Voice Later [Book 2] ✔️

Autorstwa inflakey

35.8K 4K 382

Voice Later : The voice that can be heard now ~ BOOK 2 -------- WARNING ------- KONT... Więcej

Voice Later BOOK 2
1 ~ Tears
2~ First Or Not
3~ Brothers
4~ Like or Not
6~ Get Out
7~ After-
Informasi
Biodata Karakter
8~ Tiring and Miss you
9~ Bunkasai
10~ Bunkasai 2
11~ Like this last time
12~ Oldest Brother
13~ Old wounds
14~ Encounter
15~ Change Of Story
16~ Punch-
17~ Good Bye-
18~ Genesis
19~ With Tears~
20~ Without Tears~
21~ The Moment
22~ Get It Back
23~ Be a Part of Family
~ Miyamoto's Family ~
24~ Let's Start Again!
25~ An answer
26~ Not alone-
27~ Voice Each Other
28~ Destiny
29~ Berteman lagi.
30~ The Voice
Afterwords
| EXTRA 2.1|
| EXTRA 2.2 |

5~ Confession

1.3K 149 9
Autorstwa inflakey


Bab 34

Book 2 Chapter 5


--- Daiki and Isao Confession ---  

'Clank!'

Suara botol keleng minuman yang baru saja keluar dari mesin minuman. Sebuah tangan mengambil minuman tersebut dan membawa berjalan bersamanya.

"Kopi"suara itu seraya menyodorkan minuman kaleng kearah pria yang duduk pada salah satu bangku panjang taman.

"Huh?! Sudah aku bilang aku tidak suka kopi dari mesin minuman itu"ucapnya protes namun masih menerima kopi tersebut.

"Ini sama saja. Lagipula ini hangat"balas pria lainnya yang bergerak duduk disamping pria disampingnya.

"Kopi dari mesin itu selalu pahit"

"Sekali-kali kau minum yang pahit"mereka kembali berdebat kemudian terdiam sejenak dan saling menatap.

"Ini seperti mengingat masa lalu"ucap pria sebelumnya protes, pria lainnya terkekeh.

"Itu sudah lama sekali, Isao"ucap lawan bicaranya, tentu siapa lagi kalau selain Daiki.

"Aku selalu marah kalau kau mengambilkanku kopi dari mesin itu"ujar pria yang bernama Isao tersebut mulai membuka penutup kaleng minumannya.

"Dan kau selalu saja memberikanku minuman pahit ini"tambahnya meneguk wajah masam menahan pahitnya kopi tersebut, Daiki hanya terkekeh ikut meneguk minumannya.

"Kau juga selalu membalasnya"ujar Daiki mengingat bagaimana Isao sering memberikannya makanan yang sangat manis dan kini gantian Isao yang terkekeh usai menelan minumannya secara paksa.

"Bagaimana hubunganmu dengan Rui?"tanya pria yang bernama Isao tersebut.

"Seperti biasa. Dia manis"ujar Daiki santai yang meneguk minumannya seraya melirik kearah Isao yang terlihat sangat memaksakan untuk meminum kopi yang Ia berikan.

"Heh~ Itu keluar dari mulut seseorang yang sangat membenci makanan manis?"kekehan Isao kini terdengar, Daikipun terkekeh mendengarnya.

"Dia bukan makanan"protes Daiki dengan senyumannya, Isao kembali terkekeh kemudian menaruh kaleng minumannya disampingnya. Isao berdiri dan melangkah beberapa langkah kehadapan berhenti dan berbalik hingga dirinya berhadapan dengan Daiki yang masih duduk ditempatnya sebelumnya.

"Kau ingin tau alasannya beberapa tahun lalu bukan?"ujar Isao yang berdiri menatap Daiki dengan senyumannya, Daiki mengernyitkan dahinya menatap kearah Isao juga.

"Dengarkan baik-baik dan kau harus berjanji jangan marah"ucap Isao.

"Baik. Aku tidak akan marah"balas Daiki.

"Tapi kalau setelah ini kau ingin kembali menjauhiku, itu bukan masalah"ucap Isao kembali, Daiki mengernyitkan dahinya dan semakin penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Isao.

"Daiki dengarkan baik-baik"ucap Isao menarik napasnya dalam-dalam kemudian menghembuskan napasnya perlahan.

"Aku..."Isao menahan perkataannya dan kembali menghirup oksigen perlahan, Daiki menunggu seraya meneguk minumannya.

"Aku menyukaimu, Daiki"ujar Isao dengan senyumannya, Daiki sedikit tersentak menatap Isao dengan minuman kaleng yang tertahan pada bibirnya. Daiki menarik tangannya dan menaruh kaleng minuman disebelahnya duduk dan menatap kearah Isao dihadapannya.

"Aku sangat menyukaimu. Seperti perasaanmu terhadap Rui ataupun sebaliknya"jelas Isao kembali dan Daiki dengan senantiasa mendengarkan perkataan Isao.

"Saat aku sadar aku menyukaimu aku berpikir untuk mencobanya dengan orang lain"jelas Isao.

"Tapi saat aku mencobanya aku tidak merasakan apapun. Maksudku... Aku sangat senang berada disampingmu dan saat kau menaruh perhatianmu padaku"tambah Isao.

"Aku tau kau sudah bersama Rui sekarang. Aku tidak memaksamu untuk menjawab atau membalas perasaanku. Aku hanya ingin menyampaikannya... Karna saat ini... Aku rasa... Semua itu sudah hilang dan menjadi seperti diawal dimana aku sangat mengagumimu"ujar Isao akhirnya.

"Aku sangat mengagumimu, Daiki"ujar Isao menatap Daiki seraya menghela napasnya. Merasa beban yang ada dipundaknya selama ini telah terangkat dan hilang. Daiki nampak ikut menghela napasnya kemudian berdiri dari duduknya dan berjalan maju mendekati Isao. Isao nampak memejamkan matanya rapat saat Daiki mendekat padanya. Daiki menghentikan kakinya didepan Isao yang terdiam mematung dengan matanya yang tertutup rapat, miringkan telapak tangannya dan memukulnya pada kepala Isao.

"Ouw-"eluh Isao saat mendapatkan rasa sakit diatas kepalanya, Isao mendongak dan menatap kearah Daiki yang sedikit lebih tinggi darinya.

"Jangan mencoba hal berbahaya seperti itu"ujar Daiki yang menarik tangannya dari kepala Isao.

"Mencoba dengan sembarang orang. Kau pikir tidak berbahaya? Kau bahkan pergi ke love hotel"ujar Daiki.

"Ugh! I... Itu ak... aku..."Isao nampak mengalihkan pandangannya dari Daiki mencari kesembarang arah.

"Ada apa, huh? Apa yang kau sembunyikan?"ujar Daiki meraih dagu Isao dan mendongakkan kepala Isao kembali menatapnya.

"Ti... Tidak ada-"jawab Isao dan mendapatkan tatapan intimidasi dari Daiki.

"Ugh! Matamu itu mengerikan"gumam Isao kesal dengan tatapan mengerikan Daiki.

"Kalau begitu jawab"ujar Daiki yang mendengar Isao.

"Oke oke!"ujar Isao yang mendorong tubuh Daiki pelan hingga Daiki melepaskan tangannya yang berada didagu Isao.

"Aku tidak tau kalau orang itu akan mengajakku ke love hotel dan melakukan hal aneh yang tidak pernah aku bayangkan. Tapi untung saja aku bisa berkelahi didapat darimu, aku meninju pria itu dan berlari meninggalkan pria itu begitu saja"ujar cepat Isao dengan wajah sipu dan kesal yang menjadi satu.

"Hahaha-"tawa pecah Daiki mendengar penjelasan dari Isao.

"Jangan tertawa!"kesal Isao namun Daiki masih tetap tertawa seraya memegangi perutnya.

"Memangnya kau anak-anak apa?... Orang asing menghampirimu dan kau tidak berpikir akan hal aneh lainnya haha-"ucap Daiki dengan tawanya.

"Oke! Maaf saat itu aku masih berada dikelas dua SMP dan masih belum mengetahui hal seperti itu"kesal Isao dan berjalan mengabaikan Daiki yang tertawa menuju kursi yang seblumnya Ia duduki kemudian mengambil kopi kalengan miliknya bermaksud untuk meneguknya namun tangannya tertahan.

Daiki berdiri tepat dibelakang tubuhnya, tangan Daiki nampak menahan pergelangan tangannya yang memegang kaleng kopinya.

"Apa yang kau-umph!"mata Isao menegang saat bibirnya dibungkam oleh bibir Daiki.

Pegangannya pada kaleng minumannya melonggar membuat kalenh tersebut jatuh begitu saja ketanah. Mata Isao terbuka lebar menatap mata Daiki tertutip rapat. Tangan Daiki yang satunya berada didagunya menahan kepala Isao mempermudah Daiki untuk meraih wajah Isao. Isao yang hampir terbuai sadar kemudian menginjak kaki Daiki sekuat tenaganya hingga Daiki melepaskan ciumannya karena kaget kemudian menyikut perut Daiki begitu saja hingga Daiki mundur beberapa langkah.

"Urgh- Isao kau bilang kau menyukaiku tapi begini kau memperlakukan orang yang kau sukai saat menciumu?"elus Daiki memegangi perutnya.

"Bercandamu keterlaluan"geram Isao cuek mengambil kalenh minumannya yang terjatuh dan melemparnya ketempat sampah disebelah bangku panjang tempatnya duduk.

"Kau tidak akan hamil juga dengan ciuman"balas Daiki yang ikut mengamnil kaleng minumannya yang masih diatas bangku.

"Jangan main-main bodoh"ujar Isao yang menampar kecil kepala Daiki disaat tubuh Daiki yang sedikit menunduk.

"Jangan memukulku terus"protes Daiki yang langsung menegakkan tubuhnya.

"Kalau Rui tau kau mencium orang selain dirinya, dia bisa marah bodoh"lanjut Isao.

"Nah~ Seru juga liat dia marah karna cemburu"ujar Daiki dengan kekehannya dan mendapatkan tendangan tepat ditulang depan kaki kirinya.

"Urgh- Isao untuk apa itu"kembali Daiki mengeluh.

"Anggap saja itu pukulan dari Rui"ujar Isao yang kemudian berjalan meninggalkan Daiki lebih dulu. Daiki kemudian bergerak membuang kaleng minumannya lalu menyusul Isao dengan cepat. Daiki berjalan hingga beriringan dengan Isao kemudian tangannya meraih kepala Isao dan menepuknya pelan.

--- Daiki and Isao Confession End ---

Rui duduk disamping ranjang Daiki menatap Daiki yang saat ini sedang duduk menyandarkan tubuhnya pada bantal yang bersandar pada dinding dibelakangnya, Daiki terlihat menunduk dan terus menghembuskan napasnya kasar. Ruipun terlihat sedikit ragu untuk bercakap dengan Daiki. Daiki kemudian mengangkat kepalanya kemudian menatap kearah Rui dan memberikan senyuman lembut pada Rui, Rui nampak tersentak kecil namun kemudian membalas senyuman Daiki.

"Untuk apa senyuman itu?"suara berat itu muncul tepat disisi kiri wajah Rui yang berasal dari Ryuga yang nampak membungkukkan tubuhnya mensejajarkan kepalanya dengan kepala Rui.

"Memangnya aku tidak boleh tersenyum dengan kekasihku sendiri?"ujar Daiki pada Ryuga membuat Rui seketika mengeluarkan semburat merah dipipinya, sedangkan Ryuga menatapnya kesal.

"Huh?! Apa katamu? Kekasih?"suara cempreng itu muncul pada sisi kiri Daiki dan memperlihatkan Shota yang mencondongkan tubuhnya pada Daiki.

"Huh?!"respon Daiki kaget menatap Shota.

"Shota -chan jangan berteriak. Ini rumah sakit"ujar Rui yang berdiri dari duduknya dan mencondongkan tubuhnya kearah Shota yang berada disebrangnya.

"Huh?!"sekarang respon Shota pada Rui.

"Rui bisa kau suruh mereka pergi?"tanya Daiki ditengah perdebatan Rui dan Shota.

"Eh?!"Rui menegakkan tubuhnya dan menatap Daiki.

"Terlebih satu orang ini"Daiki menunjuk pada Shota.

"Dia sangat berisik. Aku bisa-bisa tidak akan pernah sembuh"

"Huh?!"respon Shota menatap kesal Daiki.

"Tch! Bagaimana bisa Fumio punya teman sepertimu"umpat Shota kemudian berjalan keluar dari kamar rawat Daiki, Shuji yang sedari tadi berada disamping Shota nampak terkekeh.

"Aku yakin Fumio menjadi seperti sekarang karena bocah ini"ujar Shuji dengan kekehannya seraya menunjuk Daiki, Daiki mengernyitkan dahinya menatap Shuji.

"Fumio sudah seperti itu sejak kami bertemu"ujar Daiki pada Shuji membuat Shuji menatapnya dan bermaksud untuk membalas ucapan Daiki.

"Kau yakin?"kali ini Ryuga yang menghalang perkataan Shuji, Daiki nampak menoleh kearah Ryuga yang berdiri dibelakang Rui kemudian menghela napasnya.

"Kenapa tidak tanya dia saja"ujar Daiki yang nampaknya sudah sangat lelah.

"Rui-"ujar Ryuga yang menyentuh bahu Rui dan mengambil posisi kesebelah kiri Rui membuat Rui dengan mudahnha menoleh kearahnya.

"Keluar dan kejar Shota"ujar Ryuga, Rui nampak tersentak kecil menatap Ryuga kaget.

"Shota -chan pasti akan mencari Riku -Nii"sahut Rui.

"Dia akan tersesat lebih dulu. Cepat cari"ujar Shuji mendapatkan anggukan dari Ryuga, Rui terlihat berpikir sejenak kemudian mengangguk.

"Aku titip Daiki dulu"ujar Rui kemudian berpamitan kepada Daiki dan menginggalkan ruangan. Kini didalam ruangan tersebut Daki hanya tinggal bersama Shuji dan Ryuga. Daiki nampak menghela napasnya kembali.

"Daiki -kun katakan-"ujar Shuji seketika membuat Daiki nampak kaget, terlebih Shuji memanggilnya dengan nama depannya. Shuji nampak duduk pada sisi kanan tempat tidur Daiki.

"Sejauh apa kalian berduaarrggh-"Shuji yang berubah menjadi raungan ketika Ryuga dengan santainya menampar kepala Shuji.

"Ryuga untuk apa itu!"pekik Shuji seraya memegangi kepalanya, Ryuga hanya berdehem pelan dan mulai memandang Daiki.

"Kau benar-benar berkencan dengan adikku?"tanya Ryuga pada Daiki.

"Bukankah sangat jelas?"balas Daiki yang bukan dengan jawaban.

"Sejak kapan?"kembali Ryuga bertanya.

"Natal tahun kemarin"jawab Daiki yang kali ini benar-benar dengan jawaban.

"Huh?!- Adikku baru kesini bulan oktober"ujar Ryuga yang meraih kepala Daiki kemudian menekan-nekannya kuat dengan jemarinya.

"Sakit-"protes datar Daiki namun tetap menerima perlakuan dari Ryuga dengan santai.

"Kau memaksa adikku huh?"ujar Ryuga masih dengan posisi yang sama.

"Tidak. Adikmu menerimanya dengan senang hati"balas Daiki.

"Huh?!"respon Ryuga masih memegangi kepala Daiki.

"Jadi kalian sudah melakukannya?"ujar Shuji kembali.

"Shuji!!"kesal Ryuga pada Shuji yang dengan cepat berdiri dari duduknya menjauh dari jangkauan Ryuga.

"Nah~"Daiki yang pada akhirnya menyingkirkan tangan Ryuga dari kepalanya.

"Aku rasa Rui tidak pernah berpikiran lebih dari berciuman"ujar Daiki seraya menunjukkan wajah berpikirnya.

"Huh?!"ujar Ryuga dan Shuji bersamaan.

"Ru... Rui -chan bi... bibir..."ujar Shuji tergagap dengan menunjukkan wajah sedihnya.

"Kau jangan berpikir untuk melakukan hal yang lebih dari itu"ujar Ryuga.

"Tidak janji"ujar Daiki menaikan bahunya cuek.

"Kau benar-"

"Nii -chan, Shota -chan bilang dia tidak ingin ikut kesini"suara Rui yang masuk kedalam ruangan menghentikan Ryuga.

"Ah!- Tidak masalah aku akan menyusulnya"ujar Shuji seketika.

"Dia dipos perawat bersama Simegure -san"ujar Rui pada Shuji yang berjalan mendekatinya.

"Oke. Terima kasih"ujar Shuji seraya menepuk pelan kepala Rui kemudian berlalu meninggalkan ruangan

"Nii -chan kau masih disini?"ujar Rui yang berjalan mendekati ranjang Daiki, Daiki terkekeh saat mendengar perkataan Rui sedangkan Ryuga menatap adikknya itu tak percaya.

"Rui kau mengusir kakak?"ujar Ryuga seketika, Rui menatap kakaknya kaku kemudian menunjukkan senyumannya.

"Hehe tidak kok. Maksudku kakak tidak bertemu dengan klien kakak?"ujar Rui dengan tawa kecilnya.

"Sidangnya besok"ujar Ryuga.

"Bukannya harus mempersiapkan materinya?"ujar Rui yang mengambil tempat duduk pada sisi ranjang Rui.

"Nah- Sudah siap"ujar Ryuga memperhatikan adikknya itu yang nampaknya tak tertarik dengan keberadaan dirinya, Rui mengangguk mengerti kemudian kembali pada diri Daiki. Ryuga yang berada dibelakang Rui hanya mampu menatapi punggung adiknya tersebut yang nampak sangat menikmati pembicaraannya dengan orang yang duduk diatas ranjang.

Tak seberapa lama pintu ruangan kembali terbuka memperlihatkan Fumio yang datang bersama Isao dan masuk berjalan mendekati ranjang Daiki.

"Fumio -chan untung kau datang. Aku disini hanya dicuekin oleh adik kesayangananku"ujar Ryuga yang bersikap manja dan meraih tubuh Fumio yang berada disampingnya, memeluknya.

"Itu tandanya kau harus pergi dari sini dan cepat kembali ke Osaka"ujar cuek Fumio seraya mendorong-dorong kepala Ryuga yang menggesek-gesekkan pipinya diatas kepalanya.

"Menyingkir dariku"tambah Fumio.

"Ugh- Kalian jahat sekali. Saat kalian kecil kalian selalu berebutan untuk berada dipelukan"ujar Ryuga masih memeluk Fumio mengabaikan penolakan dari Fumio.

"Jangan membuat-buat cerita aneh. Pergi kau"ujar Fumio dan terus mendorong wajah Ryuga yang begitu dekat dengannya.

"Tidak buat-buat. Saat kau kerumah utama kau selalu mencari lebih dulu"tambah Ryuga tak terima ucapan dari Fumio.

"Aku tidak ingat hal seperti itu"kembali penolakan dari Fumio.

"Menyingkir sana. Kau berat!"geram Fumio.

"Fumio kau bisa gunakan tinjumu. Tanganmu itu akan membuatnya menjauh seketika"usul Daiki seketika membuat semuanya menatap Daiki kaget.

"Ah! Boleh juga"ujar Fumio sependapat dengan Daiki dan mulai menyiapkan tinjunya.

"Huaa~ Fumio-kun hentikan. Kau bisa membuatnya patah tulang seketika. Daiki idemu itu gila"ujar Isao seketika mengurungkan niat Fumio membuat Ryuga mematung seketika masih dengan memeluk Fumio sedangkan Daiki hanya terkekeh.

"Fu -chan, Ryuga -Nii masih belum menikah"tambah Rui.

"Kalian berhenti memanasi Fumio seperti itu"Ryuga seketika dan melepaskan pelukannya pada Fumio.

"Fumio kalau kau ingin memukulku bukan masalah. Tapi tambahkan dengan rasa cinta darimu"tambah Ryu yang meletakkan kedua tangannya pada bahu Fumio. Fumio menatap kesal pada Ryuga kemudian menendang kuat kaki Ryuga.

"Argh! Sakit! Fumio!"pekik Ryuga seketika memegangi kakinya seraya terduduk pada ranjang kosong didekatnya.

"Ada apa ini?"suara Simegure dari pintu ruangan dan berjalan masuk menghampiri ranjang Daiki.

"Simegure -kun aku rasa kakiku patah tulang"ujar Ryuga pada Simegure yang sudah sampai disebelahnya.

"Huh?! Kau terlihat baik-baik saja"ujar Simegure yang menatap Ryuga dari ujung kaki hingga ujung kepala, Ryuga menggeleng cepat.

"Kakiku sakit. Simegure -kun obati aku"ujad Ryuga yang meraih lengan Simegure dan memeluk lengan tersebut.

"Huh?! Ada ap-"

"Berhenti bertindak seperti orang idot kau pria tua!"ujar Fumio yang memukul kepala Ryuga kemudian meraih kerah baju Ryuga dan menyeretnya ikut bersamanya.

"Ikut aku"ujar Fumio menggiring Ryuga keluar dari ruangan tersebut.

"Ugh- Aku rasa ada yang salah dengan kakak-kakakmu Rui"ujar Simegure yang menatap pintu seraya menepuk bahu Rui, Rui terkekeh dengan perkataan Simegure.

"Ryuga -Nii memang seperti itu"jawab Rui dengan kekehannya.

"Aku tidak percaya kalau dia pengacara yang handal"ujar Simegure.

"Saat melakukan pekerjaannya dia akan sangat serius"ucap Rui membalas ucapan Simegure.

"Kakak-kakakmu benar-benar unik"ucap Simegure dan kembali kekehan dari Rui.

"Termasuk Riku -Nii?"tanya Rui.

"Siapa lagi menurutmu? Aku benar-benar sangat kaget saat pertama kali melihat dia melakukan operasi"ujar Simegure.

"Heh?~ Aku baru saja dipuji?"suara tersebut mampu membuat Simegure bergidik ngeri.

"Aku tidak memujimu. Aku membicarakan fakta"ucap Simegure yang memutar tubuhnya dan menatap Riku yang berjalan mendekat.

"Heh?~ Apa aku terlihat keren dan menawan ketika melakukan operasi dan kau jatuh cinta padaku?"goda Riku pada Simegure.

"Tidak sama sekali"ujar Simegure cuek.

"Bener? Serius?"kembali Riku menggoda Simegure, Simegure menghela napasnya.

"Aku tarik kata-kata faktaku sebelumnya"ujar Simegure akhirnya ditemani kekehan Rui.

"Rui kau benar-benar mengambil keputusan yang tepat dengan keluar dari rumah utamamu dan meninggalkan kakak-kakakmu yang aneh ini"ujar Simegure dan kembali kekehan Rui terdengar.

"Rui tidak meninggalkan rumah kami"tawar Riku seketika.

"Apapun itu sama saja"ujar Simegure yang sejenak menepuk kepala Rui kemudian berjalan menuju pintu ruangan.

"Kata-kata dari mulutnya itu benar-benar menakutkan"eluh Riku dan kembali Rui terkekeh.

"Shota -chan dan Shinji -Nii dimana?"tanya Rui pada Riku.

"Pergi duluan. Mereka masih mencari tempat untuk Shota"ujar Riku.

"Kenapa Shota -chan tidak tinghal dengan Riku -Nii?"tanya kembali Rui.

"Terlalu jauh dengan universitasnya. Lagipula anak itu tidak akan mau bersamaku"jelas Riku dan mendapatkan kekehan Rui.

"Rui kau belum menghubungi Rinji -Nii kan?"tanya Riku membuat Rui terkejut kecil.

"Setidaknya hubungi Rinji -Nii dahulu atau Tsurushi -san dan Tsukiko -san"Riku yang menepuk pelan kepala adiknya tersebut, Rui mengangguk kecil. Riku beralih pada Daiki yang bercakap dengan Isao yang berada disisi kanannya.

"Kau merasa sakit?"ujar Riku pada Daiki.

"Masih sedikit nyeri. Tapi tidak terlalu sering"jawab Daiki.

"Oke bukan masalah. Jangan terlaku banyak bergerak kalau kau ingin cepat keluar dari sini"ujar Riku kembali, Daiki mengangguk mengerti sebagai jawabannya. Riku terlihat pamit pada Rui kemudian berjalan ruangan.

"Rui -kun kita harus kembali ketoko kue yang waku itu. Aku ingin mencobanya lagi"ujar Isao dari sebrang Rui, Rui tersenyum dan mengangguk cepat.

"Kimura -kun menyukai cake?"tanya Rui.

"Dia tidak hanya menyukai. Tapi dia gila akan makanan manis itu"sahut Daiki yang duduk besandar diatas ranjangnya.

"Kau hanya berlebihan karna kau sangat membenci makanan manis"ujar Isao yang tak mau kalah.

"Huh?!- Itu karna aku pria sejati"ujar Daiki sekenanya.

"Huh?!- Maksudmu pria yang menyukai makanan manis buka pria sejati? Diluar sama banyak koki pastry yang pria"ucap Isao.

"Ya ya. Dan kau ingin menjadi salah satunya? Heh~ terlalu berharap"ujar Daiki seakan mengejek Isao.

"Ugh- Liat saja nanti kau. Aku akan menjadi seorang pro"ujar Isao dengan geramnya.

"Heh~ Cake yang dibuat dari tangan seseorang yang terus menggunakan tinjunya? Aku tidak dapat membayangkan bagaimana bentuknya nanti haha~"ujar Daiki.

"Ugh- Brengsek kau Daiki. Kalau saja kau buman pasien aku meninjumu"ujar geram Isao memahan tinjunya, Rui nampak terkekeh melihat pertengkaran Daiki dan Isao.

'Mereka seperti anak kecil. Dulu pasti mereka sangat dekat' batin Rui yang menonton.

'Daiki nampak nyaman dengan Kimura -kun' tambah Rui.

DEG!

'Eh? Ada apa ini?...'

'Jantungku berdegup dan dadaku terasa sakit...'

DEG!

'Melihat mereka yang begitu dekat dan bercakap hal yang tidak aku ketahui...'

DEG!

'Entah kenapa dadaku begitu sakit dan sesak'

'Aku... Merasa...'

DEG!

'Mereka diluar jangkauanku... Dan Daiki..."

'Aku...'

'Aku merasa tidak suka ketika Daiki bersama Isao berbicara seperti itu'

'Entah kenapa aku menjadi begitu cemburu dan iri pada Kimura -kun'


= TO BE CONTINUE =

Ini setelah sekian lama akhirnya In bisa update cerita ini ( ̄∇ ̄")Voic Later ada versi Tap! Tap! Link >> https://taptap.app.link/miZbT47lfD (bisa list di bio In) (≧∀≦)

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

395K 54.3K 72
Judul : The Daily Life of Being the Campus Idol's Fake Boyfriend Author(s) : Xi And Qing Jumlah Episode : 65 Chapters + 9 Extra Status : Complete Sa...
309K 65.1K 200
PART 1 Urban Tales of Demons and Spirits / 都市妖鬼录 Author : Qie Er / 切尔 Novel Status : 272 Chapter (Complete) Translator Group : Chaleuria / https://ch...
26.8K 2.8K 89
(BL Terjemahan) Title: Sissy (Niang Niang Qiang) Status: Completed 78 Chapters + 12 Extra Author: Shui Qian Cheng 水千丞 Genre: Adult, Mature, Romance...
9.2K 1K 15
Saudaraku dan aku, dari sekolah dasar hingga universitas, tumbuh bersama. Kami tidak hanya mendapatkan satu derajat, kami juga berbagi kamar asrama y...