Soft Of Voice

By chusniahne

77.9K 10K 1.6K

[COMPLETED] Sama seperti sayap yang patah, dia tak akan bisa membawa burung yang sama untuk melihat dunia leb... More

PROLOGUE
ONE
TWO
THREE
FOUR
FIVE
SIX
SEVEN
EIGHT
NINE
TEN
ELEVEN
TWELEVE
THIRTEEN
FOURTEEN
FIFTEEN
SIXTEEN
SEVENTEEN
EIGHTEEN
NINETEEN
TWENTY
TWENTY ONE
TWENTY TWO
TWENTY THREE
TWENTY FOUR
TWENTY FIVE
TWENTY SIX
TWENTY SEVEN
TWENTY EIGHT
TWENTY NINE
THIRTY
NOT AN UPDATE, BUT INI PENTING GENGS
THIRTY ONE
THIRTY TWO
THIRTY THREE
THIRTY FOUR
THIRTY FIVE
THIRTY SIX
THIRTY SEVEN
THIRTY EIGHT
THIRTY NINE
FOURTY
FOURTY ONE
BACA AJA DULU
FOURTY THREE
FOURTY FOUR
SEQUEL + PROMOTE
FOURTY FIVE
INFO
FOURTY SIX
QUESTION
PENTING!!
FOURTY SEVEN
FOURTY EIGHT
SPOILER SEQUEL + PROMOTE
FOURTY NINE
INFO END ㅡ HIATUS
INFO
FIFTY
EPILOGUE
CURHAT BENTAR
INFO PENTING
EP ㅡ 1
[!] NANYA NIH PENTING
EP ㅡ 2
SEQUEL
NOTE !

FOURTY TWO

1K 177 9
By chusniahne

3rd pov

"Wonwoo." Ahrim sontak berkata sambil menutup bibirnya yang setengah terbuka. Ahrim mengeratkan genggamannya pada jaket abu-abu milik Seungcheol. Wonwoo masuk dengan jalan santai menatap Ahrim dan Seungcheol secara bergantian, tersenyum manis. Dia sama sekali tidak terlihat marah ataupun menyimpan dendam. Seungcheol memeluk bahu Ahrim dengan posesifnya. Tatapan Seungcheol terhadap Wonwoo menunjukkan ketidaksukaan. Jisoo dan Arin yang ada di sana pun berdiri, mereka tak bisa menyembunyikan kekagetan dan ketakutan mereka terutama Arin. Bahkan, Arin terlihat meraih kain kemeja bagian lengan Jisoo dan meremasnya. Jisoo berusaha meraih tangan Arin dan menggenggamnya. Erat, sangat erat. Ahrim melirik interaksi adiknya dan temannya itu. Ahrim bahkan melihat bahwa Jisoo sangat terlihat melindungi adiknya tersebut.

"Untuk apa kau kemari Wonwoo? Apakah urusan kita belum selesai?" Seungcheol bertanya dengan nada yang tidak suka. Sangat terdengar tidak suka. Seungcheol berjalan sambil memeluk bahu Ahrim. Cengkeraman tangan Ahrim pada jaket Seungcheol semakin erat ketika beberapa langkah lagi mendekati Wonwoo. Seungcheol menatap Jisoo juga Arin yang masih senantiasa bergenggaman tangan dengan erat. "Jisoo, Arin, jaga Haneul diatas. Kami harus berbicara bertiga saja."

Jisoo dan Arin mengangguk dengan bersamaan. Sebelum sukses meninggalkan Ahrim, Seungcheol juga Wonwoo, Jisoo menepuk pelan bahu Seungcheol. Berkata pelan, tapi Ahrim maupun Arin masih bisa mendengarkan bisikan Jisoo. "Kendalikan emosi mu, Seungcheol. Buat semuanya clear dengan kepala dingin."

Seungcheol berbalik menepuk lengan Jisoo dan tersenyum manis kepada sahabatnya itu. "Aku akan mengendalikan semuanya, Jisoo. Tolong jaga Haneul sebentar." Jisoo hanya menjawabnya dengan anggukan mantap lalu berlalu bersama Arin meninggalkan ketiganya. Ahrim masih menggenggam jaket Seungcheol dengan erat. Dia terlalu takut untuk kehilangan semuanya, lagi.

"Aku tidak akan mengganggu kalian. Tapi ijinkan aku untuk berbicara dengan kalian."

"Kau tidak berencana untuk menghancurkan kami bukan, Wonwoo?" Ahrim berani membuka mulutnya untuk berbicara. Jujur saja, sesungguhnya Ahrim sangat kalut berbicara dengan mantan tunangannya itu. Wonwoo yang dikenalnya sekarang bukanlah Wonwoo yang mungkin dipikirkannya, Wonwoo telah berubah seratus delapan puluh derajat. Ahrim mengangguk pelan ketika Seungcheol menatapnya penuh arti.

Seungcheol menghela napas berat sebelum mempersilahkan Wonwoo duduk di sofa ruang keluarga. "Duduklah, Wonwoo."

"Aku akan mengambil minuman," kata Ahrim melepaskan genggaman tangannya dan berjalan menuju dapur. Menuangkan jus jeruk di tiga gelas lalu membawanya kepada Seungcheol juga Wonwoo. Ahrim dapat melihat bahwa Seungcheol dan Wonwoo masih saling diam, tak ada pembicaraan diantara dua lelaki yang belum saling kenal itu. Ahrim menatap Wonwoo yang sedang diam menatap meja. Ahrim menghela napas berat, merasa kesal dengan kelakuan Wonwoo yang sama sekali tidak disangkanya. Ahrim berjalan pelan, meletakkan tiga gelas berisi jus berwarna oranye tersebut di meja lalu duduk di sebelah Seungcheol.

"Ada urusan apa kau kemari Wonwoo?" Ahrim berkata sebelum menghela napasnya. Sungguh, hatinya terasa sesak ketika mengetahui mantan kekasihnya bahkan tunangannya ada di depannya, di depan suaminya dengan topik yang sangat sensitif.

Wonwoo menghela napas. Menatap Ahrim dengan penuh penyesalan, menatap Seungcheol penuh ke-iri-an. "Aku ingin membicarakan dan meng-klarifikasi masalah yang terjadi diantara kita belakangan ini."

Ahrim terdiam. Seungcheol hampir saja membentak Wonwoo jika saja Ahrim tidak menatap suaminya lembut sambil membelai lengannya. "Biarkan dia bicara, Seungcheol," kata Ahrim lalu menatap Wonwoo. "Katakan saja Wonwoo, kami akan mendengarkannya."

Wonwoo tersenyum miris. Ia tak menyangka melihat wanita yang teramat dicintainya berada di pelukan lelaki lain. Dia sudah menyerah sekarang, tidak ingin lagi mengganggu mereka, Ahrim dan Seungcheol serta Haneul untuk bahagia. "Sebelumnya, aku ingin meminta maaf atas kelakuanku dan Junghwa kemarin. Aku tahu kami salah, bahkan salah besar. Tapi aku tak tahu harus bersikap bagaimana."

"Apa maksudmu Wonwoo?" Seungcheol bertanya penuh selidik. Dia mulai ingin tahu dan tertarik dengan topik pembicaraan yang amat sensitif ini, topik pembicaraan yang cukup membuat pelik beberapa bulan belakangan. Bukan hanya untuk Seungcheol dan Ahrim saja, tapi keluarga mereka, Jisoo dan Junghwa serta Wonwoo tentunya.

"Mungkin aku harus menceritakan semuanya dari awal," kata Wonwoo menatap Seungcheol dan Ahrim secara bergantian. Ahrim hanya mengangguk. Seungcheol mulai mengubah raut wajahnya menjadi biasa saja, dia mulai ingin masuk ke alur cerita yang akan diceritakan oleh Wonwoo. Tentang kita, tentang kami semua. "Mungkin kau bertanya bagaimana bisa sosok Wonwoo dan Junghwa bertemu, bukan?"

Wonwoo terkekeh. Menunduk perlahan dan kembali menatap Ahrim dan Seungcheol yang menatapnya penuh rasa ingin tahu. "Kami adalah teman relasi di perusahaan, papaku dan papa Junghwa sama-sama dalam perusahaan di bidang teknik. Mungkin Ahrim tahu tentang itu dan kau tahu tentang Junghwa, Seungcheol.

"Kami menjalin kerja sama sudah cukup lama, sekitar sepuluh tahun terakhir, perusahaan kami saling mengisi satu sama lain. Jika aku membutuhkan maka perusahaan papa Junghwa yang membantu, begitu sebaliknya.

"Kami hanya saling kenal, tidak lebih. Kami juga saling tahu jika kami sama-sama memiliki kekasih, aku bersama Ahrim dan Junghwa bersama Seungcheol. Hingga kita sama-sama terpukul ketika Junghwa dan aku sama-sama mengetahui kalian akan dijodohkan. Dunia yang sangat sempit, bukan?"

Seungcheol dan Ahrim masih belum berkutik, memperhatikan dengan detail penjelasan Wonwoo. Seungcheol meraih pundak Ahrim dan membelainya lembut. Wonwoo tersenyum miris sebelum melanjutkan penjelasannya.

"Aku memang terlihat tenang saat Ahrim mengatakan dia akan menikah dengan lelaki yang telah dipilihkan orang tuanya untuknya, karena aku telah mengetahui semuanya dari Junghwa. Dia menjelaskan semuanya, semuanya, tanpa tertinggal satu momen pun.

"Aku memang menyerah, tapi aku tak bisa tinggal diam begitu saja. Aku dendam dengan mu, Seungcheol. Sungguh dendam yang dalam. Kau merebut calon istriku. Tapi aku bisa apa? Aku tetap harus melanjutkan hidupku bukan? Dan aku memutuskan untuk melanjutkan kuliahku di Eropa, kembali ke rencana awalku sebelum aku dan Ahrim akan memutuskan menikah tahun depan. Jadi aku percepat studiku ke Perancis.

"Suatu saat Junghwa datang ke tempat aku kuliah, sesaat setelah kalian mengucapkan janji pernikahan. Dia menguasai otak dan pikiranku dengan penuh emosi, dia membuatku geram dengan kalian. Jujur saja, aku memang kalut saat itu. Aku mencoba menjauh agar aku tidak terus mengingat kandasnya hubungan kami, hubungan antara aku dan Ahrim.

"Setelahnya kami memutuskan menikah diam-diam, hanya orang tua kami dan keluarga kami yang tahu. Mereka merasa sangat senang karena mereka menganggap, jika kami bersatu, dua perusahaan besar Korea bersatu dan tak terkalahkan, meskipun aku tahu perusahaan kami tak akan bisa menyaingi perusahaan keluarga Choi."

Ahrim dan Seungcheol menghela napas. Seungcheol buka suara menanggapi penjelasan Wonwoo. "Lalu apa maksudmu mengatakan bahwa rencana untuk merebut perusahaan mendiang papa gagal, Wonwoo?"

"Mendiang Tuan Choi dan papa Ahrim, tuan Yoon adalah dua lelaki yang sangat baik dalam bidang apapun, sangat pintar dalam apa saja. Keduanya tak terkalahkan dalam hal apapun, termasuk kontrak terbesar di dunia yang cukup membuat petinggi Korea merebutkannya, termasuk perusahaanku dan Junghwa juga Choi Company. Kontrak itu sangat diinginkan papaku, teramat. Tapi tuan Choi dan tuan Yoon berhasil menarik kontrak tersebut dan menanam saham sebanyak empat puluh tiga persen dengan dua petinggi perusahaan dunia lainnya.

"Papaku kalut, aku saat itu tak tahu harus bagaimana hingga ketika tuan Choi meninggal. Tapi tuan Yoon masih hidup, jadi perusahaan papaku dan papa Junghwa masih belum bisa berkutik. Ada kau yang teramat cerdas juga tegas, Seungcheol. Ada sepupu cerdas Ahrim lainnya, Yoon Jeonghan, yang juga masuk ke Choi Company. Tak terkalahkan adalah identitas dari Choi Company saat itu."

Ahrim menatap Wonwoo lekat. Mengerutkan kening tanda heran. "Kau bahkan tahu tentang Jeonghan? Sepupuku?"

"Tak ada yang tak kuketahui Ahrim. Semuanya berlanjut ketika Seungcheol mengungkap masih mencintai Junghwa, bukan kau.

"Bermodalkan dendam, aku dan Junghwa ikut andil dalam peliknya kehidupan kalian. Bagaimana Seungcheol memperlakukan Junghwa dengan baik padahal dia hamil anakku, bagaimana Seungcheol mengusirmu pergi dari hidupnya. Sesungguhnya saat itu aku sudah tak tahan untuk melanjutkan rencana licik ini, Ahrim. Tapi lagi-lagi Junghwa memengaruhiku. Aku melupakanmu yang bahkan hilang tak tahu kemana."

"Aku bersama Jisoo, Wonwoo." Ahrim mulai terbawa perasaan. Ia sungguh tak tahu tentang perasaan Wonwoo.

"Semuanya berakhir ketika aku tahu, kau hamil anak Seungcheol. Lahir dengan premature dan dalam keadaan yang sangat lemah, tuan Yoon serangan jantung karena Junghwa, semuanya. Membuatku tak ingin lagi melanjutkan rencana yang Junghwa susun. Aku lepas tangan, mengangkat tanganku dan tak ingin lagi ikut campur atas semuanya.

"Terlebih saat Junghwa juga melahirkan premature sama sepertimu, aku rasa karma menimpa kami. Semuanya terjadi sama seperti yang kau dan Seungcheol alami. Aku menyerah."

"Wonwoo, aku ikut prihatin, aku tak tahu tentang semuanya. Maafkan aku, Wonwoo." Ahrim membuka suara, memberanikan diri mengusap lembut lengan Wonwoo dengan pelan. Begitu pula Seungcheol, dia menepuk lembut paha Wonwoo. "Lalu dimana Junghwa?"

"Dia ada di mobil, tak ingin keluar. Dia masih dendam dengan kalian. Maka dari itu, aku juga meminta maaf atas nama Junghwa. Maafkan Junghwa yang mencintaiku dan maafkan aku yang telah mencintai Junghwa."

"Semuanya terasa sulit Wonwoo, tapi, aku ingin kau tetap melanjutkan hidupmu, bersama Junghwa dan baby Jeon." Ahrim berdiri diikuti Wonwoo dan Seungcheol. Ahrim dan Wonwoo saling berpelukan, pelukan sahabat, tanpa rasa cinta untuk ingin saling memiliki. Seungcheol membiarkan Ahrim dan Wonwoo berpelukan dalam waktu yang cukup lama.

"Semoga semuanya akan terus baik-baik saja, Wonwoo." Seungcheol juga memeluk Wonwoo sebagai tanda damai. Mereka terlihat bahagia menurut versi mereka masing-masing. Wonwoo menepuk punggung Seungcheol pelan, begitu pula Seungcheol pada Wonwoo. Wonwoo tersenyum ketika mereka saling melepaskan pelukannya.

"Kau juga, Seungcheol. Jaga Ahrim dan keluarga kecilmu. Aku juga ingin pamit, aku akan ke Eropa melanjutkan kuliahku yang tertunda, mengajak Junghwa juga putraku."

"Kuharap kau sehat selalu Wonwoo." Ahrim tersenyum. Wonwoo memeluk Ahrim sekali lagi. Lelaki itu berpamitan pergi. Meninggalkan Ahrim dan Seungcheol yang sekarang saling berpelukan. Mereka dapat melihat Junghwa yang terdiam dengan tatapan datar kedepan di dalam mobil milik Wonwoo. Lelaki itu membunyikan klakson mobilnya sebelum berlalu. Seungcheol mencium kepala Ahrim dengan penuh cinta. Semua masalah akhirnya terselesaikan.

Ahrim tersenyum sebelum akhirnya menatap Seungcheol yang ternyata sedari tadi sudah menatap Ahrim dalam. "Aku tak tahu ternyata kisah kita seindah ini, Seungcheol."

Seungcheol tersenyum lalu memeluk Ahrim erat. "Aku juga tak mengetahui semuanya akan berakhir seperti ini, Sayang."

Ahrim terdiam. Mengingat sesuatu yang mungkin penting. "Kita membiarkan Arin dan Jisoo untuk kedua kalinya Seungcheol."

"Ya aku tahu, mungkin mereka membutuhkan waktu berdua untuk pendekatan, Sayang."

Continue Reading

You'll Also Like

782K 79.8K 55
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
759K 36.5K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
262K 27.3K 29
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
35.6K 3.3K 20
Plak!!! Lisa terdiam merasakan panas di pipinya, saat kekasihnya yang dia cintai menamparnya. Hatinya terasa begitu sakit. Apalagi, dia melihat sang...