LITTLE STAR [COMPLETED]

Per PinkyLinn

9.3K 2K 1.5K

Bagaimana jadinya jika seorang gadis mengalami banyak hambatan untuk mewujudkan cita-citanya? Bertemu dengan... Més

CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25

CHAPTER 19

239 40 32
Per PinkyLinn


"Kau sudah memberitahukan semuanya?" tanyanya dengan wajah datar.

"Sudah. Aku sungguh berterimakasih padamu, sunbae," kataku berusaha tersenyum. Wajah datarnya membuatku menjadi canggung.

Kami terdiam, tidak ada yang ingin membuka suara tapi juga tidak ada yang ingin pergi. "Sunbae, maaf untuk kemarin." Akhirnya aku memutuskan untuk membuka suara terlebih dahulu.

"Maaf untuk apa?" tanyanya masih dengan wajah datar.

"Emm.. I-itu—" aku sendiri tidak tahu sebenarnya aku minta maaf untuk apa? Memang aku melakukan kesalahan padanya? "—aku minta maaf karena kemarin bertemu denganmu di dorm?" Itu bukan pernyataan, lebih seperti pertanyaan.

"Kenapa kau harus minta maaf?" Wajah datarnya membuatku semakin canggung.

"Karena aku bersama dengan Chanyeol sunbae," kata-kata itu meluncur juga dari mulutku. Sebenarnya ada apa sih denganku? Kenapa aku harus minta maaf karena aku bersama dengan Chanyeol?

"Kalau kau benar-benar minta maaf, kau harus mau makan malam denganku." Mwo? Kenapa jadi begini? Melihatku yang terdiam, Dyo berkata lagi, "Jadi kau hanya mau makan dengan Chanyeol, huh?"

"Bu-bukan begitu. Oke, mari kita makan malam."

...

Seperti yang sudah aku duga, Ye In langsung memberondongku dengan banyak pertanyaan.

"Apa yang kau bicarakan dengan Dyo sunbae? Kenapa wajahnya yang tadinya datar berubah menjadi senang? Kau bilang apa padanya? Kalian merencanakan sesuatu? Bagaimana dengan pertemuan dengan asisten wakil CEO?" Dia hanya menanyakan satu pertanyaan tentang asisten wakil CEO dan 4 pertanyaan tentang Dyo.

"Jadi kau lebih tertarik dengan Dyo sunbae? Pertanyaanmu banyak sekali tentangnya, padahal aku punya masalah yang lebih penting." Aku tidak menjawab satu pun pertanyaannya.

"Yah, kau tidak menjawab satu pun pertanyaanku," katanya sambil cemberut.

"Asisten wakil CEO bilang dia akan memprosesnya karena ternyata sudah banyak laporan mengenai laki-laki brengsek itu." Aku memutuskan hanya menjawab tentang masalahku yang lebih penting.

"Baguslah kalau begitu, supaya tidak ada perempuan yang menjadi korbannya lagi. Ayo kita ke ruang latihan," ajak Ye In.

"Ye In-ah, saat bertemu dengannya kita harus terlihat biasa saja. Arraseo?"

"Ne."

Laki-laki brengsek itu masuk ke dalam ruang latihan dengan senyuman yang membuatku ingin muntah. Setelah melihatnya sekarang, aku baru sadar matanya selalu melirik ke arah Ha Mi. Dasar mesum!

Aku merasakan lenganku disenggol oleh Ye In yang ada di sebelahku. "Eun Ra-ya, tadi kau yang bilang sendiri kita harus bersikap biasa saja. Tapi kau yang tidak biasa. Matamu jangan melotot seperti mau menerkamnya seperti itu." Aku tidak sadar kalau daritadi aku melotot padanya. Untung Ye In memberitahuku. Aku buru-buru menormalkan mataku supaya terlihat biasa saja.

Sejujurnya aku sudah tidak bersemangat untuk latihan. Tapi aku ingat bahwa aku harus dapat mewujudkan cita-citaku ini. Sudah banyak perjuangan yang aku berikan untuk dapat sampai ke titik ini. Aku tidak mau menyia-nyiakan perjuanganku selama ini.

Bayang-bayang Soo Ri yang berlinang air mata melintas di benakku. Rasanya sakit melihat sahabatku menangis seperti itu. Tapi rasa sakitku tergantikan oleh rasa kecewa yang begitu sangat padanya. Dia, sahabatku, tega melakukan semua itu padaku?

Aku tersadar dari lamunanku saat terdengar keributan di sekelilingku. "Kyo Woon-ssi, silahkan ikut kami," kata dua orang berbadan besar seperti bodyguard yang masuk ke dalam ruang latihan. Jelas saja terdengar suara teriakan dari trainee perempuan.

"Sepertinya asisten wakil CEO benar-benar serius dengan omongannya tadi," bisik Ye In persis di telingaku.

"Kau benar, baguslah kalau begitu. Supaya laki-laki itu bisa cepat pergi dari sini. Aku sudah muak melihat wajahnya." Aku melihat Kyo Woon yang sedang meronta-ronta karena tidak mau diajak pergi baik-baik oleh bodyguard itu. Seharusnya dia diam saja supaya masalahnya cepat selesai.

"Yah, kalian mau apakan saya?" jerit laki-laki itu seperti perempuan yang mau diculik.

"Sebaiknya Anda diam saja kalau tidak mau kami bertindak kasar," kata salah satu bodyguard yang ototnya sangat besar. Kalau aku macam-macam dengannya, aku yakin dengan satu sentilan aku pasti sudah pingsan.

Sepertinya dia takut dengan ancaman bodyguard itu, dapat dilihat dari mulutnya yang sudah terkatup rapat. Tapi tidak dengan tangannya yang masih terus meronta-ronta. Aku baru ingat dengan seseorang. Aku langsung mencari orang itu dan mendapatinya ada di pojok ruang latihan dengan wajah yang cemas. Shin Ha Mi, dia terlihat khawatir dan takut. Mungkin dia takut skandal dirinya dengan laki-laki itu akan terbongkar.

Aku tidak ambil pusing dengan dirinya, karena itulah akibat yang harus diterimanya. Dia sudah berani melakukan, artinya dia juga sudah siap dengan resiko yang akan dia tanggung.

Keadaan mulai tenang setelah laki-laki itu dibawa keluar. Seseorang yang aku kenali sebagai juri audisi–wanita dengan rambut panjang indah yang mengataiku pendek–masuk ke dalam ruang latihan.

"Selamat sore semua. Perkenalkan saya Mirae selaku rekan dari Kyo Woon. Saya mau minta maaf atas kejadian yang baru kalian lihat. Ada masalah antara Kyo Woon dengan pihak agensi, jadi dia akan menyelesaikan masalahnya terlebih dahulu. Sekarang saya akan menggantikannya menjadi penanggungjawab kalian sementara. Kalian bisa berlatih seperti biasa," katanya dengan nada tegas.

Para trainee mulai berisik lagi karena mereka membicarakan laki-laki itu. Mereka mulai berspekulasi mengenai masalah yang dihadapi oleh dirinya. Ingin rasanya aku membeberkan kebejatan dari dirinya, tapi itu bukan hakku. Aku akan menunggu sampai ada berita resmi dari pihak agensi. Aku akan berpura-pura polos dan sama dengan trainee lain, tidak tahu sama sekali mengenai masalahnya.

Perasaan senang dan puas mulai menjalar di hatiku. Laki-laki itulah yang menggoda Soo Ri sehingga dia terjatuh pada jebakan brengseknya. Aku belum bertanya apa saja yang sudah dia lakukan pada sahabatku. Semoga saja bukan sesuatu yang buruk. Bayang-bayang Soo Ri tidak lepas dari pikiranku. Aku ingin sekali memberi kabar bahwa aku baik-baik saja dan menanyakan bagaimana kabarnya.

"Eun Ra-ya, jangan melamun saja. Ayo kita latihan," ajak Ye In padaku.

Hari ini sudah kesekian kalinya aku melamun. Ye In pasti sangat mengerti sehingga dia tidak pernah jauh-jauh dariku hari ini. Dia yang selalu menyadarkanku dari lamunan dan memberitahuku untuk bersikap biasa saja. Satu lagi sahabat yang aku punya dalam hidupku. Aku beruntung bertemu dengan Ye In dalam kehidupan trainee yang berat ini.

"Tuh kan melamun lagi. Yah Eun Ra!" Ye In mengguncang bahuku sehingga aku tersadar dari lamunanku lagi.

"Mian, Ye In-ah. Gomawo sudah mau menjadi sahabatku," kataku sambil merangkulnya untuk kembali latihan.

...

Hari ini terasa sangat panjang bagiku. Latihan rutin yang begitu melelahkan ditambah dengan masalah yang menghantui. Aku mengambil handphone yang ada di dalam tasku dan menyalakannya. Sejak tadi setelah memperlihatkan rekaman pada wakil CEO, aku langsung menonaktifkan kembali handphoneku tanpa melihat notifikasi yang masuk.

103 missed calls from Soo Ri

Soo Ri meneleponku sampai 103 kali? Ada perasaan bersalah karena tidak menyalakan handphone daritadi. Tapi walaupun aku menyalakan handphone, belum tentu aku akan mengangkat saat Soo Ri meneleponku. Aku belum siap untuk berbicara dengan Soo Ri lagi.

Aku membuka aplikasi chatting untuk memberi kabar pada Dong Jae tentang masalahku. Saat sudah menemukan nama Dong Jae, aku terdiam untuk beberapa saat. Foto profil Dong Jae bersama dengan seorang perempuan bule. Aku memperbesar foto profilnya dan melihat Dong Jae yang sedang merangkul perempuan itu. Mereka terlihat mesra dan cocok sekali.

Rasa sakit timbul lagi di hatiku. Aku mengurungkan niat untuk memberitahu Dong Jae dan menutup aplikasi chatting tersebut. Bagaimana bisa masalah datang bertubi-tubi seperti ini padaku?

Ya, aku masih belum bisa move on dari Dong Jae. Padahal sudah 1,5 tahun lebih aku tidak pernah bertemu dengannya. Dong Jae sudah menjadi mahasiswa jurusan bisnis di Universitas Harvard. Dia sudah jarang pulang ke Korea karena kesibukannya di tempat kuliah. Kalau pulang ke Korea pun, dia hanya dapat singgah ke Jeongseon–rumah orangtuanya–dan tidak pernah sempat main ke Seoul.

Sepertinya Dong Jae sudah menemukan kekasih disana. Aku ingat 1,5 tahun yang lalu saat aku menyuruhnya untuk berteman disana, tetapi bukan maksudku untuk mencari kekasih disana. Sakit hatiku juga bertambah karena dia tidak cerita apa-apa padaku. Aku merasa seperti orang bodoh.

Mungkin ini saatnya aku move on dan mencari laki-laki lain yang juga menyukaiku. Tidak ada gunanya menunggu Dong Jae yang sudah punya kekasih seperti sekarang. Saat dia tidak punya kekasih saja dia hanya menganggapku sebagai sahabat, bagaimana dengan sekarang saat dia sudah mempunyai kekasih?

Aku menggelengkan kepala untuk menghapus bayangan dan pikiran mengenai Dong Jae. Aku melihat sekeliling yang sudah sepi. Latihan hari ini telah selesai. Aku sama sekali tidak menikmati latihan hari ini, tidak seperti hari-hari kemarin. Jiwaku tidak menyatu dengan ragaku sama sekali.

Ye In masih setia menemaniku kemanapun. Kini kami sudah berada di luar gedung SM. Aku melihat Dyo yang sudah lengkap dengan penyamarannya, pakaian seperti ninja. Walaupun dengan pakaian seperti itu, aku masih dapat mengenalinya. Aku berusaha tersenyum padanya dan dibalas dengan senyuman yang sejak tadi tidak aku lihat.

"Ye In-ah, aku ada urusan dengan Dyo sunbae," kataku pada Ye In yang dijawab dengan senyuman jahilnya.

"Oke, kalau ada apa-apa kau bisa menghubungiku," katanya sambil melambai padaku dan hilang di tengah kegelapan.

Aku menghampiri Dyo yang sedang berdiri tidak jauh dariku. "Annyeong, sunbae," sapaku pada Dyo.

"Ayo kita ke basement untuk mengambil mobilku." Aku mengikuti langkahnya. Kami hanya diam selama perjalanan ke basement dan membuatku merasa risih.

"Kita mau kemana, sunbae?" tanyaku saat sudah masuk ke dalam mobil Dyo.

"Kau bisa memanggilku Dyo... oppa saja?" katanya tidak nyambung dengan pertanyaanku.

Aku terkejut mendengar permintaannya. "Oke kalau itu mau sunbae... Emm, maksudku oppa," kataku malu-malu. Yaampun ada apa denganku?

"Kita akan ke sebuah tempat makan yang sangat aku suka."

"Kau tidak takut ketahuan?"

"Tenang saja, aku sudah sering menyamar dengan pakaian seperti ini dan tidak pernah ketahuan." Setelah itu hening menyelimuti mobil ini lagi.

...

Kakiku melangkah masuk ke dalam sebuah tempat makan yang cukup mewah. Aku merasa salah kostum karena hanya memakai kaos dan celana jeans–pakaian kebangsaan setelah aku selesai latihan. Tetapi sepertinya Dyo tidak mempermasalahkan hal tersebut dan tetap menuntunku untuk masuk ke dalam tempat makan ini.

Kami duduk di meja yang berada di pojok karena tidak mau mengambil resiko ada yang mengenali Dyo. Setelah selesai memesan makanan–yang ternyata harganya selangit, untung Dyo mau menraktirku malam ini–kami diam lagi dan aku mulai risih dengan keadaan ini.

"Oppa," panggilku pada Dyo.

"Hmm?"

"Kau cemburu dengan Chanyeol sunbae?" tanyaku to the point. Pertanyaanku tidak dapat ditahan lagi karena melihat sikapnya saat bertemu kemarin–saat aku sedang bersama Chanyeol.

Dia hanya diam dan tidak menjawab pertanyaanku. "Tidak apa-apa kalau oppa tidak mau menjawab pertanyaanku."

"Ya, aku cemburu." Kenapa Dyo harus cemburu? Apa jangan-jangan...

"Kenapa kau bisa cemburu dengan Chanyeol sunbae?"

"Aku... Aku menyukaimu." Satu kalimat yang membuat tubuhku menegang. Tidak pernah terlintas di pikiranku untuk disukai oleh seorang idol yang disukai oleh banyak orang seperti dirinya. "Bagaimana denganmu, Eun Ra?"

Ada yang aneh dengan diriku. Saat mendengar pernyataan dan pertanyaan Dyo, yang terlintas di pikiranku adalah laki-laki gila itu. Chanyeol yang sedang memamerkan gigi-gigi putihnya padaku, senyum yang tadinya terasa menyebalkan tapi sekarang terasa sangat manis, kejadian kemarin saat dia memasak untukku.

Mungkin aku sudah gila sekarang.

...

A/N : Hayoo, apa jawaban Eun Ra ya? Kalo penasaran ikutin terus ya ceritaku hehe.

Sampai ketemu di chapter 20!

-PinkyLinn

Continua llegint

You'll Also Like

ALAVIA (TERBIT) Per naraa

Literatura romàntica

13M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
Dunia Davin Per jiaaa

Literatura romàntica

8.3M 517K 34
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
1.7M 5.3K 9
⚠️ dirty and frontal words 🔞 Be wise please ALL ABOUT YOUR FANTASIES Every universe has their own story.
6.1M 478K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...