My Lovely Darkness

By Killyourbae_

63.1K 5K 565

(SASUFEMNARU!) Ini bukan yaoi beb, tulisannya kan sasufemnaru (fem itu female okd) Naruto tidak menyangka jik... More

Naruto
Pria Es Serut
Who
Kau, Aku dan Musim Semi
Meet The Panda Eye's
Kenapa harus TOMAT?
For The First Time
The Truth. Part 1
The Truth. Part 2
Vampire World
Kedatangan Tamu
Secret Hidden Room
Naruto Hard Workout
Whether God is Real?
Am I Reincarnated ? (1)
Am I Reincarnated? (2)
Begins
Sebuah Kebohongan
Kebangkitan
He's Back.

Brother Ponytail

3.1K 286 24
By Killyourbae_

(Dd kok ga pernah bisa bikin judul ya? Selama ini dd bikin cerita tu langsung ke cerita dulu tanpa kasi judul soalnya susah mikirnya :"v maap ya guru b.indo dd, dd ga ngelaksanain ajaran kerangka cerita :"v)

Happy Reading!

Naruto berdiri dengan sedikit bantuan dari Sasuke. Ia mengusap darah yang masih mengalir di ujung bibirnya dengan punggung tangan.

'Apa ini mungkin? Naruto telah kembali berubah menjadi seorang vampir lagi?' batin Sasuke bingung sekaligus menyesal. 'Ini artinya aku tidak menepati janjiku padanya dan pada diriku sendiri," tambahnya masam. Pria itu sama sekali tidak memiliki niatan untuk mengubah kembali kekasihnya itu. Ia benar-benar tidak sadar, ralat. Ia tidak tahu jika hanya dengan meminum darahnya saja Naruto dapat berubah kembali menjadi vampir. Ini sangat tidak masuk akal.

Dan semoga saja hanya jati diri Naruto saja yang berubah. Semoga, ingatan masa lalunya tidak kembali seutuhnya.

Terlebih pada ingatan-ingatan terakhirnya.

Sasuke belum siap untuk melihat Naruto kembali tersakiti.

Dan mungkin, pria itu tidak akan pernah siap.

Saat tengah asik melamun, Sasuke tidak sadar jika keselamatannya tengah terancam. Seorang vampir melesat cepat menuju padanya dan hendak menusukkan sebilah pedang perak tajam pada jantungnya, tepat dari arah belakang. Sasuke berbalik, namun terlambat.

"Sial," geramnya. Ia tidak sanggup menghindar karena jarak dari pedang dan tubuhnya hanya berjarak tidak lebih dari 6 cm. Kekuatan vampirnya tetap tidak akan cukup.

'Setidaknya Naruto selamat," batinnya puas. Kini ia cukup menunggu saja tanpa melakukan apa pun. Toh, ia juga sudah bosan hidup-menjadi mayat hidup, tepatnya selama ribuan tahun lebih.

Dan 'Ribuan' bukanlah suatu angka yang terbilang sedikit, bukan?

Namun, suara hujaman yang Sasuke nanti-nantikan tak kunjung datang.

"What the fuck!" Sasuke mengumpat dan memutar bola matanya saat ia melihat seorang pria berjubah hitam dengan beberapa motif awan disekitar jubah itu telah menghancurkan kepala vampir tadi.

Dengan begini. Pupus sudah harapan Sasuke untuk benar-benar mati. Setelah ini, ia harus rela untuk kembali menjalani hidupnya selama ribuan tahun ke depan.

Memikirkannya saja sudah membuat Sasuke mual.

Dan setelah ini, Sasuke juga harus mencari tahu. Mengapa semua keluarga dari klan uciha sangat senang menghancurkan kepala, bukannya bagian tubuh yang lain.

Apa klannya memiliki fobia pada kepala hingga membuat mereka memilih untuk menghancurkannya pertama?

Atau karena mereka tidak suka pada kepala orang lain karena dianggap meniru?

Entahlah. Yang pasti, Sasuke benar-benar harus mencari tahunya.

"Heh, sepertinya kau mengalami sedikit kesulitan di sini, bukan?" suara bariton lembut mengalun memecah keheningan yang menyelimuti Sasuke. Yang jelas, itu bukan suara dari pria itu.

Ya, sudah pasti pria tadi yang bicara. Pria yang telah ... lupakan.

Sasuke berbalik dan segera menghantam wajah pemilik suara tadi dengan kepalan tangannya yang sangat kuat hingga orang itu terhuyung. Hanya terhuyung saja.

"Sialan kau, kenapa kau baru datang!" makinya tak terima. "Dan kenapa harus sekarang? kau sudah menghancurkan semuanya!" tambahnya kian jengkel.

"Dasar, sudah beruntung anikimu ini mau datang untuk menolongmu! kalau bukan karena Hinata yang memaksa, aku pasti sudah tertawa bahagia di rumah melihatmu sangat sibuk seperti ini. Bukannya harus menodai pedang kesayanganku seperti ini," gerutu pria itu, yang ternyata adalah Itachi. Kakak dari Sasuke.

Sasuke berdecih seraya membuang muka. Ia melihat Naruto tengah asyik sendiri dengan lawan-lawannya yang selalu berakhir dengan kondisi yang mengenaskan. Terutama pada bagian dadanya.

Bukan kepala.

"Karena kau sudah ada di sini, sudah menjadi tanggung jawabmu untuk menyelesaikan semua kekacauan ini," peringat Sasuke pada Itachi yang membalasnya dengan hentakan napas frustasi.

"Hah ... bukankah kau sendiri yang menciptakan semua keadaan ini," desah Itachi malas setelah menebas ringan kepala dua orang vampir yang hendak menancapkan taringnya pada Itachi.

"Sialan kau! jika saja salah satu dari makhluk-makhluk bajinganmu ini tidak menyerang Naruto, aku pasti sudah menghajarmu habis-habisan dirumah, ketimbang menguliti mereka semua!" sentak Sasuke kasar. Tangannya tiba-tiba menyentak ke belakang saat seorang vampir berusaha untuk kembali mencelakainya. Tannpa melihat ke belakang sedikit pun tangan pria itu--yang kebetulan siaga membawa belati perak-- berhasil menusuk wajah sang vampir.

"Baik-baik. Akan kubereskan semua kekacauan ini. Tapi berjanjilah saat kita kembali nanti, kau akan menunjukkan sedikit rasa hormatmu pada Tou-san."

Sasuke berdecih kesal sebelum menghentakkan kesal kakinya dan pergi. Hanya sekedar untuk menghentikan ulah Naruto yang terus membantai vampir-vampir itu layaknya vampir yang kesetanan.

Ya, keadaan Sasuke dengan ayahnya memang sangat jauh dari kata 'keluarga harmonis'. Karena jangankan untuk bersapa, saling lirik pun hampir tidak pernah. Terakhir kali anak-ayah itu bertatap wajah dan mengobrol adalah sekitar 357 tahun yang lalu. Itu pun saat Sasuke terpaksa meminta bantuan pada ayahnya karena mendapat masalah besar dari seorang iblis.

Setelah itu, Sasuke pergi dari rumah dan tidak pernah kembali hingga saat ini.

"Hentikan aksi bodoh kalian! percuma saja jika kalian bertarung melawan mereka, kalian tidak akan mendapatkan setetes pun darah!" pria berkuncir kuda itu meraung. Namun tidak ada yang mempedulikannya.

"Dasar keparat! pergi dari hadapanku atau akan kupenggal kepala kalian semua!" tambahnya tidak sabaran. Sebagai contoh, ia menangkap seorang vampir perempuan yang cukup cantik. Dengan satu sentakan lembut, Itachi berhasil meremukan rahang gadis itu.

Seketika, semua vampir berhenti membantai Hinata serta Naruto, mereka segera melesat pergi kalang kabut layaknya kesetanan. Mereka patut takut dengan ancaman dari putra tertua dari Uciha.

Karena jika tidak. Seperti yang telah Itachi katakan dan contohkan dengan senang hati, kepala merekalah taruhannya.

Apa Sasuke sudah mengatakan, jika klan Uciha adalah klan terkuat dan tersadis seantero dunia, bahkan melebihi Yakuza sekalipun?

"Cih, sialan," umpat Naruto di sela-sela napasnya yang tersenggal-senggal.

"Ada apa denganmu, manis?" tanya Itachi dengan ekspresi dan nada yang telah melunak.

Karena ini Naruto yang baru--atau bisa disebut seperti dulu kala--jadi sudah sepantasnya jika kelakuannya turut berubah pula.

"Aku muak denganmu, bajingan ekor kuda! tidak seharusnya kau mengusir antek-antek bodoh itu pergi! kau merusak kesenanganku!" sentak Naruto yang tengah berusaha melepaskan diri sekuat tenaga dari Sasuke. Wanita itu tampak seperti hendak menguliti dan melahap Itachi hidup-hidup.

"H-hey, aku hanya menuruti apa kata kekasihmu itu. Salahkan dia yang mengancam akan memenggal kepalaku," bela Itachi dengan kedua tangan di atas. Ia melempar tatapan nanar pada adiknya, bermaksud meminta pertolongan dari Sasuke saat Naruto yang nampak siap untuk meledak-ledak. Namun, yang di dapatinya hanyalah Sasuke yang tengah berusaha mati-matian untuk menyembunyikan tawanya yang siap menyembur.

Itachi mengumpat dalam hati.

"Ayo, Naruto. Kita ...." Sasuke membelalakkan matanya saat pendengarannya mendengar sebuah suara yang seharusnya tidak menyusup ke dalam inderanya saat ini. Pria itu bertukar pandang pada Itachi serta Hinata yang nampaknya juga menangkap sebuah kejanggalan di sana.

Hening. Suara itu tidak terdengar lagi.

3 detik.

5 detik.

Deg!

"Hanya telinga tuaku saja, atau memang jantung Naruto berdetak?" tanya Itachi dengan nada humor di sana. Namun ekspresinya menyiratkan kekhawatiran yang sama.

Sasuke mengumpat kecil. Entah karena senang jika ternyata Naruto masih memiliki peluang untuk kembali menjadi manusia biasa. Atau karena sebaliknya. Tidak ada yang tahu.

"Tunggu dulu. Jangan katakan jika selama beberapa saat yang lalu, aku bukan lagi seorang manusia?" tanya Naruto yang agaknya telah menemukan kembali suaranya.

"Karena kau tidak memperbolehkan untuk mengatakannya, aku tidak akan mengatakan apa pun," balas Sasuke. "Tapi yang pasti, semua itu terjadi karena Hinata," tambahnya seraya memelototi Hinata yang langsung kikuk dibuatnya.

"A-aku hanya berusaha untuk membantu saja. Pikiranku kacau saat melihat kondisi Naruto, dan satu-satunya cara yang terlintas di kepalaku untuk menyelamatkannya adalah itu," terang gadis bersurai indigo itu dengan gugup.

Sasuke menghentakkan napas kasar. Entah karena marah, atau pasrah. "Kalau begitu, kita harus segera membawa Naruto pulang," pria itu menatap kakaknya dengan tatapan tak terbaca.

"Whoa, apa aku tidak salah dengar?" seru si 'bajingan-ekor-kuda' itu dengan gelagat aneh. "Sasuke Uchiha. Seorang pria yang menganggap rendah keluarga dan senang hidup sendiri, mengatakan jika ia ingin pulang?" ia tergelak mencemooh.

Sasuke menengang, urat-uratnya tampak menyeruak di balik kulit lehernya yang pucat. Matanya membelalak bejat pada kakaknya itu.

"Diam dan seret bokongmu," ujarnya di sela-sela giginya yang terkatup rapat. Itachi memang pria yang gila humoris. Eh?

Mereka melesat tanpa sepatah kata pun dengan Itachi yang memandu mereka di depan. Meski sebenarnya itu tidak perlu, karena baik Sasuke maupun Hinata sama-sama ingat betul jalan menuju mansion tua klan Uchiha.

.
.
.

Setibanya di depan gerbang masuk. Mereka disambut oleh beberapa penjaga di sana yang kemudian mengawal mereka ke dalam. Menemui satu-dari-semua-orang yang tidak ingin Sasuke jumpai.

Siapa lagi jika bukan Tou-san yang bahkan telah Sasuke lupa namanya.

"Tou-san," Itachi berlutut memberi hormat yang selanjutnya ditirukan oleh semua orang di sana. Kecuali Sasuke dan Naruto.

"Naruto, ayo beri hormat."

"Hey, Sasuke. Hormatlah, bodoh!" bisik Hinata dan Itachi bersamaan.

Dan kedua vampir yang disinggung pun menggeleng kompak.

"Dia bukan siapa-siapaku. Jadi, untuk apa aku memberi hormat? seperti dia raja saja," cibir Naruto keras-keras tanpa tahu malu. Sementara Sasuke.

"Yo," sapanya malas. Semua orang di sana pun melongo. Tak terkecuali Naruto.

"Sialan kalian berdua! cepat beri hormat atau kalian akan kehilangan lidah kalian!" peringat Itachi.

"Sudah kulakukan," jawab Sasuke tak acuh.

"Kau sudah tidak sehat, Teme. Seharusnya kau tidak perlu menghormati orang tua itu," protes Naruto. "Sok berkuasa," hinanya tanpa repot-repot menyaring perkataannya.

Hinata tergelak gelisah setelah ia kembali berdiri dengan kepala yang tetap menunduk hormat.

'Naruto yang dulu sudah benar-benar kembali," batinnya dalam hati. 'Tapi lima kali lipat jauh lebih sadis dan kurang ajar," tambahnya murung.

"M-maafkan atas kelancangan mereka berdua, Tou-san. Aku jamin mereka tidak akan melakukannya lagi di masa mendatang," sesal Itachi mewakili Naruto dan Sasuke, yang nampaknya sama sekali tidak merasa bersalah, dan justru merasa keberatan akan ucapan Itachi.

Fugaku, ayah dari kedua pria itu. Tampak menunjukkan ekspresi yang aneh. Ada jejak senyum di wajahnya.

"Ayah, apa kau baik ...." Ucapan Itachi terpotong saat gelak tawa menggelegar keras dari Fugaku. Semua orang di sana rahangnya seakan jatuh serta bibirnya pun menjadi huruf O sempurna.

"Apa ada yang lucu?" tanya Naruto tidak suka.

"Tidak, aku hanya senang saja melihat kalian berdua telah kembali lagi kemari. Dan dengan kelakuan yang lebih parah lagi, pastinya," jawab Fugaku seraya mengusap matanya yang mengeluarkan air mata saking senangnya dia.

"Itachi, apa yang kau masukkan ke dalam makanan orang tua itu, hingga dia menjadi gila seperti ini?" Sasuke mencemooh.

"Apa? dasar lancang!" geram seorang pria yang tampak sedikit lebih tua dari Itachi.

"Shisui. Biar saja, kau itu seperti tidak pernah mendengarnya berkata begitu saja," sambung seorang wanita paruh baya dengan ramah, namun terdengar sedikit nada mengancam dalam suaranya.

Bagi Fugaku maupun Mikoto, kelakuan kurang ajar Sasuke memang sudah menjadi santapan sehari-hari mereka sedari dulu. Fugaku bahkan telah melakuakan segala macam cara baik secara fisik maupun rohani untuk menggentarkan Sasuke atas perilakunya. Namun, memang sudah dasarnya Sasuke pria yang sangat keras kepala. Kehilangan dua kaki tetap tidak mengubah apa pun.

Shisui berdecih tak peduli sebelum memberi hormat pada ketua klan Uciha-ayahnya, dan saling tukar pandang mengerikan pada Sasuke, setelahnya.

"Sasuke, setelah sekian lama, apa yang membawamu kembali?" tutur wanita paruh baya itu dengan tenang. Namun semua orang tahu jika wanita itu tengah berusaha keras untuk tidak berlari dan mendekap Sasuke di pelukannya.

Wajar saja. Ibu mana yang tidak akan melakukan itu jika bertemu kembali dengan anaknya yang sudah ratusan tahun ini menghilang tanpa kabar.

"Bukan urusanmu," jawab Sasuke datar. Dan berkat omongan datar itu. Ibunya merasakan sakit. Tepat di dadanya.

"Kalau begitu katakan. Mengapa kau harus membawa camilan? kau bahkan bisa mendapat lebih di sini," ujar Fugaku tak kalah lancang. Meski ia sudah tahu jika Naruto bukanlah makanan Sasuke.

Seketika rahang Sasuke menegang. Tangannya mengepal dengan erat. Mata onyxnya pun turut berubah menjadi ruby.

"Dia bukan camilan," ucapnya dengan gigi yang bergemeletuk. Ia mengulurkan tangannya pada pinggul Naruto dan mendekap erat lebih dekat dengannya. Ia melakukannya secara terang-terangan dan penuh unsur protektif di dalamnya. Tak peduli akan tatapan semua orang yang merasa tidak suka.

Abaikan Fugaku yang tengah berusaha untuk tidak meledakkan tawanya untuk yang kedua kali.
Entah kenapa, semenjak kembali ke dunia vampir ini, Sasuke menjadi pria dengan temperamental yang keras dan tidak sabaran.

"Apa? kalau begitu siapa gadis manusia itu? kekasihmu?" remeh Shisui.

"Ya" dan semua orang di sana pun tergelak tak percaya. Tak terkecuali dengan Naruto sendiri.

"Apa?" seru semua orang kompak.


Abaikan Fugaku yang masih saja berusaha untuk tidak meledakkan tawanya. Ia sudah tahu, dan ingatan masa lalunya akan Naruto masih belum hilang dari otaknya.

"Kau bercanda? dia itu manusia, Sasuke. Kau tidak mungkin bisa ...."

"Dia itu vampir," potong Sasuke cepat.

"Apa?" lagi, semua orang kembali berseru kompak.

"Ya. Dia Naruto," tambah Sasuke tidak peduli akan keterkejutan keluarganya. Karena ia tahu, hanya dengan menyebutkan nama gadis itu saja semua akan jelas.

"Naruto? bukannya dia sudah ...."

"Tapi nyatanya tidak," Sasuke kembali memotong. Masih dengan dagu yang kian meninggi sombong.

"Kau harus menjelaskan semuanya, Sas," ancam Shisui kolot.

"Itu bukan urusanmu," Sasuke tak kalah kolotnya dengan Shisui. "Lagipula aku kemari bukan untuk berbasa-basi denganmu, aku harus menemui Obito dan Sai," lanjutnya menyebut nama kedua saudaranya yang lain.

"Kau ingin bertemu mereka?" tanya Itachi. Sasuke mengangguk dengan sedikit ragu.

'Ini tidak akan baik,' batinnya.

"Kalau begitu, kau harus menjawab semua pertanyaan kami. Apa pun itu," lanjut Itachi dengan senyum penuh kemenangan.

"Kalau aku menolak?"

"Pergi dari sini, sendiri. Tanpa Naruto dan jangan pernah kembali lagi."

Oke, itu memang ancaman yang sedikit ... yah. Tapi bagi Sasuke, ancaman itu lebih buruk dari segalanya.

Pria itu pun menelan ludahnya keras. Ia sudah kalah, dan itu adalah hal terburuk yang ia lakukan di sana. "Baiklah, bajingan. Kau menang."

TBC

Anjay baru w post sekrang.  Telat 3 hari gapp ya sabarin ae.  Dd lupa :"v

Continue Reading

You'll Also Like

196K 16.8K 88
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
56K 3.1K 19
seorang gadis bernama Gleen ia berusia 20 tahun, gleen sangat menyukai novel , namun di usia yang begitu muda ia sudah meninggal, kecelakaan itu memb...
36.2K 3.4K 22
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
59.1K 5.5K 69
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...