The Crown •REVISI•

By febriana61

4.5K 408 27

Aku pernah merasakan namanya jatuh cinta dan bahagia. Tapi, setelah itu aku jatuh Teramat jatuh hingga aku lu... More

The First
The 2nd
Come Back
'Dia'
Bubble Tea
Destiny?
Someone
Hug
Start
Memory

Wine

352 34 6
By febriana61

"Dia sudah kembali" ucap Wendy serius.

"Apa maksudmu Wen?" Tanya Irene bingung.

"Taehyung"

Irene membeku saat mendengarnya.

"Apa kau yakin?"

"Tentu saja, aku melihatnya tadi. Ia sudah kembali dari pertukaran pelajarnya ke amerika. Di sekolah sekarang sangat heboh, begitu pula Tzuyu yang sangat senang saat dia kembali. Sebaiknya kau jangan masuk besok, di sekolah sedang banyak yang membicarakanmu dengan dia" ucap Wendy panjang lebar.

"Irene-ah?" Ucap Wendy lembut.

"Gwenchana?" Lanjut Wendy

"Mianhe, aku terlalu banyak cerita yah?" Wendy mengelus rambut Irene, dan Irene hanya menatap kosong ke depan.

"Apa kau mau menemaniku bolos besok" ucap Irene.

"Mwo? Eoh! Tentu saja aku akan menemanimu" kemudian Wendy memeluk Irene yang mulai menangis.

-----------"-----------

Irene's

Dan disinilah aku, di depan cermin meja rias aku sedang di dandani oleh seorang makeup-aktris.

Yap! Ini hari dimana sebuah 'pertemuan' yang Siwon oppa kemarin lusa bicarakan.

Kemarin aku benar-benar bolos dengan Wendy begitu pula hari ini. Kemarin aku sangat bersenang-senang dengan Wendy kadang kita akan mulai tertawa tidak jelas dan tak lama kemudian, kitapun mulai menangis.

Mataku sekarang sangat sembab dan bengkak, itulah sebabnya ayahku mendantangkan seorang makeup-artist untuk merias wajahku.

Aku sangat benci ini, aku malas untuk bertemu dengan para pengusaha di korea. Pertemuan atau lebih tepatnya sebuah pesta yang diadakan khusus untuk para pengusaha besar dikorea ini akan membuat aku merasakan sakit kepala.

Entah untuk apa diadakan pesta seperti ini. Aku tidak tahu dan tidak ingi tahu dengan dunia pembisnisan itu. Yang jelas keluaga besar Choi diundang untuk datang ke acara itu dan termasuk aku.

"Kita sudah selesai" ucap wanita yang merias wajahku tadi.

Aku melihat ke cermin, wajahku benar-benar cantik bukannya aku ingin memuji diri sendiri, tapi ini sangat luar biasa.

Bagaimana bisa dia merubah seorang gembel tadi pagi menjadi seorang putri cantik dalam waktu satu jam. Dia sangat profesional.

Aku tidak bisa membayangkan rupaku tadi pagi, dengan muka sembab dan rambut kusut yang dikuncir asal-asalan, aku dengan santainya berbaring di lantai balkon kamarku. Tadi pagi aku benar-benar terlihat seperti orang gila.

"Sekarang waktunya untuk memilih gaun" ucapnya seraya berjalan menuju lemari besarku.

"Apakah bisa aku yang memilihnya?" Tanyaku dan wanita itu hanya mengangguk tersenyum.

Aku berlari kecil menuju pintu yang berada di pojok ruangan kamar tidurku. Aku membuka pintu itu dan masuk, saat masuk disana terdapat lemari kaca yang memenuhi sisi ruangan dan di tengah tengah ruangn terdapat sofa kecil.

Ruangan ini sebenarnya adalah ruangan baju yang digunakan untuk meletakkan semua bajuku. Tapi karena aku terlalu malas untuk berlari keruangan ini saat selesai mandi, aku memutuskan untuk menaruh lemari besar di samping kamar mandi, agar aku bisa langsung mengganti baju di kamar mandi.

Jadi barang-barang yang berada disini adalah barang barang yang hanya kupakai di waktu yang tertentu seperti sebuah pesta besar atau penting. Di dalam sini terdapat tiga lemari, satu lemari untuk sepatuku, satu lemari untuk beberapa tas koleksiku, dan satunya lagi untuk gaun-gaunku yang sangat aku favoritkan.

Aku memilih-milih gaun-gaun yang berada di lemariku, dan memutuskan untuk mengenakan gaun yang diberi oleh ibuku. Gaun itu sangat sederhana dan simple tapi tetap anggun persis seperti kepribadianku.

"Aku sudah siap, ayo kita pergi" ucapku yang sudah siap dengan gaun yang ku kenakan.

"Nona Irene, Tuan dan Nyonya Choi sudah berangkat duluan dan anda di suruh untuk menyusul" ucap seorang maid kepadaku.

"Apa mereka meninggalkanku?! Hah!" Aku menghela napasku kasar sambil mengipas-ngipas tanganku kemukaku.

Sekarang aku sangat marah, mereka menyuruhku untuk pergi tapi mereka malah meninggalkanku seenak hati.

"Nona kita akan pergi sekarang, mobil sudah siap" ucap salah satu maid, dan menuntunku untuk keluar rumah. Dengan malas aku akhirnya mengikutinya.

"Berapa lama lagi kita akan sampai pak?" Tanyaku pada supir didepanku.

"Tidak akan lama Nona" jawabnya sopan.

"Mengapa kita disini?" Tanyaku heran.

Bagaimana tidak? Sekarang aku berada di sebuah perumahan yang sangat elit. Ku kira acara tersebut diadakan di sebuah gedung pencakar langit. Tapi tidak, acara itu diadakan di sebuah rumah tingkat dua yang sangat mewah dan modern.

"Rumah ini sangat menakjubkan" ucapku seraya keluar dari mobil saat pintu mobil terbuka.

Cekrek! Jepret!

Saat aku keluar, aku di sambut dengan banyak kamera yang memfotoku. Saat aku berjalan di karpet merah yang disediakan aku hanya bisa tersenyum canggung. Dibelakangku terdapat seorang wanita yang mungkin adalah anak salah satu pengusaha besar korea.



Saat aku sampai di dalam, aku bingung harus kemana. Aku sendirian disini dan tidak tahu ayah maupun kakakku dimana.

"hey!" panggil seseorang dari arah belakang, aku menoleh mengikuti arah suara.

"Kyungsoo!" Pekikku.

"Yak! Pelankan suaramu" ucapnya kesal dan aku mengangguk. "Kau juga disini?" Lanjutnya.

"Eoh" jawabku dan dia mengangguk. "Kyungsoo-ah," panggilku.

"Wae?"

"Temani aku mencari ayah atau kakakku" pinta ku dan ia hanya melotot kepadaku.

"Bagaimana bisa kau kehilangan mereka? Disini sangat luas, kita harus mencarinya dimana"

"Aku tidak kehilangan mereka, hanya saja tadi aku sedikit terlambat dan mereka meninggalkanku" jelasku dan kyungsoo hanya tertawa mengejekku.

"Jangan tertawa!" Ucapku kesal.

"arasseo, ayo kita cari orang tuamu" Kyungsoo berjalan mendahuluiku dan aku mengikutinya.

Kyungsoo adalah ketua kelas di kelasku, dan dia juga termasuk orang yang luar biasa jenius.

Tidak hanya Kyungsoo yang kutemui, teman-teman kelasku juga banyak yang berada disini dengan muka malasnya. Aku tahu mereka sama sepertiku, malas datang ke acara orang dewasa yang sangat membosankan.

Saat mencari ayahku, aku dan kyungsoo bertemu dengan Jimin dan Seulgi yang juga berjalan tidak tentu arah seperti yang kulakukan bersama Kyungsoo. Mereka bilang, mereka ingin cepat-cepat keluar dari sini. Percuma saja disini, mereka juga diabaikan oleh para orang tua yang asik dengan dunia mereka sendiri.

"Joo hyun-ah" panggil Siwon oppa yang berada tidak jauh didepanku dan berjalan menghampiriku.

"Darimana saja kau?" Tanyanya.

"Aku tadi berkeliling untuk mencarimu dan ayah. Oh ya, perkenalkan ini Kyungsoo teman sekelasku" jelasku sambil memperkenlkan Kyungsoo kepada Siwon oppa.

"Anyeong haseyo... ahjussi?" Ucap Kyungsoo sopan dan membungkuk.

"Hey! Apa aku setua itu? Jangan panggil aku ahjussi dan jagan terlalu formal kepadaku. Kita adalah brother, bagaimana jika hyung?"

"Ne? Ne hyung" ucap Kyungsoo.

"Em- hyung, Irene sepertinya aku harus pergi" lanjutnya sambil membungkuk dan kami hanya mengangguk.

Siwon oppa selalu seperti itu, ia tidak akan pernah membiarkan seseorang berkata terlalu formal kepadanya dan menganggapnya tua. Ia yang menyuruhku untuk menganggapnya sebagai teman dan itulah sebabnya aku bersikap santai padanya.

"Ayo kita bertemu ayahmu, disana juga ada calon mertuamu" bisik Siwon oppa kepadaku.

"Apakah ada dia?" Tanyaku dan berhenti melangkah.

"Dia?.. Yak! Dia punya nama" ucap Siwon oppa kesal.

"Jika aku tau, aku juga akan memanggil namanya" aku baru ingat ternyata aku belum tau siapa nama calon tunanganku.

"Pabo" Siwon oppa menyundul kepalaku dengan telunjuknya.

"Bagaimana bisa kau tidak tau nama calon tunanganmu. Namanya Oh Sehun, Oh.Se.Hun. sepertinya dia akan terlambat" ucap Siwon oppa dengan penuh tekanan di setiap katanya.

"Arraseo-arraseo. Dimana eonnie?" Tanyaku

"Dia di kamar mandi. Sudahlah, ayo temui ayah dan calo mertuamu dulu" ajak Siwon oppa dan berjalan didepanku, aku hanya mengekorinya dari belakang.

"Annyeog haseyo" sapaku sopan sambil membungkuk saat bertemu dengan ayah calo tunanganku, siapa tadi namanya? Sehun?

Ayah Sehun atau tuan Oh tersenyum ramah kepadaku "kau sangat cantik Irene-ah"

"Ne? Kamsahamnida em-ahjussi"

"jangan panggil aku ahjussi, panggil saja aku appa. Sekarang aku juga appa mu bukan?" Ucap tuan Oh yang sedang duduk di kursi rodanya dengan didampingi seorang pria.

"Ne? Aaa.. ne appa" jawabku sopan.

"Tapi maafkan Sehun, ia mungkin sedikit terlambat" ucap tuan Oh.

"Tidak apa, dia pasti sangat sibuk" sekarang ayahku yang berada disamping kananku mulai bersuara.

Mereka berdua akhirnya pun mengobrol dan mulai mengabaikanku. Begitu juga Siwon oppa, dia sedang asik mengobrol dengan rekannya.

Oke, sekarang aku mulai bosan. Mungkin, mengelilingi rumah mewah ini bukan ide yang buruk.

Akupun memutuskan untuk berkeliling, sebelum itu aku pamit pada ayah dan tuan Oh agar mereka tidak mencariku. Saat aku memulai tour kecilku, aku melihat Mark adik Wendy. Mark sangat tampan, aku tidak pernah bosan melihat wajahnya yang seperti sebuah karya pahat. Sangat tampan.

"Mark" panggilku, diapun menoleh dan menghampiriku.

"Noona? Annyeonghaseyo" sapanya. "Ne, annyeong haseyo" balasku.

"Dimana Taeyeon?" Tanyaku "noona tidak ikut, katanya dia terkena flu" jawab Mark.

"Mwo? Dia sakit" jeritku dan Mark mengangguk.

"Yasudah Mark, aku duluan yah. Aku ingin menelpon noonamu" ucapku.

"Ne noona, sampai jumpa"

Aku masuk kekamar mandi untuk menelpon Wendy, karena diluar sangat berisik. Oh shit! disini tidak ada sinyal.

Mungkin di lantai atas tidak terlalu ramai pikirku.

Akupun keluar untuk menuju lantai atas dan saat beberapa langkah keluar dari kamar mandi, aku melihat Tzuyu sedang mengandeng lengan pria yang selama ini membuatku menangis dalam diam, pria itu adalah orang yang sangat kubenci dan orang yang aku rindukan.

Pria itu adalah Kim Taehyung, dialah orang yang bertanggung jawab atas pecahan-pecahan yang berada dihatiku. Dialah orang yang membuat hatiku hancur berkeping-keping pada hari itu, hari yang sangat kubenci.

Aku masih diam membeku menatapnya. Mataku panas menahan air mata yang memaksa untuk keluar. Bibirku bergetar, ingin rasanya aku berteriak saat ini juga.

Dan hatiku berdegup sangat kencang saat ia menyadari keberadaan ku dan menatapku. Kakiku saat ini seperti jeli, badanku pun mulai lemas.

Sudah dua tahun aku tidak melihat dua pasang mata itu, ingin rasanya aku berlari kearahnya dan memeluknya.

Tidak! Apa yang sedang kau pikirkan Irene. Dia adalah orang yang sudah menyakitimu mengapa kau merindukan orang yang telah memberikan luka dihatimu. Kau sangat bodoh!

Aku mengalihkan pandanganku dan mulai berjalan menjauhinya, aku tidak ingin menatapnya lebih lama lagi, itu hanya akan membuat aku tidak bisa melepaskan tatapanku darinya.

Dan disinilah aku, di balkon belakang rumah ini menikmati angin malam. Aku tidak tahu mengapa aku bisa berada disini dengan segelas wine.

Tunggu, wine?! Darimana aku mendapatkannya.

Aaahh... itu tidak penting, aku hanya ingin menenangkan jantungku yang berdegup sangat kencang.

Drrt drrtt

Ponselku bergetar di tangan kiriku.

"Yeobseyo" ucapku.

"Yak! Irene! Apa yang kau lakukan"

"Aishhh pelankan suaramu, aku tidak tuli Wen"

"Kau sekarang dimana? Apa kau sudah mabuk?"

"Apa maksudmu? Kau gila? Mengapa aku harus mabuk?"

"Mark bilang tadi kau berjalan dengan memegang segelas wine"

"Ahh.. itu? aku sekarang memang memegang segelas wine di tanganku"

"Yak! Buang itu sekarang! Kau belum cukup umur untuk meminumnya"

"Aku tidak akan meminumnya Wen, tenanglah."

"Syukurlah, kukira kau sudah teler. Aku tidak bisa membayangkan jika kau mabuk "

"Wen..."

"Hmm"

"Tadi aku bertemu dengannya, dan kita sempat bertatapan" ucapku lirih.

"Tenanglah Rene, kau tidak usah memikirkannya"

"Hmm, aku juga tidak ingin memikirkannya" aku mengembangkan senyum kecilku sambil menatap segelas wine yang kutumpakan ke bawah.

"Arghhhhh" teriak seseorang

---------------------------"-----------------------------

Sorry baru bisa update... T-T
Mian 😯😯

Maaf kalo tidak ada momment hunrene di part ini dan part sebelumnya

Tapi di part selanjutnya ada mommentnya kok. Tungguin yah 😘😙

Dont forget
Vomment juseyo ^^
Luv you 😚❤

Continue Reading

You'll Also Like

365K 22.2K 27
"I'll do everything for you." -Lian ⚠️ mengandung kata kata kasar. Entah kesialan apa yang membuat Lilian Celista terlempar ke dalam novel yang baru...
810K 59.4K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
731K 58.7K 63
Kisah ia sang jiwa asing di tubuh kosong tanpa jiwa. Ernest Lancer namanya. Seorang pemuda kuliah yang tertabrak oleh sebuah truk pengangkut batu ba...
415K 30.7K 40
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG