheolyoong meninggikan nada suaranya.

"Maafkan saya Tuan, saya tak bermaksud seperti itu saya hanya...."

"Aish, sudahlah!! Mau sampai kapan kalian berdiri dan berdebat di sana heh? Sebaiknya kita segera mencarinya". Sunhwa menengahi perdebatan yang menurutnya tak berguna antara suami dan pelayan itu.

"Aish, ini semua gara-gara kau pelayan bodoh. Sekarang cepat bantu kami mencarinya!!".

"Baik Tuan, maafkan atas kelancangan saya".

Empat jam kemudian, iya mereka sudah empat jam mengobrak-abrik ruang kerja milik Yunho dan setiap sudut mansion. Tetapi tak mendapatkan hasil apapun, akta kelahiran Baekhyun tak ada di sana.

"Sial!! Dimana akta kelahiran bocah itu hah?".

"Kami tidak tau Tuan, kami bersungguh-sungguh". Kini kelima pelayan itu hanya berdiri seraya menundukkan kepalanya karena mereka tak dapat menemukan akta itu dimana pun. Bahkan mereka sampai mencarinya ke seluruh ruangan yang ada di mansion mewah itu.

"Jika kau berani berbohong pada kami, akan kami potong lidah mu itu". Kalimat sadis yang keluar dari mulut Sunhwa membuat bulu kuduk kelima pelayan itu seketika meremang. Mereka benar-benar takut sekarang, sekalipun mereka berkata yang sebenarnya kalau memang akta itu tak ada di mansion.

"Maaafkan saya Nyonya, tapi kami benar-benar tidak tau dimana Tuan Yunho dan Nyonya Fani menyimpan akta kelahiran Tuan Muda Baekhyun".

"Haish, benar-benar tidak berguna. Jadi kita harus bagaimana sekarang?".

"Sepertinya memang tak ada disini. Satu-satunya jalan yang bisa kita tempuh adalah dengan membuatkan akta kelahiran palsu untuknya atau meminta duplikatnya ke kantor pemerintahan, kenapa kita harus bersusah payah mencarinya jika memang sudah tak ada".

"Apa tidak akan menimbulkan masalah?".

"Tidak akan, percaya pada ku. Untuk sementara biarkan bocah itu bersama pengacara bodoh itu, besok kita ke kantor kenegaraan bagian data penduduk lalu kita pura-pura saja kelilangan akta anak itu. Mudah bukan?".

"Kau memang benar-benar cerdas sayang, tak salah aku memilih istri".

"Bukankah sudah ku katakan kalau aku ini sangat cerdik?"

"Ya, dan aku mengakui itu. Sebaiknya kita pulang, aku sangat letih, setidaknya kita sudah mendapatkan dua akta ini".

"Yah, aku juga sangat letih. Ayo kita pulang".

Cheolyoong dan Sunhwa pergi meninggalkan mansion milik Yunho dengan senyum penuh kemenangan. Mereka berpikir semua jalannya untuk mendapatkan harta milik Baekhyun berjalan dengan sangat mulus.

Dan lagi-lagi tanpa mereka ketahui bahwa setiap percakapan mereka tadi di rekam oleh pelayan yang tadi menemui mereka di pintu utama. Kemudian pelayan itu mengirimkan rekaman tadi kepada Mr. Yoo seperti apa yang diperintahkan setiap kali Cheolyoong atau Sunhwa datang ke sana sebelum membubarkan semua pelayan agar kembali bekerja pada bagian masing-masing. Mengingat mansion itu sangat besar, setiap pelayan memiliki tugas sendiri-sendiri.

***************

Mr. Yoo bersama dengan Baekhyun baru saja keluar dari pengadilan negeri Seoul dalam rangka pengajuan hak asuh Baekhyun agar jatuh ke tangan Mr. Yoo, dan kini pengajuan itu tengah diproses. Mr. Yoo sangat senang karena semua berkas-berkasnya sudah diurusnya jauh-jauh hari, dan berhubung hari ini dia bertemu dengan Baekhyun tentunya akan lebih mempermudahnya karena jaksa dan hakim bertanya mengenai Baekhyun akan merasa aman jika ikut dengan Paman kandungnya atau Mr. Yoo. Dan jawaban tak terduga, Baekhyun memilih tinggal bersama dengan Mr. Yoo. Untuk itu proses pengalihan hak asuh atas nama Baekhyun dapat di laluinya dengan mudah dan cepat.

'Aku sudah menyelesaikan semua urusan tentang ini Yunho-yah, tak sia-sia penantian ku dan juga usahaku dalam mengelabuhi adik mu yang gila harta itu'. Batin Mr. Yoo seraya menggenggam pergelangan tangan mungil Baekhyun menuju parkiran. Sejenak ia teringat kejadian dua tahun yang lalu. Tepat setelah Yunho dan Fani di makamkan dia ditangani seorang Byun Cheolyoong yang menginginkan hak asuh Baekhyun jatuh ke tangannya.

---FLASH BACK ON---

"Mr. Yoo, perkenalkan aku Byun Cheolyoong adik kandung dari Byun Yunho".

"Baiklah, apa yang bisa saya bantu Tuan Cyeolyoong?".

"Aku ingin mendapat peralihan untuk wali Byun Baekhyun, anak satu-satunya Yunho hyung".

"Bawa Byun Baekhyun ke hadapan saya terlebih dulu, baru saya akan buatkan surat peryataan untuk pengalihan wali Byun Baekhyun ke tangan Anda".

"Apa dengan pengalihan wali itu termasuk dengan pengelolaan aset peninggalan Yunho hyung?".

"Ne, tentu saja Tuan. Semua aset milik Tuan Yunho secara otomatis jatuh ke tangan putranya dan akan dikelola oleh wali sah nya sampai tempo waktu seperti yang tertulis di surat wasiat Tuan Yunho".

"Mr. Yoo, bukankah suami ku sudah mengatakan kalau dia adalah adik kandung dari Yunho oppa, secara otomatis dia tentunya lebih berhak untuk menjadi wali dari Baekhyun bukan? Termasuk mengelola seluruh aset peninggalan Yunho oppa?".

"Prosedur hukumnya tidak seperti itu Nyonya. Saya mohon maaf".

"Jadi maksudnya kami harus membawa bocah ingusan itu ke hadapan mu".

"Maaf Nyonya, tetapi dia bukan bocah ingusan, dia adalah pewaris dari Byun Corp".

"Haish, baik lah akan kami bawa dia ke hadapan mu secepatnya. Ayo sayang, kita pulang saja".

"Sebelum kalian melakukan segala kelicikan kalian, aku akan melakukannya terlebih dulu. Aku tak ingin semua usaha yang dibangun sendiri oleh Yunho menjadi sia-sia karena orang-orang yang hobi foya-foya seperti kalian". Mr. Yoo bergumam pelan kemudian menghela nafasnya pelan.

"Sebaiknya aku segera mengajukan surat untuk kepemilikan hak asuh atas Baekhyun ke tangan ku sebelum semuanya terlambat dan saat mereka datang bersama Baekhyun maka aku akan segera membawanya pergi dari sini sampai saatnya tiba.". Mr. Yoo segera membuat surat untuk mengalihkan hak asuh Baekhyun untuk diajukan ke pangadilan, jadi jika sewaktu-waktu Baekhyun muncul di hadapannya, semuanya sudah siap.

---FLASH BACK OFF---

"Sekarang Baekie sudah aman bersama dengan Paman Yoo, apa Baekie ingin tinggal bersama Paman Yoo?". Tanya Mr. Yoo setelah masuk ke dalam mobil mewahnya dan memasangkan seatbelt pada Baekhyun dan dirinya sendiri.

"Kata Bibi Han, Baekie akan aman jika tinggal bersama dengan Paman Yoo. Jadi Baekie mau tinggal bersama dengan Paman". Ucap Baekhyun dengan mantap. Seolah bocah itu bukanlah anak umur tujuh tahun.

Tentu saja, selama ini yang tahu jika Baekhyun memiliki otak jenius hanyalah keluarga Park dan pihak sekolahnya.

"Baiklah, kalau begitu sekarang kita bersiap. Jadwal penerbangan kita tiga jam dari sekarang".

"Kita akan kemana paman?"

"Kita akan ke China. Jangan khawatir, Paman sudah menyiapkan identitas baru dan tempat tinggal selama Baekie di sana".

"Kenapa harus ke China Paman? Bukankah Paman berjanji akan membawa Baekie untuk menemui Chan hyung? Apa Paman akan berbohong pada Baekie?". Baekhyun terkejut saat Mr. Yoo mengatakan bahwa dia akan dibawa ke China, itu artinya dia tak akan bisa bertemu dengan Chanyeol, orang yang selama ini ada di sampingnya.

"Bukan, bukan begitu. Kita akan menemui Chan hyung mu itu tapi nanti tidak untuk saat ini sayang. Yang terpenting untuk saat ini adalah keselamatan mu. Bagaimanapun juga Paman yakin kalau Samchon dan Imo mu itu akan menyewa seseorang untuk mencari dimana keberadaan mu dan membawa mu ke sini". Mendengar penjelasan panjang dari Mr. Yoo, Baekhyun menganggukkan kepalanya. Sekalipun dia baru berumur tujuh tahun, bukan berarti dia tak mengerti apa yang dikatakan Mr. Yoo itu.

"Apakah Paman akan ikut bersama Baekie di sana? Paman akan tinggal bersama Baekie?".

"Tidak sayang, Baekie akan tinggal bersama dengan anak Paman, dan jika sudah saatnya tiba, Paman akan menjemput Baekie di sana. Bagaimana?".

"Baik Paman, Baekie mengerti".

"Bagus, sepertinya keluarga Park mengajarkan segala hal pada mu dengan sangat baik".

Lalu Mr. Yoo melajukan mobilnya menuju sebuah apartement mewahnya. Itu adalah rumah keduanya yang lagi-lagi tak ada yang mengetahui jika dia tinggal di sana.

"Jja... ini apartement Paman. Ayo masuk, Paman hanya akan mengambil passport dan dua potong pakaian. Untuk Baekie tak usah membawa apapun, pakaian Baekie sudah disiapkan anak Paman di China".

"Terimakasih Paman".

Tak lama mereka berdua keluar dari apartement Mr. Yoo dan bergegas menuju Incheon Int. Airport, dengan senyuman yang terpatri di bibir Mr. Yoo tangannya terulur untuk mengusap lembut poni panjang Baekhyun yang menutupi seluruh keningnya itu. Baekhyun tertidur sesaat setelah Mr. Yoo menjalankan mobilnya bertolak dari apartementnya ke bandara.

"Mulai sekarang kau akan aman nak". Gumam Mr. Yoo pelan kemudian kembali fokus menyetir.

Begitu sampai di bandara, karena Baekhyun terlihat sangat lelap tidurnya Mr. Yoo tak tega membangunkannya, jadilah Baekhyun berada dalam gendongan Mr. Yoo sampai mereka sudah berada di awak pesawat dan mengambil tempat duduk sesuai dengan nomor duduk yang ada di air ticket.

"Sepertinya aku harus mengirimkan pesan pada Tuan Kim Jongdae, setidaknya agar keluarga Park tidak terlalu khawatir tentang keadaan Baekhyun saat ini". Sebelum pesawat take off dan penumpang di minta mematikan ponselnya, Mr. Yoo segera meraih ponsel dalam saku celana bahannya dan mengetik beberapa digit nomor lalu mengetik pesan yang ditujukan pada nomor itu. Nomor seorang Kim Jongdae tentunya.

Setelah mendapat laporan bahwa pesannya telah terkirim, terdengar himbauan bahwa pesawat akan segera take off dan semua penumpang harus mematikan ponselnya. Jadi tanpa menunggu lama, Mr. Yoo segera memang mode 'pesawat' pada ponselnya sehingga penerbangan tak akan terganggu oleh tidak stabilnya signal ponsel.

******************

Chanyeol baru saja terbangun dari tidur singkatnya, biarpun kedua matanya tadi terpejam, tetapi dia tak sepenuhnya bisa tidur dengan nyenyak. Begitu banyak pikiran negatif yang menghantuinya karena sampai saat ini belum ada yang memberinya kabar tentang keberadaan adiknya itu. Bahkan manager cafe itu pun sama.

Begitu sampai di lantai dasar dan netranya menangkap keberadaan namja albino yang merupakan sahabatnya tengah berbicara dengan Jongdae, Chanyeol langsung menghampiri mereka di ruang tengah.

"Bagaimana Hun? Apakah sudah ada hasilnya?". Sehun menggeleng lalu menghela nafasnya pelan.

"Aku akan mencarinya lagi kalau begitu".

Bertepatan dengan kelimat yang dilontarkan oleh Chanyeol ponsel milik Jongdae berbunyi, pertanda ada pesan masuk. Dengan segera Jongdae membuka pesan itu. Seketika matanya membulat membaca isi pesan itu.

'Saya Mr. Yoo pengacara pribadi keluarga Tuan Muda Baekhyun. Jangan khawatir dengan keadaannya karena sekarang dia sudah berada di tempat yang aman'.

"Tunggu sebentar Chan, ada orang yang memberi pesan tentang Baekhyun".

"Telfon balik hyung, jebal". Chanyeol memasang wajah melasnya, berharap orang yang mengirim pesan pada Jongdae dapat memberitahunya dimana keberadaan adik kesayangannya itu.

Setelah membaca pesan itu Jongdae langsung men-dial nomor itu dan nomor itu sudah tak aktif.

"Bagaimana hyung?". Tanya Chanyeol penuh harap. Jongdae menggeleng pelan lalu menghela nafasnya.

"Nomornya sudah tidak aktif".

Setelah mendengar jawaban dari Jongdae, wajah Chanyeol seketika buram. Seperti tak ada semangat hidup di matanya. Tubuhnya seketika itu juga jatuh terduduk di sofa single yang ada di seberang sofa yang diduduki Jongdae dan Sehun.

"Orang itu mengirim pesan tentang apa hyung?". Tanya Sehun penasaran. Kemudian Jongdae membacakan isi pesannya pada Chanyeol dan Sehun.

"Chan, itu artinya Baekhyun sebenarnya bukan anak orang sembarangan. Tidak mungkin pengacara itu menyebutnya dengan sebutan Tuan Muda jika Baekhyun adalah anak dari orang yang biasa-biasa saja bukan?"

"Kau percaya pada pengirim pesan itu Hun? Siapa tau dia hanya seorang penipu dan dia hanya ingin menghentikan kegiatan kita dalam mencari Baekhyun".

Sejenak Jongdae hanya diam dan tak mendengar perdebatan yang terjadi antara Chanyeol dan Sehun. Dia teringat akan sesuatu yang selalu ia letakkan di saku celana Baekhyun. Sesuatu itu adalah kartu nama miliknya yang akan selalu di kembalikan oleh pelayan saat seragam sekolah Baekyun di cuci.

"Chan, saat kau menemukan seragam Baekhyun dan meminta pelayan mencucinya, apakah kau menemukan name card ku di saku celananya? Karena aku selalu melatakkannya di sana dan akan di kembalikan pada ku saat pelayan mencucinya".

"Tidak. Pelayan tak menemukan apapun di seragam Baekhyun saat di cuci hyung".

"Itu artinya...."

"Ne, kau benar Tuan Sehun. Itu artinya kartu nama saya sudah diambil dan pengacara itulah yang menyelamatkan Baekhyun".

"Apa sekarang kau juga percaya pada pengirim pesan itu, Jongdae hyung?".

"Sebaiknya kita tunggu sampai besok, siapa tau nomornya bisa dihubungi lagi dan kita tetap melakukan pencarian pada Baekhyun". Sehun tau kalau saat ini emosi Chanyeol sangat tidak stabil, untuk itu Sehun berusaha menengahi.

"Baiklah, kita tunggu sampai besok semoga nomor orang yang mengaku sebagai pengacara Baekhyun dapat dihubungi".

Sehun mengangguk setuju, tetapi nampaknya tidak dengan Chanyeol. Tanpa kata dia langsung beranjak dari duduknya dan berlari menuju kamarnya di lantai dua. Mengambil kunci mobil, ponsel dan dompetnya. Dengan langkah tergesa Chanyeol pergi meninggalkan rumah itu tanpa menghiraukan panggilan dari Sehun maupun Jongdae.

"Semoga saja orang itu benar-benar orang yang menyelamatkan Baekhyun. Sebaiknya kita bantu dia untuk mencari Baekhyun lagi, jujur saja semuanya menjadi terbengkalai. Pekerjaannya di kantor aku yakin juga tak terurus dan kehidupannya juga terlihat seperti itu, ini bahkan baru dua hari Baekhyun hilang".

"Begitulah jika kita memiliki seseorang yang berharga dalam hidup kita Tuan Sehun".

"Oh iya hyung, tetapi maafkan aku karena sepertinya aku tak bisa membantu Chanyeol lebih lama lagi, masa liburan ku sudah akan habis dan aku harus segera kembali ke jerman".

"Tak apa Tuan Sehun, terimakasih sudah membantu".

"Panggil Sehun saja, seperti hyung memanggil Chanyeol".

"Baiklah, terimakasih Sehun".

"Aku akan tetap meminta detektif dan kepolisian untuk terus mencari keberadaan Baekhyun".

"Sekali lagi terimakasih. Ngomong-ngomong kapan kau akan kembali ke Jerman?"

"Besok pagi aku harus segera terbang ke sana. Padahal aku sangat ingin menolong Chanyeol sampai dia bertemu kembali dengan si manis itu, bagaimanapun terselip kesalahan ku juga atas hilangnya Baekhyun". Jongdae menepuk pelan pundak Sehun kemudian tersenyum tipis.

"Jangan merasa bersalah seperti itu, kita harus yakin kalau semuanya akan baik-baik saja".

"Ne, kau benar hyung. Kalau begitu aku pamit pulang dulu, ada yang harus ku persiapkan untuk penerbangan ku kembali ke Jerman besok. Salam untuk Chanyeol".

Setelah Sehun berpamitan pada Jongdae, Sehun langsung melangkahkan kaki panjangnya keluar dari rumah besar milik keluarga Park dan masuk ke dalam mobilnya yang masih terparkir di halaman luas rumah itu sejak kemarin. Melajukannya dengan kecepatan sedang bertolak dari rumah besar itu menuju kediamannya.

****************

BEIJING, CHINA

"Baekhun-ah".

"Iya Paman".

"Ini adalah rumah anak Paman, namanya Yoo Youngjae. Selama di sini nama mu bukan Byun Baekhyun ataupun Park Baekhyun, tetapi Tan Baoxian".

Kini Mr. Yoo dan Baekhyun sudah sampai di China, lebih tepatnya di halaman rumah milik anak Mr. Yoo. Sambil menggandeng pergelangan tangan mungil Baekhyun, Mr. Yoo melangkahkan kakinya menuju pintu utama seraya menjelaskan tentang identitas Baekhyun selama di Cina.

"Tan Baoxian?".

"Ya, Tan Baoxian. Paman harap kau ingat ini baik-baik sayang....". Mr. Yoo menghentikan langkahnya saat mereka sudah sampai di depan pintu utama. Berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Baekhyun lalu memegang kedua bahu kecil Baekhyun.

"Selama di sini kau akan menggunakan Bahasa Mandarin, tapi jangan khawatir Youngjae hyung akan membantu mu. Segala kebutuhan mu akan dipenuhi di sini, karena Youngjae hyung saat ini menjabat sebagai General Manager yang mengelola cabang perusahaan Appa mu di China. Jadi jangan anggap dia sebagai orang lain, anggaplah dia sebagai hyung mu. Okey". Mr. Yoo mencubit gemas puncuk hidung mungil milik Baekhyun, sungguh dia sudah tak bisa lagi menahan hasratnya untuk mencubit salah satu bagian wajah Baekhyun menurutnya sangat menggemaskan itu.

"Ne Paman, gomawoyo". Baekhyun tersenyum lebar sampai kedua matanya menyipit.

"Sekarang ayo kita masuk ke dalam".

Mr. Yoo menekan bell yang ada di dekat pintu. Tak lama kemudian muncul lah seorang lelaki yang menurut Baekhyun berumur tak jauh dari Chanyeol. mungkin hanya lebih tua beberapa tahun.

"Youngjae-yah". Mr. Yoo merentangkan tangannya agar anaknya itu masuk ke dalam pelukannya. Membuat Baekhyun sedikit merasa terabaikan dalam beberapa detik.

"Ayah. Hai... siapa anak ini? Lucu sekali Ayah". Youngjae tak sengaja menemukan anak kecil berbadan mungil yang sangat lucu berada di belakang Ayahnya itu. Lebih tepatnya bersembunyi di balik kedua kaki Mr. Yoo.

"Dia adalah Byun Baekhyun, putra satu-satunya Tuan Yunho tetapi untuk sementara identitasnya berganti dengan Tan Baoxian. Kenapa sembunyi sayang, ayo keluar ada Youngjae gege disini". Mr. Yoo menarik pelan pergelangan tangan Baekhyun agar keluar dari persembunyiannya. Persembunyian yang percuma saja sebenarnya, karena Youngjae dapat melihatnya di balik punggung Ayahnya. Dan masalahnya adalah Mr. Yoo yang secara reflek menggunakan Bahasa Mandarin saat bicara dengan anaknya, membuat Baekhyun bingung, itulah sebabnya ia bersembunyi.

"Tadi ayah mengatakan kalau namanya adalah Tan Baoxian?".

"Ne. Itu adalah nama China miliknya.

"Hallo Baoxian". Ucap Youngjae dengan bahasa Chinanya yang fasih. Maklum saja dia sudah tinggal di China sejak lulus SMA dan kuliah di sana. Beruntung sekali begitu lulus dari kuliah dia diangkat untuk menjadi general manager di kantor milik Yunho.

"Anyyeonghaseyo hyung". Seolah tau apa arti perkataan Youngjae, Baekhyun membalas salam sapaannya dengan Bahasa Korea.

"Dia belum terbiasa menggunakan Bahasa China, nanti tolong ajarkan padanya agar dia bisa berkomunikasi dengan teman-temannya saat di sekolah".

"Mari masuk ke dalam dulu Ayah". Mereka bertiga masuk ke dalam rumah milik Youngjae lalu mendudukkan diri di sofa ruang tengah.

"Ayah, sebaiknya kita pakai Bahasa Korea saja. Kasihan Baoxian yang terlihat bingung dengan apa yang kita bicarakan". Youngjae terkekeh melihat Baekhyun yang bingung dengan mengernyitkan keningnya berkali-kali.

"Benarkah? Baiklah kita gunakan Bahasa Korea saja. Maaf tadi Ayah hanya refleks menggunakan Bahasa Mndarin".

"Baoxian-ah, kau umur berapa sekarang?".

"Tujuh tahun Ge".

"Ayah, Apa itu artinya dia masih kelas dua sekolah dasar?".

"Sepertinya be..."

"Baek- ah maaf maksud nya a-aku di tingkat akhir sekolah dasar ge". Ucapan Mr. Yoo terpotong oleh kalimat Baekhyun. Dia tidak terima di kata murid kelas dua sedangkan ia sudah duduk di tingkat akhir.

"Sepertinya dia belum terbiasa dengan nama Chinanya Ayah, apa tidak apa jika dia memakai nama Korea nya saja?"

"Jangan!! Dia tak bisa memakai nama Korea nya, terlalu beresiko. Dan kita harus membiasakannya menyebut nama Chinanya sendiri".

"Baiklah, mungkin akan lebih mudah kalau mamanggil mu dengan sebutan Xian, bagaimana?". Baekhyun mengangguk, setidaknya nama itu tak begitu sulit dan panjang untuk diucapkan.

"Okey, jadi Xian-ah kalau kau sudah duduk di tingkat akhir sekolah dasar sedangkan umur mu baru tujuh tahun, apa itu artinya kau lompat kelas?".

"Ne gege, Xian masuk sekolah dasar di umur lima, kemudian Xian lompat dua kelas di umur enam, lalu lombat dua kelas lagi di umur tujuh. Jadi sekarang Xian sudah di tingkat akhir, bahkan minggu depan kata Seonsaengnim Xian akan ikut lomba menggambar".

"Waow!! Aku sungguh tak menyangka kalau kau anak dengan kemampuan otak yang cerdas luar biasa Xian-ah, persis seperti Tuan Yunho".

"Kau benar, dia benar-benar mirip seperti Tuan Yunho. Sangat cerdas bahkan mendekati jenius".

"Ayah, sepertinya Baekhyun bisa mengambil alih perusahaan di usia yang lebih muda dari yang sudah di tetapkan".

"Tetap tidak bisa, surat wasiat yang dibuat Tuan Yunho sudah di sah kan oleh pengadilan dan sampai saat itu tiba, maka Ayah sebagai walinya yang ditunjuk secara langsung oleh Tuan Yunho harus menjaga kelangsungan perusahaan milik Tuan Yunho sekaligus merawat anaknya".

"Begitu rupanya, ku pikir karena Baoxian memiliki otak yang cerdas luar biasa itu bisa mengambil alih perusahaan lebih cepat".

"Mungkin kalau belajar tentang jenis perusahaan tak apa, tetapi untuk memimpin Ayah rasa belum. Bagaimanapun juga dia tetaplah anak-anak yang butuh tempat untuk tumbuh dan berkembang seperti anak seusianya. Itulah mengapa biarpun saat ini dia sudah berada di tingkat akhir sekolah dasar, untuk sekolah menengahnya Ayah harap dia dapat mengikuti kelas reguler saja".

"Ayah benar, anak-anak dengan tingkat kecerdasan seperti Baoxian pasti akan kesulitan dalam pergaulan jika ia tak mengikuti program kelas reguler di sekolahnya". Mr. Yoo mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan Youngjae. Padahal pada awalnya Youngjae menginginkan Baekhyun mengambil alih kursi pimpinan perusahaan lebih cepat karena kecerdasannya yang terlihat luar biasa itu.

Dan tanpa kedua orang dewasa itu ketahui, Baekhyun sudah tak fokus dengan topik pembicaraan mereka karena kedua mata Baekhyun kian memberat. Sepertinya rasa kantuk kembali menyergapnya. Mengingat tadi saat di pesawat Baekhyun terbangun dan tak bisa tidur kembali sekalipun Mr. Yoo sudah memintanya untuk tidur.

"Ayah, sepertinya Baoxian terlihat sangat lelah dan mengantuk, bagaimana kalau kita biarkan dia ke kamarnya untuk istirahat dan sepertinya juga ada yang ingin ayah katakan pada ku selain perkenalan tentang Baoxian".

"Ne, kau benar. Lihatlah matanya yang terlihat memberat".

"Baoxian-ah, sebaiknya kau istirahat di kamar ya, biar pelayan yang mengantar mu". Ucap Mr. Yoo seraya menahan tubuh mungil Baekhyun agar tak terjatuh dari sofa, karena yang benar saja kepalanya kini sudah terkantuk-kantuk.

"Bibi Chang!!". Melihat Baekhyun yang mulai terkantuk-kantuk Youngjae segera memanggil salah seorang pelayan di rumahnya.

"Ya Tuan?"

"Antarkan Tuan Muda Baoxian ke kamarnya di lantai dua".

"Tuan Muda terlihat sangat mengantuk Tuan, bagaimana kalau saya menggendongnya?". Tawar Bibi Chang saat melihat kedua mata Baekhyun yang sudah terpejam tetapi masih dipaksa untuk terbuka sekalipun tak berhasil. Sebenarnya ini adalah moment paling menggemaskan dari seorang Tan Baoxian. Tetapi siapa yang akan tega jika menganggu tidur Tuan Muda menggemaskan itu eh?

"Tentu, gendong saja kalau kau tak keberatan Bibi Chang".

"Terimakasih Tuan, saya permisi".

Bibi Chang menggendong Baekhyun seperti ia menggendong anaknya menuju kamar yang sudah disediakan untuknya sejak lama. Sebenarnya rencana Baekhyun yang akan tinggal di rumah anak Mr. Yoo sudah direncakan sejak Mr. Yoo mendengar kabar jika keluarga Byun mengalami kecelakaan dan hanya Baekhyun lah yang selamat. Tetapi karena Baekhyun kabur dari rumah sakit, kamar Baekhyun kosong sampai saat ini.

"Jadi ayah, apa yang ingin ayah bicarakan?". Youngjae bertanya to the point pada Ayahnya setelah memastikan pelayan itu membawa Baekhyun masuk ke kamarnya.

"Tolong jaga Baekhyun sampai dia siap memimpin perusahaan dan mengelola semua aset milik Tuan Yunho. Dan seperti yang tadi kita bicarakan, sekolahkan dia di sekolah yang bagus dengan program reguler jangan biarkan dia lompat kelas lagi. Ayah kasihan kalau melihat anak-anak seusianya masih bermain dan belajar di sekolah sedangkan dia sudah lulus lebih cepat. Dia perlu bermain seperti anak-anak yang lain". Mr. Yoo menjeda kalimatnya dengan helaan nafas.

"Selain itu dia juga butuh tempat yang aman sampai umur 17 tahun. Kau tau, Cheolyoong dan Sunhwa benar-benar gila, aku yakin mereka pasti melakukan hal gila terlebih dulu sebelum membawa Baaekhyun ke hadapan ku. Bahkan Baekhyun mengatakan pada ku kalau dia sebelumnya tinggal bersama keluarga Park, dan aku yakin kalau pasangan gila itu sudah menculiknya. Selain itu kau juga bisa mengajarkannya sedikit demi sedikit tentang perusahaan, lagi pula perusahaan ini hanya bergerak pada satu bidang saja hanya memiliki cabang yang banyak".

"Aku mengerti ayah, jangan khawatir aku akan merawat dan menganggapnya seperti adik ku sendiri".

"Ayah senang mendengarnya". Mr. Yoo menghela nafasnya dengan lega setelah mendengar ucapan anaknya itu.

"Lalu rencana Ayah selanjutnya apa untuk menghadapi Tuan Cheolyoong dan Nyonya Sunhwa?".

"Jangan menyebut nama mereka seperti itu, mereka benar-benar tak pantas mendapatkannya. Rencana ayah akan tetap pada rencana awal kita, ayah akan laporkan mereka ke pengadilan dengan tuduhan pemalsuan surta-surat negara dan penculikan berencana pada Baekhyun. Bukan kah itu bagus?".

"Untuk pemalsuan surat-surat negara aku yakin Ayah punya buktinya, tetapi untuk penculikannya?"

"Kita punya tiga pelayan setia di rumah Cheolyoong kalau kau lupa, dan mereka merekam pembicaraan tentang rencana mereka berdua saat akan menculik Baekhyun keesokan harinya".

"Baiklah, lalu bagaimana dengan keluarga Park?". Youngjae seperti wartawan yang tengah melakukan wawancara dengan Mr. Yoo sebagai narasumber utamanya. Membuatnya mendelik sejenak ke arah anaknya itu.

"Ayah akan menemuinya besok kalau sudah sampai di Korea, Ayah yakin pasangan gila itu pasti masih sibuk untuk membuat pemalsuan akta lahir Baekhyun. Bagaimanapun akta aslinya ada pada ku dan di tempat yang ku sembunyikan yang tak ada seorang pun tau".

"Ayah Jjang!!". Ucap Youngjae kemudian tersenyum lebar seraya mengacungkan kedua jempolnya.

"Gomawo pujiannya nak".

"Cheonmaneyo Ayah. Haha sepertinya rumah besar ini tak akan sepi lagi, pasti akan terdengar celotehan Baekhyun setiap hari".

"Menikahlah kalau ingin anak dan mendengar celotehan khas anak-anak yang lebih banyak setiap hari".

"Jangan menggoda ku ayah, aku masih 27 kalau ayah lupa". Youngjae mendelik tak suka saat ayahnya yang sudah berumur kepala empat itu menggodanya.

"Ayah tak lupa umur mu itu nak, hanya saja Ayah pikir menikah di umur 27 tidak buruk".

"Aku ingin menata karir ku dulu Ayah".

"Bukankah kau sudah memiliki pekerjaan tetap, kau juga sudah mapan dan jabatan mu di perusahaan tak diragukan lagi, then? Apa lagi yang kurang?".

"Aku belum bertemu dengan gadis yang cocok, itu yang kurang Ayah ku yang paling tampan sejagat raya. Dan satu lagi Kenapa Ayah sangat ingin aku segera menikah?".

"Ayah ingin menimang cucu". Mr. Yoo terkekeh setelah berhasil mejawab pertanyaan anaknya itu dengan jawaban singkatnya yang mana membuat wajah Youngjae seketika memerah malu.

"Dasar Ayah, kalau tentang cucu Ayah harus benar-benar bersabar sampai aku menemukan belahan jiwaku yang entah ada dimana. Sebaiknya sekarang Ayah istirahat lagi pula ini sudah malam. Ayah akan tinggal disini selama beberapa hari atau......"

"Ayah akan pulang besok pagi, Ayah memesan tiket dua kali pergi sedangkan untuk Baekhyun sekali pergi".

"Baiklah, kalau begitu sebaiknya sekarang Ayah istirahat agar tak terlalu letih untuk menempuh perjalanan lagi besok".

"Baiklah anak ku tersayang".

Youngjae hanya memutar kedua bola matanya malas mendengar ucapan sang ayah sebelum benar-benar meninggalkan ruang tengah menuju kamar yang memang selalu di gunakannya saat berada di rumah Youngjae.

*****************

SEOUL, KOREA

Keesokan paginya nampak sepasang suami istri tengah berada di kursi tunggu gedung kenegaraan bagian data kependudukan. Mereka adalah Cheolyoong dan Sunhwa, tengah menunggu nomor antrian mereka dipanggil.

Setelah menunggu hampir satu jam, akhirnya nomor antrian mereka di panggil menuju loket pengaduan.

"Selamat pagi. Ada yang bisa kami bantu Tuan?". Ucap pegawai itu dengan ramah dan senyuman lebarnya seperti biasanya.

"Kami kehilangan akta kelahiran milik anak kami. Bisakah kami mendapatkan duplikatnya?".

"Bisa Tuan, atas nama siapa?".

"Byun Baekhyun".

"Tunggu sebentar Tuan".

Petugas itu mengetikkan sesuatu hingga memunculkan sejumlah data di layar komputer miliknya. Itu adalah data milik keluarga Byun Yunho. Setelah melihat datanya dengan seksama, petugas itu menyamakan foto Yunho dan Fani dengan orang yang datang meminta duplikat akta kelahiran Baekhyun.

"Maaf dalam data yang ada pada kami, Anda berdua bukan pasangan Tuan Byun Yunho dan Nyonya Tiffani Hwang. Hanya orangtua kandung yang bisa meminta duplikat dari akta kelahiran".

"Yunho Hyung dan Fani Noona sudah meninggal dua tahun yang lalu, kami perlu akta kelahiran Baekhyun untuk pengurusan peralihan hak asuh dan wali nya. Kami sudah mencari akta kelahirannya tetapi kami tak dapat menemukannya dimanapun. Saya Byun Cheolyoong adik kandung dari Byun Yunho. Kalau tak percaya silahkan lihat di data keluarga Byun Seungho". Jelas Cheolyoong, benar-benar seperti dugaannya, petugas itu tak akan percaya jika ia mengakui Baekhyun sebagai anaknya.

"Tolong bantu kami, kami hanya tak ingin anak yang malang itu memiliki wali yang sah dan orang yang bisa dianggapnya sebagai Ayah dan Ibu. Lagipula kami pasangan menikah yang tak bisa memiliki anak, oleh sebab itu kami ingin mengangkatnya menjadi anak kami, lagipula kami ini adalah satu-satunya kerabat yang dimilikinya". Ucap Sunhwa dengan nada yang dibuat semelas mungkin bahkan ia mengeluarkan air mata buayanya agar petugas itu luluh. Dan itu berhasil, membuatnya tertawa setan di dalam hati. Tidak sia-sia dia mengeluarkan air mata buayanya.

"Baiklah, tunggu sebentar. Akan kami buatkan duplikatnya. Silahkan ambil di loket 3 setelah jam makan siang".

"Terimakasih".

Mereka berdua melangkahkan kaki mereka menuju loket 3 kemudian menunggu di kursi tunggu mengingat sebentar lagi sudah masuk jam makan siang. Dan selama menunggu, mereka memesan delivery.

Hingga tak terasa waktu makan siang sudah terlewati, kini Cheoyoong dan Sunhwa sudah membawa duplikat akta kelahiran milik Baekhyun di tangannya.

"Akhirnya satu masalah selesai". Desis Cheolyoong seraya menghela nafasnya pelan.

"Tentu saja, bukankah sudah ku katakan kalau semuanya akan menjadi lebih mudah. Sekarang kita sudah dapatkan semua akta-akta yang dibutuhkan si pengacara bodoh itu". Sunhwa mengeluarkan smirk di wajah cantiknya.

"Baiklah, akan ku telfon dia. Kita harus segera menyerahkan semua benda tak berguna ini padanya dan mengambil Baekhyun".

Sementara Mr. Yoo yang baru menginjakkan kakinya di Korea sudah mendapat puluhan Miscall dari Cheolyoong. Hari ini Mr. Yoo terpaksa harus mengundur jadwal penerbangannya menjadi agak siang, karena pagi-pagi sekali Baekhyun terbangun dan tak ingin berpisah dengan Mr. Yoo saat melihat Mr. Yoo tengah berpamitan dengan Youngjae.

Akhirnya dengan berbagai jenis cara untuk membujuk Baekhyun agar mau melepaskan Mr. Yoo untuk kembali ke Korea berhasil, dan itu memakan waktu yang tak sebentar hampir dua jam kalau kalian ingin tau.

"Dasar orang gila, untuk apa menelfon ku sampai puluhan kali seperti ini". Setelah mengumpat pada notifikasi tentang puluhan miscall dalam ponselnya Mr. Yoo menghubungi nomor orang yang tadi diumpatinya, siapa lagi kalau bukan Byun Cheolyoong.

'Kenapa sejak tadi Anda tak dapat dihubungi Mr. Yoo?'. Jawab orang dari seberang telfon dengan nada yang meninggi, membuat Mr. Yoo terpaksa harus menjauhkan ponselnya dari telinganya. Sungguh suara Cheolyoong yang tengah meninggi itu membuat telinganya sakit.

"Maaf Tuan Cheolyoong, tadi saya tengah berada di dalam gedung pertemuan jadi saya matikan ponsel saya". Dusta Mr. Yoo dan untungnya Cheolyoong percaya.

'Eoh, baiklah kalau begitu. Kami sudah mendapatkan semua benda yang Anda butuhkan. Sekarang Anda ada dimana? Aku ingin menyerahkan benda ini dan mengambil Baekhyun'.

"Titipkan saja akta-akta itu di kantor, saya masih sibuk dengan Tuan Muda Baekhyun". Mr. Yoo langsung memutus sambungan itu secara sepihak. Tak perduli jika Cheolyoong sudah mengumpatinya di seberang sana.

"Aku harus segera membuat laporan ke pengadilan dan ke kepolisian tentang hal ini. Sial! Bagaimana bisa mereka mendapatkan duplikat akta kelahiran milik Baekhyun secepat ini?". Gumam Mr. Yoo penuh dengan berbagai umpatan pada pasangan Cheolyoong-Sunhwa. Dengan segera ia melajukan mobilnya dari bandara menuju kantor polisi dan pengadilan. Dia tak boleh kalah cepat kali ini.

Setelah hampir tiga jam mengurus semua laporan tindak kejahatan pasangan gila harta itu, Mr. Yoo dapat bernafas sedikit lebih lega. Setidaknya Baekhyun aman untuk sementara waktu jika kedua pasangan itu mendekam di penjara.

Kini Mr. Yoo tengah bersantai sejenak di cafe langganannya. Dengan secangkir americano di hadapannya.

"Hah, akhirnya selesai juga. Sekarang tinggal menyelesaikan satu masalah lagi. Aku akan menelfon orang ini dulu". Mr. Yoo memegang lagi kartu nama yang diberikan Baekhyun, lalu menekan beberapa digit nomor yang tertera di sana dan meletakkan benda pipih warna putih itu di telinga kirinya.

'Yeoboseyo'

"Ah Ne, Yeoboseyo. Saya Yoo Jae Seok pengacara dari keluarga Byun yang kemarin mengirim pesan kepada Anda, apa benar saat ini saya tengah berbicara dengan Tuan Kim Jeongdae?"

'Ah Ne, saya sendiri. Ada apa Anda menghubungi saya Tuan? Anda tidak sedang berbohong pada kami kan? Anda bukan penculik yang sengaja memberikan pesan pada kami agar kami menghentikan pencarian untuk Park Baekhyun kan?'

Pertanyaan panjang dari Jongdae membuat Mr. Yoo terkekeh. Sepertinya ia berbicara dengan anak muda yang emosinya masih suka meledak-ledak seperti remaja. "Bisakah kita bertemu? Ada yang ingin saya sampaikan mengenai Tuan Muda Baekhyun. Tenang saja semua yang Anda tuduhkan pada saya tadi semuanya salah, saya benar-benar seorang pengacara dari keluarga Tuan Muda Baekhyun".

'Bagaimana Anda mendapatkan nomor telfon saya? Dan saya yakin Anda adalah penculiknya karena saat adik saya menemukan seragam sekolah Bekhyun disana tak ada kartu nama saya yang selalu saya selipkan ke kantung celananya. Anda pasti mendapatkan nomor saya dari kartu nama saya kan?'

"Tolong untuk tenang dulu Tuan, saya jadi bingung harus bagaimana menjawab pertanyaan Anda...". Mr. Yoo menghela nafasnya sejenak untuk menjeda kalimatnya. Ternyata masalah dengan keluarga Park tak semudah yang ia bayangkan.

"... nanti akan saya ceritakan semuanya, kalau bisa sekarang temui saya di cafe xxx di Gangnam District"

'Bisakah Anda katakan dimana anak itu terlebih dulu? Jujur saja sampai saat ini kami kelimpungan untuk mencarinya'.

"Jangan khawatir, dia berada di tempat yang sangat aman sekarang dan penculiknya juga sudah saya laporkan ke polisi. Kita tinggal menunggu penangkapannya saja. Mungkin saat ini penculik itu sudah dalam perjalanan menuju kantor kepolisian Seoul".

'Baiklah, kalau begitu saya akan segera ke sana'.

Panggilan itu terputus. Mr. Yoo menghela nafasnya pelan di dalam cafe itu. Lalu menyesap americanonya dengan hikmat.

"Semoga saja kedua pasangan gila itu sudah benar-benar di tangkap sekarang". Gumamnya pelan setelah meletakkan kembali cangkirnya ke meja.

Dan benar saja, tepat saat Cheolyoong dan Sunhwa sampai di rumah mereka, di sana sudah ada lima orang dari kepolisian dan membawa surat penangkapan untuk mereka berdua.

Tadinya Sunhwa dan Cheolyoong ingin pulang untuk mandi dan istirahat sejenak sebelum mendatangi kediaman Mr. Yoo nanti malam untuk menyerahkan akta-akta itu sekaligus mengambil Baekhyun. Tetapi ternyata mereka kalah cepat dari Mr. Yoo. Pihak kepolisian yang menangkapnya menjelaskan secara rinci kasus yang tengah dihadapai kedua pasangan itu. Dan pikiran mereka berdua langsung tertuju pada Mr. Yoo.

"Dasar pengacara sialan!! Beraninya dia melakukan ini pada ku". Desis Cheolyoong seraya dituntun untuk masuk ke dalam mobil polisi untuk menjalani proses hukum di pengadilan.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TBC.

Masih adakah yg minat baca ff ini?? 😂😂😂😂
Aku sempatin buat ngetik dan jadikan part ini dalam sehari...
Jadi maaf kalau ada typo...
Wkwkwk....

Makasih aja buat kalian yg masih mau baca...

Jangan lupa ninggalin jejak yaa readers ku tercintah...

See you next part...
😚😚😚😚😚

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 65.4K 96
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
7.7K 563 18
seorang CEO di perusahaan Kim's pride company terkenal, bersifat dingin, cuek, tegas ini menikah dengan seorang gadis yang dijodohkan, suatu hari ia...
406K 29.9K 40
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
YES, DADDY! By

Fanfiction

303K 1.8K 9
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar