SCHOOL 2015 [season 2 : what...

By thohoshinbae_

17.3K 898 142

Beberapa orang menyembunyikan kisahnya dalam tawa namun sebagian yang lain dalam diamnya. Memutuskan belajar... More

School 2015 [season 2 : what happen]
SCHOOL 2015 [season 2 : what happen]
School 2015 [season 2 : what happen]
School 2015 [season 2 : what happen]
School 2015 [season 2 : what happen]
School 2015 [season 2 : what happen]
School 2015 [season 2 : what happen]
SCHOOL 2015 [season 2 : what happen]

School 2015 [season 2 : what happen]

2.2K 125 51
By thohoshinbae_

CHAPTER 9 - THE HALF TRUTH

Hidup, jikalah layaknya buku kosong dengan pensil dan penghapus dimana kita bisa menuliskan cerita apa yang akan kita buat setiap harinya, pasti akan aku isi dengan cerita indah seperti cerita-cerita negeri dongeng yang dipastikan berakhir bahagia dan jika pun aku salah menuliskan ceritanya, masih ada penghapus yang dapat aku gunakan untuk menghapuskannya lalu kemudian aku tulis ulang kembali cerita seperti yang aku inginkan. Jika, jika saja seperti itu. Bagian dari hidupku sekarang akan aku hapus, bahkan bukan hanya sekarang tetapi jauh jauh hari, saat aku divonis mengidap sakit kanker darah yang ternyata mengubah jalan hidupku.

Baru lima menit sebelumnya aku terbangun dikamarku, dengan Tae Kwang yang berada di sampingku. Sejujurnya, aku sendiri bingung apa yang seharusnya aku rasakan dengan adanya dia disampingku. Senang atau kah sebaliknya. Yang pasti aku bersyukur dia berada disampingku hari ini, karena jika tidak, aku tidak tahu apa yang akan terjadi hari ini.

"Hey.. Kenapa kau melamun, buka mulutmu.." Tae Kwang menyodorkan sendok berisi bubur.

Eun Byul pun tersadar dari lamunannya dan kembali menerima suapan bubur dari Tae Kwang.

"Eun Byul, kemana mereka tadi membawamu sebenarnya? Apa yang mereka inginkan?"

"Em.."

"Kau harus berhati-hati, apa sebaiknya kita laporkan saja ke polisi?"

"Itu tidak mungkin." Jawab Eun Byul cepat.

"Kenapa?"

"Kita tidak ada bukti, bahkan aku tidak ingat ciri-ciri mereka. Hanya akan membuang-buang waktu saja. Lagi pula aku tidak ingin membuat eomma khawatir. Anggap saja hari ini tidak pernah terjadi."

"Mwo?" Tae Kwang menyandarkan badannya ke kursi sembari melipat kedua tangannya didepan dada.

"Apa? Jangan melihatku seperti itu."

"Kau.. kau ini hanya pintar dalam hal pelajaran saja atau bagaimana sebenarnya, aku bingung mengapa dengan otak seperti itu kau bisa menjadi juara kelas dahulu."

Raut wajah Eun Byul berubah merah padam.

"Ya! Setidaknya aku menggunakan otakku. Dibandingkan kau yang selalu membolos."

"YA! Itu dahulu, sekarang aku tidak pernah membolos lagi!"

"Untung saja dulu Shi Jin tidak pernah menerimamu."

" Mwo?" Tae Kwang kini berdiri dari tempatnya duduk.

"Siapa yang bilang aku pernah memintanya menjadi pacarku hah?"

"Sudah mengaku saja, itu sudah menjadi rahasia umum."

"Kau juga. Mengapa berbeda sekali dengan adikmu hah? Kasar! Ketus!"

Kini giliran Eun Byul yang tersulut amarahnya dan berdiri dari kursinya. Adu mulutmu terjadi. Makan malam yang awalnya tenang berubah seperti pesta kembang api dengan letusan yang bersuara bergantian.

Disaat keduanya sedang adu mulut tanpa mereka sadari seseorang sudah masuk ke dalam rumah dan melihat keduanya sedang perang omongan.

"Apa yang sedang kalian lakukan?"

...

...

"Eomma.."

"Tante.."

~//~

"Baiklah tante, saya pulang."

"Eoh.. Terima kasih karena sudah merepotkanmu. Eun Byul.." namun yang dipanggil tidak juga memunculkan sosoknya.

"Aish.. sepertinya kalian sedang bertengkar hebat hari ini ya.. Eun Byul memang seperti itu, setelah dia lebih tenang nanti tante bantu agar kalian cepat berbaikan."

"Haha.. Terima kasih banyak tante. Baiklah, saya permisi."

"Eoh.. Hati-hati."

Setelah melihat Tae Kwang pergi dengan mobil sedannya. Eomma masuk ke rumah dan masuk ke kamar putrinya.

"Eun Byul-ra.. kau sudah tidur. Eomma boleh masuk?"

Tidak ada jawaban. Eomma pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya.

~~//~~

Sudah hampir satu minggu ini Tae Kwang dan Eun Byul tidak saling berkomunikasi. Semenjak pertengkaran di ruang makan itu keduanya berada dalam kondisi perang dingin. Eun Byul lebih banyak menghabiskan waktunya berada di rumah sedangkan Tae Kwang melakukan rutinitasnya seperti biasa dan untuk hari ini rutinitasnya adalah sekolah. Tentu saja menggunakan bus seperti biasa, hal yang dia lakukan semenjak satu tahun yang lalu.

"Aboeji, aku berangkat."

Tae Kwang berdiri di sudut halte bus yang letaknya hanya 200 meter dari tempat tinggalnya. Bersender dengan bahu kirinya dan bahu kanan yang menyandang tas sekolah dari kejauhan bus berwarna hijau bergerak mendekat. Cuaca hari ini tidak terlalu bersahabat, langit terlihat gelap sepertinya dalam beberapa jam kedepan akan turun hujan yang cukup lebat. Setelah menunggu orang lain masuk akhirnya Tae Kwang masuk dan memilih duduk di bangku kosong yang terletak di tengah, dengan headset yang terpasang dia memejamkan matanya menikmati lagu yang mengalun. Tanpa dia sadari seseorang bergerak mendekatinya dan mengarahkan tangannya ke kepala Tae Kwang.

"Yah Tae Kwang! Kau seperti pujangga saja, memejamkan matamu saat mendengarkan lagu." Suara itu terdengar setelah mencabut headset yang sebelumnya tersemat di telinga kanannya. Sontak pemilik dari headset itu pun geram dan sesegera mungkin memalingkan kepalanya untuk melihat siapa yang melakukannya dan jika bisa ingin segera memberinya pelajaran, bisa bisanya dia mengganggu pagi harinya yang tenang.

"Kau!" Ucapannya berhenti.

"Apa? Kau mau memukulku? Pukul saja"

"Yah Eun Bi! Kau ini." Raut muka yang kusam berubah seketika saat melihat wajah yang mengganggunya.

"Aeuuh...." Tangan yang sebelumnya terkepal diarahkan ke kepala Eun Bi

"Baiklah jika begitu, Ini.. Ini.." Tae Kwang mengacak ngacak rambut Eun Bi.

"Ya Ya!! Tae Kwang!"

Pagi hari yang kelabu kini berubah untuk Tae Kwang, setidaknya ada seseorang yang membuat harinya lebih hangat. Bagaimanapun perasaannya terhadap Eun Bi belum hilang penuhnya, di satu sisi hatinya, masih mengharapkan Eun Bi memiliki perasaan yang sama seperti dirinya. Satu tahun belum bisa membuat rasa itu hilang dari hatinya.

"Bawakan tasku. Ini hukumanmu karena menggangguku di bus."

"Wae? Kau sudah mengacak-ngacak rambutku tadi."

"Eoh! Wae? Shireo?"

Eun Bi pun berhenti dan terlihat cemberut, namun tidak berapa lama dia akhirnya kembali berjalan di samping Tae Kwang.

"Bagaimana liburanmu di Rumah Cinta?" Tae Kwang melontarkan pertanyaan.

"Eoh?" Eun Bi menengokkan wajahnya ke arah Tae Kwang.

"Bukankah kau berlibur kesana selama seminggu?" lanjutnya, namun mata Tae Kwang tetap lurus menatap jalan.

"Darimana kau tahu? Ah.. pasti dari unnie." Eun Bi pun kembali memalingkan wajahnya karena si empunya wajah tidak terlihat ingin melakukan kontak mata dengannya.

"Ani. Ibumu yang bilang."

"Oh, begitu..." Eun Bi berhenti berbicara.

"Mereka merindukanku bukan?"

"Eoh?" Eun Bi terkejut.

"Sampaikan pada mereka aku pun merindukan mereka dan ingin bermain bola dengan mereka"

Juga denganmu..

"Baiklah, akan aku sampaikan saat aku berkunjung lagi kesana."

"Keunde, Tae Kwang.. Kau sedang bertengkar dengan Unnie?"

"Oh, ya, sedikit." Dingin.

"Cepatlah berbaikan."

"Tidak mau. Dia yang memulai."

"Memang sebesar apa masalahnya? Kalian tidak pernah bertengkar karena masalah besar setahuku." Ujar Eun Bi polos. Sontak Tae Kwang berhenti dan menghadapkan badannya ke arah Eun Bi.

"Dia menyebutku pemalas, bodoh, dan dia menuduhku pernah meminta Shi Jin untuk menjadi pacarku!"

"Yah, kau ini marah terhadap unnieku, tidak perlu melotot seperti itu kepadaku!" Ucap Eun Bi kesal. Tae Kwang pun terkejut dan air mukanya mencair bahkan terkesan takut.

Mengapa mukamu terlihat seperti Eun Byul saat sedang marah. Mengerikan.

Eun Bi melanjutkan jalannya tanpa mengindahkan Tae Kwang yang menghalangi jalannya.

"Itu cemburu namanya! Kau bodoh!" Ucap Eun Bi terdengar dari kejauhan.

"Cemburu?"

~~//~~

"MWOOOOO???" Song Joo dan Shi Jin berkata bersamaan.

"Benarkah Eun Byul berkata seperti itu? Yah Lee Shi Jin, kau ini punya mantra apa bisa membuat Eun Byul cemburu padamu?" ujar Song Joo.

Pelajaran olahraga sudah selesai dan masih ada dua puluh menit sebelum pelajaran lain dimulai, Eun Bi, Shi Jin dan Song Joo masih duduk di pinggir lapangan sebelum berganti pakaian.

"Tapi, Tae Kwang itu memang benar-benar aneh, bukan begitu Song Joo?" Shi Jin yang duduk berjongkok melihat dua temannya yang duduk dihadapannya. "Kau masih ingat saat dia memberikan makan siangnya padaku dulu? Uuuuuuh, menakutkan." Lanjutnya kini Shi Jin memegang kedua bahunya sendiri seperti orang yang kedinginan.

"Yah Lee Shi Jin. Itu bukan karena..."

"Lalu, dia mengikutiku saat pulang sekolah? Saat itu kau tidak ada, tapi waktu itu ada Eun Bi, saat Eun Bi mau menengok Yi An, lalu aku pulang, saat aku berjalan, lalu aku memalingkan wajahku cepat, dia terlihat berjalan dibelakangku!" wajah Shi Jin terlihat memucat, seakan-akan menganggap Tae Kwang seorang psikopat.

"Ya! Itu bukan dia mengikutimu. Gerbang sekolah kita hanya satu, siapapun pasti akan melalui jalan itu kan. Bukan begitu Eun Bi?" Song Joo memalingkan wajahnya dari Shi Jin ke Eun Bi yang duduk disebelah kirinya.

Eun Bi hanya terlihat tersenyum.

~~//~~

Jam sudah menunjukkan waktu makan siang. Eun Bi dan Shi Jin duduk di meja berkursi enam yang terisi oleh mereka berdua. Menu makan siang hari ini adalah nasi dengan lauk sosis goreng, kimchi, dan sayur tahu.

"Kemari. Makan disini." Song Joo menyeret Tae Kwang yang sedang membawa nampan makanannya.

"Kenapa, aku tidak mau."

"Yah! Kau ini, sudah duduk saja."

Tae Kwang pun menyerah dan duduk di samping Shi Jin.

"Ya Tae Kwang. Kau sedang bertengkar dengan Eun Byul?"

"Ya."

"Ya, cepatlah berbaikan."

"Shireo."

"Kau.. Kau mengaku saja, kau memang menyukai kan." Shi Jin tiba-tiba berbicara.

"Mwo?! Kapan aku pernah bilang menyukaimu." Tae Kwang menghentikan kegiatan makannya dan berakhir dengan menunjukkan sumpitnya ke arah Shi Jin.

"Tae Kwang tenanglah." Song Joo berusaha untuk menenangkan dan menurunkan tangan Tae Kwang yang masing mengacungkan sumpitnya.

"Eun Byul jika sedang marah memang seperti itu, dia akan mengucapkan apapun yang teringat dikepalanya. Lagi pula, sepertinya bertengkar denganmu merupakan hal yang mengganggunya. Bukan begitu Eun Bi?" Tae Kwang terlihat lebih tenang.

"Begitulah."

"Apa maksud kalian?" Tae Kwang terlihat bingung.

"Unnie lebih diam dari biasanya. Dan raut wajahnya beberapa hari ini tidak terlihat baik."

"Nah, kau dengar kan. Eun Byul memikirkanmu. Jadi nanti pulang sekolah kita kerumahnya ya.. ya.. ya.."

Song Joo berusaha meyakinkan Tae Kwang yang sebenarnya tidak terlalu bersemangat.

~~//~~

Miss Go, I hope you can maintain your condition. For prevention you can buy some medicine, we will send the presription in a few minutes.

Obat anti kanker.

Itu resep yang mereka kirimkan. Satu hari setelah kejadian penculikan yang aku alami, kondisi badanku terasa tidak terlalu baik. Kepalaku sering terasa pusing, pandanganku memburam tentu saja hal ini sudah aku alami, namun kali ini intensitasnya bertambah. Aku khawatir, apa kondisiku semakin memburuk. Aku bahkan belum menentukan apa yang akan aku lakukan mengenai penyakitku, tapi kejadian baru-baru ini membuatku semakin bingung. Apakah aku harus memberi tahu eomma dan Eun Bi mengenai keadaanku, tapi tidak kah aku hanya menjadi beban bagi mereka? Dan bagaimana dengan penculik itu, bagaimana jika mereka kembali lagi. Semenjak kejadian itu bahkan untuk keluar rumah pun aku berpikir lagi, jika saja mereka kembali lagi aku tidak tahu harus berbuat apa. Sedangkan kalung yang aku sebutkan, itu bukan karangan, aku memang berpapasan dengan seseorang saat menuju arah pulang setelah berbicara dengan Han Yi An pagi itu, laki-laki paruh baya yang tidak sengaja menubrukku dari belakang dan saat terjatuh aku melihat kalung yang terjatuh dari tangannya yang akhirnya dia ambil lalu kembali berlari setelah dia membantuku berdiri. Sepertinya penculik yang kemarin membawaku salah mengira jika lelaki itu memberikan kalungnya padaku. Namun aku tidak memiliki pilihan lain selain berbohong, karena sekeras apapun aku meyakinkan mereka bahwa aku tidak memiliki kalung itu, mereka tidak akan percaya dan jikapun mereka percaya, hal terakhir yang akan mereka lakukan adalah kata-kata terakhir yang penculik itu katakan padaku.

"ingat-ingat kembali kejadian yang terjadi sebelum kau mengalami tabrakan.. jika kau tidak juga menjawab, kau tahu apa yang akan terjadi."

Kata-kata penculik itu teringang kembali di kepala Eun Byul. Berbarengan dengan itu kepala Eun Byul kembali berdenyut. Cepat cepat Eun Byul mengambil obatnya dan meminum satu pil kemudian mengembalikannya ke loker paling bawah dan belakang tempat yang jarang sekali dia gunakan.

~~//~~

Salah satu kamar di apartemen area Incheon masih terlihat menyala. Terdengar dua orang yang sedang bercakap-cakap.

"Hyung, bagaimana, apa kau sudah mendapatkannya?"

"Tidak. Kali ini kita belum mendapatkannya."

"Hyung!!"

"Tenanglah, aku sudah punya rencana lain. Kita tidak boleh terburu-buru."

~~//~~

"Cepatlah. Mengapa jalanmu lama sekali. YA TAE KWANG!"

"APA?!"

Song Joo dan Tae Kwang terlihat beradu mulut sepanjang jalan dari sekolah hingga bus dan kini jalan menuju rumah Eun Bi.

"Sudahku bilang, aku tidak mau kemari!"

"Ya! Jangan seperti anak kecil. Ayo cepat." Kini Song Joo terlihat menarik tangan Tae Kwang seperti seorang ibu yang memaksa anaknya yang tidak ingin datang ke sekolah dihari pertamanya masuk sekolah.

"Masuklah, ibu sedang berada di toko." Eun Bi mempersilahkan semuanya masuk.

"Unnie sepertinya berada di kamar."

"Apa tidak sebaiknya kita langsung ke kamarnya?" Song Joo berinisiatif

"Aku tidak menyarankan hal itu, unnie tidak suka orang lain masuk ke kamar tanpa seizinnya. Terlebih dia pasti mengunci kamarnya." Eun Bi yang sangat mengetahui kebiasaan unnie mencoba menjelaskan.

"Tunggulah disini, aku akan memanggil unnie turun."

Setelah lima menit menunggu, Eun Bi terlihat turun bersama dengan Eun Byul. Air mukanya tidak terlalu baik, seperti yang disebutkan Eun Bi. Melihat Tae Kwang berada di antara kedua sahabat baiknya, tidak membuat Eun Byul melengkungkan senyumnya.

"Mengapa kau ikut kemari?" pertanyaaan pertama yang muncul dari mulutnya menohok hati Tae Kwang. Song Joo yang sudah tau kebiasaan sahabatnya itu, segera memegang tangan Tae Kwang yang sudah terlihat ingin segera pergi.

"Ya Go Eun Byul, apa kau tidak terlalu kasar. Setidaknya lihatlah aku dan Shi Jin yang datang kemari. Selama satu minggu ini, kau tidak memberi kabar. Bukan begitu Shi Jin?" Ucapan Song Joo terlihat canggung.

"Em.. benar.." sembari mencoba kue yang berada di meja tamu "ini enak"

"Bahkan kita kemari, biar Shi Jin bisa memperlihatkan kemampuan memasaknya, Ya kan?"

Uhuk.. Shi Jin terbatuk..

"Hah? Aku tidak.."

"Yah Shi Jin, bukankah kau sudah mahir memasak, seharusnya kau sekali-sekali memasak untuk kami. Bukan begitu Eun Bi?" Song Joo menutup mulut Shi Jin sebelum dia menyelesaikan kalimatnya. Eun Bi yang paham akan kode yang diberikan oleh Song Joo ikut dalam permainan sahabat unnie yang juga telah menjadi teman baiknya. Akhirnya Eun Bi dan Song Joo menarik Shi Jin ke arah dapur, meninggalkan Eun Byul dan Tae Kwang berdua di ruang tamu.

Sepuluh menit berlalu belum ada sepatah kata pun yang keluar dari keduanya. Song Joo dan Eun Bi mengintip keduanya dari balik lemari, sedangkan Shi Jin masih sibuk menatap sayuran dihadapannya, memikirkan menu makanan apa yang sebaiknya dia masak.

Lelah melihat keduanya belum juga berbicara, Song Joo dan Eun Bi menyerah dan akhirnya melihat Shi Jin yang masih menyilangkan tangan dihadapan dadanya dan bertatapan dengan wortel seakan sedang beradu mata. Namun suara langkah kaki ditangga mengejutkan mereka dan saat mereka melihat Tae Kwang dan Eun Byul sedang menuju kamar Eun Byul.

"Yah, apa yang mereka lakukan."

"Tae Kwang! Kau mau kemana?" Song Joo terburu-buru.

Tae Kwang dan Eun Byul pun berhenti.

"Aku perlu berbicara berdua." Lalu mereka pun melanjutkan langkahnya.

"tidak akan terjadi apapun kan?" Eun Bi terlihat khawatir.

"aku harap tidak" Song Joo serius.

"maafkan aku harus mengirismu wortel." Shi Jin.

"YAAAA!!"

pertama-tama, aku mau ngucapin maaf buat yang udah ninggalin jejak tapi ga langsung aku balas. Bukan karena nggak mau, tapi selama hampir sebulan lebih kemarin aku lagi nyiapin suatu hal yang lain yang berhubungan dengan pendidikan aku. jadi maaf banget ya :):)

buat ngobatin kangennya kalian, aku sekarang post chapter lanjutannya. tapi maaf belum bisa lengkap, secepatnya aku lanjutin lagi. semoga mengobati kangennya temen-temen ya.. :):)

Jejak kalian yang bikin aku selalu semangat buat nulis, jadi tulisin jejak kalian ya, sekecil apapun itu :)

Preview next chapter:

[Yi An] : Eun Byul, temani aku makan ramen.

[Eun Byul] : Ya! Minta Eun Bi saja.

[Yi An] : Tidak mau.

[Eun Byul] : Dasar manja!


[Tae Kwang Oppa]: Jangan lupa makan obatmu.

~~//~~

"Oh, manajer Lee, sedang apa kau disini?"

"Sedang mengantar adik dari direktur kita untuk berkeliling, kebetulan dia mengenalimu dan meminta untuk berhenti. Siapa dia?"

"Ah, Ini temanku."

"Annyonghaeso."

...

...

"Perkenalkan, aku Park Dae Han."

~~//~~

"Bukankah kau Eun Byul? teman dari Han Yi An bukan?"

"Ah.. Ya"

"Kau masih ingat aku bukan? Dae Han."

"Boleh aku mengajakmu sarapan bersama, anggap saja bentuk terima kasihku."

Continue Reading

You'll Also Like

50.6K 8.3K 18
Lisa dan Jennie adalah pasangan yang sudah satu tahun menikah, dan memiliki anak di usia Lisa yang tergolong masih cukup muda. Lisa masih berumur del...
619K 38.9K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
69.9K 6.1K 15
[ RION KENZO MIKAZUKI ] adalah ketua mafia dari Mikazuki AV Rion kenzo Mikazuki mafia Italia, ia terkenal dengan kekejamannya terhadap musuh maupun...
132K 14K 57
FREEN G!P/FUTA • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...