Cotton Candy [Completed ✔️]

By carapherneliara

37.6K 4.9K 295

Jika kau melihatnya dari luar, dia adalah gadis yang kuat. Tapi jika kau melihatnya dari dalam, dia rapuh. -L... More

01
02
03
04
05
06
07
08
09 [Info]
09 [real]
10
11
12
13
14
15 [flashback]
15
17 [End]
18 [Epilog]
Liat dulu yuk!

16

1.3K 168 24
By carapherneliara

Meskipun cerita ini udah tamat vomment masih berlaku yaa!!^^

~~~~~~~~~~~~~~~~~~

16.00

"Terimakasih, kau sudah menghiburku. Kau harus sering datang kesini ya? Mungkin hanya sekedar mengganti bunga yang ada di makam Mark?"

"Iya aku akan sering kesini. Kita bagi jadwal saja bagaimana?" kata Jooeun girang.

"Tidak bisa, aku akan pergi. Jadi untuk beberapa hari kedepan kau gantikan aku ya?"

"Berapa lama?"

"Entahlah, mungkin akan sedikit lebih lama."

Jooeun menundukkan kepalanya.

"Mau ikut ke suatu tempat?"

Jooeun hanya diam tak menjawab.

"Aku anggap itu persetujuan." Taeyong menarik tangan Jooeun untuk naik ke sepeda itu.

16.09

"Kau mengajakku kemana?" kata Jooeun dengan mulut penuh permen kapas.

"Aku yakin kau tidak akan pernah melupakan tempat yang satu ini," kata Taeyong menarik sebelah tangan Jooeun.

"Memang tempat apa? Mataku kau tutup. Aku tidak bisa melihat," kata Jooeun mengomel.

"Iya sebentar, akan kulepaskan." Taeyong beralih ke belakang tubuh Jooeun dan membuka kain penutup itu perlahan.

Jooeun mengerjapkan matanya, pikirannya mulai melihat memori yang talah lama hilang.

Taeyong menggali tanah didekat pohon besar. Tidak lama kemudian dia menemukan sebuah benda berbentuk kubus.

"Ingat ini?" Taeyong menunjukkan kubus yang berlumur tanah.

"Aku sepertinya pernah melihat itu." Jooeun mulai meraba-raba, tangannya mencoba membersihkan tanah yang melekat di kubus itu.

"Itu dibuat olehmu, Nom." Taeyong menunjuk Jooeun.

"Nugu?" kata Jooeun sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Ya, kau."

"Boleh ku buka?" tanya Jooeun.

"Ne. Bukalah, kau bawa pulang ya? Kenang-kenangan dariku," kata Taeyong tersenyum.

"Kau daritadi berbicara seperti kau akan pergi menyusul Mark." Tangan Jooeun sibuk dengan kubus yang sulit dibukanya.

Taeyong yang mendengar kata-kata Jooeun hanya tersenyum kecut. Jooeun tidak mengerti bahwa Taeyong memang akan menyusul Mark.

"Kalau tidak bisa kau cukup bilang padaku." Taeyong merebut kubus itu dan membukanya perlahan.

"Hey! Itu tidak adil! Tadi aku membukanya seperti itu, tapi kenapa tidak bisa? Dan kau, kenapa kotak itu bisa terbuka?"

"Karena aku mau. Kau tahu? Sesuatu yang didasari dengan hati itu akan berbuah hasil yang baik," kata Taeyong memberikan kembali kotak itu.

"Dulu kau suka naik ayunan di sebelah sana," Taeyong menjuk ayunan usang yang kini sudah tidak bisa dipakai lagi, "dan apa kau tahu bahwa dulu ada seorang kakek yang tersesat?"

"Tunggu, aku rasa aku mengingatnya. Bukankah itu kakeknya Doyoung?"

"Ya, tepat sekali. Ingatanmu rupanya sudah sedikit pulih."

"Tahu darimana?" kata Jooeun meremehkan.

"Kau tidak perlu tahu. Mau ke bukit?" tanya Taeyong.

18.00

Setelah Taeyong kembali dari makam Mark untuk mengganti bunga dan mengambil mobilnya, kini ia dan Jooeun pergi ke bukit. Sesuai dengan yang Taeyong ajak.

"Kau tahu hal yang kusukai?"

"Ya,"

"Kau tahu apa yang kumau?"

"Tidak,"

"Tapi kau tahu aku?" tanya Taeyong menatap Jooeun.

"Ya, temanku beberapa tahun yang lalu." jawab Jooeun kembali menatap Taeyong.

"Kalau begitu kenalkan namaku Lee Taeyong." Taeyong mengulurkan tangannya, sama seperti saat mereka pertama kali bertemu.

"Nam Jooeun, biasa dipanggil Nom." Jooeun membalas uluran tangan Taeyong dan tertawa lepas bersama.

Bintang tidak pernah tertidur dan aku melihatnya saat ini. -Taeyong

19.00

"Aku rasa ini sudah saatnya kau membaca surat dari adikmu, tidak akan mudah pada awalnya tapi aku yakin kau bisa mencoba untuk mengikhlaskannya. Sampai jumpa lagi." Taeyong melangkahkan kakinya menjauhi Jooeun, "Nom!" katanya melambaikan tangan sebelum dirinya meninggalkan Jooeun didepan lobby apartment.

~

"Apa benar ini sudah saatnya? Jika memang iya, aku bisa merelakan itu." Jooeun bergumam sambil memegang gelas kesayangan milik Jaemin. Matanya tertuju pada surat berwarna putih kebiruan.

Ada dua buah surat dibawah gelas itu, satu surat ia yakini dari Jaemin, satu lagi?

Tangannya membawa kedua surat itu dan meninggalkan appartementnya, tidak lupa ia kunci terlebih dahulu.

Kakinya tidak memperdulikan aspal yang mulai digenangi oleh air. Tidak peduli sepatu Jooeun kini sudah basah, beruntung Jooeun memakai jaket yang tidak dapat ditembus oleh air. Suratnya ia masukan kedalam saku jaket itu agar tidak basah. Dan berhasil, Jooeun menemukan Taeil.

"Taeil oppa!"

"Oh? Jooeun?" Taeil berlari ke arah Jooeun untuk memayunginya.

"Kenapa kau hujan-hujanan? Udaranya sangat dingin," tanya Taeil.

Tangisan Jooeun pecah saat itu juga. Ia tidak tahu apa yang dirasakannya saat ini.

"Waeyo? Kau rindu Jaemin? Sulit sekali rasanya hidup jadi kau. Mau ku antar ke rumah sakit? Sepertinya kau harus bertemu Jaemin."

Jooeun hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan. Tangan Taeil merangkul Jooeun agar ikut bersamanya.

"Sepulang dari cafe milik Wendy kau kemana? Taeyong bilang kau disekap? Benarkah?"

"Ne, itu benar," jawab Jooeun datar, ia tidak mau mengingat hal itu lagi. Rasanya sangat takut saat mendengar nama orang itu.

"Maafkan aku tidak mengantarkanmu pulang. Lagipula kenapa kau main kabur saja? Memang aku tidak pernah membayar barang yang kau beli? Bukankah sebelumnya aku sudah bilang aku yang bayar?" tanya Taeil bertubi-tubi.

"Baiklah akan kujelaskan, aku tidak mau oppa dan unnie risih karena kehadiranku. Jangan dulu memotong, meskipun kau bilang itu tidak tapi aku memang harus pulang. Aku ingin melihat surat Jaemin. Aku takut suatu saat dia pergi. Ya, sekarang aku tidak mempermasalahkan hal itu lagi. Tapi oppa, bisakah aku lebih bahagia lagi?" Jooeun menatap mata Taeil dengan lekat, mencari apakah akan ada kebohongan di matanya.

"Tentu saja. Kenapa tidak?"

"Tapi aku melihat kebohongan dimatamu."

Taeil membuang mukanya.

"Kau berkata seolah kau hanya bisa membuat kebahagiaan itu sendiri, nyatanya tidak. Kau disini bersamaku, kau juga punya Jaemin, Johnny, Taeyong, Winwin saja bisa jadi sumber kebahagiaanmu. Apakah kau tidak merasa begitu?"

Jooeun menengadah melihat langit yang tertutupi oleh payung yang dibawa Taeil. Ia melangkahkan kakinya meninggalkan Taeil di belakang.

"Oppa, apa kau bisa bintang yang itu?" Jooeun menunjuk salah satu bintang yang paling terang.

"Ya, kenapa?" Mata Taeil mengikuti arah yang ditunjukkan oleh telunjuk Jooeun.

"Kata Taeyong itu adalah Mark. Dia selalu mengawasi kita dari atas sana. Tapi aku tidak percaya, semua orang hanya berbohong padaku."

"Bagaimana denganku? Aku tidak pernah membohongimu. Bukankah itu tidak berarti semua orang?" Taeil melangkahkan kakinya sejajar dengan Jooeun.

"Tapi kenapa Matahari tidak menemani bintang? Bukankah mereka sama-sama bintang?" tanya Jooeun.

"Itu sudah hukum alam, kau ini kenapa hm? Pertanyaanmu yang itu sangat tidak masuk akal. Apa hubungannya dengan Matahari?" kata Taeil kesal.

"Aku rasa melihat Oppa sedang kesal membuatku bahagia." Senyum Jooeun mengambang melihat Taeil yang memasang wajah ingin marah.

"Maafkan aku Oppa, kajja! Kau akan mengantarku bukan?" Jooeun segera menarik tangan Taeil yang sedang memegang payung.

20.00

"Kau terlalu banyak duduk, kan aku sudah menawarimu untuk naik taksi, kenapa tidak mau?" Taeil yang baru masuk ke kamar Jaemin sudah mengomel pada Jooeun.

"Sudahlah, memang kau mau kemana? Bukankah ini sudah larut? Oh, kau akan mengantar Kak Wendy pulang? Waaah, pesat sekali."

"Anniya.. besok aku akan bekerja lagi."

"Oh? Apakah itu berarti aku juga akan bekerja?"

"Mungkin saja, baca surat itu. Jaemin sudah menunggumu."

Tangan Jooeun mulai membuka potongan surat milik Jaemin.

Hai kakakku!

Aku sangat merindukanmu, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi, suatu saat nanti kau akan bahagia tanpa hadirnya aku. Aku tahu aku telah membuat kakakku ini menunggu sangat lama, mian. Aku tidak bermaksud seperti itu, aku hanya bingung akan berkata apa nantinya saat menatap langsung matamu.

Aku sulit mengingat hal ini, Dr. Seo bilang ingatanku hanya bisa diingat beberapa saat, dan itu benar. Surat ini adalah garis besar yang ngin aku sampaikan padamu.

Kau akan menjadi kakakku sampai kapanpun. Kau yang pertama mengukirkan keluargaku senyuman yang tulus.

Oh iya, untuk pembunuh yang dulu pernah meneror rumahmu sudah Appa serahkan kepada polisi. Mungkin itu alasan Appa dan Eomma meninggalkan kita berdua.

Tapi tahu tidak? Aku bertemu mereka!! Ini sangat menyenangkan, mereka bilang padaku untuk tidak menyusahkanmu. Tapi aku gagal.

Kak,

Aku sangat menyayangimu, mereka juga menyayangimu. Aku rasa tidak mustahil semua orang mrnyangimu. Kau sangat baik.

Entahlah aku akan bisa mengingat ini atau tidak, aku hanya mengumpulkan kata demi kata untukmu setiap harinya.

Nam Jooeun,

Nama yang cantik, cocok untuk kakakku. Oh iya aku hampir lupa, akta kelahiranmu yang asli ada di dalam lemariku, kkkk~

Uljima~

Jangan menangis, kau harus terus tersenyum. Mungkin benar yang semua orang katakan bahwa aku akan meninggalkanmu. Maafkan aku, aku harus pergi.

Kalau kau melihatku dengan Mark jangan heran ya.. itu memang aku yang sedang bermain dengan Mark.

Dia yang membantuku mengingat sepatah dua patah kata untukmu.

Sampaikan salamku untuk semua orang yang menyayangimu.

Na[m] Jaemin
Kkkkk~

Mata Jooeun sudah mengeluarkan beberapa butiran airmata. Tangannya mulai menggenggam tangan milik Jaemin.

"Jaemin, aku tahu kau mendengarku bukalah matamu, aku ingin melihatmu tersenyum padaku. Setelah itu kau boleh pergi meninggalkanku. Aku tidak apa berada disini. Kau tidak perlu keberatan, pergilah bersama appa dan eomma. Tapi aku mohon jangan lupakan aku." Tangan Jooeun mengeratkan genggamannya. Wajahnya menunduk tak kuasa melihat Jaemin.

"Jooeun," Taeil menyentuh pelan bahu Jooeun, "Jaemin."

Wajah Jooeun menengadah melihat Jaemin yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Kau baru membaca surat itu tapi kau menangis? Apa kau lupa?" tanya Jaemin dengan senyum lebarnya.

"YA! Kau membuatku kaget! Hwaa.. aku ingin menangis!" Jooeun membawa Jaemin ke pelukannya.

"Mian.." Jaemin membalas pelukan Jooeun.

"Mian.." Jaemin membalas pelukan Jooeun.

Taeil meninggalkan Jooeun bersama Jaemin, kakinya melangkah mencari keberadaan Dr. Seo yang menangani Jaemin.

"Johnny!" seru Taeil kala matanya menagkap perawakan tinggi Dr. Seo yang sedang sibuk mendorong kasur pasiennya.

Belum sempat kakinya menghampiri Johnny, ia sudah melihat kasur dorong rumah sakit yag ditiduri oleh orang yang dikenalinya.

Taeyong.

20.30

"Kenapa kau mempermainkanku?! Kau jahat sekali.."

"Mian, aku minta maaf. Aku juga tidak tahu kenapa aku terbangun lagi, rasanya seperti ada dorongan di dalam tubuhku untuk bertemu denganmu. Kau tahu? Tadi aku bermain bersama Mark hyung, dia orang yang baik."

"Mark memang sangat baik, mau baca surat yang ia berikan untukku?" tawar Jooeun.

"Kau saja, nanti kau ceritakan padaku."

"Baiklah, kita buka bersama ya?" Jooeun membuka lipatan kertas itu.

Jooeun,

Aku melihatmu saja sudah bahagia kak, aku tidak tahu jika memilikimu. Pertama, tidak ada kata lebih untuk menyatakan kebahagiaan. Menurutku melihatmu terlalu lebih untuk bahagia. Kedua, aku hanya bisa menjagamu dari sini. Terimakasih telah mengajakku ke cafe milik Winwin itu, karena itu adalah saat terakhirku bisa bersamamu. Maafkan aku telah meninggalkanmu dengan segala keterpurukan, kalau aku tahu begini aku tidak akan meminta tuhan untuk menakdirkan aku bertemu denganmu. Tidak, itu hanya aku yang selalu mengunjungimu.

Oh iya, aku hanya berbohong melihat Jaemin. Ya, aku memang melihatnya. Tapi bukan dengan keadaan sebagai roh, tapi sebagai manusia. Dia memang sadar, tapi karena otaknya susah untuk bekerja lebih optimal. Aku bersyukur jika akhirnya dia bisa bertatap muka denganmu. Dia hanya tidak mau membuatmu sedih.

Kuberitahukan satu hal untukmu,

Kau dan Taeyong adalah teman saat kecil, kau lah gadis Cotton Candy itu, Kau Nom, Gadis pemilik nama asli Nam Jooeun. Kau tertabrak saat masih kecil yang mengakibatkan kau Amnesia. Kau tertabrak karena kabur dari rumah yang sedang diteror habis-habisan oleh seorang pembunuh bayaran yang mengakibatkan seluruh keluargamu meninggal. Aku tahu cerita ini dari Jaemin. Mungkin kau juga sudah tahu darinya.

Maafkan aku yang mungkin sudah nakal padamu, maafkan aku juga yang sudah berbohong padamu.

Mungkin ini adalah terakhir kalinya kita bisa berkomunikasi, maafkan aku yang tidak bisa menjagamu sampai kau mati nanti.

Aku yakin Taeyong akan menjagamu dengan sangat baik. Terimakasih telah mengukirkan senyum untuk kakakku.

Mark lee

Perasaan Jooeun terhenyak, matanya sudah tidak bisa mengeluarkan air mata.

"Tidak usah menangis, Mark hyung akan sedih jika kau menangis." Jaemin mencoba menenangkan Jooeun. Ia tak kuasa lagi melihat kakaknya terus menangis.

"Tapi Jaemin, apa kau akan seperti ini terus? Aku merindukanmu. Aku berharap ini bukanlah saat terakhirku melihat kau tersenyum."

"Tapi tadi kau menyuruhku pergi." Jaemin mencebikan bibirnya.

"Anni.. bukan itu maksudku, aku tidak mau kau kesakitan karena diriku. Apalagi aku bukanlah keluarga kandungmu."

"Kau ini lupa atau bagaimana? Kau akan tetap menjadi kakakku, memangnya kau tidak ingat isi surat itu hn?"

"Iya aku ingat, tenanglah, kau tetap adikku. Kapan pulang? Sepertinya aku tidak punya cukup uang untuk bayar rawat milikmu."

"Mungkin lusa? Itupun jika Dr. Seo mengizinkan." Jaemin kembali menunjukkkan senyum lebarnya.

21.00

Taeil menyusul Dr. Seo untuk melihat jelas siapa orang yang dibawa perawat tadi. Nihil, ia tidak melihat lelaki yang terbaring tadi. Taeil menunggu di luar ruang gawat darurat itu dengan wajah cemas, takut-takut lelaki itu memang benar Taeyong.

~
~
~

TBC

------
Lee Taeyong

Mark Lee

------

Ini nyampe 2000 words wkwk, bablas sama cerita ini>,<
Beberapa part lagi cerita ini bakal tamat hehe, tadinya sih mau disatuin cuma ya takut sampe 3000 words haha^^
Kangennn wattpad huhu💜💜

❤❤Mampir yuk ke cerita yang lain!!!!!
Makasiiiih^^❤❤

Regards,
자오

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 35.5K 8
Di balik dunia yang serba normal, ada hal-hal yang tidak bisa disangkut pautkan dengan kelogisan. Tak selamanya dunia ini masuk akal. Pasti, ada saat...
13.8M 1.1M 81
♠ 𝘼 𝙈𝘼𝙁𝙄𝘼 𝙍𝙊𝙈𝘼𝙉𝘾𝙀 ♠ "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...