My Lovely Darkness

By Killyourbae_

63.1K 5K 565

(SASUFEMNARU!) Ini bukan yaoi beb, tulisannya kan sasufemnaru (fem itu female okd) Naruto tidak menyangka jik... More

Naruto
Pria Es Serut
Kau, Aku dan Musim Semi
Meet The Panda Eye's
Kenapa harus TOMAT?
For The First Time
The Truth. Part 1
The Truth. Part 2
Brother Ponytail
Vampire World
Kedatangan Tamu
Secret Hidden Room
Naruto Hard Workout
Whether God is Real?
Am I Reincarnated ? (1)
Am I Reincarnated? (2)
Begins
Sebuah Kebohongan
Kebangkitan
He's Back.

Who

4.7K 432 20
By Killyourbae_

Mulmed : lupa :v

Gatau nyambung apa kaga sama isi cerita tapi intinya tu lagu bagus :3

Naruto: Masashi Kishimoto-san

Lovely: Liciyha Namikaze

Pairing: SasuNaru

Rating: M (Nanti)

Genre : Supranatural, Romance, Friendship

Peringatan: typo (s), alur kerja super cepat, standar berantakan, sedikit jahat, dll

PS: Fic ini mengandung unsur menjijikan dan berdarah,hanya diperuntukan bagi readers yang senang membaca untuk memahami kosa kata dalam fic ini,karena kata-kata saya memang sangat berbelit-belit (belum biasa mengetik,biasanya menumpahkan ide dalam lembaran kertas), jika tidak suka bisa langsung tekan tombol BACK untuk kembali daripada membuat Author yang masih amatir ini sakit hati.

~Happy Reading~

"Apa maksudmu? kenapa kau tidak terpengaruh?" Sasuke tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Sementara itu, Naruto tidak bisa menyembunyikan kebingungannya. "Apa maksudmu? kau ingin menghipnotisku,begitu? tapi kan ... astaga!" ia memekik saat iris Sasuke berputar lebih cepat sebelum akhirnya kembali berwarna onxy. Tampak seperti tidak pernah terjadi apa-apa pada mata itu.

"Itu ... bagaimana bisa!" pekiknya tak percaya.

Sasuke kembali memasang ekspresi datarnya. "Apa?" ujarnya seakan memang tidak pernah terjadi apa-apa.

"Itu, tadi matamu berwarna merah--lalu sekarang jadi--kau juga seperti hendak menghipnotis? T
tapi-tapi--" sementara Naruto asik terdiam menyusun kata-katanya, Sasuke hanya diam memerhatikannya dengan ekspresi berpura-pura bingung dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Tadi kau seperti ... bukan manusia." Ujar Naruto mengambil jarak sejauh mungkin dari pria pantat ayam itu.

"Kau ini bicara apa? Aku hanya duduk disebelahmu dan meminum minumanmu,lalu kau menuduhku sebagai monster?" Sasuke benar-benar ahli dalam berakting.

"Dasar baka!" pria itu kemudian melenggang pergi sementara Naruto tetap terdiam seribu bahasa.

'Minum punyaku? Sungguh?' gadis itu mengernyit. "Hah...otakku memang sedang bermasalah!" ucapnya tanpa berpikir panjang dan segera menganggapnya angin lalu. Mengekor Sasuke,ia segera melenggang pergi menuju sebuah ruangan yang dulunya-hingga tadi pagi menjadi satu-satunya ruangan yang paling gadis itu idolakan.

Dimana lagi selain ruang kelas.

Pelajaran kembali berlangsung,dan kali ini semua siswa duduk diam dengan satu pikiran yang sama.Mungkin juga sama dengan pemikiran seluruh murid di dunia ini.

Maksudnya adalah, 'kapan pelajaran sejarah tidak akan terasa sangat membosankan dan membuat mengantuk' serta 'sampai kapan Guy-sensei mengajar pelajaran sejarah pada kami?' yang kedua dikhususkan untuk penghuni kelas 3. Terutama untuk kelas Naruto.

Yah, itu memang SANGAT ironis. Tidak percaya?

Mari kita buktikan.

Guy-sensei masuk tanpa sepatah kata pun, ia langsung menuju meja guru dan meletakkan semua barang-barangnya dengan hati-hati. Seperti buku sejarah, atlas, laptop, spidol papan tulis, buku absensi, serta foto dirinya yang tengah tersenyum lima jari dengan salah satu giginya yang memancarkan sinar yang sangat menyilaukan.

Hah?
Maksudku. Apa-apaan itu?

Pria itu berdeham dan mengambil napas dalam-dalam sebelum ....

"Selamat siang semua! mari kita mulai pelajaran hari ini dengan semangat muda yang membara!" seru Guy-sensei membuka suaranya secara mendadak hingga menciptakan acara "COPOT JANTUNG MASAL" karena suaranya yang melengking nan menggelegar.

"Haha ... baik! rasa-rasanya kalian juga setuju dengan perkataanku, sebagai sensei yang bijaksana, sudah menjadi kewajibanku untuk memberikan kalian ...."

"Hah ... dia mulai lagi ...." Keluh Kiba-pria yang senang membawa anjing peliharaannya ke mana pun ia pergi- yang diam-diam mendapat persetujuan mutlak dari Naruto dan seluruh murid. Mereka memang tidak menyukainya, tapi bukan berarti mereka membencinya, mereka hanya tidak suka saja saat Guy-sensei terus berceloteh akan hal-hal tidak penting dan sama sekali tidak memotivasi, bahkan pria itu pernah terus menyuarakan "SEMANGAT MUDAnya" dari awal hingga berakhirnya jamnya mengajar di kelas Naruto.

Selagi Guy-sensei terus berceloteh, Naruto mencoba mencari tahu keadaan Sasuke melalui sudut matanya dan berpikir jika Sasuke pasti sama bosanya dengan seisi kelas. Kecuali perkiraannya meleset jauh karena pria itu sama sekali tidak tampak bosan, karena sejujurnya ia juga tidak tampak mendengar apa yang sensei alis tebal itu katakan.

Bagaimana tidak, karena saat ini pria onxy itu tengah memfokuskan seluruh inderanya pada sesuatu yang berada di tempat lain, jika dilihat dari ekspresinya yang menunjukkan bahwa ia tengah memikirkan sesuatu dengan sangat keras.

Naruto memasang ekspresi aneh saat bertanya pada Sasuke. "Teme, apa kau ada di sini?" dan pertanyaannya pun tak kalah anehnya. Sasuke membuka sebelah matanya dan menatap Naruto dengan ekspresi garang.

"Tidak, aku sedang mengunjungi alam lain. Apa kau tidak tahu jika jiwaku bisa keluar dari tubuhku?" jawabnya ketus yang membuat sang empu sapphire mengerucutkan bibirnya hingga Sasuke mulai berpikir untuk mengkareti bibir itu.

"Hey, apa masalahmu? aku bertanya baik-baik dan kau menjawabku layaknya seorang ...."

"Monster, begitu?" sela pria itu.

"Aku tidak ingin mengatakan itu," lirih gadis pirang itu. "Tapi, berhubung gagasanmu itu lebih baik dari gagasanku,aku akan menggunakannya," lanjutnya dengan mata berbinar.

Sasuke hanya menghela napas dan kembali memejamkan. Konsentrasinya tidak boleh buyar, ia harus benar-benar fokus untuk menembus dinding mental yang berdiri kokoh serta berlapis-lapis yang menghalangi Sasuke untuk mendapatkannya.

Lagipula Sasuke memang tidak berbohong. Jiwanya memang bisa keluar dari dalam tubuhnya dan pergi ke mana pun yang dia inginkan. Dan saat ini jiwanya sedang berusaha untuk mengganggu pikiran seseorang.

Siapa lagi jika bukan Naruto?

Pria itu tidak habis pikir, kenapa Naruto memiliki dinding pelindung untuk alam bawah sadarnya? gadis itu hanya seorang manusia biasa yang tercipta dengan perantara dua manusia biasa. Sedangkan dinding pelindung seperti itu hanya dapat dimiliki oleh makhluk istimewa saja, apalagi sampai berlapis-lapis.

'Naruto pasti dilindungi oleh sesuatu, tidak mungkin ia dapat menciptakan dinding pertahanan sekokoh itu tanpa mengerahkan seluruh kekuatan hingga menyerap energi hidupnya. Ia hanyalah manusia biasa, ia pasti sudah mati hanya untuk menciptakan satu dinding yang sekokoh itu,' batin Sasuke yang mulai frustasi.

'Atau jangan-jangan dua orang yang berperan besar dalam menghadirkannya ke dalam dunia menggunakan cara serta gaya yang berbeda dalam proses pembuatannya?' dan batinnya pun mulai melantur.

Dan saat ini, dalang dari kefrustasiannya juga tengah merasa frustasi memikirkan pria itu.

'Aku tahu jika ingatanku sangat lemah, tapi aku sangat yakin jika ia tidak meminum minumanku,' renung Naruto.  'Seingatku, aku sudah menghabiskan minumanku sebelum pria bodoh itu datang,' renungnya

'Atau aku tidak membeli minuman?' ia merasa sangat yakin jika warna mata Sasuke sempat berubah, pria itu juga berlagak hendak menghipnotisnya tapi tidak bisa.

'Tapi kenapa Teme mengatakan hal yang berbeda?' hanya pertanyaan itu saja yang memenuhi pikiran Naruto, sehingga ia kembali sukses satu langkah menjauhi bea siswa tercintanya.

CRACK!

Kepalanya tersentak ke belakang dengan keras. Gadis itu menggigit bibirnya kuat-kuat hingga mengoyak bibir itu, ia merasa ada yang benar-benar tidak beres dengan tubuhnya karena entah mengapa, tiba-tiba saja kepalanya serasa hendak pecah dan dunia berputar-putar meski hanya sesaat, Naruto turut merasa jika sesuatu memaksa masuk kedalam pikirannya dan celakanya itu berhasil.

Sasuke mengamati matenya melewati ekor matanya, diam-diam tanpa sepengetahuan semua orang ia menyeringai penuh kemenangan yang bercampur aduk menjadi satu dengan seringai penuh sesal. 'Gomenasai, my lady. Aku terpaksa membuatmu kesakitan hingga seperti itu,' sesalnya dalam diam.

"Tapi sebagai balasannya, aku akan membawamu pergi untuk bersenang-senang, anggap saja sebagai perayaan atas berhasilnya aku untuk menerobos dinding pertahananmu," gumamnya dengan sangat lirih, lebih pelan dari sebuah bisikian lembut hingga Naruto tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Meski Naruto tahu sekali pun, ia juga tidak akan menggubrisnya karena yang terpenting sekarang adalah mengatasi kepalanya yang mungkin akan segera pecah dalam hitungan menit.

Naruto mengangkat sebelah alisnya yang bergetar tak paham. "Apa kau mengatakan sesuatu, Sasuke?" gumamnya penuh penekanan--berusaha untuk tampak baik--baik saja meski hasilnya menjadi kebalikan. Sasuke mengalihkan pandangannya dari papan tulis yang menurutnya begitu sedap dipandang melebihi apa pun di dunia, menuju sapphire cerah Naruto yang saat ini menjadi pemandangan terakhir yang ingin Sasuke lihat untuk satu alasan yang sangat kuat.

"Hn," gumam pria raven itu dengan nada yang jauh lebih rendah dari biasanya.

"Sasuke, daijobu desu ka? k-kau tampak pucat ... m-maksudku lebih pucat daripada biasanya," Naruto mulai gelisah namun di saat yang bersamaan ia merasa lega karena rasa sakit yang teramat di kepalanya secara tiba-tiba seperti datangnya, telah lenyap tanpa bekas.

"Jangan khawatir," kepalanya saat ini serasa berdenyut, kekuatannya telah terkuras habis hanya untuk membuat retakan kecil yang cukup untuk membuka pikiran Naruto padanya meski hanya sedikit, dan sedikit pula kemungkinan Sasuke untuk mengorek informasi Naruto yang dengan pasti harus mengerahkan kekuatannya lagi.

Membayangkannya saja sudah membuat kepala Sasuke serasa meledak-ledak.

Tapi, bagaimana bisa pria itu menyuruh Naruto untuk tidak khawatir? dilihat dari wajah pucatnya serta gerak-geriknya saja sudah sangat mengkhawatirkan, bagaimana bisa Naruto tidak khawatir?

"Jangan bodoh, kau terlihat sangat sakit!  aku akan mengantarmu ke ruang kesehatan sekarang juga! jangan membantah," bentak Naruto hingga mengheningkan seluruh isi, maksudnya seluruh omong kosong Guy-sensei.
Naruto bahkan tidak tahu mengapa ia merasa sangat khawatir dengan kondisi Sasuke. Setengah dari dirinya merasa pria itu pernah sangat berarti baginya-jauh dimasa yang lampau. Namun yang setengah lagi merasa jika semua itu hanyalah isapan jempol belaka.

Logika sebaik apa pun tetap tidak akan masuk akal, mengingat mereka baru saja berkenalan.
Atau mereka sudah lama saling kenal?

"Ada apa Naru ...."

"Guy-sensei, maaf telah menyela tapi ini sangat penting, saya harus segera pergi, mohon diizinkan," potong Naruto tegas.

"Tapi, mau ke mana ...."

"Arigatou gozaimasu, sensei," potongnya lagi dan segera pergi keluar dengan memapah Sasuke, meninggalkan seisi kelas dengan raut wajah yang beraneka ragam.

'Baka, baka, baka! kenapa aku bicara dengan sangat tidak sopan seperti itu? astaga, Tuhan kesalahan apa yang telah  hambamu ini lakukan!' rutuk gadis blonde itu sembari membawa paksa Sasuke yang sedari tadi terus menolak.

"Salah siapa memaksaku, kau pasti di cap sebagai gadis kurang ajar oleh ...." Tidak ada sepatah kata pun yang kembali terlontar dari mulut gemetar Sasuke. Saat ini ia sangat ingin untuk menggunakan kekuatannya agar dapat segera sampai di ruang kesehatan untuk segera beristirahat dan memulihkan kekuatannya yang sudah sangat tipis hingga ia sendiri merasa jika kakinya serasa tidak menginjak tanah lagi.

Singkatnya kesadarannya sudah mulai menghilang.

Pria itu menggeleng kecil untuk menyangkal pemikiran bodohnya, tapi tubuhnya berkata lain. Naruto hendak bertanya akaan keadaan pria itu saat ia mengurungkan niatnya dan justru terkesima oleh pemandangan yang berbeda.

"Bagaimana bisa kita sampai disini?!"  pekik gadis itu. Ia sebenarnya hendak melontarkan ribuan, bahkan jutaan pertanyaan yang lain pada pemilik onxy, tapi mengingat kondisi Sasuke saat ini yang sedang tidak sehat, ia mengurungkannya dan memilih satu pertanyaan yang membumbung tinggi di kepalanya.

"Kita dibantu Doraemon serta pasukan Power Ranger," ucap Sasuke sebelum melepaskan tangan Naruto dari bahunya dan melesat cepat menuju ranjang putih khas ruang kesehatan untuk memulai isrirahat yang telah sangat dinanti-nantikannya.

Abaikan Naruto yang menatapnya dengan bersungut-sungut dan terperangah. Bagaimana mungkin pria itu bisa mencapai ranjang istirahat dalam satu detik tanpa terlihat kapan ia bergerak padahal jarak dari tempat awalnya berdiri dengan ranjang cukup jauh dan mustahil untuk dilakukan manusia biasa.

"Jangan bercanda!" teriak gadis itu. "Kau itu ... sebenarnya makhluk apa kau itu?"

Hening.

Naruto beringsut dan segera menghampiri Sasuke yang tampak tengah berpura-pura terlelap. "Jawab aku! atau aku akan ...."

"Apa? kau akan membunuhku, begitu?"  tantang Sasuke yang menatap tajam sapphire Naruto dengan iris merah menyala yang dikelilingi oleh tiga ornamen aneh yang megerikan.

Naruto menunduk dan menatap sepatunya dengan tatapan kosong, lidahnya selalu kelu saat Sasuke menatapnya dengan mata itu, walau baru dua kali, tapi itu sudah lebih dari cukup bagi gadis pirang ini.

"Kemarilah," titah Sasuke layaknya seorang raja. Naruto bergeming. "Kalau begitu, jangan salahkan aku," tambahnya yang membuat Naruto penasaran, namun rasa penasarannya itu segera tenggelam oleh kepanikan saat tiba-tiba saja kakinya bergerak seenaknya mendekati Sasuke.

"Apa yang terjadi?" seru Naruto panik, ia melirik sekilas pada Sasuke dan menangkap ekspresi penuh hardikan dari wajah makhluk aneh nan tampannya, gadis itu mendelik sengit saat otaknya berhasil mencerna makna dari ekspresi pria itu.

"Apa yang kau lakukan, Teme!  makhluk macam apa kau itu sebenarnya?"  lirih Naruto dengan suara tersendat menahan air mata yang telah membasahi pelupuk matanya.

Sasuke tetap diam hingga Naruto berdiri tepat di hadapannya. Ekspresi Naruto seketika mengeras saat hanya mendapat jawaban berupa gelengan acuh seenak pantat ayam saat Sasuke memaksanya mendekatkan wajahnya dengan wajah tanpa cela Sasuke.

"Kenapa kau menggangguku, monster?"  geram Naruto dengan bibir yang gemetar. Saat ini ia tidak boleh terlihat lemah dihadapan Sasuke, yang ternyata bukanlah seorang manusia.

"Jangan panggil aku monster, manis," tegur Sasuke dengan suara selembut sutra yang sebenarnya ia harus berusaha keras menahan geraman yang telah sampai di tenggorokannya untuk dapat berkata selembut itu. Tidak ada satu pun makhluk di dunia ini yang boleh menggeram padanya. Dan biasanya pria raven itu akan langsung mengoyak pembuluh nadi orang itu.

Tapi ini Naruto. Dan Sasuke memiliki caranya sendiri untuk membalas makhluk yabg satu ini.

Sasuke menghela napas berat sebelum kembali bicara. "Sungguh, aku bukanlah sebuah monster. Tidak percaya?" Naruto menggeleng keras sebagai jawabannya. "Kalau begitu, katakan padaku apakah seorang monster dapat melakukan ini?"

Perlahan, pria itu menubrukkan bibirnya dengan bibir ranum Naruto yang tengah terbuka. Gadis itu sempat membelalak dan hendak memukul pria lancang itu, tapi ia tidak melakukannya dan justru memperdalam ciumannya dan menyambut Sasuke.

Itu bukan karena tubuhnya masih berada dalam kendali pria itu, ia bahkan telah bebas sepenuhnya. Tapi entah kenapa ia tetap tidak bisa menjauh dari pria misterius yang tengah memberikan hawa dingin kedalam tubuhnya yang entah kenapa terasa sangat menghangatkan.

Meski tubuhnya yakin jika Sasuke telah mengekang sesuatu yang jauh lebih penting lagi.

Hatinya.

Sasuke meremas lembut tengkuk gadis itu sebelum melepaskan ciumannya bersamaan dengan rekannya yang mendesah kecil di dalam bibirnya. Naruto segera menghirup udara sebanyak mungkin saat akhirnya Sasuke menjauh darinya, pria itu masih memiliki otak yang nalar untuk mengoyak hasratnya jika ia tidak ingin mate nya mati kehabisan napas.

Gadis itu hendak menghambur kesetanan keluar ruangan saat kendali tubuhnya kembali menjadi milik Sasuke. Hasrat menggebu yang sempat mengalir deras dalam darahnya seketika luruh dengan amarahnya pada pria bodoh itu.

"Dosa apa yang ku perbuat hingga ciuman pertamaku direnggut oleh seorang monster, Tuhan?" bisik Naruto seraya melempar tatapan tajam pada iris ruby Sasuke dengan sengit yang dibalas dengan datar.

"Kau sendiri menyambutku, lalu kenapa kau jadi tidak terima?" ujar pria itu sebelum memejamkan matanya dan kembali mencoba untuk beristirahat, mengumpulkan energinya yang sudah benar-benar habis.

Atau mungkin meluruhkan hasrat menggebu yang membuat bagian bawahnya berdenyut tak karuan.

Sekaligus membiarkan Naruto berdiri kaku di sampingnya tanpa sanggup melarikan diri.

3 detik.

10 detik.

30 detik.

Sasuke telah terlelap dalam tidurnya yang lelap, membuat pengaruhnya pada tubuh sang blonde itu menghilang sepenuhnya. Alih-alih memanfaatkan kesempatan untuk kabur, Naruto justru terus mengamati Sasuke, sapphire nya menelusuri tiap jengkal wajah pria itu dengan suatu kerinduan yang rasanya telah terkubur sangat lama. Keiingan kuat untuk menyusuri wajah mulus pria itu dengan jemarinya mengalir deras di pembuluh darahnya.
Dengan hati-hati, Naruto menyusurkan jemarinya yang segera di sambut oleh hawa dingin tubuh pria itu hingga menusuk ke tulang-tulangnya.

Tunggu?

Naruto mengernyit, meski ia jarang bersentuhan dengan orang lain, tapi ia tahu persis jika suhu seorang manusia biasa tidak pernah sedingin jika orang itu bukanlah manusia biasa.

Naruto menepuk jidatnya pelan, ia baru ingat. Sasuke bukanlah manusia biasa.

Atau mungkin ia memang bukan seorang manusia?

Naruto mengenyahkan pikirannya yang mulai menerawang tidak jelas dan segera berjalan mundur dengan sangat hati-hati.

Tapi, dasar Naruto yang masih saja lupa akan kenyataan jika Sasuke bukanlah manusia.

Sasuke membuka sebelah matanya yang masih berwarna merah darah dan mempengaruhi tubuh Naruto untuk kembali mendekat. "Mau ke mana kau?"

"lagi?" cuap Naruto frustasi.

Sasuke mendengus lelah dan kembali mendekatkan wajah gadis itu dengan wajahnya. Naruto mengira jika ia akan kembali merasakan bibir Sasuke yang manis pada indera pengecapnya.

Tapi ia salah.

Hal terakhir yang gadis itu ingat adalah,Sasuke mengecup hangat keningnya dan kemudian gadis itu diserang rasa kantuk yang luar biasa dan ambruk ke dalam dekapan sang monster.

Pria itu tersenyum tipis. "Aku bukan monster, sayang," bisik pria itu mendekatkan bibirnya pada telinga gadisnya. Napasnya yang memburu menggelitik leher gadis itu saat membisikkan tiga buah kata yang jika Naruto mendengarnya, ia akan terkejut setengah mati.

"Aku seorang Vampir."

Setelahnya, Sasuke menggiring Naruto menuju mimpi indahnya.

Atau lebih tepatnya, masa lalu Naruto.

To

Be

Continued

.

.

.

Heh, fyi mulai sekarang dd bakal update setiap 3 hari sekali ya.

Btw dd juga mau curhat, ceritanya sih tadi pagi mau update ni part 3, cuman ternyata karena efek kemarin repisi ga nyalain penggunaan data, akhirnya semua riwayat serta kerja keras dd buat repisi hangus :'v

singkatnya dd seharian repisi cerita tapi ga kesimpen. Alhasil ngulangin lagi, mana banyak banget tanda baca yang salah n typo yg banjer :v

Mana dd gada sinyal karena mudek :v

Yodah itu doang. Dd mau makan dulu :v

Oiya, buat yang kemaren mau deliperiin dd jodoh, nah buruan dikirim ya :3 dd tunggu ya :^>

SEE YA!


Continue Reading

You'll Also Like

57.1K 3.1K 7
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++
911K 75.6K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
162K 16.6K 65
FREEN G!P/FUTA • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
195K 16.6K 87
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...