The Lonely Princess

Aelkezx_ द्वारा

70K 5K 342

Tamara adalah gadis Indigo yang penyendiri, kesepian dan pendiam di sekolahnya. Walaupun di rumah dia sangat... अधिक

1. Muse
2. Pilihan
3. Stalker
5. Ara mabuk
CAST
6. Wanita misterius
7.Lucky Girl
8. Ares
9. Hidup yang menyedihkan
10. Beloved Brother
11. Look at me
12. Ghosts
13. Mission Complete?
14. Sadness
15. Unpredected
16. Step by step
17. Abandoned
18. Friendship
19. Little peace
20. Secret
21. Youth
22. Love is mine
23. Teka-teki

4. Princess is ready

3.4K 327 20
Aelkezx_ द्वारा

Sepulang sekolah, aku berjalan menuju parkiran. Hari ini aku tidak bertemu dengan kak Gerald, padahal aku sangat berharap bertemu dengannya lagi.

"Woyy!! Tunggu bentar!!" Seseorang memegang pundakku membuatku menoleh ke belakang.

Itu adalah kak Randy. Aku menatapnya sedikit bingung dan risih karena beberapa siswi menatapku marah.

"Ada apa ya kak?" Tanya ku.

"Lo dipanggil sama Gerald ke lapangan basket." Katanya sambil tersenyum dan menaikkan kedua alisnya.

Kak Gerald adalah wakil ketua osis dan kapten tim basket, jadi tidak ada larangan dia masuk ke ruang osis sembarangan dan ke lapangan basket tanpa izin.

"T-tapi kak." Kataku terbata-bata.

Tiba-tiba kak Randy menarik tanganku, semua siswi yang kulewati menatapku sinis dan jijik. Penuh kemarahan seperti ingin memakanku. Itu membuatku menunduk.

Setelah sampai di depan lapangan basket di dalam koridor, kak Randy menginstruksi kan agar aku masuk. Dengan penuh keterpaksaan, aku pun mengikuti sarannya.

Aku melihat kak Gerald sendirian sedang latihan basket. Jantungku berdegup kencang saat dia tersenyum ke arahku.

"Sini dong, Ra." Katanya sambil men dribbling bola basket itu berkali-kali lalu memasukkannya ke ring.

Kakiku semakin lemas, kak Gerald sangat berbakat main basket. Kenapa ada orang yang perfect seperti dia?

Aku meletakkan tasku di sebelah tas kak Gerald dan mendekatinya seperti yang dia minta. Dia tersenyum dengan wajah penuh keringat.

Andai saja aku bisa menghapus keringat di wajahnya itu, tisu bekas keringat nya bisa kuambil dan kucium tiap hari. Itu sudah lebih dari cukup.

"Nih, lempar fokus ke ring itu." Katanya memberiku bola basket yang dia ambil dari bawah ring.

Aku sontak kaget tiba-tiba bola basket datang kepadaku. Selama ini kegiatan di luar pelajaranku hanya mendalami seni bela diri itu pun hanya sebentar, saat aku berumur 6 tahun bersama kakakku.

"T-tapi kak. Aku gak bisa main basket. Aku-" belum sempat aku berbicara, dia melingkarkan tubuhnya memegang tanganku dari belakang.

Kakiku lemas, kali ini aku janji aku jatuh pingsan. Aku seperti melayang ke atmosfer paling tinggi di bumi sampai tidak ada oksigen yang masuk ke dalam tubuhku sehingga aku tidak bisa bernafas. Apakah ini yang dinamakan dengan cinta?

Dia menggerakkan tanganku ke atas,

"Coba kamu dorong." Aku mengikuti sarannya. Tapi tanganku tidak sanggup lagi sampai aku menjatuhkan basket itu.

Kak Gerald pindah ke hadapanku dan tertawa.
"Kamu kenapa, Ara? Kok gitu banget sih ngeliat aku?"

Ku pegang pipi kak Gerald yang kutau akan menembus tanganku karena aku yakin ini hanya fiksi.

Tapi nyatanya tanganku mendarat disitu. Dia tersenyum membuatku menarik tanganku dan menoleh ke belakang, tapi aku melihat Bryant sedang tersenyum-senyum melihatku.

"Bryant?" Kataku pelan.

"Bryant?" Tanya kak Gerald. Aku menoleh menghadap kak Gerald lagi.

"Em gak ada apa-apa kok kak." Kataku.

"Kamu udah punya pacar ya?" Katanya sambil tertawa.

"Eh enggak kak. Nggak lah." Kataku lagi.

Aku mengambil bola basket yang kujatuhkan tadi dan mendorongnya ke arah ring. Mataku melebar melihat bola itu masuk ke dalam ring.

"Ara, kamu bisa? Cie cie." Kata kan Gerald menggodaku. Aku hanya pura-pura tertawa menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

"Kamu join tim basket ya, Ra." Kak Gerald menatapku memohon.

"Gak kak, aku mana bisa. Tadi itu cuma untung-untung aja kok kak." Kataku mencoba meyakinkan.

"Pokoknya harus, aku gak mau tau. Kalo kamu gak mau, aku bakal benci sama kamu." Katanya cemberut.

Ya Tuhan, terbuat dari apakah ciptaan-Mu yang ada dihadapan ku ini? Mungkin jika aku dari debu, dia dari tanah liat berkualitas tinggi.

"Kayaknya aku harus ikut deh kak." Kataku tersenyum.

"Janji ya." Katanya menyodorkan jari kelingkingnya ke arahku. Aku menerimanya.

Tiba-tiba segerombolan anak ekskul basket datang dan menatapku heran. Aku langsung melepas tanganku dan berlari mengambil tasku dan pergi dari situ.

***

Saat ini aku berada di antrian salon. Aku menatap heran kepada orang-orang di salon ini.

Mengapa mereka harus keramas ke salon? Padahal di rumah bisa keramas tidak perlu bayar dan kukira shampo jaman sekarang semua berkualitas.

Aku melihat lagi seorang artis mengantri di tempat paling ujung sedang membaca majalah.

Kelihatannya make up dan rambutnya sudah bagus. Tapi kenapa dia ke salon lagi?

Baru kali ini aku ke salon setelah sekian lama saat aku berumur 12 tahun saat adik dari ayahku menikah.

Itu pun karena mama memaksaku. Sekarang ini tentu salon sudah lebih maju dari yang dulu. Jadi tidak ada salahnya mencoba untuk menjadi cantik di usia remaja sepertiku untuk mendapatkan perhatian seorang pria.

"Dek, ayo kesini giliran adek." Kata seorang wanita pegawai salon yang tinggi dan cantik.

Aku pun melangkahkan kakiku untuk duduk di kursi yang menghadap sebuah cermin besar yang menunjukkan wajah hingga kakiku. Aku bisa melihat diriku yang sangat amat sederhana ini.

Wanita itu mulai mencuci wajahku dan mulai meriasnya. Membuat wajahku gatal karena tidak terbiasa.
Apalagi saat dia menyuruhku membuka mata dan menahan pensil-pensil itu melukis mataku. Rasanya aku tidak tahan lagi untuk segera mencuci semua ini.

Setelah selesai dengan wajah, wanita itu lalu melepaskan ikatan rambutku dan menyisir nya.

"Rambut cantik kayak gini kok di sembunyiin sih dek?" Tanya nya menggelengkan kepala. Aku hanya tersenyum aneh.

"Selesai. Princess is ready." Kata wanita itu tersenyum-senyum melihatku dari cermin.

Aku bisa melihat perubahan besar di diriku. Begitu cantiknya aku di cermin itu. Aku tersenyum manis menatap diriku.

Kakakku akhirnya datang setelah dari butik membelikan aku gaun dan sepatu seperti yang dia katakan tadi.

Dia menatapku ternganga. Aku mengerutkan kening dan menatapnya heran.

"Lo cantik banget, Ra." Katanya masih dengan ekspresi yang sama.

"Iya trus gue harus gimana? Nikahin Shawn Mendes gitu?" Tanyaku dan mengambil bawaan kakakku itu untuk segera menggantinya ke kamar ganti.

Gaun hitam yang sangat elegan dan mewah. Pasti harganya sangat mahal. Apakah ini pantas untukku? Aku tersenyum-senyum melihat diriku di cermin.

Ternyata aku sudah besar dan sudah bisa untuk merubah penampilanku agar lebih menarik.

Aku keluar dari ruang ganti dan berjalan tidak nyaman dengan high heels berwarna hitam ini.

Tapi semua orang di salon itu, termasuk artis yang tadinya membaca majalah menatapku seperti terpukau.

Aku jadi tidak enak an di situasi seperti ini. Aku tidak terbiasa menjadi pusat perhatian orang banyak.

Kakakku tersenyum manis, menarikku pelan dan membawaku pergi dari salon itu.

Aku banyak melihat hantu sepanjang perjalanan karena aku tidak terbiasa keluar di malam hari yang membuatku harus tertunduk di mobil agar aku tidak berteriak bertatapan dengan mereka.

"Lo kenapa, Ra?" Tanya kakakku bingung.

"Engga kok kak. Lanjut aja." Kataku mencoba menyembunyikan perasaan takutku agar kakakku juga bisa tenang.

"Tapi kita udah nyampek." Aku menatap sekitarku dan merasakan mobil sudah berhenti.

Kakakku memegang tanganku yang sejak tadi bersatu untuk menghilangkan kepanikan yang tak karuan.

"Lo percaya sama diri lo, Ra. Lo adek gue. Lo itu princess." Perkataan kakakku membuat mataku melebar sempurna.

Aku tersenyum manis dan menunggu kakakku membukakan pintu mobilnya.

Kakakku menatapku dan menyodorkan tangan kanannya.
Kuterima tangannya itu dan membawaku menuju pestanya.

Pestanya dirayakan di luar rumah. Walaupun aku tidak tau siapa yang berpesta, tapi kuakui pesta ini sangat mewah dan modern.

Ternyata seperti ini kehidupan anak muda jaman sekarang. Keluar untuk berkumpul di acara-acara seperti ini.

Aku terus berada di genggaman kakakku. Aku berpesan padanya untuk tidak melepaskan genggamanku karena aku tidak percaya diri.

Kakakku membawaku melewati orang banyak di pesta itu. Itu membuatku tertunduk karena mereka semua menatapku seperti terkejut.

"Happy Birthday ya, Geraldo." Kata kakakku kepada seseorang yang berada dihadapan kami.

Aku mengarahkan kepalaku ke atas dan melihat kak Geraldo sambil tercengang seperti yang dia lakukan sekarang ketika melihatku.

"Kenalin Ge. Ini adik gue yang belum sempat gue kenalin ke kalian semua." Kata kakakku kepada kak Gerald yang masih menatapku sambil tersenyum.

"Iya gue udah kenal kok." Kata kak Gerald.

"Gimana lo gak kenal?" Kata kakakku dengan volume kecil yang membuat aku dan kak Gerald bingung menatapnya.

"Maksud gue, kan kalian satu sekolah," lanjut kakakku peka terhadap kesalahannya.

"Yaudah gue mau kesana dulu ya, Ra. Gue mau makan sama temen-temen gue. Lo biar ngobrol aja sama Gerald." Kata kakakku yang melepas genggamannya.

"Tapi.kak.Denis." Kataku menekan setiap perkataan untuk menahannya.

"Sttt.. Lo diem. Kan kalian udah saling kenal. Yaudah ya, bye." Kata kakakku meninggalkan ku.

Aku hanya bisa menarik nafas berat dan merasakan kecanggungan di antara kami.

"Kamu.. Cantik banget, Ra." Kata kak Gerald tiba-tiba sambil tersenyum sangat manis.

Jantungku kembali berdegup kencang dan membalas senyumannya.

"Kamu kok langsung pergi sih tadi? Padahal aku mau ngajak kamu datang kesini." Kata kak Gerald lagi.

"Tadi udah banyak orang kak. Jadi aku ngerasa harus pergi." Kataku sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

"Lho kenapa gitu? Kan mereka akan jadi tim kamu." Perkataan kak Gerald membuatku menatapnya heran.

Saat aku mengalihkan pandanganku, aku melihat Bryant tidak jauh dari keberadaan kami. Kenapa bisa ada Bryant disini? Dia tidak bisa ke rumahku, tapi dia bisa kesini? Apa dia menipuku?

"Ara, kamu kenapa?" Lamunku buyar karena kak Gerald memanggilku.

"Kakak bilang apa tadi?" Kataku tidak fokus dengan perkataan terakhirnya.

"Nggak papa deh." Katanya sambil tertawa kecil.

"Kak Gerald, boleh minta foto ngga?" Tanya Farrah dan kawan-kawannya membuatku minder dan agak menjauh.

"Boleh kok," jawab kak Gerald membuatku merasa harus pergi dari situ.

Aku berjalan dan memutuskan menemui Bryant. Dia sedang asik menatap Tania, seseorang yang dia cintai.

Aku muncul ke samping Tania dan menghadap Bryant.

"Hai, Ra. Lo kok disini? Bukannya lagi ngomong sama Gerald, ya?" Tanya nya melihat ke arah Gerald yang dikerumuni gadis-gadis.

"Gue mau ngomong sama lo." Kataku kesal.

"Kenapa ya, Ra?" Tanya Tania yang berada di sampingku yang sejak tadi mengobrol dengan temannya.

Aku langsung merasa tidak enak.
"Ehh, nggak kok Nia. Bukan kamu kok." Kataku lembut dan pergi ke tempat yang sepi dan diikuti oleh Bryant.

"Apaan?" Tanya Bryant menyilangkan tangannya di dada.

"Lo kenapa bisa ada disini? Jawab gue jujur." Kataku seperti mengancam.

"Emang gue gak bisa datang ke pesta apa?" Tanya nya.

"Trus kenapa lo gak bisa ke rumah gue?"

"Karna gue ngikutin Tania, Ra. Dia alasan urusan gue yang belum selesai. Gue gak bisa ngungkapin kalo gue cinta sama dia sewaktu SMP sampek gue meninggal." Perkataan Bryant membuatku terdiam.

Dia pasti sangat terpukul dengan hal itu. Jika aku membantunya menyatakan cinta kepada Tania, apa dia akan pergi?

"Bry." Suaraku membuat Bryant menoleh ke arahku.

"Kalo gue bantu lo, apa lo akan menghilang selamanya?" Tanyaku.

"Ara!! Ara, lo ngapain disini?" Kakakku terlihat sangat kawatir memelukku erat.

"Siapa yang bawa lo kesini, Ra? Apa ada hantu yang bawa lo?" Tanya kakakku panik bersama teman-temannya yang mengelilingi ku.

"Hantu??" Tanya kak Randy dengan wajah kawatir.

Aku melihat Bryant pergi ke arah Tania dengan wajah sedih.

"Ara, lo liatin apa sih?" Tanya kakakku.

"Nggak ada apa-apa kok, kak." Kataku tersenyum.

"Serius gak ada apa-apa?" Tanya nya, aku hanya mengangguk.

***

Ayo di vote banyak-banyak.

Aku akan berterima kasih sekali.

😙😙

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

ARGALA 𝑵𝑨𝑻𝑨✨ द्वारा

किशोर उपन्यास

5M 212K 52
On Going ❗ Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
ARSYAD DAYYAN aLa द्वारा

किशोर उपन्यास

1.9M 99.7K 55
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
KANAYA (REVISI) liaa0415 द्वारा

किशोर उपन्यास

1.6M 98.1K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
Alesha (TERBIT) Hello! द्वारा

किशोर उपन्यास

2.2M 70.3K 74
NOVEL BISA Di BELI DI SHOPEE FIRAZ MEDIA "Bisa nangis juga? Gue kira cuma bisa buat orang nangis!" Nolan Althaf. "Gue lagi malas debat, pergi lo!" Al...