Every New Step to Make a New...

De Yoaanii

1M 64K 536

"cuma kamu yang bisa bantu papa" "aku?" "menikah lah dengan nya" kembali ke negara asalnya setelah melewati... Mais

Back To Jakarta
1 problem CLEAR
new problem is waiting
first step
like a doll
being a bride
new life
foto keluarga
penderitaan baru
luka hati
first dating
membuka hati
Aku rasa.... Aku
honeymoon
hanya masa laluku
perdebatan batin
masa lalunya
kekecewaan
stay or ......
pertahanan yang lemah
kesempatan kedua?
Kebahagian Anasztazia
Guam Island
new members
ending of this story
GIVE AWAY

Kejutan

36.5K 2.6K 14
De Yoaanii

Sesampainya di gedung utama, aku takjub melihat design kantor ini. Terlalu mewah, kantor seperti hotel.  Tidak lama ada seorang pria paruh baya menghampiri ku.

"Anasztazia?" tanya nya sopan. Aku menganggukan kepalaku. "Mari ikut saya."

Setelah di bawa oleh pria ini ke lantai tertinggi. Lagi-lagi aku akan menepuk tangani orang yang mendesign ini. Aku berada di lantai 25. Lift yang aku gunakan berubah menjadi lift transparant dengan pemandangan ibu kota setelah lantai 20.

Ketika sampai, seluruh lantai ini di hiasi kaca. Kaca yang bisa membuat kita melihat pemandangan dan kepadatan ibu kota. Aku sampai membuka mulutku takjub, seperti orang norak memang tapi ini sungguh luar biasa.

Aku sampai di pintu transparant tetapi di lapisi tirai hingga tidak bisa melihat dalamnya. Aku mengetuk 3kali lalu masuk. Alangkah kaget nya aku melihat Bima duduk disana. Apa sebenarnya rencana dia.

"Duduk di sofa dulu. Saya lagi cek berkas ini." Aku langsung duduk di sofa. Kantornya sangat nyaman dan bersih. Kantor Bima bernuansa putih abu meskiphn terlihat maskulin dan dingin tetapi ruangan ini sangat nyaman.

Setelah 15 menit menunggu akhirnya Bima menghampiriku. "Sekarang kamu akan bekerja digedung ini. Menjadi sekretaris saya."

"Kenapa? kenapa harus saya?" tanyaku heran. Kenapa Tiba-tiba dia menyuruhku menjadi sekretarisnya.

"Karna sekretaris lama saya berhenti. Saya tidak sempat untuk mencari pengganti jadi kamu saya. Toh lebih baik kan, kalo seorang istri tau jadwal suami." ucap nya santai.

"Hanya itu? Kamu tau saya sudah di gosipkan aneh-aneh di kantor sebelah. Di tuduh menggoda direktur dan bisa di pindahkan kesini. Saya memang tidak perduli dengan apa yang mereka ucapkan tapi.. ah sudahlah. Kamu yakin saya jadi sekretaris kamu? saya tidak tau apa-apa."

"Nanti saya ajarin kamu. Tenang saja. Meja kamu ada di sana. Kamu bisa duduk disana."

Mejaku dan ruangan Bima hanya di pisahkan kaca besar. Dari tempatku aku bisa melihat Bima begitupun sebaliknya. Tapi sekaranh ruangan ku sudah di tutup tirai jadi aku tidak bisa mencuri-curi melihat Bima. Ya ampun apa yang sedang aku pikirkan.

Aku tidak tau maksud dari Bima melakukan ini semua. Tidakkah dia bosan melihatku di sekelilingnya? Dirumah ada aku, di kantor ada aku juga.

Tapi aku senang dengan keadaan seperti ini. Aku bisa memperhatikan Bima 24jam non stop.

***
Sudah hampir 3 minggu aku bekerja dengan Bima. Pria itu sangat sibuk. Jika aku jadi Bima mungkin aku sudah mati kelelahan. Tapi tidak dengannya. Bima begitu segar dan selalu fresh. Apa rahasia nya?

Selama 3 minggu ini pula aku memaksanya memakan bekal yang aku buat. Selain lebih sehat dari pada makanan restaurant, ini juga bisa membuat pengeluaran semakin kecil kan. Aku tau dengan makan di restauran tidak akan membuatnya kehabisan uangnya tapi apa salahnya menghemat.

Aku mengetuk pintu Bima. Saat ini jam makan siang. Aku kembali memaksanya. Selama 3 minggu ia seperti terpaksa memakan lunch dariku. Mungkin terlihat cupu membawa bekal dari rumah tapi percayalah ini lebih sehat di banding harus makan di luar.

"Waktunya makannnnn" aku mengangkat lunchbox dan duduk di sofa.

"Astaga, kamu membuat saya seperti anak sekolah nasz. Harus memakan bekal." ucapnya datar.

"Lebih sehat Bim dan lebih hemat. Lagian masakan saya tidak terlalu buruk kan? saya sudah banyak belajar masakan Indonesia kok. Kalau kamu mau request juga boleh." Senyumku. Aku hanya ingin membalas kebaikan Bima. Selama aku bekerja jadi sekretarisnya aku tidak mendengar orang membicarakanku. Ya jelas hanya ada aku dan Bima di lantai ini. Bahkan Hengky saja berada 1 lantai di bawah kami.

Bima hanya memberikan senyum padaku. Aku tau dia bukan tidak menyukai makananku tapi gengsi!

Aku dan Bima semakin dekat. Aku rasa aku mulai menyukainya, tapi aku tidak tau bagaimana dengan perasaan Bima. Aku tidak mau berharap jauh karna aku takut kecewa. Perasaan yang aku rasakan untuk Bima beda dengan rasa yang ada pada Vincent. Dengan Bima aku takut dia meninggalkanku, takut jika dia marah padaku, takut kecewa padaku.

"Minggu depan kita ada acara lagi loh. Peluncuran produk terbaru. Seluruh karyawan di undang. Tapi di ballroom gedung ini."

Aku hanya menganggukan kepala. Perusahaan ini sering sekali mengadakan acara dan membiarkan seluruh staff mengikutinya. Termasuk OB.

"Acara formal?"

"Semi formal." aku mengangguk dan melanjutkan makanku.

Selama 3minggu ini aku dan Bima masih berangkat ke kantor dengan mobil yang berbeda. Hubungan kami masih tersembunyi dengan baik. Itu juga aku memohon pada Bima. Kalau Bima dia sudah ingin membongkar sejak awal aku bekerja.

***
Saat ini aku akan pergi ke pesta dengan Riani. Meskipun sudah berbeda gedung tapi hubungan pertemanan kami masih berjalan dengan baik. Aku masih belum menceritakan apa-apa padanya. Bukan karna aku tidak percaya tapi belum ada waktu yang pas.

Aku melihat mobil Riani sudah sampai di lobby aku kangsug menghampiri dan duduk di tempatnya.

"Kenapa lu mau jemput gue sih, kan kantor gue deket ke apartemen trus lebih jauh dari tempat lu."

"sengaja nasz. Biar ada temennya. Lagian lu tinggal duduk trus ga buang bensin."

Tidak lama kita sampai di kantor. Sudah banyak orang berlalu lalang. Aku tidak pernah masuk ke dalam ballroom gedung ini. Aku yakin ballroom gedung ini sangat besar.

Aku menggunakan dress bodycone selutut berwarna maroon, heels yang hanya 7cm, aku biarkan rambut ku mengurai karna aku habis mengkritingnya dan polesan makeup yang tidak tebal tapi pas.

Aku tidak berhenti takjub melihat ballroom ruangan ini. Sangat besar dan mewah. Makanan, minuman dan dessert di tata dengan rapi.

Aku berdiri di samping gedung ini. Tidak jauh aku melihat Bima yang sedang menyapa staff nya. Bima bukan tipe boss yang sombong, ia selalu tersenyum ketika staffnya memberi salam meskipun itu OB. Aku semakin bangga dengan priaku ini. Priaku? boleh lah aku mengakuinya, toh dia suamiku.

"Gila, pak Bima ganteng ya nasz."

What?? bisa-bisanya si Riani memuji suamiku. "Iya ganteng ya."

"Tapi sayang udah nikah dia. pernikahan nya juga tiba-tiba. Sampai sekarang sih belum ada yang tau istrinya siapa gimana mukanya"

Aku!! Aku istrinya Akuu!! teriakku dalam hati. "Memang nya itu penting?" tanyaku

"Ga juga sih. Habisnya selama gue kerja disini ya. Pak Bima ga sama sekali keliatan punya pacar atau tunangan. Lagian kalo ada pun pasti udah pada gosip. Sedangkan kalo Pak Viko, Pak Vincent atau Pak Igo mah udah banyak gosipnya."

Ohya aku dan Vincent bekerja di 1 gedung yang sama. Tapi jelas aku tidak bicara dengannya. Aku sangat marah dengan perlakuan mama dan adiknya itu. Vincent bekerja di perusahaan utama sebagai manager.

mungkin menjadi manager di perusahaan utama lebih tinggi derajatnya daripada harus menjadi direktur di perusahaan cabang. Karna sudah jelas Viko sangat ingin berada di perusahaan utama sedangkan dia sudah menjadi direktur di perusahaan cabang.

MC sudah memulai acara. Tiba-tiba wanita galak itu menghampiriku lagi. Astaga tidak kah dia puas dengan semua yang dia lakukan. Aku tidak akan sabar jika harus di maki lagi hari ini.

"Hebat ya kamu baru kerja sudah di pindah ke perusahaan utama. Pria kaya mana lagi yang kamu goda?" Ucapnya sinis. Pedas sekali mulut wanita tua ini. Meskipun perawatan mahal tapi bagiku kerutan wanita ini semakin jelas jika sedang marah.

"Pernahkah anda melihat saya menggoda pria kaya? Pernah kah anda melihat saya dibelanjakan oleh pria kaya yang bekerja disini? tidak kan? jadi jaga ucapan anda nyonya"

"Jika tidak, mana mungkin kamu bisa di pindahkan ke perusahaan utama. Anak saya saja sudah bekerja lama masih saja di perusahaan cabang." Keluarga ini memang penuh dengan iri hati. Tidak ibu atau pun anak. Aku melihat Vincent menahan mamanya untuk pergi.

"Anda harusnya melihat kemampuan anak anda nyonya. Kenapa sampai sekarang dia masih di perusahaan cabang. Cukup baikkah pekerjaannya? Kalau di lihat pasti belum ya. Jika sudah dia pasti sudah bekerja di perusahaan utama." Balasku. Aku sudah tidak bisa menahan kesabaranku. Aku bukan orang yang bisa menahan penghinaan ini.

Ketika aku melihat tangan wanita itu terayun ingin menamparku. Tiba-tiba aku mendengar suara wanita. "Jaga sikap anda nyonya Tritanu." Suara lembut itu, aku mengenalnya. Mami?

"Nyonya Wihaja?" Suara nenek sihir itu menurun dan terdengar takut.

"Jangan sekali-sekali anda berani menempelkan tangan anda kesiapapun. Jaga sikap anda." Mami langsung menarikku untuk berdiri di belakangnya. Aura kemarahan sangat terlihat di muka mami. Baru pertama kali aku melihat wanita yang sanggat lembut marah. Sangat menyeramkan.

"Maafkan saya nyonya. Tapi wanita ini sangat licik."

"Jaga ucapanmu juga nyonya Tritanu. Saya tidak menyangka kalau anda adalah pribadi yang seperti ini."

sebelum mami melanjutkan kata-katanya aku dan mami sudah di tarik lembut oleh Bima pergi dari sana. Aku melihat aura yang tegang. Aku jadi tidak enak sama mami dan Bima.

"Maafkan aku mi" ucapku penuh sesal. Bukan apa aku tidak enak mami sampai marah dan aku tidak pernah menyangka jika mami bisa marah. Raut wajah lembutnya sama sekali hilang sekarang.

"Kamu kenapa dengannya? Seharusnya kamu melawan lebih kencang Anasz. Tidakkah kamu sakit hati dihina olehnya? Kamu tidak boleh diem doang kalau di hina seperti itu." Loh mami marah sama aku karna aku kurang galak dan kurang kencang. Aku jadi yakin mami sayang sama aku. "Kamu juga Bim, istri di hina kok diam aja."

"Mereka gatau ma kalo anasz istri aku." 

"Loh kok bisa?" saat ini kami sedang di ruangan yang hanya kita b3. Aku tidak tau ini ruangan apa. "Aku mi yang minta Bima ga kasih tau kalau aku istrinya."

"Kenapa gitu nasz?"

"Aku gamau orang-orang caper trus berubah jadi sok baik di depan aku. Karna Bima suami aku mi."

Mami langsung memelukku. "Hatimu kuat sekali nak dihina berkali-kali."

"Ayo keluar ma, nasz. Kita sudah meninggalkan acara itu."

Ketika kami keluar. MC langsung memanggil Bima untuk kata sambutan. Sekarang aku jadi duduk di VIP line. Paling depan. Bima sangat memukau, pesonanya tidak pudar sama sekali.

Aku tersenyum melihat dia yang memberikan sambutan dengan baik. "Saya juga berterimakasih untuk mama dan istri saya. Jika tidak ada mereka saya tidak ada semangat untuk berkarya lebih lebih lagi." Ugh so sweet. "Mungkin kalian bertanya-tanya siapa istri saya. Padahal saya sudah menikah kurang lebih 3 bulan. Hari ini saya akan mengenalkan mereka ke kalian" Oh no Bim! Batinku berkata. Semua orang sudah melihat sekeliling mencari siapa istrinya.

Ia melambaikan tangan untuk aku maju kedepan. Mami dengan semangat menyuruhku maju. Oh astaga. Detik ini aku sudah memasuki kehidupan penuh dengan orang-orang munafik.

Aku melangkah ke depan dan Bima mengambil tanganku dan merangkulku. "Anasztazia, dia adalah istri saya. Wanita yang selama ini kalian bicarakan beberapa waktu ini." Semua mata tertuju padaku.

Muka keluarga Vincent tidak usah di bicarakan lagi, raut wajah mereka sudah tidak berbentuk antara marah dan takut menjadi 1.

"Saya harap kedepannya kalian tidak membicarakan hal-hal aneh tentang istri saya dan bersikap sopan apa lagi untuk menghinanya." Ucap Bima sambil mengecup singkat rambutku. Lihat, romantis sekali si Bima. Jangan bersikap seperti ini Bim, tidakkah kau tau aku ingin hidup panjang tidak sakit jantung seperti ini. Ya benar jantungku sudah tidak karuan. Bukan karna aku di depan semua orang, tapi karna rangkulan dan kecupannya membuat hatiku hangat.

"Sekarang tidak ada yang akan berani menghina istri boss besar mereka" bisik Bima jahil.

Semua sudah direncanakannya. Aku akan mengintrogasinya ketika sampai dirumah.

Kami melewatkan acara dengan lancar. Beberapa orang datang untuk meminta maaf dan aku yakin kemunafikan sudah terlihat jelas sekarang.

Continue lendo

Você também vai gostar

375K 23.9K 38
#6 in Romance Tak ada yang tahu di usia yang baru menginjak 21 tahun, Tisha pernah menikah. Perpisahan menyedihkan dengan suaminya yang terpaut enam...
1.2M 55.9K 38
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
138K 9K 43
-- CAN I BE HIM? -- Cantik, karir lancar, hidup dalam keluarga yang berkecukupan, modis, dan pintar, itulah gambaran sosok Ayudia Septha Ivanka. Gadi...
565K 35.4K 20
"Aku cinta kamu, dari dulu sampai sekarang aku cinta kamu," tukas Ariska. "Waktu nggak bisa merubah perasaanku, Ryan." Ryan menelan salivanya dengan...