After marriage [ SELESAI ]

By UsiDestilawati

351K 9.1K 525

Ini season 2 dari cerita Kiss Love, makanya yang belum baca jangan berani baca yang ini langsung baca dulu ya... More

Bagian 1: Kelyn
Bagian 2: Persiapan
Bagian 3: Honeymoon (1)
Bagian 4: Honeymoon (2)
Bagian 5: Honeymoon (3)
Bagian 6: Rencana
Bagian 7: Pesta
Bagian 8: Mimpi Buruk
Bagian 9: Penjelasan
BACA
Bagian 10: kedatangan
Bagian 11: AKHIRNYA!
Bagian 12: Deg!
Bagian 14
Bagian 13: kebenaran
Bagian 14: Masih Cinta
Bagian 15: Masa Lalu Karin
Bagian 16: Ungkapan
Bagian 17: Darel atau Rey?
Question!
Bagian 18: Cerai?!
Bagian 19: A-apa?
Bagian 20: Kiss
Answer!
Bagian 21: Diculik
Bagian 22: Kritis
Bagian 23: Koma
Answer Part 2
Bagian 24 : Koma (2)
Bagian 25: koma (3)
Bagian 26: Lagi?
Bagian 27: 7 Bulan
Bagian 28: Tak diduga
Bagian 30: Kena
Bagian 30: Perasaan yang dulu
Bagian 31: Detik-Detik Akhir (1)
Bagian 32: Detik-Detik Akhir (2) (TAMAT)
IN TO THE FO
SEASON 3

Bagian 29: Situasi Gawat

4.4K 153 7
By UsiDestilawati

Happy Reading!

Sheila masih tertidur dengan nyenyak di kamarnya saat pagi sudah tiba. Posisi tidur Sheila terlentang tapi tangan kanannya diperutnya dan tangan kirinya berada di bantal. Sheila tetap cantik ketika tidur. Tapi, Sheila merasa ada seseorang yang datang yang masuk ke kamarnya.

Saat perasaan itu semakin besar perlahan Sheila membuka matanya dan...

Grep!

Ada sebuah tangan yang besar dengan secara tiba-tiba mencekik leher Sheila dengan kuat. Sheila sangat terkejut dan mencoba melepaskannya.

"Siapa?"

Sheila hanya melihat seseorang dengan berjubah hitam dengan kepala dan wajah tertutupi tudungnya. Sheila terus meronta-ronta untuk dilepaskan. Kalau tidak segera cepat Sheila akan mati kehabisan oksigen.

Sheila tidak bisa mengeluarkan suaranya. Sebenarnya siapa makhluk ini. Semakin lama kekuatan untuk mencekik Sheila semakin besar. Sheila berusaha mengeluarkan kekuatannya tapi, percuma kekuatannya seperti dikunci.

"Bagaimana ini?"

Sheila merasa semakin lama pasokan udara untuk bernapas semakin menipis. Tangan Sheila mulai merayap mencari sesuatu untuk bisa menghantam makhluk ini.

Sheila merasakan tangannya memegang pisau buah di meja kecil samping tempat tidurnya. Dengan cepat Sheila segera mengarahkan pisau itu kepada makhluk itu.

"Uhuk uhuk!" Sheila terbatuk setelah makhluk itu menjauh saat Sheila mengarahkan pisau itu kearahnya. Sheila segera merubah posisinya. Sheila masih merasa sedikit sakit dengan lehernya yang dicekik.

"Siapa kamu?! Kenapa kamu bisa disini? Dan apa maksudmu yang ingin membunuhku?!" Teriak Sheila terhadap makhluk itu. Tapi, makhluk itu enggan menjawab ia hanya diam seperti bisu. Ini membuat Sheila geram dan kesal. Ia segera mengeluarkan kekuatannya yang sudah bisa dikeluarkan.

Sheila mulai membentuk aura pedang yang tajam dan dengan cepat Sheila segera mengerahkan pedang itu kepada makhluk yanh terus berdiam diri itu untuk menusuknya. Namun, saat Sheila sudah hampir menusuknya dengan gerakan yang tak diduga. Makhluk itu menghilang begitu saja seperti asap.

Sheila celingak celinguk mencari keberadaannya tapi tidak ditemukan. Dimana dia? Saat mencari ke keberadaannya Sheila membulatkan kedua matanya ketika merasakan makhluk itu berada dibelakang. Dengan cepat Sheila membalikan badan dan..

Bruk!

"Akh!"

Tidak diduga makhluk itu memukul perut Sheila sehingga Sheila terdorong ke belakang cukup keras hingga mengenai tembok. Sheila terjatuh begitu saja merasakan sakit pada perutnya.

"Makhluk ini sangat kuat"

"Akh!"

Makhluk itu sangat cepat mendekati Sheila dan tangan besarnya kembali mencekik leher Sheila dan mengangkat tubuh Sheila dan dibenturkannya ke tembok sehingga mengenai punggung Sheila sangat keras.

Saat Sheila akan mengayunkan pedang auranya itu dengan tangan kanannya, dengan cepat tangannya dipegang erat oleh makhluk itu dan diremasnya hingga Sheila cukup kesakitan. Sehingga kekuatannya menghilang begitu saja dengan pedangnya. Dengan kuat Sheila kembali dicekik dan kali ini sangat kuat ketimbang tadi. Sheila hanya bisa memegang tangan besar itu sembari berusaha meronta-ronta.

Pasokan oksigen kembali berkurang dalam diri Sheila. Dan kali ini penglihatannya mulai buram dan darah seakan tidak mengalir ke otaknya. Sheila tidak dapat bertahan lebih lama lagi.

Tak sengaja dengan pandangan yang sedikit kabur Sheila melihat kearah pergelangan tangan makhluk itu, lebih tepatnya ke urat nadinya.

"Bulan sabit bermata satu?"

Perlahan kedua mata Sheila mulai mengeluarkan air mata saking kesakitan tidak dapat bernapas menghirup udara. Sheila sudah tidak kuat lagi. Kali ini pertahanannya akan goyah.

Sial! Kalau begitu tak ada cara lain selain aku memakai kekuatan itu"

Kedua tangan Sheila yang memegang tangan besar itu mulai melemas dan turun begitu saja.
Kedua mata Sheila mulai akan menutup. Dia sudah tidak kuat lagi.

"Sial! Aku akan mati!"

Dengan kondisi yang rumit ini Sheila merasakan kesal. Ia tidak mungkin mati dengan cara begini dan ditangan makhluk menjijikan itu. Tapi terlambat dia tidak bisa melawannya. Sheila melemah.

Mulai gelap.

Gelap.

Gelap.

Dan gelap.

Bruk!

Tubuh Sheila ambruk begitu saja ke lantai. Ketika makhluk itu melihat Sheila sudah menutup mata dan merasakan gadis ini tidak bernapas lagi. Dengan begitu makhluk itu melepaskan tangannya.

Perlahan makhluk itu berjongkok dan mengecek apakah Sheila benar-benar sudah mati. Dan ketika diperiksa tentu benar. Sheila sudah benar-benar tidak bernapas. Dengan begitu makhluk itu menghilang pergi begitu saja meninggalkan Sheila yang sudah tidak berdaya.

****

"Darel bertahanlah" Darel dan Renza tengah berlari berusaha melarikan diri. Darel dengan susah payah berlari yang dibantu oleh Renza. Renza membawa Darel pergi dari penjara terkutuk itu. Renza sudah tidak kuat melihat adiknya yang terus disiksa oleh ayah.

Dengan memberanikan diri Renza membebaskan Darel dan membantunya untuk kabur. Darel terus meringis kesakitan ketika harus terus berlari. Luka yang didapat Darel sangat parah, beruntung ia masih bertahan untuk hidup.

"Kak, kakak udah tinggalin Darel. Kakak lari saja sendiri" kata Darel dengan suara yang sangat pelan. Darel tidak ingin kakaknya itu menjadi sasaran ayahnya juga. Cukup Sheila dan dirinya yang diincar oleh ayah dan mengkhianatinya. Renza jangan.

"Bodoh! Mana mungkin aku tinggalkan adik sendiri dengan luka serius begitu. Lagian sudah terlanjur pengawal-pengawal ayah sudah mengejar kita dan melihat kita, kita harus cepat melarikan diri"

Darel terdiam. Ia merasa bersalah karena sudah melibatkan Renza dan Sheila didalam masalahnya. Tapi, Darel benar-benar mencintai Cirra dan ingin terus melindunginya. Tanpa mereka semua tahu. Darel selalu memikirkan Cirra disaat dirinya dihukum oleh ayahnya sendiri. Pikiran Darel tak pernah lepas dari Cirra.

Apa Cirra baik-baik saja? Bagaimana dengan bayi kita? Apa Cirra sudah makan? Apa Cirra sehat? Apa bayinya sehat? Apa ayah menyuruh orang lagi untuk menyakiti kamu ra? Aku rindu kamu ra.

Darel terus memikirkan seperti itu. Darel juga selalu ingat akan kandungan Cirra dan juga bayinya. Tapi, selama dipenjara Darel selalu diberitahu oleh Renza bagaimana keadaan Cirra dan bayinya. Dan Darel bisa lebih sedikit tenang ketika mendengar Cirra dan juga anaknya baik-baik saja. Ditambah Darel mendengar jika usia kandungan Cirra sudah 7 bulan. Darel semakin ingin bertemu dengan Cirra dan calon anaknya itu.

"Uhuk!"

Tiba-tiba saja Darel terbatuk dan batuknya mengeluarkan darah. Darel sudah tidak kuat untuk berlari lagi. Ia jatuh begitu saja dan tentunya Renza ikutan terjatuh.

"Aku mohon Darel, bertahanlah sedikit lagi."

Renza terus menerus menguatkan Darel untuk tetap bertahan dalam kondisinya sekarang.

"Aku juga maunya bertahan, kak"

Napas Darel mulai tidak teratur. Pandangannya mulai buram. Sakit. Sakit yang Darel rasakan kali ini. Rasanya semua anggota tubuhnya sangat sakit. Ditambah Darel sudah mengeluarkan banyak darah. Dia sudah mencapai batasnya

"Kak, kakak pergilah" Darel sedikit mendorong Renza untuk segera pergi darinya. Darel tahu sekarang ia sudah mencapai batasnya. Dia sudah tidak kuat lagi.

"Tidak!"

"Kak! Pergilah!"

"Tidak bodoh!"

"Kak! Darel sudah tidak kuat lagi. Percuma kak Renza disini, yang ada kakak akan tertangkap!"

Darel dengan susah payah berteriak dihadapan Renza. Darel ingin Renza segera pergi, dia tak ingin Renza tertangkap.

"Dengar Darel! Kamu menyerah? Apa kamu tidak ingin bertemu dengan Cirra dan anak kamu? Ayo kakak mohon bertahanlah sedikit lagi, demi Cirra"

Darel terdiam sebentar. Sampai akhirnya ia berusaha berdiri untuk melanjutkan pergi. Renza yang melihat segera membantunya. Tapi, baru beberapa langkah berjalan...

Bruk!

Darel terjatuh begitu saja ke tanah. Dia tidak sadarkan diri.

"Rel? Darel?!"

"Gawat!"

Kali ini Renza benar-benar tidak tahu harus berbuat apa lagi. Keadaan Darel sangat mengkhawatirkan dan para pengawal sudah akan mendekat untuk menangkap mereka berdua. Coba saja jika Renza memiliki kekuatan pengobatan mungkin Darel sudah bisa disembuhkan.

"Sial! Mereka sudah dekat"

Renza mendengar para pengawal semakin dekat. Sekarang apa yang harus Renza lakukan?

****

"Ra? Kamu dimana ra?"

Rey terus mencari Cirra yang tidak ada di kamarnya. Saat Rey baru saja bangun tidur ia sudah mendapati disisinya sudah tidak ada Cirra. Ia sudah mencari di kamar mandi kamarnya dan seluruh lantai kamarnya. Tapi, Cirra tidak ada.

Tinggal lantai bawah dan di kamar Sheila yang Rey belum cari. Ra, kamu dimana ra? Jangan bikin aku khawatir

Tok..tok..tok

"La, kamu udah bangun?"

Rey mengetuk pintu kamar Sheila. Kamar Sheila dan kamar Rey dan Cirra hanya beberapa langkah. Kamarnya sama-sama di lantai atas.

Rey terus mengetuk pintu kamar Sheila tapi tidak ada jawaban. Rey mengira Sheila masih tidur. Jadi Rey memutuskan untuk pergi dari depan kamarnya dan menuju ke lantai bawah melanjutkan mencari Cirra.

"Ra?"

"Ra?"

"Cirra?"

"Sayang?"

"Ra?"

Rey terus menerus memanggil nama Cirra diseluruh penjuru ruangan. Tapi tetap Rey tidak menemukan Cirra dimana-mana, membuat Rey merasa aneh dan khawatir. Cirra tidak mungkin pergi tanpa pamit ke Rey. Dan Cirra sedang mengandung dia tidak mungkin untuk pergi.

Rey mulai mencarinya di dapur. Tapi, saat mencarinya...

"Akh!"

Rey terpekik kesakitan ketika merasakan sesuaa
tu yang tajam menusuk telapak kakinya. Rey segera duduk di kursi yang ada di dapur. Rey melihat kakinya yang merasakan sakit itu. Terlihat darah mulai keluar dari telapak kakinya.

"Shit! Kenapa bisa ada serpihan kaca sih? Apa kucing? Atau...."

Saat Rey mengeluh karena ada serpihan kaca yang berserakan di lantai. Tiba-tiba ia teringat akan Cirra. Rey yakin kekhawatirannya itu nyata. Dan Rey seperti menyadari sesuatu. Dengan cepat tanpa memperdulikan rasa sakit Rey berlari kembali ke lantai atas.

"La! Buka la! Ini gawat!"

Rey terus menggedor-gedor pintu kamar Sheila. Tapi, tetap saja tidak ada respon sama sekali. Tidak ada pilihan lain Rey berpikir untuk mendobraknya.

Rey perlahan mundur bersiap-siap untuk mendobraknya. Perasaan Rey semakin tidak enak. Rey berharap kejadian waktu itu tidak terulang kembali.

Brak!

Rey berhasil mendobrak pintu kamar Sheila. Dengan cepat Rey masuk ke dalam dan mencari Sheila. Namun, saat masuk kamarnya Rey membulatkan matanya ketika melihat kamarnya yang sangat berantakan. Dan kedua mata Rey mendapati Sheila tengah tergeletak tak berdaya didekat lemari

"Sheila?!"

Rey mendekati Sheila, ia terus berusaha membangunkan Sheila tapi percuma. Sheila, enggan bangun. Rey yakin pasti telah terjadi sesuatu.

"La?"

Rey mulai heran ketika melihat Sheila tidak bernapas. Kan kalau manusia jika bernapas maka dadanya naik turun ini tidak. Telunjuk Rey mulai mendekati hidung Sheila, ditaruhnya telunjuk Rey didepan hidung Sheila.

Deg!

Rey tidak percaya ini. Dia tidak bisa merasakan hembusan napas Sheila.

"La? Bangun la! Jangan bercanda!"

Rey terus mengguncangkan tubuh Sheila agar bangun. Tapi, tidak. Percuma. Sheila sudah tidak bernapas dan tidak bergerak sama sekali.

Rey mulai frustasi dengan keadaannya, dengan cepat ia kembali menuju ke kamarnya sendiri untuk mengambil ponselnya. Rey harus menelepon Varo. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Sheila tidak mungkin kalau dia...dan Cirra hilang.

"Argh! Shit!"

Rey mulai kesal dengan keadaannya sekarang. Mengapa ini harus terjadi lagi dikehidupannya? Tidak bisakah dirinya untuk bahagia dan hidup normal dengan Cirra? Rey hanya ingin bahagia bersama Cirra, hanya itu tidak lebih.

Dengan perasaan campur aduk Rey mulai menelepon Varo. Rey tahu Varo baru saja menikah dengan Dinda kemungkinan mengangkat teleponnya 30% dari 100%. Tapi, Rey sangat memohon untuk Varo mengangkat teleponnya. Rey tidak tahu harus meminta bantuan ke siapa lagi.

"Halo?"

"Varo ini ga--"

"Haduh bro ada apa sih masih pagi telepon ha? Tidak tahu apa kalau aku sama Dinda tuh pasangan baru. Apa enggak bisa kalau tidak diganggu sebentar mah? Ha? Lagi usaha nih nanggung lagi bikin ana--"

"Varo sorry kalau ganggu tapi tolong dengerin dulu. Ini gawat kamu harus kesini, Sheila. Sheila dia...dia tidak bernapas dan Cirra, Cirra hilang please kesini, aku nggak tahu harus gimana ini sa--"

"Wait bro, maksud Sheila tidak bernapas gimana? Trus Cirra hilang maksudnya gimana?"

"Nggak ada waktu buat ngejelasin, mending langsung kesini dan periksa sendiri. Please bro, ini penting"

"Oke oke kamu tunggu aja aku sama Dinda kesana 10 menit lagi, tapi bentar ya nanggung nih 1 ronde lagi"

"Bro! This is seriously, okay? Nggak ada waktu ronde rondean mending cepet kesini!"

"Oke oke dasar ce--"

Tut..tut..

"Shit bro! Main matiin mulu nih orang, Fuck you lah" Varo mengomel sendiri ke ponselnya saat Rey main mematikan sambungannya.

"Kamu kenapa?" Tanya Dinda yang melihat suaminya itu sedikit kesal.

"Ini Rey, katanya ada keadaan gawat gitu." Varo melemparkan ponselnya ke sembarang arah. Dan beralih menatap Dinda yang berada dibawahnya yang sedikit berkeringat tapi sexy, menurut Varo sih.

"Gawat? Gawat gimana?" Dinda menatap Varo dengan tatapan heran. Varo sedikit terdiam, jika ia menjawab pasti istrinya itu akan sangat terkejut dan menghentikan aktivitas yang dinikmati pasangan baru ini. Tapi, jika ia bohong malah akan memperkeruh suasana. Varo menghembuskan napasnya. Perlahan mendekati wajah Dinda.

"Mau tahu? Mau tahu? Mau tahu? Lanjutin dulu yang tadi bentar nanggung, oke sayang?" Bisik Varo sembari menaik turunkan alisnya sembari tersenyum lebar.

"Nehi nehi, kasih tau dulu dong sayang. Aku itu nggak bisa nahan rasa penasaran aku, ya?" Dinda memasang wajah memelas. Membuat Varo yang melihatnya gemas sendiri.

"Nehi juga. Lanjutin dulu bentar kan katanya mau Varo junior sama Dinda junior, oke?" Kali ini giliran Varo yang memelas. Dinda yang mendengarnya langsung memasang wajah datar. Dan menatap tajam Varo. Membuat Varo merinding sendiri lihatnya. Tatapan wanita itu jangan diremehkan.

"Oke oke aku kasih tahu, aku nyerah. Tatapannya jangan gitu ah serem." Dinda tersenyum saat mendengar itu.

"Jadi intinya Sheila dia nggak bernapas dan Cirra....hilang"

"APAAAA?! Cirra hilang? Lagi? Ini sih harus cepet!"

Bruk!

"Ebuset! Neng kalo mau bangun bilang-bilang dong neng aa telanjang nih neng, malu neng malu etdah!"

Dengan cepat dan tak diduga Dinda mendorong tubuh Varo untuk menyingkir darinya, sehingga Varo tersungkur kebawah, dia jatuh ke lantai. Dan Dinda dengan cepat berlari ke kamar mandi dengan selimut yang menyelimuti tubuhnya.

****

"Ngh" Cirra mulai tersadar dari pingsannya. Cirra mulai memposisikan dirinya menjadi duduk. Ia memegangi kepala belakangnya yang merasa sedikit sakit. Cirra celingak celinguk ke setiap sudut ruangan yang kini ia berada.

"Ini dimana?"

Ruangan ini sedikit remang-remang hanya ada lampu kuning yang menerangi dan disini sedikit kotor. Cirra mulai mengingat kenapa dia bisa ada disini.

"Hai"

Saat Cirra mengingat-ngingat kenapa dia ada disini tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara seseorang yang menyapanya. Cirra melihat seorang wanita cantik seperti bule tapi, sedikit lusuh tengah duduk disebrangnya.

"Si-siapa kamu?!" Cirra mulai ketakutan ia benar-benar takut. Sekarang apalagi dan siapa lagi yang mengancam hidupnya ini.

"Tenang jangan takut. Aku sama kaya kamu. Aku manusia dan kita sama-sama sedang mengandung" Cirra melihat kearah perut wanita itu. Dia memang sedang hamil sama dengan Cirra. Lalu sedang apa dia disini? Dan kenapa Cirra juga ada disini?

"Kenalin aku Helen, aku asal australia aku tinggal di Indonesia sudah 3 tahun. Tapi, maaf kalau bahasa indonesianya masih kurang bagus" Helen tersenyum kearah Cirra. Ternyata benar, dia bule. Pantas saja.

"A-aku Cirra"

"Cirra? Hmm nama yang bagus. I like it. Nice to meet you"

Cirra sedikit tersenyum kearah Helen. "Oh iya kalau boleh tahu, ini dimana ya?"

"Ini...ini penjara bawah tanah. Kita dikurung oleh kaum rephaim. Mereka menginginkan bayi kita" kata Helen sembari mengelus perutnya yang buncit itu.

"A-apa? Penjara? Rephaim?" Cirra sangat terkejut ketika mendengar bahwa dirinya di penjara. Tapi, tunggu! Jika Helen adalah manusia dan dia ada disini berarti dia...sama dengan Cirra.

"Kamu tahu? Aku sudah disini 2 bulan yang lalu. Dan kamu boleh takut, karena disini memang menakutkan. Dan rasanya selalu sakit" Cirra mengerutkan dahinya tidak mengerti dengan perkataan Helen. "Ayah dari anak ini dari kaum nephilim."

Deg!

Cirra benar-benar tidak percaya dengan apa yang dikatakannya. Nephilim? Kaum Darel?

"Kita saling mencintai dan sampai tidak sadar bahwa kita melakukan kesalahan. Kita melakukan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Dan hasilnya adalah anak ini. Tapi, aku sama sekali tidak menyesal justru aku bahagia bisa mengandung anaknya. Yang aku sesali adalah aku tidak bisa melindungi diriku sendiri sehingga aku kehilangan pria itu. Dia meninggal karena rephaim demi melindungiku dan aku akhirnya tertangkap. Aku selalu berharap dia masih hidup. Tapi kenyataannya berbeda, dia benar-benar mati didepan kedua mataku. You know? Rasanya sangat sakit sekali rasanya aku tidak bisa bernapas, sesak. Aku mencintainya sungguh, hiks..."

Helen bercerita tentang kehidupan yang dialaminya. Dia menangis mengingat itu. Cirra yang mendengarnya tertegun. Ternyata, Cirra bukanlah satu-satunya yang menderita. Masih ada orang lain yang lebih menderita. Entah kenapa Cirra jadi teringat akan masa lalunya dengan Darel.

-Cirra POV-

"Cirra" aku menatap matanya lekat saat dia pertama kali memanggilku dengan serius, ya kurasa ini baru pertama kali dia memanggil namaku dengan serius, dan dia sekarang menatapku dengan dalam dan kurasa ini dia mulai serius

"Aku ingin kamu jadi...milikku"

Deg! Deg! Deg!

Ha? Apa? A-apa barusan yang dikatakan tadi? Dia bercanda kan? Maksudnya apa?

"Aku..mencintaimu"

Nafasku kembali tercekat dan jantungku seakan ingin berhenti berdetak, ma-maksud ketua?

"Ke-ketua ingin bercanda lagi kan? Haha gak lucu tau ketua" aku berusaha mengembalikan suasana yang sempat hening dan tegang, aku berusaha menganggapnya dia bercanda, karena itu sangat tidak lucu

"Aku serius"

Suasana hening kembali menyelimuti gedung ini, aku tak tahu mesti jawab apa, aku tak tahu dia bercanda atau serius tapi saat aku tatap lekat kedua matanya yang terlihat hanya keseriusan, jadi dia serius? Terus aku harus bagaimana?

"Aku tak mengharapkan kamu menjawab sekarang, aku akan menunggumu sampai kamu siap untuk menjawabnya" aku tetap diam karena aku bingung harus bagaimana

"Sekarang boleh aku menciummu?" Aku sekarang asli seperti patung yang tidak bisa berkata apa-apa dan berbuat apa aku masih terdiam dalam pikiranku sendiri, dan aku merasakan ketua kembali mendekatkan wajahnya ke wajahku siap untuk menciumku tetapi saat sedikit lagi berhasil menyentuhku aku segera menjauhkan wajahku

"Ti-tidak ketua, ini sekolah nanti kita ketauan lagi dan kurasa di gedung ini juga ada cctv" tolakku berusaha menghindar darinya tapi bukannya menjauh atau apa, ketua malah tersenyum kecil

"Tenang kalau soal itu sedari tadi sudah aku matikan, lihat saja" aku menoleh kearah yang ditunjuk ketua, dan benar saja cctvnya sudah dimatikan, tapi sejak kapan? Walaupun dimatikan memangnya aku mau? Justru tidak makanya aku akan tetap berusaha menolaknya

"Tapi ket--hmmpp" saat aku memalingkan wajahnya untuk menoleh lagi kearahnya tiba-tiba saja tangan kiri ketua menarik tengkukku dan aku merasakan benda lembab menempel dibibirku, saat aku tahu itu apa aku melotot tajam apa yang sedang dilakukan ketua sekarang terhadapku, dia mencuri my first kiss!

Aku berusaha memberontak tapi kedua tanganku malah ditahan oleh tangan kanannya, dan aku sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi sampai akhirnya aku menyerah dan menutup mataku menikmati apa yang sedang ketua berikan terhadapku dan sedikit demi sedikit aku membalasnya, ya untuk saat ini kami berciuman dikolam renang.

Entah kenapa Cirra mengingat kenangan itu. Kenangan dimana semuanya bermula. Kenangan dimana semuanya Darel curi.

"Aish! Kenapa aku ingat itu sih"

Cirra dirasa dirinya mulai gila telah mengingat kejadian itu. Sekarang dirinya harus apa?

Tak..

Tak..

Tak..

"Hei gawat! Kamu cepat tidak sadarkan diri lagi, seseorang datang, cepat!" Suruh Helen terhadap Cirra saat mendengar langkah suara kaki yang mendekat. Cirra yang tidak mengerti kenapa ia harus pura-pura pingsan lagi hanya menuruti perintah Helen.

Ceklek!

Cirra mendengar suara pintu yang terbuka. Jantung Cirra berdegup kencang. Dia takut. Sangat takut. Tapi dia harus tetap tenang dan menutup matanya.

"Hei, aku tahu kamu sudah sadarkan diri tidak usah pura-pura"

Deg!

Ketahuan.


Bersambung....

Ig : destii97

Continue Reading

You'll Also Like

434K 4.3K 25
Axello Junior McKenzi seorang peria dingin yang membeci perempuan karna pengalaman yang membuatnya trauma dan memandang wanita dengan tatapan jijik...
17M 756K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
4.5K 1.4K 33
Warning🔞!! Mengadung unsur ke dewasaan Bijaklah dalam memilih bacaan Bukan buku tentang resep makanan, tetapi sebuah novel yang menceritakan tentang...
42.4K 1.6K 16
[ON GOING] Eliza Parveen perempuan muda berparas cantik dan sexy harus terjebak dalam kisah asmara dengan bos nya sendiri, bukan nya ia tak mau hanya...