I'm Still Here (END)

By AcilKerabatCikarangI

40.4K 3.2K 323

Karena urusan pekerjaan Ayahnya, Naomi dan Adiknya terpaksa pindah rumah dan sekolah. tapi disekolah barunya... More

Shinta Naomi
Jason Vernando Tanumihardja
Melody Nurramdhani Laksani
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53 (END)
Special Part Naomi dan Vernando
Special Part Melody, Stella dan Panda
Epilog
Author Note
Author Note
Pengumuman

Part 18

649 58 0
By AcilKerabatCikarangI

"Aku akan cerita sekarang." Kata Frieska.

"Aku siap dengerin semuanya." Balas Naomi.

"Begini ceritanya."

Flashback

Disebuah sekolah tampak seorang murid wanita bertubuh mungil dan berambut panjang sedang berjalan sambil membawa tasnya dengan langkah santai. Para laki-laki tampak menatapnya dengan sorot mata memuja. Dan murid itu hanya tersenyum.

Sampai ada seorang murid laki-laki yang menghampirinya. Siswi itu semakin lebar senyumannya dan murid laki-laki itu menggandeng tangannya. Siswi itu dengan senang langsung berjalan beriringan dengannya. kedekatan mereka mengundang iri siswa dan siswi lain.

"Baru dateng Mel?" Tanya laki-laki itu.

"Iya. Kamu udah dari tadi ya Rish?" Tanya balik Melody.

"Aku ada jadwal kumpul sama klub pagi ini." Sahut Farish.

"Jadi sekarang kamu mau ke klub?"

"Rencananya sih. Tapi anak-anaknya belum ada yang dateng."

"Ya udahaku ke kelas dulu. Kamu ke kelas aja."

"Gak mau aku anter?"

"Apaan sih. Kayak ada apa aja."

"Iya deh sayang. Hati-hati ya."

"Iya sayang."

Farish langsung pergi menuju ruang klub. Sementara Melody kembali berjalan ke kelas. Sesampainya dikelas, Melody langsung duduk dan menaruh tasnya. Seisi kelas tampak menatapnya dengan pandangan tak suka.

Menyadari itu, Melody berusaha maklum. Dia tahu kalau hanya dirinya lah yang diistimewakan oleh Guru karena prestasinya. Dan tak jarang juga Melody harus mendapat makian dan bully dari mereka semua. Bahkan sampai wajah dan tubuhnya memar karena pukulan mereka.

Akhirnya Melody membuka tasnya dan membaca buku yang dibawanya. Walaupun sudah berusaha menenggelamkan diri dengan membaca, tetap saja dia mendengar ejekan dari teman-teman sekelasnya.

"Sok pintar."

"Cari muka."

"Anak kesayangan Guru mah selalu dibela."

Tak lama kemudian datang murid perempuan lain dan langsung duduk disebelah Melody. Melody mengalihkan pandangannya dari bukunya dan tersenyum saat melihat siapa yang datang. Siswi itu menaruh tasnya dan membenarkan kacamatanya.

"Pagi Mel." Sapanya.

"Pagi Stella." Sapa balik Melody.

"Tugas udah selesai?" Tanya Stella.

"Udah kok. Kamu gimana?"

"Udah. Dari kemarin sore."

Stella menoleh pada teman sekelasnya yang menatap Melody dengan tak suka.

"Ada masalah lagi Mel sama mereka?" Tanya Stella.

"Gak kok." Sahut Melody sambil tersenyum.

"Jangan tersenyum seperti itu. Aku tahu kamu sedih." Kata Stella serius.

"Aku gak apa-apa."

"Biar aku yang menghadapi mereka."

Dengan cepat Melody menahan tangan Stella. Stella menoleh dan mendapati Melody menatapnya dengan tatapan memohon sambil menggelengkan kepalanya.

"Kenapa?" Tanya Stella.

"Jangan Stel. Aku gak apa-apa." Cegah Melody.

"Tapi aku gak bisa diam aja." Bantah Stella.

"Stel, aku mohon."

"Oke-oke. Kali ini aku diam."

Melody tersenyum lalu Stella kembali duduk. Tepat saat itu, bel masuk berbunyi dan mereka langsung mengikuti pelajaran. Dan seperti biasa, Stella dan Melody yang merupakan murid terpintar dikelas sangat aktif untuk bertanya dan memberikan jawaban.

Guru mereka tersenyum bangga. Sementara murid yang memang iri dengan Melody menjadi semakin benci. Dan tanpa disadari oleh Melody, mungkin hari itu adalah hari dimana akan terjadi sesuatu yang tak pernah dia bayangkan sama sekali.

***

Saat jam pulang sekolah, Melody tampak berdiri sambil menunggu didekat lapangan basket sekolahnya. Hari itu dia akan dijemput oleh Citra dan Frieska. Tapi tak seperti biasanya. Citra terlambat menjemputnya karena harus menyelesaikan urusannya yang belum selesai.

Sedangkan Stella sudah pulang lebih dulu sejak tadi. Katanya dia ada les bahasa yang jadwalnya diubah menjadi hari ini. Para Guru juga belum banyak yang pulang. Untuk menghilangkan rasa bosan, Melody membuka bukunya dan mulai membaca.

Pada saat Melody sedang serius membaca bukunya, datang segerombolan siswi yang menghampirinya. Melody yang mendengar langkah kaki langsung menoleh dan kaget saat melihat siapa yang datang menghampirinya.

"Mel, ikut kita yuk." Ajak salah satu dari mereka.

"Ikut kemana Panda?" Tanya Melody heran.

"Kamu kan belum dijemput sama Kakak kamu. Lebih baik kumpul aja sama kita." Kata Panda.

"Tapi kalo Kakak aku udah dateng gimana?"

"Pasti dia telfon. Udah ikut aja. Kita cuma mau main kok."

"Oke."

Tanpa curiga Melody berdiri dan mengikuti langkah mereka. Semula Melody tak menyadari mereka akan kemana. Tapi Melody mulai curiga saat Panda bersama teman-temannya membawanya ke sebuah kelas yang tak terpakai lagi.

Dengan paksa, Melody didorong masuk dan teman Panda mengunci pintunya. Melody menatap mereka dengan waspada. Apalagi saat melihat Panda tersenyum padanya. Ya Melody tahu arti dari senyum Panda itu.

"Kalian mau apa?" Ujar Melody.

"Kan tadi aku udah bilang. Kita mau main." Sahut Panda.

"Apa main harus dengan mengunci pintu ini?" Kata Melody.

"Oke. Buka lagi kuncinya."

"Nah enaknya diapain nih Pan?"

"Kayak biasa aja."

"Apa maksud kamu?"

Sebagai jawabannya, Melody mendapat dorongan keras hingga dia terjatuh ke lantai. Tas diambil dan ditumpahkan hingga semua buku dan isi tasnya berhamburan. Mereka tampak puas saat melihat Melody kesakitan dihadapan mereka.

Melody menatap mereka dengan tatapan tak mengerti. Saat melihat tasnya dihempaskan ke tanah dia berusaha menggapainya. Dengan perlahan, Melody berusaha menggapai tasnya tapi Panda langsung menginjak tangannya dengan kakinya dengan keras.

"Aaahhh." Jerit Melody.

"Jangan kemana-mana. Kita kan mau main." Ujar Panda.

"Sebenarnya apa yang mau kalian mau dari aku?" Kata Melody.

"Kita? Kan udah bilang kita mau main."

"Jadi jangan kemana-mana ya cantik."

"Aku mohon. Aku mau pulang."

"Kan kita baru mulai. Kok buru-buru banget sih?"

Mereka menghajar Melody dengan balok kayu dan apapun yang mereka dapatkan disana. Bahkan mereka menghajar punggung Melody dengan keras sampai Melody kesakitan. Nyeri yang menusuk langsung dirasakannya menjalar dari punggung ke kakinya.

Bahkan kepalanya juga dihantam oleh kayu hingga berdarah. Bukan Cuma pukulan atau tendangan yang dia dapatkan. Tapi juga ejekan dari teman-temannya. Percuma Melody melawan. Untuk berdri saja dia sudah tak mampu. Dia hanya mampu mendengarkan dengan menatap mereka lemah.

"Hahaha."

"Rasain nih dari kita."

"Makanya jadi anak jangan sok pintar."

"Hobi cari muka sih."

"Dasar anak sok."

Sekujur tubuhnya sakit. Bahkan darah mengalir dari kepalanya dan membuatnya pusing. Kesadarannya masih ada walaupun tipis saat mendengar suara Citra dan Frieska yang menghampirinya dengan raut wajah khawatir.

Para Guru juga dilihatnya datang dan yang membully dirinya hanya diam mematung. Mungkin mereka tak menyangka bahwa perbuatan mereka akan ketahuan. Citra yang melihat Melody sudah bersimbah darah langsung memangkunya.

"Dek, bertahanlah. Kamu masih bisa dengar suara Mbak kan?" Kata Citra panik.

"Mbak Imel." Panggil Frieska sambil menangis.

"Cepat panggil ambulans." Teriak salah satu Guru.

"Melody, jawab Mbak."

Kesadaran Melody hilang saat ambulans datang. Citra menyuruh Frieska untuk ikut ambulans sementara dia akan bicara dengan para Guru dan murid yang membully Adiknya. Mereka pun langsung dibawa ke ruang BP dan Citra ikut dengan mereka.

Diruang BP, Citra menatap semua murid yang membully Melody dengan tatapan tajam menahan amarah. Sebagai Kakak tentu saja dia tak terima saat Adiknya didapatinya terluka parah karena dibully dengan cara yang kasar oleh mereka.

"Kelakuan kalian membuat sekolah malu. Apa kalian sadar kalau kalian bisa saja membunuh teman kalian sendiri?" Sentak Kepala sekolah.

"Saya sejak dulu sudah bilang. Adik saya menjadi korban bully. Tapi para Guru gak pernah percaya. Dan menganggap itu biasa. Apa itu normal?" Protes Citra.

"Apa? Bully adalah kejahatan. Bukan perbuatan biasa." Kata Kepala sekolah tak terima.

"Tapi ada Guru disini yang menganggap itu hal biasa. Dan ternyata sekarang terjadi kelalaian. Adik saya jadi harus dilarikan ke rumah sakit karena luka berat. Kalau terjadi sesuatu pada Adik saya apa ada yang mau bertanggung jawab?"

"Siapa Guru yang melakukan itu Bu?"

"Mau saya sebutkan? Kalau saya sebutkan apa yang mau Anda lakukan Pak?"

"Tentu saja saya akan melaporkannya ke polisi bila terjadi penyelewengan."

"Baiklah."

Citra menyebutkan Guru-guru yang kebetulan berada disana dan otomatis mereka juga tak bisa berbuat apa-apa. Setelah mengungkapkan siapa saja yang melakukannya, Citra mengepalkan tangannya tanda dia sangat kesal.

"Dan saya akan melaporkan ini pada polisi atas tuduhan penganiayaan." Ujar Citra.

"Bu Citra, apa tidak sebaiknya ini diselesaikan secara kekeluargaan?" Usul salah satu Guru.

"Pak, Bu. Maaf kalau saya mungkin kasar. Tapi menurut saya ini sudah masuk dalam criminal. Dan ini sudah gak bisa lagi diselesaikan secara kekeluargaan." Kata Citra.

"Dan saya harap Bapak bisa mengambil langkah tegas sekarang. Dan saat Adik saya sembuh nanti, saya juga akan memindahkannya ke sekolah lain." Lanjut Citra.

"Mohon dipertimbangkan lagi Bu Citra. Melody adalah murid terbaik kami. Apa tidak sebaiknya Melody tetap bersekolah disini? Untuk sanksi saya akan langsung mengeluarkan murid-murid yang telah menganiaya Melody."

"Maaf Pak Kepsek. Keputusan saya sudah bulat. Saya akan memindahkan Adik saya. Dan besok saya akan mengurus kepindahan sekolah Adik saya. Maaf saya harus pergi. Dan terima kasih karena sudah menganggap Adik saya sebagai murid terbaik disekolah ini."

Akhirnya Citra pergi dari ruang BP dan menuju mobilnya. Dibantingnya dengan kasar lalu menyalakan mesin mobil. Frieska sudah memberitahukan rumah sakit tempat Melody dibawa. Orang tuanya juga akan datang kesana.

Selama perjalanan, air mata Citra terus menetes dan Citra menghapusnya. Tapi semakin dihapus, air matanya semakin deras mengalir. Maaf Dek. Mbak terlambat ngeluarin kamu dari sekolah itu. Bertahanlah. Mbak tahu kamu kuat. Batin Citra. Mobil pun melaju membelah jalanan.

***

Sesampainya dirumah sakit, Citra buru-buru memarkir mobilnya dan memasuki kamar rawat Melody dilantai 4. Citra menekan tombol lift lalu menatap bayangannya. Matanya merah akibat menangis sepanjang perjalanan.

Akhirnya lift berhenti dan Citra segera keluar. Frieska berdiri didepan pintu dan menatap Kakak sulungnya yang baru datang. Citra langsung memeluk Adik bungsunya dengan erat. Citra melepas pelukan Adiknya lalu mengelus pipinya.

Frieska menuntun Citra masuk dan melihat Melody yang masih tertidur. Kepalanya penuh perban, tangan kirinya diinfus dan samar-samar Citra melihat perban dipinggang Adiknya. Dia ingat saat melihat Adiknya terkapar dilantai dengan darah disana-sini.

"Papa sama Mama udah dateng?" Tanya Citra.

"Lagi dijalan Mbak. Katanya macet." Sahut Frieska.

"Apa kata Dokternya?" Tanya Citra lagi.

"Belum bilang apa-apa. Tapi katanya Mbak disuruh ke ruangannya."

"Ya udah Mbak kesana. Jaga Melody ya."

"Iya Mbak."

"Ruangannya dimana?"

Setelah diberi tahu ruangannya, Citra segera keluar. Selama dia berjalan menuju ruang Dokter yang menangani Adiknya, perasaannya tidak enak. Seperti ada sesuatu yang buruk terjadi pada Melody. Tapi dia menepis perasaan itu dan berusaha berprasangka baik.

Akhirnya Citra sampai diruangan Dokter yang menangani Melody. Tadi Frieska bilang kalau yang menangani Melody namanya Dokter Hanna. Ini pasti ruangannya. Batin Citra. Citra langsung mengetuk dan terdengar sahutan dari dalam.

"Masuk." Terdengar sahutan dari dalam.

"Permisi. Saya mau tanya kondisi Adik saya." Ujar Citra saat membuka pintu.

"Anda siapa ya?" Tanya Dokter Hanna.

"Saya Kakaknya Melody."

"Oh silakan duduk Bu."

Citra masuk dan duduk dihadapan Dokter muda itu. Dokter Hanna terlihat mengeluarkan sebuah kertas lalu memberikannya pada Citra. Citra menatap kertas itu dengan heran. Ditatapnya Dokter Hanna dengan tatapan meminta penjelasan.

"Ini adalah hasil pemeriksaan saya." Ujar Dokter Hanna.

"Sebenarnya apa yang terjadi pada Adik saya Dok?" Tanya Citra cemas.

"Melody secara kondisi stabil. Tapi." Kata Dokter Hanna.

"Tapi? Tapi apa Dok?"

"Tulang belakangnya mengalami kerusakan parah."

"Apa? Kenapa?"

Dokter Hanna mengeluarkan hasil rongent tulang belakang Melody lalu menempelkannya. Citra menatap hasilnya dengan rasa cemas yang makin memuncak.

"Akibat benturan yang sangat keras, tulang belakangnya lebih tepatnya tulang ekornya rusak. Dan kondisi ini sudah tidak bisa disembuhkan. Walaupun bisa akan butuh waktu yang panjang. Tapi dari kondisi kerusakannya sudah tak mungkin lagi untuk disembuhkan." Jelas Dokter Hanna panjang lebar.

"Artinya Dok?" Tanya Citra lirih.

"Pasien akan mengalami kelumpuhan permanen." Sahut Dokter Hanna.

"Apa? Jadi Adik saya akan lumpuh?" Kata Citra tak percaya.

"Iya Bu. Adik anda akan cacat seumur hidup."

"Ya ampun. Kenapa bisa begini?"

Dokter Hanna tak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya menatap Citra yang menangis sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dia merasa miris tapi ini lah hasil dari pemeriksaannya. Dokter muda itu mengatakan bahwa Melody masih bisa memakai kursi roda untuk menjalankan aktivitas.

Dia juga menjelaskan kalau luka Melody akan sembuh total dalam waktu dekat. Tapi dia bisa menjalani terapi dirumah sakit jika mau. Citra mengangguk lalu pamit untuk kembali ke kamar Melody. Dokter Hanna mengangguk lalu Citra mengambil hasil pemeriksaan Melody.

Citra menutup pintu ruangan Dokter Hanna sambil memasukkan hasil rekam medis Melody ke tasnya. Dia merasa bersalah. Seandainya dia bisa lebih cepat membereskan urusannya, mungkin Melody taka akan mengalami hal seperti ini.

Tapi ini semua sudah terjadi. Dan dia harus menerimanya. Saat memasuki kamarnya, orang tuanya sudah datang dan Citra memberikan hasil rekam medis Melody. Mereka langsung sedih saat tahu dengan kondisi Melody.

Kini mereka tak bisa berbuat apa-apa lagi. Selain menerima semuanya dengan ikhlas. Citra menghampiri Melody yang masih tertidur lalu menciumnya. Maaf Dek. Maaf. Bisik Citra dalam hati. Kini dia berjanji akan melakukan yang terbaik untuk Adiknya. Sampai kapanpun.

Flashback end

Frieska mengakhiri ceritanya. Naomi hanya mematung saat tahu kejadian sesungguhnya. Jadi itu sebabnya. Pantas saja Frieska sangat sensitive dengan bully. Ternyata Bu Melody pernah mengalaminya dan dia termasuk korban bully yang berhasil selamat walaupun harus cacat seumur hidup. Batin Naomi.

"Jadi begitu." Ujar Naomi.

"Iya. Itu sebabnya aku ngerasa harus melindungi kamu dari Tata." Sahut Frieska.

"Terima kasih. Kamu orang yang baik Fries." Kata Naomi sambil tersenyum.

"Kita sahabat. Sudah seharusnya kan aku melindungi kamu."

"Iya. Sahabat."

Mereka saling tersenyum. Ctra yang baru datang menatap Adiknya yang sedang mengobrol dengan Naomi. Frieska langsung mengenalkan mereka berdua dan Naomi menundukkan kepalanya. Citra tersenyum dan berkata ingin menjaga Melody.

Naomi yang paham langsung mengangguk dan dia kembali mengobrol dengan Frieska. Akhirnya setelah beberapa lama, Naomi pamit pulang. Frieska mengantar Naomi sampai gerbang. Setelah Naomi menjalankan mobilnya, Frieska langsung masuk.

Dalam perjalanan pulang, Naomi hanya merenung. Pikirannya terlintas ke Vernando dan Frieska. Mereka adalah korban nyata dari bully yang merajalela. Bahkan Vernando harus kehilangan Adik kesayangannya karena bully.

Ya Naomi tak bisa membayangkan bagaimana perasaan Vernando dan Gracia saat itu. Kalau dirinya berada diposisi mereka sudah pasti dia tak bisa menerimanya. Naomi sekarang hanya berharap. Tak ada korban lagi dari perkara bully. Selamanya.



TBC



Gmna mnrut klian kisah awal Melody cacat. agak kejam ya. smga suka dngn part ni ya. mohon vote dan komen ya

Continue Reading

You'll Also Like

Step Closer By ..

Fanfiction

261K 21.6K 43
Shani Indira jatuh cinta pada adik iparnya. -aku bermimpi memilikimu, Ci. (Gre) -memilikimu hanya mimpi, kenyataannya mendekatlah dan menjadi rekat s...
233K 35.3K 37
please don't be in love with someone else
6.8K 833 26
Keinginannya sederhana, Asahi hanya ingin bahagia seperti yang Ia impikan. Sampai akhirnya Ia bertemu dengan Jaehyuk »Warning!! »Jaesahi area » bxb