Greensleeves

By NUGO0815

12.6K 781 102

Menikah dengan vampire?!! SERIUSS!! Tapi itulah yang terjadi pada Rose. Sebuah perjanjian untuk membalas rasa... More

GREENSLEEVES (prolog)
PESTA ULANG TAHUN I
PESTA ULANG TAHUN 2
PART 4 : Stranger
PART 5 : Saingan
BERUBAH
BERUBAH 2
Bitter Sweet
Between us
Gak penting, tapi baca aja ya!
I'll Be Your Man
Shallow Hearts
TRAP!
SNOW FLOWER
YOLO (you only live once)
Meet me on the Battlefield
Let's we dancing under the moonlight
The promise
180 degree
pengumuman

PART 3 : Yes, My Lord!

1K 54 6
By NUGO0815

"Permisi um Tuan..."

Gadis ini masih bercicit di samping ku. Sejak kejadian semalam, gadis ini terus saja bersuara. Memohon agar ia bisa membantu atau meminta agar melarikan tuan ke rumah sakit. Terkadang, aku mendengar ia bergumam bahwa ini semua terjadi karena kesalahannya. Berkali-kali aku memintanya untuk tenang. Namun selalu diacuhkannya, rasanya seperti berbicara dengan keledai.

Entahlah..

Lama-kelamaan aku jadi lelah sendiri, rasanya ingin sekali menutup mulutnya. Membuatnya diam setidaknya beberapa menit. Tapi ku urungkan, bagaimana pun dia teman terdekat Tuan ku.

"Kita tidak membawa Mister Luc's ke rumah sakit..?"

Pertanyaan itu muncul lagi. Aku menarik nafas panjang. Sebisa mungkin aku harus bisa menjawab dengan tenang.

Walaupun..

Ini menyebalkan..

"Tidak perlu nona, saya adalah pelayannya. Dan saya tahu apa kebutuhannya" sahut ku singkat.

"Tapi kau kan pelayan bukan dokter. Tolong lihat kondisinya, dia perlu mendapat penanganan serius tahu!!"omelnya yang membuat ku ingin tertawa. Dia sedang mengoda ku ya? Aku melirik wajah my Lord sebentar.

Apa ia bisa tahan mendengar itu semua?

" Nona meragukan saya? Yang ada saya yang harusnya meragukan Nona. Apa hubungan nona dengan Tuan ku, sehingga semalam Tuan ku bisa bersama Nona dengan keadaan seperti ini ?" tanya ku yang membuatnya terkejut. Aku terkekeh pelan, pantas saja My Lord senang mengajar disana. Gadis ini luar biasa menarik.

"Aku muridnya kok, Mister Luc's kan guru ku di sekolah. Aku saja tidak tahu dari mana beliau muncul" sahutnya tak ingin kalah.

"Gara-gara Nona, Tuan ku belum sadar sampai sekarang.." tutur ku pelan

"Aku sungguh sungguh minta maaf. Apa mungkin karena semalam banyak darah yang keluar ya?" tanyanya seolah menemukan sumber masalah.

"Apa golongan darahnya?" tanyanya yang gantian membuat ku shock.

"Hah?!! i- itu..."

"Tuhkan? Masa pelayannya tidak tahu.." ejeknya dengan nada merendahkan ku.

"Siapa bilang saya tidak tahu, Tuan ku bergolongan A+ tahu.."

bohong, aku benar-benar tidak tahu golongan darahnya.

"Wah sama dengan ku. Baiklah ayo donorkan darah ku padanya.."

"Hah?!!"

"Iya!! Lihat deh wajahnya pucat, tubuhnya juga dingin aku takut ini tanda-tanda algor mortis. Nanti kalau meninggal bisa mati berdiri aku. Tidak, tidak, aku tidak mau di hantui rasa bersalah" cerocosnya yang hanya di balas ku tercengang.

Apa?

Algor Mortis* itu apa sih?

(keadaan berupa perubahan suhu tubuh drastis biasa terjadi pada orang yang meninggal dunia)

"AYO CEPETAN!!"

Karena ia terus terusan merengek akhirnya aku pun terpaksa melakukannya. Sesekali kepala ku menggeleng. Bagaimana bisa aku menuruti permintaan gadis 18 tahun. Setelah kantung darah terisi penuh. Ia pun langsung menarik ku kembali ke kamar tuan. Dengan kondisi tubuh yang lemah dia terus menatap ku seakan memastikan bahwa darahnya masuk ke dalam tubuh tuan ku.

"Darah anda sudah saya donorkan pada Tuan ku, makan dan beristirahatlah sejenak. Siang nanti saya antar pulang" kata ku yang langsung mendapat anggukan paham darinya.

LUCAS POV's

Apa ini..?

Rasanya sesuatu yang hangat mengalir di dalam tubuh ku. Begitu hangat dan tubuh ku terasa...

HAH!!!

"Oh My Lord, anda sudah sadar?" tanya seseorang yang kini sedang berdiri tepat di samping ranjang.

Aku menatap matanya tak percaya. Ini aneh dari biasanya.

"Apa yang terjadi pada ku?!!"

Pria parubaya itu mulai menarik nafas. Dengan suara pelan ia mulai menjelaskan semuanya. Hingga ke bagian yang membuat ku sangat shock.

"KAN SUDAH KUBILANG PADA MU!! HINDARI DARAH MANUSIA!!"

Maki ku padanya. Tanpa sadar tangan ku mencengkram kerah seragamnya. Kepalanya mulai merunduk seakan merasa sangat bersalah. Dengan suara tercekat ia menjelaskan alasan atas tindakan bodohnya tersebut.

"Saya rasa ini sudah menjadi takdir, My Lord. Ini sudah kelima kalinya anda menghindarinya. Tapi disaat itu pula seakan takdir tak pernah lelah untuk mempertemukannya dengan My Lord. Saya merasa ikatan My Lord dengannya semakin erat. Saya merasa ini adalah saatnya bagi Tuan ku untuk mengubah semuanya"

Seketika air mata ku mengalir deras. Terasa nyeri ketika ia mengatakan bagian takdir yang tak pernah lelah mempertemukan kami.

Sesungguhnya aku benci pada Tuhan..

Kenapa Tuhan menciptakan makhluk makhluk seperti kami ini?

TERLIHAT HIDUP NAMUN TERASA MATI.

Bagi ku menciptakan makhluk seperti kami benar-benar takdir terburuk yang pernah Tuhan berikan padaku. Setiap hari kami harus meminum cairan kental berwarna merah gelap menyebalkan itu, jika tidak kami akan semakin lemah dan mati perlahan-lahan.

Memang awalnya kami adalah makhluk penghisap darah manusia. Namun hal itu berubah setelah Queen Elizabeth membuat perjanjian dengan bangsa kami. Dari tahun ke tahun hingga saat ini, hal itu terus berlangsung. Seolah menjadi tradisi bagi bangsa kami.

Itulah yang terjadi pada pelayan Swan. Swan adalah manusia. Alasan adanya orang-orang seperti Swan yang hidup berdampingan dengan kami adalah karena menginginkan perlindungan dari bangsa kami. Yah, karena kami adalah makhluk yang paling kuat dan abadi.

Dan aku benci kalimat terakhir itu..

Keluarga bangsawan (manusia) sengaja mengirimkan salah seorang dari mereka untuk kami sebagai bentuk balasannya.

Seakan jackpot terkadang sebagian dari kami memanfaatkan hal ini untuk menghisap habis darah orang-orang yang mereka kirim kan. Tapi tidak dengan ku. Aku lebih senang menjadikan mereka sebagai pelayan-pelayan ku. Membuat mereka mengabdikan seluruh jiwa dan raga untuk kepentingan keluarga 'ALEXANDER".

Karena hal tersebutlah akhirnya aku diangkat menjadi salah satu dewan perdamaian manusia dan vampire. Perlahan kami mulai meninggalkan kebiasaan menghisap darah manusia dan mengubahnya menjadi mengkonsumsi darah segar dari hewan.

Keputusan ini pun menjadi fenomena baru. Dan akhirnya adalah sekarang, kami bisa hidup berdampingan dengan manusia tanpa perlu adanya rasa khawatir. Dahulu kami harus sembunyi-sembunyi karena khwatir bila sekelompok orang akan menangkap dan membunuh kami dengan belati mereka.

Yah dulu tetaplah dulu. Hanya sebuah cerita yang pernah terjadi di masa lalu yang akan terus diingat dan ceritakan dari satu keturunan ke keturunan selanjutnya.

"Kau tahu betapa sulitnya aku bernafas setiap kali melihatnya..

Betapa sulitnya aku menahan rasa ini di dalam dada ku..

Dan sekarang darahnya mengalir di dalam tubuh ku..

Kegilaan apalagi yang akan terjadi pada ku. HAH!!"

Jerit ku yang seketika melepas cengkraman di lehernya. Perih mulai menguasai hati ku. Aku benar-benar merasa bodoh sekarang. Aku merasa di permainkan oleh Tuhan.

Kenapa Kami Harus Bertemu Jika Pada Akhirnya Kami Akan Berpisah?

Aku mulai menarik nafas. Berusaha untuk mengatur emosi ku.

Bagaimana pun ini sudah terjadi. Dan aku gagal menghentikannya.

Kalau sudah begini, aku tidak punya pilihan lain. Selain satu hal..

"Dimana Rose? Aku harus bertemu dengannya.." kata ku yang kembali menatap wajah Swan.

"Nona baru saja saya antar pulang ke apartemennya. Oh iya, saya mendapat titipan dari Tuan Grey untuk Tuan ku, ini.." ia mengeluarkan sebuah berkas yang terlihat tebal dari dalam tas nya. Tangan ku pun meraih berkas tersebut.

Aku pun membawa berkas itu ke atas ranjang dan membaca isinya dengan teliti. Otak ku terus mencerna setiap baris kalimat yang tercetak disana. Hingga mata ku membulat sempurna ketika membaca salah satu paragraf di halaman selanjutnya

"Swan, aku punya perintah untuk mu.."

Ia melihat ku sejenak dan merundukan kepala dengan mantap.

"Kurasa kita akan tinggal lebih lama lagi disini, jadi tolong bantu aku ya.."

"Yes.. My Lord!"

==================================

BRAKKKKK!!

Seseorang mendorong paksa pintu kamar ku. Membuat ku terpaksa bangun dari tidur nyenyak yang baru saja terjadi beberapa menit lalu.

"Uh, Rose kau tidak masuk sekolah. Kenapa?" tanya seseorang yang khawatir.

Perlahan aku mulai memutar balik badan ku menghadap sang pemilik suara. Oh Hani rupanya yang datang kesini. Jadi, aku mulai mengubah posisi ku menjadi posisi setengah duduk dengan punggung yang menyandar pada Dashbord ranjang.

"Tubuh ku rasanya sakit semua, terlalu lemas untuk di gerakkan.." jawab ku seadanya.

Kini punggung tangan Hani berada di atas kening ku. Ia menatap ku dengan penuh khawatir dan cemas

"Kalau sakit bilang dong. Jangan tiba-tiba gak masuk kaya gini. Bikin orang khawatir aja."

Entahlah, rasanya hati ku menghangat mendengar ucapannya tadi. Jadi ku cubit saja hidung nya gemas. Dan hal itu berhasil membuatnya mengerucutkan bibir karena kesal.

"Aku gak bisa nafas tahu, *BAKA (bodoh)!!" sahutnya yang ku balas dengan jitakan keras di kepalanya.

"Orang sakit di omelin, dasar BAKA !!" balas ku yang mendapat tatapan sengit darinya.

"Eh, sesama BAKA gak boleh saling ngeledek ya!!"

"Ih Sorry yah, BAKA is not my style.." kata ku yang langsung disambut tawanya.

Setelah lelah karena tertawa seharian akhirnya perut kami pun dengan kompaknya berbunyi

Untunglah Hani membawa dua mangkuk bubur sebelum kesini. Jadi kami pun makan bubur bersama-sama di kamar.

=========================

"Ron.. apa ini cocok untuk ku?" tanya Rachel yang menunjukan dress hijau super mahal yang akan dibelinya. Ron menatapnya sejenak lalu menggeleng kepalanya pelan.

"Ron ayolah bantu aku, aku harus tampil paling cantik disana" pinta Rachel manja pada Ron.

"Kak, itu hanya fashion week biasa. Bahkan tanpa kau susah-susah make up pun kau sudah cantik kok.." tutur Ron yang di balas dengan ekspresi malas sang kakak.

Bagi Rachel, Ron ini memang tidak asyik kalau di ajak belanja. Dan memang seharusnya Rainhard yang pergi bersamanya. Tapi, karena Rain mendadak harus menghadiri meeting, ya terpaksa ia mengajak adiknya ini.

"Aku tahu aku ini cantik, kalau tidak cantik. Bukan Rachel Oliver namanya.." sahut Rachel yang dibalas kekehan pelan dari Ron. Sejenak ia menatap wajah kakaknya. Yah, sangat cantik dan mirip sekali dengan mendiang ibu mereka. Dan setiap kali mengingat itu sebersit luka selalu muncul di dalam hatinya.

"Baik.. aku beli Jumpsuit dan Dress hijau ini. Dan kau tunggu disini jangan kemana-mana okey.." titah sang kakak yang langsung dibalas dengan anggukan mantap oleh Ron.

Ron menghela nafas sejenak. Liburan kuliah selama sebulan ini memaksanya untuk kembali ke negara asalnya. Pria tampan ini bahkan bingung bagaimana cara menghabiskan masa liburannya?

Belajar dan bermalas-malasan di rumah?

Tidak,tidak itu tidak akan meninggalkan kesan sama sekali. kecuali..

"Ron, ayo kita pergi.." ajak Rachel yang langsung di patuhi Ron.

Rachel kini menggandeng lengan adiknya erat. Membiarkan semua mata menatap iri kearah mereka.

Terlihat seperti sepasang kekasih?

Yah, bagi mereka yang tidak tahu. Ron memang sangat tampan di tambah dengan perawakan tinggi tegap dan otot-otot di lengannya yang semakin menambah kesan 'perfect' bagi para kaum hawa yang meliriknya.

Mungkin jika Ron bukan adiknya pasti Rachel sudah menggodanya habis-habisan.

"Kak, kau tak mau melepaskan ini?" tanya Ron menunjuk ke arah lengan Rachel yang mengegenggam tangan kanannya.

"Psst, biarkan mereka berimajinasi sesukanya.." sahut Rachel dengan senyum jahilnya yang di balas tatapan tak percaya dari sang adik.

Kini kaki mereka melangkah masuk menuju sebuah restoran terkenal yang berada dalam Mall tersebut.

"Nah sekarang pesan makanan sesuka mu Ron. Aku yang bayar.." kata Rachel

"Serius?!! Wah sombong sekali kakak ku ini.." sahut Ron yang dibalas kekehan oleh Rachel.

Seorang pelayan pun datang menghampiri meja mereka.

Ron mulai memesan segala makanan dan minuman yang di inginkannya kepada pelayan. Setelah merasa cukup dan semua pesanan tercatat, sang pelayan pun melangkah pergi dari meja pelanggan kelas VVIP tersebut.

"Kau tahu, hukum sebab-akibat.."

Ron mendengus kesal. Kini dia sudah paham arah pembicaraan sang kakak.

"Apa sebenarnya yang ingin kau bicarakan kak? berbelit sekali sih.." sahut Ron dengan wajah malas yang membuat Rachel menjadi gemas.

"Ikut ke acara Fashion Week teman ku ya, Jadi model disana. Aku yakin kau pasti populer setelah ini, yah yah.." pinta sang kakak yang teranyata langsung mendapat respon kurang baik dari sang adik.

"Duh, belum cukup apa menjadi teman selfie mu setiap hari. Dan sekarang menjadi model untuk teman mu. Yang benar saja?" protes sang adik.

Melihat adiknya seperti itu, Rachel rasanya ingin sekali marah. Tapi tidak, Ron bukan orang yang tiba-tiba menurut kalau di marahi olehnya. Rachel harus mencari ide agar sang adik mau menuruti keinginannya.

"Kita buat kesepakatan saja, aku akan memberi mu paket wisata ke gunung semeru full service, super VVIP untuk mu selama sebulan bagaimana? Setuju?" tawar Rachel dengan pose manja. Melihat tingkah sang kakak, Ron terkekeh tidak percaya.

Bagaimana bisa kakaknya memiliki kepercayaan diri setinggi ini?

Ron mengegeleng pelan kepalanya.

"Aku memilih kembali ke Amerika, berkumpul dengan teman-teman ku lalu menghabiskan waktu di China Cap Town"

balas Ron yang membuat Rachel kesal.

"Ron teman-teman ku adalah penggemar mu. Jadi jangan buat mereka kecewa dong."

"Siapa suruh menyebarkan foto ku dan memamerkan ku sebagai adik mu.." telak sekali.

Rachel meremas tangannya gemas. Makanan pun akhirnya tiba. Segera setelah seorang pramusaji menata rapi makanan, Rachel kembali melanjutkan pembicaraan yang sempat tertunda.

"Ron, kau sayang pada ku kan?"

Ron yang sibuk memasukan makanan kedalam mulutnya seketika terhenti mendengar pertanyaan sang kakak. Ia menatap sejenak wajah sang kakak.

"Ya tentu.." jawabnya lalu kembali memasukan makanan kedalam mulutnya.

"Kau baru saja pulang dari Amerika. Dan kita baru saja berkumpul. Setidaknya mari kita sama-sama menghabiskan waktu bersama sebagai Oliver bersaudara. Memang kau tak rindu momen-momen seperti ini?"

Ron kembali terdiam, mulutnya mengunyah pelan makanan.

"Maksud mu keluarga Oliver?"

ulang Ron yang merasa sensitive dengan nama belakangnya tersebut.

"Masyarakat harus lebih mengenal keluarga kita, yah kecuali si gadis tengil itu.." terang Rachel yang merasa terpojok.

"Kak, kau membuat selera makan ku hilang.." sahut Ron yang mulai menaruh garpu dan pisaunya.

"Ah, bukan begitu. Aku benar-benar hanya ingin semua orang mengenal kita sebagai adik dan kakak saja kok. Aku menyerah Ron semua keputusan di tangan mu. Kau jadi model maka paket wisata menjadi milik mu. Jika tidak juga tidak apa-apa. Silahkan kembali ke Amerika dan bersenang-senanglah dengan teman-teman mu. Lupakan soal aku. Aku baik-baik saja di sini tanpa mu dan kak Rain.." tutur Rachel dengan nada kecewa.

Perasaan iba menguasai hati Ron. Mana tega ia melihat sang kakak sedih seperti itu. Rasanya seperti melihat wajah ibu yang sedang bersedih. Tidak, tidak Ron tidak bisa melihat kakaknya bersedih hanya karena hal se-sepele ini.

"Baik, aku ikut Fashion Week. Tapi aku tidak mau paket wisata.." kata Ron yang langsung mendapat respon semangat dari sang kakak.

"Berikan aku mobil sport mu. Biarkan aku pergi sesuka hati ku. maka aku akan menuruti mu.." Ron kembali meraih garpu dan pisaunya. Ia pun memotong daging sirloin matang dan memasukannya kedalam mulutnya.

"Oke, kita sepakat!!" putus Rachel yang langsung mengambil pisau serta garpunya dan makan dengan semangat.

=========================

AUTHOR POV's

Pagi ini, kesibukan mulai terlihat di rumah mewah milik Lucas. Ini bukan tentang Swan yang sibuk menata rumah tapi lebih tepatnya...

"Kemana dia?!" tanya seorang gadis dengan penuh emosi kepada seorang asisten rumah tangga.

"Um mohon maaf Nona, My Lord sedang istirahat.." Tutur sang asisten dengan wajah takutnya.

"Ih.. kalian igin membodohi ku ya! Dari tadi di tanya jawabnya tidak tahulah, sedang istirahatlah, kalian pikir aku bocah TK.."

Dengan penuh emosi gadis itu pun melebarkan langkahnya menuju kamar sang kakak. Tangannya sudah tak sabar ingin mendobrak pintu kamar tersebut.

Dan benar saja dalam hitungan detik

BRAAAAAKK!!

"Ya ampun, siapa yang mendobrak pintu kamar ku HAH?!!" teriak Lucas kesal karena terkejut melihat pintu kamarnya rusak parah.

"Bukan kau yang kesal, harusnya aku yang kesal tahu!"

sahut sang gadis tak mau kalah dari Lucas

"Kau lagi.. kau lagi.. kau ini perempuan dari keluarga mana sih? Kok bisa tidak punya tatakrama dan sopan santun seperti ini"

"Yang ada kau yang bersalah. Bisa-bisanya pergi meninggalkan Inggris tanpa memberitahu ku Hah? Kakak macam apa kau!"

Lucas menatap gadis ini tidak percaya. Ia memijit pelan keningnya yang mulai berdenyut. Mendengar suaranya saja sudah pusing, apalagi menghadapinya langsung. Yah siapa lagi kalau bukan Megan Alexander. Satu-satunya adik dan gadis tercerewet yang pernah Lucas temui.

"Apa itu yang ada di kening mu?"

Tanya Megan yang menunjuk pada sebuah luka yang di tutup perban putih kecil. Tak ayal hal itu berhasil membuat sang kakak salah tingkah.

"Ah bukan urusan mu.." sahut Lucas singkat.

Awalnya Megan mengangguk seolah mengeti tapi tiba-tiba.

"Ya ampun MEGAN ! APA YANG KAU LAKUKAN. LEPASKAN TANGAN MU DARI PERBAN ITU HEY!!" teriak Lucas. Tangannya terus memukul, menepis agar Megan tidak berhasil melakukannya.  Namun sayangnya terlambat Megan berhasil menarik perban tersebut.

"KONYOL!!" kejut Megan spontan

"Are you insane? apa yang sebenarnya terjadi?"

~~BERSAMBUNG'~~

VOMMENT JUSSEYO..

Ini part 3 udah beres, wah ada yang nyangka Lucas itu Vampire?

Yooo hooo

ayo comment dan sarannya dong. Biar akunya semangat yah readers yah.. readers baik deh..

Nih ada Ronald Oliver .. Especialle for you guys..

TUNGGU KELANJUTANNYA YA



Continue Reading

You'll Also Like

449K 4.7K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
236K 35.4K 64
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
468K 46.8K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
45.7K 3.2K 48
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...