Soft Of Voice

By chusniahne

78.1K 10K 1.6K

[COMPLETED] Sama seperti sayap yang patah, dia tak akan bisa membawa burung yang sama untuk melihat dunia leb... More

PROLOGUE
ONE
TWO
THREE
FOUR
FIVE
SIX
SEVEN
EIGHT
NINE
TEN
ELEVEN
TWELEVE
THIRTEEN
FOURTEEN
FIFTEEN
SEVENTEEN
EIGHTEEN
NINETEEN
TWENTY
TWENTY ONE
TWENTY TWO
TWENTY THREE
TWENTY FOUR
TWENTY FIVE
TWENTY SIX
TWENTY SEVEN
TWENTY EIGHT
TWENTY NINE
THIRTY
NOT AN UPDATE, BUT INI PENTING GENGS
THIRTY ONE
THIRTY TWO
THIRTY THREE
THIRTY FOUR
THIRTY FIVE
THIRTY SIX
THIRTY SEVEN
THIRTY EIGHT
THIRTY NINE
FOURTY
FOURTY ONE
FOURTY TWO
BACA AJA DULU
FOURTY THREE
FOURTY FOUR
SEQUEL + PROMOTE
FOURTY FIVE
INFO
FOURTY SIX
QUESTION
PENTING!!
FOURTY SEVEN
FOURTY EIGHT
SPOILER SEQUEL + PROMOTE
FOURTY NINE
INFO END ㅡ HIATUS
INFO
FIFTY
EPILOGUE
CURHAT BENTAR
INFO PENTING
EP ㅡ 1
[!] NANYA NIH PENTING
EP ㅡ 2
SEQUEL
NOTE !

SIXTEEN

1.3K 166 1
By chusniahne

Aku terus menerus menangis. Terisak teramat dalam. Masih dalam balutan bajuku tadi malam. Aku terduduk di bawah shower sambil memeluk lututku dalam. Menyalakan shower dengan air dingin. Membiarkannya mengguyur tubuhku. Perih rasanya hatiku mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Malam pertama yang gagal. Hubungan suami istri yang salah. Bagaimana bisa tanpa sadar Seungcheol menamparku? Membuatku merasakan sakit yang bertubi-tubi. Membiarkanku merasakan sakit yang tak ingin aku rasakan sebelumnya. Helaan nafasku tersenggal-senggal. Mataku mulai perih karena terus menerus menangis tadi malam. Badanku terasa pegal dan sakit, apalagi dibagian terdalamku, rasanya berkedut dan tak ingin lagi ada kejadian seperti tadi.

Aku berdiri dengan kaki gemeratan. Mulai membuka bajuku dan membasuh tiap inci tubuhku dengan tangan bergetar. Aku kembali menghela nafas panjang sebelum aku hembuskan dengan panjang pula. Aku harus bersikap biasa saja jika ingin kejadian tadi tak disadari oleh Seungcheol yang bercinta denganku dalam keadaan mabuk. Aku mengangguk mantap. Tersenyum dalam perih.

Seusai mandi aku berpakaian agak tertutup, dengan turtle neck sweater yang aku gunakan untuk menutupi bekas tanda kepemilikan yang Seungcheol berikan. Kupadankan dengan ripped jeans dan rambut tergerai. Memberi sedikit polesan pada wajahku. Transparent powder menjadi pilihanku agar wajahku sedikit cerah meskipun wajah putihku telah cerah, sedikit eyeliner gaya puppy eye agar membuat mataku terbuka──guna menutupi lembab usai menangis, liptint warna cherry aku gunakan untuk pipi agar merona dan bibir agar tak pucat. Aku menatap diriku dari pantulan cermin kamar mandi yang berembun. "Kau bisa Ahrim! Jangan jadi gadis yang lemah jika kau tak ingin Seungcheol tahu kejadian tadi malam." Aku mendesis pada diriku sendiri. Menguatkan hatiku sendiri. Sebenarnya aku pesimis jika Seungcheol tak sadar akan kejadian tadi malam. Aku yakin dia tahu tapi ... entahlah semoga dia tak sadar.

"Ahrim kau di dalam?" Suara serak nan rendah Seungcheol menyadarkanku dari lamunan singkatku. Aku menghembuskan nafas panjang lagi. Memantapkan hati.

"Aku keluar." Aku berjalan menuju pintu kamar mandi. Membukanya dan mendapati Seungcheol yang berantakan berdiri bersandar pada tembok dekat kamar mandi. "Ada apa?"

Seungcheol menoleh kearahku. Tatapan yang sama dengan tatapannya tadi malam. Kepedihan. "Kau mau kemana?"

Aku terbelalak. Aku menyadari jika baju yang aku kenakan kali ini bukan untuk di rumah saja, ini adalah gayaku untuk hang out. Aku gugup dengan keadaan ini. Bingung mau jawab apa. "Em ... ini ... aku ... aku mau pergi bersama Jisoo ... ya pergi bersama Jisoo."

Dia mengerutkan keningnya. "Darimana kau mengenal Jisoo?"

"Bukannya waktu itu Jisoo sudah menjelaskan kepadamu bagaimana aku dan dia bertemu?"

"Memang. Tapi kenapa pagi ini kau harus pergi dengannya? Aku suamimu kan."

"Eum ... bukannya apa-apa. Tapi aku yakin kau pasti akan pergi bersama Junghwa. Aku tak ingin mengganggu harimu bersamanya ... dan aku permisi." Dengan langkah cepat aku mengambil ponsel dan dompetku yang tergeletak bebas di nakas dekat tempat tidur. Segera mengenakan sandal yang ada di rak samping koper kosong kami. Kemudian berlalu pergi. Menyisakan Seungcheol yang masih mengerutkan kedua alisnya yang berdiri di depan kamar mandi.

Aku segera berlari menuju taman belakang. Ingin rasanya aku menangis ketika aku mengatakan 'kau pasti akan pergi bersama Junghwa. Aku tak ingin mengganggu harimu bersamanya'. Sungguh bodohnya diriku!

Kakiku membawaku ke taman tempatku pertama kali bertemu dengan Jisoo. Ah lelaki tampan itu membuatku terus mengingatnya. Hatiku teriris lagi pagi ini. Perih.

Kutatap dengan seksama aktivitas warga Perancis yang sedang sibuk. Jejeran gedung bertingkat pencakar langit tampak ramai. Jalanan yang lengang mulai dipadati pengguna jalan menuju ke kantor mereka, sekolah mereka bahkan pusat perbelanjaan untuk berbelanja kebutuhan mereka bulan ini. Bahkan mungkin sekian dari mereka hanya berjalan-jalan saja, menikmati pagi Paris yang nyaman. Jika saja aku tak sedang bulan madu, aku akan meminta papa dan mama untuk tetap tinggal di kota──yang katanya──penuh cinta ini. Aku menyeka air mataku. Menarik dalam-dalam udara disekitarku yang membuat paru-paruku penuh, menahannya sebentar dan menghembuskannya perlahan.

"Ahrim." Suara itu membuatku sontak menoleh. Jisoo. Dengan balutan celana jeans warna hitam dan kemeja putih bersihnya serta rambut berwarna pirang agak ke merah mudaannya yang disisir kebelakang membuatnya semakin tampan. "Sedang apa kau disini?"

Aku berdiri dan membungkukan badan. Memberinya hormat. "Oh selamat pagi, Jisoo." Dia tersenyum dan membungkukkan badannya padaku, sembilan puluh derajat.

"Selamat pagi, Ahrim."

Aku kembali duduk. Jisoo duduk disebelahku. "Pagi-pagi begini ada apa kau sendirian disini?"

"Hanya menikmati pagi kota Paris saja."

Jisoo manggut-manggut. Dia menatap dua gedung pencakar langit didepan kami. "Oh iya aku boleh tanya?"

"Tanya saja, akan kujawab semua pertanyaan yang kau berikan." Aku mengikuti Jisoo menatap gedung pencakar langit itu.

"Kau mengenal Choi Seungcheol?" Dia menatapku kali ini. Aku tak membalas tatapannya, masih menatap gedung itu. Terkekeh.

"Dia suamiku." Jawabanku membuat Jisoo sukses ternganga. Dia tampak kaget dan tak menyangka. Jelas saja dia kaget dan tak menyangkanya. Kemarin pagi saja ketika kami berempat bertemu, Seungcheol mengandeng mesra Junghwa dan sekarang aku mengatakan jika dia suamiku. Lucu.

"Benarkah? Bukannya dia kemarin dengan Junghwa──"

Aku terkekeh ketika dia tak melanjutkan perkataannya. "Iya dia lelaki yang dijodohkan mendiang papanya padaku, kami menikah tanpa cinta. Hanya ingin membuat orang tua kami bahagia. Dia masih pada hari-harinya, berpacaran dengan Junghwa."

Jisoo tampak bingung. "Mendiang papanya? Tuan Choi maksudmu?"

"Iya, papa Seungcheol. Dia meninggal karena menyelamatkan papaku, dendam yang ada dalam diri Seungcheol mungkin masih ada."

Jisoo kaget mendengar berita yang sudah berlalu itu. Dia sama sekali tak tahu jika papa Seungcheol telah meninggal. "Benarkan Paman Choi sudah meninggal?"

Aku menatapnya kali ini. Mengerutkan kedua alisku, membuatnya bersatu. "Paman? Kau mengenalnya? Lantas apa hubunganmu dengan Seungcheol?"

Jisoo terkekeh. "Aku dan Seungcheol adalah teman sejak kecil, kami bersahabat jadi aku juga mengenal dekat dengan keluarga Seungcheol, termasuk Tuan Choi," kata Jisoo menghentikan perkataannya. "Semoga dia tenang disana." Jisoo menatap langit. Dia terlihat sangat tampan lewat sisi kanan wajahnya. Sungguh ciptaan-Mu itu tak bercela Tuhan.

"Iya," kataku mengikuti arah pandang Jisoo. Langit. "Semoga papa mertua tenang disana."

"Oiya, kau sudah sarapan?" Aku hanya menggeleng mendengar pertanyaan Jisoo padaku. Dia tersenyum lalu melanjutkan perkataanya. "Bisakah kita sarapan? Kemarin kita gagal untuk sarapan bersama."

"Baiklah, ayo." Aku berjalan mendahului Jisoo yang mengekoriku. Tatapannya tak berarti. Aku tak tahu jika dia menatapku seperti itu.

"Kau tak akan tahan dengan sikap suamimu itu Ahrim." Desis Jisoo sangat pelan.

---

Junghwa tampak sebal dalam kamarnya. "Kau bodoh Junghwa. Kenapa tadi malam kau membiarkan Seungcheol mendengar jika kau tak ingin lagi dengannya! Bodoh kau Junghwa."

Gadis seksi nan cantik itu terus saja merutuki dirinya sendiri. Tadi malam ketika Seungcheol menghadiri pesta kecil-kecilan yang dibuat oleh Junghwa atas perayaan tiga tahunan hubungannya dengan Seungcheol, Junghwa mengatakan jika dia sudah tak mencintai Seungcheol dan Junghwa ingin berpisah dengan Seungcheol. Tentu saja itu tidak benar, meskipun dia tahu rasa cintanya mulai pudar tatkala tahu kekasihnya akan menikah, juga tatkala melihatku yang menurutnya cantik tak membosankan, dia khawatir Seungcheol jatuh kepelukanku.

Junghwa yang menunggui Seungceol yang datang terlambat bermain truth or dare bersama teman modelnya di Paris. Ketika giliran Junghwa yang mendapat dare dan harus mengatakan kalimat itu, saat itu pula Seungcheol mendengarnya. Membuat hancur hati Seungcheol.

Lelaki itu minum sebanyak tiga botol alkohol kadar tinggi. Dan kembali ke kamar tanpa mengindahkan sapaan atau penjelasan dari Junghwa. "Jika benar tadi malam mereka berubungan, aku tak segan menyingkirkan kau Ahrim."

Junghwa menggeram, dia tahu benar jika Seungcheol sudah mabuk berat lelaki itu tak bisa menahan nafsunya. Dan jika benar Seungcheol seperti itu, maka kejadian tadi malam akan membuatku dalam masalah yang lebih besar.

---

Aku terus menatap Jisoo yang elegan menyantap makanannya. Dia tampak tampan meskipun saat ini dia membelakangi cahaya yang membuatnya tampak misterius. Dia menatapku yang masih menatapnya dengan pandangan kosong. Jisoo menggerakkan kedua tangannya didepanku. Membuatku mengerjapkan mataku beberapa kali dan tersadar dari lamunanku.

"Kau melamun?" Jisoo menepuk pundakku. Aku terkekeh, berbalik memakan makananku yang beberapa saat lalu aku anggurkan. Hanya memainkannya saja.

"Tidak." Aku terkekeh kembali. Pandanganku menatap ke luar restoran khas Perancis yang telah lama aku dambakan untuk mengunjunginya ini. Di luar sana, lalu lalang orang mulai ramai. Suara klakson mobil beriringan dalam macetnya jalanan kota Paris.

Mataku terus menyusuri jalanan itu, hingga aku menangkap sesuatu yang membuatku membeku. Aku melihatnya berjalan di jalan depan restoran dimana aku dan Jisoo makan. Seseorang yang aku kenal dekat. Menggandeng seorang gadis dengan mesranya yang aku pikir aku juga pernah melihatnya, gadis itu tak asing di mataku. Mataku menatapnya tajam, lekat-lekat jika saja yang kulihat itu salah.

Seketika jantungku berhenti berdegup. Tubuhku kaku. Membeku seperti es. Tangan dan kakiku lemas, tak kuat memegang apapun hingga kujatuhkan sendok yang kubawa. Membuat Jisoo menatapku heran. Menoleh mengikuti pandanganku.

Bibirku menganga. "Dia ..."

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 80.8K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...
1M 61.8K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
49.3K 5.2K 18
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
1M 82.6K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...