The Crown •REVISI•

By febriana61

4.5K 408 27

Aku pernah merasakan namanya jatuh cinta dan bahagia. Tapi, setelah itu aku jatuh Teramat jatuh hingga aku lu... More

The First
The 2nd
Come Back
'Dia'
Bubble Tea
Someone
Wine
Hug
Start
Memory

Destiny?

336 33 0
By febriana61

Sehun's

Wanita itu masih dalam posisinya, berdiri membeku menatap ke arah belakang Chanyeol. Aku memelih untuk diam karena aku masih tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

Bagaimana tidak mengerti? Wanita itu tiba-tiba saja terdiam membeku dengan beribu ekspresi di wajahnya, tatapannya intens menatap seseorang yang berada di belakang Chanyeol dari ke jauhan.

Dan akhirnya wanita itu mengeluarkan suara, walaupun tidak terlalu mendengarnya, aku sangat yakin dia mengucapkan "Taehyung?".

Sebenarnya aku tidak terlalu memperdulikan apa yang diucapkannya, aku hanya ingin meminta maaf atas insiden bubble tea dan pamit untuk pergi.

Tapi saat aku melihat wanita itu lagi, matanya berkaca-kaca dan mulai mengeluarkan tetes-tetes air bening, wanita itu mulai menangis di hadapanku.

Ia sudah tidak lagi menatap ke arah belakang Chanyeol, karena seseorang yang dari tadi dilihat wanita itu sudah tidak berdiri lagi ditempatnya tadi dan aku tidak tau ia pergi kemana.

Aku bingung harus berbuat apa, wanita itu terus menangis sambil terisak dan orang-orang di sekeliling kami, mulai menatapku dengan tatapan tajam, aku hanya bisa tersenyum canggung, sambil mengisyaratkan bahwa aku juga tidak tahu apa-apa.

Aku mendekatkan diri ke wanita itu, melewati tumpahan bubble tea yang dari tadi memberi jarak antara aku dan wanita itu, dan sekarang kami hanya berjarak dua jengkal.

"Uljima... eoh?" Ucapku dengan nada memohon sambil menepuk-nepuk pundaknya.

Sebenarnya ini sangat canggung, aku sama sekali tidak mengenalnya dan sekarang aku sedang menenangkannya yang sedang menangis, seperti orang yang paling dekat dengan dirinya.

dia masih menangis, wajahnya tertunduk dan tetesan air mata terus-menerus jatuh ke lantai.

Tak lama kemudian, badan wanita itu lunglai dan jatuh di dekapanku. Aku sedikit menahan tubuhnya dengan tangan kananku yang ada dipundaknya.

"N-neo gwenchana?" Tanyaku gugup. Wanita itu mencoba bangkit dari dekapanku dan berdiri dengan tegap. Matanya yang sembab menatapku, wajahnya sangat pucat.

Ia mengangguk dan tersenyum kepadaku. Setelah itu badannya benar-benar jatuh ke lantai, dan dengan sigap aku menahan kepalanya agar tidak terbentur kelantai.

Aku terduduk, lengan kiriku menopang kepala wanita itu. Aku menatapnya sebentar sebelum akhirnya memanggil pertolongan.

-------------"-------------

"Siapa yeoja tadi?" Tanya Chanyeol.

Sehun mengangkat bahu sambil menggeleng.

"Tapi wajahnya tidak asing. Sepertinya aku pernah melihatnya" Chanyeol memejamkan matanya, mencoba untuk mengingat.

"Kau pernah bertemu dengannya hyung? dimana? Kapan?" Sehun terlihat sangat penasaran.

"Ssssttt, aku lagi berpikir" ucap Chanyeol, ia masih memejamkan matanya.

Sehun hanya diam, menunggu jawaban dari Chanyeol.

"Aku tau!" Chanyeol membuka matanya. Ia melirik Sehun.

"She's angel. pasti dia tersesat" lanjut Chanyeol.

"Angel?"

Chanyeol mengangguk

"bagaimana kau tau namanya Angel? Kau mengenalnya hyung?" Lanjut Sehun.

Chanyeol memutar bola matanya malas,
"maksudku dia itu bidadari, bukan namanya Angel"

"Aku serius hyung, kau mengenalnya atau tidak?" Ucap Sehun kesal.

"Arraseo arraseo" Chanyeol mengambil sesuatu dari dalam koper.

"Dia adalah perempuan yang akan bertunangan denganmu dua minggu lagi" lanjut Chanyeol sambil menyodorkan Ipad ke Sehun.

"Mwo?" Sehun mengambil Ipad dari tangan Chanyeol, di Ipad tersebut terdapat foto-foto wanita itu

"Apa kau lupa?" Tanya Baekhyun.

"Choi Irene, tinggi 163 cm, 18 tahun, cantik, putri dari teman ayahmu Choi jun yeong, calon tunanganmu, kalian akan bertunangan minggu depan dn akan segera menikah setelah dia lulus."

"Wah, jjinja your so lucky Oh Sehun"

Flashback

"Aku tidak akan pernah menyesal dengan keputusanku" tegas Sehun.

"Banyak yang tidak kau tau Sehun" ucap Sekretaris Chang.

"Apa yang tidak ku tau, semua ini sudah jelas. Dia telah mencampakkan ibuku, bahkan sebelum aku lahir ke dunia" Sehun semakin erat mengenggam ponselnya.

"Ayahmu di jebak, dia sangat mencintai ibumu Sehun."

"Itu bukan urusanku, walaupun dia dijebak, dia tetap saja pernah tidur bersama wanita jalang itu dan dia tetap telah mencampakkan Ibuku" Sehun sekarang sangat marah, hatinya terasa sesak.

"Ny.Oh tau semua ini Sehun" Ucap sekretaris Chang yang membuat Sehun membeku.

Ternyata selama ini hanya dia saja yang tidak tau, dan mereka semua menyembunyikan masalah ini darinya.

"Kembalilah, akan ku ceritakan semuanya nanti saat kau tiba."

"Keadaan disini sangat kacau Sehun"

"Aku tidak peduli" ucap Sehun dingin, ia sekarang semakin kecewa, karena kedua orang tuanya telah menyembunyikan masalah yang sangat besar darinya.

"Kau harus peduli Sehun, ini adalah urusanmu. Kursi CEO sekarang sedang kosong, ayahmu sedang berada di rumah sakit yang membuat keadaan disini sangat kacau. Paman, bibi dan terutama kakak tirimu sedang sibuk mengambil alih kekuasaan dari tangan ayahmu. Mereka semua sibuk mencuri mahkota yang akan diberikan kepadamu Sehun, Kau tidak akan membiarkan semua itu kan." Jelas Sekretaris Chang

"Kau yang memilih Sehun, meninggalkan ayahmu sendirian dan membiarkan mahkota yang kau inginkan sejak kecil di ambil orang yang sangat kau benci. Atau kembali melindungi semua yang sudah kau miliki termasuk istana, ayah dan mahkotamu." Lanjut Sekretaris Chang.

"Jika kau kembali, aku telah menyiapkan semuanya. Termasuk pertunanganmu yang akan kau jadikan pedang untuk melawan musuhmu" ucap sekretaris Chang mengakhiri pembicaraan.

Flashback off

"Aku tidak lupa, aku hanya terlalu sibuk untuk mengingatnya" ucap Sehun yang masih melihat-lihat foto Irene di Ipad.

"Yak! Apa bedanya" Chanyeol bangkit dari duduknya.

"Apakah kau mau tidur disini? Ayok pulang" ucap Chanyeol.

Sehun hanya mengangguk dan bangkit dari duduknya. Dengan mata yang masih terfokus ke Ipad, Sehun mengikuti Chanyeol dari belakang. Di belakangnya terdapat empat orang bersetelan jas serba hitam sedang membawa barang-barang mereka termasuk koper dan kawan-kawannya.

----------"----------

Irene's

Mataku sangat berat untuk dibuka, kepalaku sangat sakit seperti habis dipukul. Aku berusaha untuk membuka mata walau sedikit sulit.

Saat aku membuka mata, cahaya yang menyilaukan menyusup masuk kedalam mataku yang membuat aku mengerjapkan mata berulang kali untuk menetralkan kornea mataku.

Aku melihat sekitarku. Wendy, appa, eomma, sekretaris Park, mengelilingiku. Mereka semua menatapku yang sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

"Neo gwenchana?" Ucap eomma tiriku yang berada di samping kananku. Aku hanya membalas dengan senyuman.

"Panggil dokter sekarang" appa yang berada di samping kiriku, menyuruh sekretaris Park untuk memanggil dokter.

"Irene-ah, kau sangat membuatku khawatir" Wendy yang berada di sebelah eomma tiri ku membuka suara. Dan aku lagi-lagi hanya tersenyum.

Segerombol dokter masuk ke dalam ruanganku, sekitar lima dokter dan empat perawat sudah sibuk memeriksaku.

Setelah selesai memeriksaku, dokter yang terlihat paling tua dari dokter lainnya, menyuruh orang tuaku mengikutinya ke ruang kerjanya, termasuk Ny.Choi aka. eomma tiriku dan sekretaris Park.

Sekarang di ruang ini tinggal aku dan Wendy. Ia yang berada di samping kananku menatap ku prihatin.

"Kau kenapa Irene?" Tanya Wendy sambil mengelus rambutku.

"Gwenchana" ucapku.

"Jangan membohongiku"

Ah! Aku melupakan fakta bahwa aku tidak akan pernah bisa membohongi Wendy.

"Berapa lama aku pingsan" aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Sekitar lima jam" jawab Wendy.

"Jangan mengalihkan pembicaraan Irene, jawab saja pertanyaanku" Wendy menatapku tajam.

Aku lagi-lagi tidak bisa mengelabui Wendy.

"Aku tadi melihatnya" ucapku ragu.

"Siapa? Taehyung?" Tanya Wendy dan aku mengangguk.

"Di bandara?" Tanya Wendy lagi, akupun hanya mengangguk.

"Apa kau yakin?"

"Sebenarnya aku tidak terlalu yakin, karena dia memakai masker dan agak jauh dariku. Tapi aku yakin dari sorot matanya." Jelasku.

"Apa dia melihatmu?"

"tidak"

"syukurlah, tapi mengapa kau menangis?"

"Aku tidak tau, tiba-tiba saja air mata telah membuat bendungan dimataku" jawabku.

"Kau belum melupakannya Rene" Ucap Wendy.

Aku tau selama ini aku belum melupakannya dan mungkin tidak akan melupakannya. Seharusnya aku sangat membencinya tapi aku tidak bisa, dia adalah orang yang selalu membuatku bahagia setelah eomma dan Wendy.

"Sudahlah Rene, jangan terlalu memikirkannya. Mungkin kau salah orang" ucap Wendy menenangkanku aku hanya mengiyakan perkataannya.

"Geunde, siapa namja yang bersamamu tadi? Dia sangat tampan" tanya Wendy sambil senyum senyum.

"Namja?"

"apa kau tidak ingat?" Tanya Wendy.

Namja, seingatku aku tidak pernah bertemu seseorang sebelumnya.

"Tadi saat aku sedang mencarimu, aku melihat kau berada di rangkulan namja itu, sampai akhirnya kau pingsan. Dan dia juga yang mengendongmu ke ambulan."

"Aku tidak mengingatnya, semakin aku mengingat, semakin sakit kepalaku" ucapku.

Wendy menghela nafas.

"yasudah, Aku akan pulang sebentar, kau istirahatlah dan tidak usah lagi memikirkan namja tadi ataupun Taehyung. Arraseo?" Wendy memperbaiki selimutku dan menurunkan posisi ranjangku.

"Eoh~" ucapku.

***

Ini sangat membosankan, aku hanya berbaring di ranjangku dan sesekali minum obat. Sekarang baru jam delapan pagi, tapi aku sudah tidak betah disini.

"sus, kapan aku boleh pulang" tanyaku kepada suster yang sedang sibuk menyiapkan makanan rumah sakit.

"Sepertinya besok, setelah ada konfirmasi dokter yang menangani anda" jawab suster itu.

***

Setelah selesai makan, aku hanya berbaring di ranjang sambil memainkan ponselku. Aku mulai merasa jenuh, tidak ada yang bisa kulakukan, akupun memutuskan untuk pergi jalan-jalan ditaman rumah sakit.

Aku bangkit dari tidurku, dan mulai berjalan menuju ke taman. Semua perawat ingin menemaniku dan menyuruhku untuk berjalan-jalan di taman dengan kursi roda.

Tapi aku menolaknya, karena aku ingin menenangkan pikiranku sendiri dan juga aku masih bisa berjalan dengan baik.

Aku duduk di salah satu bangku taman dan menghirup udara segar sambil memejamkan mata, mencoba untuk melupakan semua yang terjadi kemarin.

Aku berusaha menenangkan diriku, mencoba untuk tidak memikirkannya. Tapi tidak bisa, di dalam otakku hanya tergiang wajahnya.

"Akh! Aku bisa gila" ucapku gusar.

Kau sangat bodoh Rene, hanya melupakan satu orang saja tidak bisa.

Ini sama sekali tidak berhasil, aku merasa semakin pengap di sini. Mungkin tidur salah satunya cara agar aku tidak memikirkannya lagi.

'Ting'

Pintu lift yang tadi ku naiki perlahan terbuka, aku berjalan keluar dari lift, dengan malas menuju kamarku.

Dengan kaki yang sedikit kuseret, aku menyusuri lorong di rumah sakit ini, rasanya sangat lelah, aku hanya ingin berbaring di ranjang kamarku dan tidur.

Bruk!

Seseorang menabrakku dengan kasar yang berhasil membuatku mendarat sempurna di lantai. Aku sangat tidak berdaya, berdiri saja tidak bisa. Aku merasakan nyeri dibagian pantatku.

"Neo gwenchana?" Ucap orang yang menabrakku sambil membantuku berdiri.

Aku tidak menjawab, bahkan aku belum melihatnya.

"Jjuseunghamnida" orang itu sedikit membungkuk di hadapanku. Suara orang itu terdengar familiar ditelingaku.

"jeongmal jjuseunghamnida" ucapnya lagi, ia menegakkan badanya. Orang itu seorang namja yang sangat tinggi pantas saja aku langsung tersungkur saat ditabraknya.

"Irene-sshi?" Ucapnya.

Aku menengok ke belakangku, tapi tidak ada orang. Berarti tadi namja itu memanggilku.

"anda mengenal saya?" Aku bingung, darimana dia mengetahui namaku.

Namja itu seperti ingin menjawab pertanyaanku tapi ia terhenti karena ponselnya berdiring. Ia segera mengankatnya dan berjalan melewatiku.

"Chogiyo?" Ucapku,tapi namja itu tetap melewatiku dan berjalan melewatiku.

"Chogiyo...?" Ulangku.

"Yak!" Teriakku, aku membalikkan badanku, kulihat namja itu terus berjalan menjauhiku dengan ponsel yang ada ditelingannya.

Heol! Dia sangat tidak sopan, bagaimana bisa dia mengabaikanku. Aku berdecak kesal.

Aku tidak mau memikirkannya lagi, sekarang yang lebih penting masuk ke kamar dan tiduran di ranjang rumah sakit yang sangat empuk itu.

Aku membuka pintu kamarku, sebenarnya aku masih kesal dengan insiden dilorong tadi dan aku masih saja mengumpat dalam hati. Saat aku ingin berbaring dikasur, aku melihat sebuah pastel yang besar dan sebuah buket bunga di meja kaca yang terletak tidak jauh dari kasurku.

Aku berlari kecil menuju pastel dan buket bunga itu. Kemudian, aku duduk di sofa dekat meja tersebut dan membuka pastel yang berisi buah-buahan segar. Aku mengambil salah satu apel dan memakannya.

Siapa yang barusan kesini? Gumanku dalam hati.

Aku menyalakan tv, mencoba memcari acara yang bagus. Sambil memakan apel, aku mengambil buket bunga itu dan amplop berpita merah jatuh dari buket bunga tersebut.

Aku meraih amplop itu dan membukanya, didalamnya terdapat secarik kertas. Sambil menelonjorkan kakiku di atas sofa, aku membaca tulisan yang ada di kertas itu.

"Get well soon, Irene-ah
From: your destiny"

Aku tersedak apelku. What the ....?
Heol! my destiny? Destiny apaan? Destiny dari hongkong!

"Hahahahaha" aku mulai tertawa tidak jelas.

Apakah kau sudah kembali oppa? Aku bertanya pada diriku sendiri. Aku masih saja tertawa tidak jelas.

"Ckh, bagaimana bisa dia kesini tanpa memberitahuku?" Ucapku sedikit berbisik.

---------------------"---------------------

Sorry banget, jarang update....
Terus bagian akhir, sorry juga yah Irene gak jelas 😂
Next ada pemeran baru, tungguin yah...

Vomment Juseyo ^^
Luv you :*

Continue Reading

You'll Also Like

86.4K 8.2K 33
Supaporn Faye Malisorn adalah CEO dan pendiri dari Malisorn Corporation yang memiliki Istri bernama Yoko Apasra Lertprasert seorang Aktris ternama di...
412K 30.5K 40
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
YES, DADDY! By

Fanfiction

306K 1.8K 9
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar
726K 58.3K 63
Kisah ia sang jiwa asing di tubuh kosong tanpa jiwa. Ernest Lancer namanya. Seorang pemuda kuliah yang tertabrak oleh sebuah truk pengangkut batu ba...