CHAPTER 14

251 54 23
                                    


"Hai, perempuan penguntit," katanya sambil memamerkan gigi-gigi putihnya padaku.

Aku langsung meniup ramyeonku dengan keras karena kaget melihat laki-laki gila itu sudah duduk berhadapan denganku. Ternyata karena perbuatanku barusan, laki-laki gila itu terkena sedikit kuah panas yang berasal dari ramyeonku.

"Yah!! Kau sengaja ya meniup ramyeon seperti itu supaya mengenaiku?" Dia bertanya sambil mengelap wajahnya yang terkena kuah ramyeon yang tadi aku tiup.

"Wah, maaf maaf. Aku tidak sengaja. Tadi sunbae membuatku kaget jadinya aku meniup sekeras itu dan mengenai sunbae." Ada rasa senang di hatiku saat melihatnya terkena kuah panas yang aku tiup tadi. Tapi kenapa aku masih memanggilnya sunbae? Rasanya panggilan itu tidak cocok dengannya.

"Huh dasar!" Dia masih saja mengelap wajahnya, padahal sudah tidak ada kotoran yang tersisa di wajahnya itu.

"Emm.. Sunbae ngapain disini?" tanyaku karena melihat dirinya yang tiba-tiba berada di hadapanku dengan tampilan seperti ninja. Pakaian serba hitam yang menutupi hampir seluruh tubuhnya, makser berwarna hitam, kacamata hitam, dan tidak ketinggalan topi hitam juga melekat di kepalanya.

"Tadi aku sedang mencari udara segar di luar, dan aku kelaparan. Jadi aku mampir ke minimarket ini dan aku melihat ada anak kecil yang makan sendirian disini." Seenaknya dia mengataiku anak kecil. Tadi perempuan penguntit, sekarang anak kecil, besok dia akan memanggilku apa?

Aku mengangguk dan melanjutkan memakan ramyeonku, karena aku tidak suka ramyeon yang sudah dingin. Chanyeol masuk ke dalam minimarket untuk membeli sesuatu. Ternyata dia membeli ramyeon sama sepertiku dan mulai memakannya dengan lahap. Sepertinya dia kelaparan sekali karena belum sampai 5 menit ramyeonnya sudah habis.

Aku memberikan ramyeonku yang masih berisi setengah padanya karena aku merasa sudah kenyang saat melihat makannya yang cepat sekali.

"Ini boleh untukku?" tanyanya meminta ijin. Aku mengangguk. Dia langsung mengambil mangkuk ramyeonku dan memakannya dengan lahap.

"Ah kenyang sekali rasanya," katanya sambil mengelus-elus perutnya. Kalau diperhatikan secara seksama ternyata perutnya agak buncit. "Oh iya, anak kecil. Namamu Eun Ra kan?"

"Iya," jawabku singkat.

"Tadi kau hebat juga." Aku tidak mengerti apa yang dia bicarakan.

"Maksud sunbae?"

"Wah, aku agak canggung juga kalau kau selalu memanggilku sunbae. Padahal waktu itu kau memanggilku laki-laki gila," katanya tidak nyambung dengan pertanyaanku. "Kalau kita sedang berdua seperti ini, kau tidak harus memanggilku sunbae. Aku geli mendengar kata itu keluar dari mulutmu."

"Oke, laki-laki gila," kataku cepat, takut dia merubah pikirannya.

Dia tersenyum miring mendengar panggilanku. "Nah, begitu lebih baik. Oh iya, tadi kau hebat karena sudah menjambak anak penaruh saham terbesar di agensi kita."

Mataku melebar karena kaget. Darimana dia tahu aku menjambak Ha Mi tadi?

"Da-darimana kau tahu?"

"Kejadian itu sudah menjadi berita besar," jawabnya dengan muka yang kelewat bersemangat. "Tadi saja aku membahas kejadian itu di grup EXO, dan ternyata member lain juga tahu kejadian itu dari yang lain. Mereka juga bilang kalau kau hebat. Jadi dapat aku simpulkan hampir seluruh trainee dan artis di agensi kita tahu mengenai kejadian tadi."

Aku tidak tahu harus bereaksi apa mendengar ceritanya. Entah aku harus malu karena hampir semua trainee dan artis mengetahui kejadian tadi atau aku harus bangga karena member EXO memujiku. Aku hanya bisa menutupi wajahku dengan kedua tangan karena rasa maluku lebih besar dari rasa banggaku terhadap diri sendiri.

LITTLE STAR [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang