Solbione

By SolbioneWriters

2.2K 234 260

Ini hanya kisah yang menceritakan tentang bagaimana 31 remaja yang memiliki sifat berbeda-beda dan di satukan... More

PROLOG
[About Nabila] : Cila / Cilok?
[About Diba] Loyal;)(relationship)
[About Ainun] : Perpustakaan berjalan
[About Fadli] : Truth or Dare?
[About Dwi]: Psycopath
[About Fauzi]: Gamers
[About Wina : Moody-an]
[About Dwinda] : Cewek barbar
Dibaca sayang
[About Inayah]: Isaac Newton Kw Super.
[About Fika] : Yes or No?
[About Rossi]: Si Tuan sok Tahu
[About Aqsha]: Dota 2
[About Tri]: Triplek
[About Farah] : The power of fangirl
[About Fikri]: si Gendut yang suka spam
Sepucuk Memori

[About Anni] : A-B-C-D

265 18 30
By SolbioneWriters

01. About Anni

Notes: Play the song on mulmed before read:)  Dan, sebagian scene di cerita ini menggunakan alur maju-mundur.

Happy Reading!

***
Senin.

"Aku Bagas Putra Andito." Anak laki-laki yang berusia 6 tahun itu memperkenalkan dirinya kepada anak perempuan yang ada dihadapannya.

Anak perempuan Itu menyeka air matanya sambil tersenyum samar. " Anni."

Bagas tersenyum ketika mendengar Anni memperkenalkan dirinya. Anak perempuan yang sangat ingin ia hampiri, Anak perempuan yang tadi menangis karena tidak ingin ditinggalkan oleh Mama nya.

Padahal, ini telah memasuki hari ketiga mereka bersekolah di taman kanak-kanak.

"Udah, jangan nangis lagi." Bujuk Bagas.

Anni membiarkan memori Itu terputar dikepala nya. Suasana hening seperti ini membuatnya kembali mengingat memori Itu.

Krik krik ...

Setelah mendapat informasi bahwa mereka akan freeclass selama dua jam kedepan, keheningan tercipta diantara siswa kelas 9a. Memang, hampir seluruh siswa 9a sedang mengerjakan tugas yang diberikan, meskipun sedang freeclass, mereka tidak bisa menikmati jam freeclass tersebut sepenuhnya, karena jumlah soal yang sedang mereka kerjakan tidak main-main.

40 soal pilihan ganda.

"Eh buset, nih tugas soalnya kayak segerombolan kura-kura." Sahut Dwinda memecah keheningan.

Adheline, atau yang akrab dipanggil Anne mengerutkan dahinya. "Segerombolan kura-kura?"

Dwinda meletakkan pulpennya di atas buku tulisnya, kemudian mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah boneka kura-kura yang berukuran sedang, "Segerombolan artinya banyak. Kura-kura jalannya lambat." Jeda, "Kalau dipikir-pikir, sama hal nya dengan soal yang sementara kita kerja ini, jumlahnya banyak, dan lambat selesainya."

Anni memukul dahinya, "Jenius emang dah."

Dwinda menunjukkan cengirannya, "Biasa, udah dari lahir jenius."

"Anni, Anni." Nabila menyikut lengan Anni, yang membuat Anni reflek menoleh ke arah Nabila yang duduk disampingnya. "Liat deh, itu bagas!" teriak Nabila sambil menunjuk ke arah luar kelas.

Anni mengikuti arah pandang Nabila, mendapati Bagas yang sedang terduduk di depan kelasnya sambil memegang sebuah gitar. Tunggu, ini kan jam pelajaran, lantas mengapa Bagas berada diluar kelas?

Freeclass juga mungkin ya? Batin Anni.

Tanpa Anni duga, Bagas melihat Anni hingga mereka saling bertatapan, lalu, dengan cepat, Bagas melemparkan satu senyuman kepada Anni. Sebuah senyuman yang memiliki berjuta arti.

Anni mengalihkan pandangannya, sambil memejamkan matanya.

Beberapa hari ini, Anni berusaha menjauhi Bagas. Untuk alasan tertentu, pastinya. Selain karena tidak ingin diejek oleh komunitas pendukung ABCD alias Anni Bagas Cinta Dudung. Jika ditanya siapa Dudung itu, Anni juga tidak bisa menjawab secara logis. Karena memang, kata 'Dudung' itu berasal dari dunia imajinasi teman-temannya yang tergabung di komunitas itu.

Sebenarnya sih, seluruh teman kelasnya tergabung dalam komunitas pendukung ABCD. Ini yang membuat Anni sedikit canggung ketika melihat ataupun disapa oleh Bagas, biasanya, Anni ingin membalas sapaan itu, namun teman-temannya yang sangat heboh ketika melihat Bagas, membuat Anni mengurungkan niatnya itu.

Anni bahkan harus berusaha terlihat biasa-biasa saja ketika melihat Bagas sekedar lewat di depan kelasnya, agar, teman-temannya tidak terus-menerus mengejeknya. Padahal, jauh didalam hati Anni, dia sangat senang bertemu dengan Bagas.

Lamunan Anni terhenti ketika mendengar satu suara nada dering ponsel dari seorang temannya.

"Sambala sambala bala sambalado. Terasa pedas, terasa panas."

Seketika, fokus siswa 9a yang sedang serius mengerjakan soal menjadi teralihkan karena suara nada dering yang cukup keras itu. Semuanya berusaha mencari sumber suara itu sambil bertanya-tanya.

Rossi menoleh ke arah teman-temannya. "Siapa tuh yang punya nada dering Sambalado?"

"Gue."

Pandangan seisi kelas tertuju kearah sudut kelas—tepatnya kearah Fikri—satu-satunya orang yang mengakui bahwa nada dering itu berasal dari ponselnya. Mereka sontak tertawa terbahak-bahak setelah mengetahui fakta tersebut.

"Jadi lo yang punya nada dering sambalado?" tanya Fadli sambil menatap sinis ke arah Fikri.

Fikri menaikkan alisnya, "Iya, emang kenapa?"

"Astaga," Fadli menggeleng-gelengkan kepalanya, "Kenapa lo baru bilang? Udah dari dulu gue pengen punya lagu itu, bagi woy, bagi!"

Fikri tidak membalas perkataan Fadli, dia malah mengambil ponselnya kemudian seperti sedang mengetik suatu pesan, setelah itu, barulah ia kembali mendongak. "Udah gue kirimin."

"Hah? Lo kirim lewat mana? Gue belum aktifin bluetooth nya." Fadli langsung memeriksa ponselnya.

Fikri memutar bola matanya mendengar perkataan Fadli. "Liat aja, rempong."

"Apa-apaan nih?" sahut Fadli sambil menatap Fikri. "Bukan ini yang gue minta!"

"Udah untung gue ngasih lo link nya." Jawab Fikri. "Download sendiri lah, enak aja main minta-minta."

Fadli geram dengan perkataan Fikri barusan, membuatnya menghela nafas dengan kasar.

Anni hanya diam, tidak ikut menanggapi kehebohan yang kembali terjadi di kelas mereka. Ia lebih memilih menegerjakan tugasnya dengan tenang, dan tentram.

Karena keributan kelas 9a, guru yang sedang mengajar di kelas sebelah menghampiri mereka. "Kenapa teriak-teriak?"

Hening.

Tidak ada yang berani mengeluarkan suara. Mereka semua benar-benar diam. Guru tersebut hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu berjalan keluar dari kelas 9a. Untung saja, mereka tidak sampai dimarahi.

Annisa menghela nafasnya pelan, "Nah, gue bilang juga apa," ucapnya sambil mengangkat ponselnya. "Kalau kalian mau debat, mending lewat LINE aja. Biar gak ribut kayak tadi."

Mereka semua langsung mengambil ponselnya dari dalam tas. Anni pengecualian, dia bahkan menaruh ponsel disampin tempat pensilnya yang berada di atas meja. Karena merasa penasaran terhadap apa yang dibahas oleh teman-temannya melalui grup chat, ia pun merahi ponsel nya dan membuka obrolan grup tersebut.

Diba: *sent a photo*

Anni menatap foto yang baru saja dikirim oleh Diba, sementara teman-temannya yang lain sedang memperhatikannya, foto itu. Didalam foto itu, ada Bagas Putra Andito, namun lebih sering Anni sapa dengan panggilan 'di' atau 'dit' yang berasal dari kata "Andito". Temannya sejak kecil, seseorang yang selalu menghiburnya. Dia sudah melihat foto itu terlebih dahulu, karena waktu itu, Bagas sendiri yang menunjukkan foto itu.

Dengan santainya, Bagas memperlihatkan foto itu terhadap Anni, tanpa memikirkan perasaan Anni. Anni tersenyum tipis kepada teman-temannya yang sedang menatapnya, setelah itu, ia kembali fokus pada layar ponsel.

Dinda: Anni, sabar ya.

Wina: Iya Anni, sabar ya.

PACAR NIALL: Bagas kok gitu sih?

Fadli invited Rendi, Arya, Miqdad, Tri to the group

Rendi joined the group.

Arya joined the group.

Miqdad joined the group.

Tri joined the group.

Rendi: Kita ini solidaritas, jadi join grup nya harus barengan.

Ainun: bercandanya jangan sekarang, Rendi.

Tri: Aku kembali.

Tri: bahas apa sih kawan-kawan?

Fika: Pacar Nial siapa sih?

Fikri: sent a sticker.

Amin: Anni kurang apa coba?

Fauzi : ...

Ika: BAGAS SELINGKUH?!

Adhelin: demi apapun gue gak terima.

Wahida: #RipGerakanABCD

Jenifer: #RipGerakanABCD (2)

Anni: i'm happy for that.

Putry: sabar anni:(

Lulu: duh, sabar ya anni:(

Inayah: kok lo seneng sih Anni?

Ika: PACAR NIALL itu Farah.

Dwi: Anni, masih banyak kok cowok diluar sana.

PACAR NIALL: dd emang pacar Niall y.

Miqdad: iya Anni, betul kata Dwi.

Miqdad: Anni kalau lo butuh apa-apa tanya gua aja.

Tri: Gak, gak, tanya gue aja, Ni.

Nabila: ekhem

Wina: asik, couple baru nih.

Annisa: Anni lebih cepet dapat gebetan dari pada wi-fi dirumah gue.

Arya: Ini lagi bahas apa?

Amin: Entah.

Tri: lagi bahas ke-galau-an Anni.

Amin: Alay lo.

Rossi: Alay lo (2)

Fadli: Alay lo (3)

Dwinda: Kutu simpanse diam saja.

PACAR NIALL: stop perebutin Barbara Palvin.

Fika: *muntah*

Fadli: *muntah*

Diba: *Muntah*

Salsa: *muntah*

Lulu: *muntah*

Egidia: *muntah*

Uchi: *muntah*

Aqsa: *muntah*

Arya: *mentah*

Arya: Ah, typo lagi.

Egidia: typo mulu lo elah.

Fauzi: Diba mana diba? Udah makan kan?

Arya: Itu yang pacaran do grup tenggelamkan

Arya: *di

Uchi: Jones mah bisa apa?

Ainun: kalian ini sungguh menajiskan.

Rendi: beri6 lo pada.

Wina: Rendi datang, bubar pemirsa, bubar.

"Yey istirahat!" Teriak Dinda.

Pandangan mereka teralihkan dari layar ponsel ketika bel istirahat telah berbunyi, satu-persatu siswa 9a beranjak dari tempat duduknya, lalu menuju kekantin. Namun, Anni memilih untuk tetap dikelas, setelah menerima pesan dari Bagas.

Bagas P Andito: gue pengen ngomong.

Anni: gue sibuk

Bagas P Andito: gue tau lo lagi menghindar.

Bagas P Andito: keluar dari kelas, gue di depan.

Anni menghela nafasnya, kemudian melangkahkan kakinya keluar dari kelas. Anni mendapati Bagas yang sedang bersandar pada tembok. Ketika merasakan Anni telah berada di sampingnya, Bagas menoleh.

"kenapa?" tanya Bagas langsung to the point.

"kenapa? Ya gapapa."jawab Anni dengan nada ketus.

Bagas melangkahkan kakinya menuju sebuah bangku yang ada di taman sekolah mereka. Bagas mengajak Anni untuk ikut duduk disampingnya. Dengan terpaksa, Anni menurutinya.

"Gue butuh banyak pertimbangan buat ngomongin ini sama lo." Kata Bagas.

Anni menaikkan alisnya. "Say it."

Bagas menghela nafasnya, mungkin ini saatnya menyampaikan sesuatu yang telah lama ia simpan di hatinya. Sesuatu yang mungkin timbul sejak mereka kecil dan sejak persahabatan mereka dimulai. Meskipun, waktu itu, Bagas belum mengerti terhadap perasaan yang ia rasakan, ia baru mengerti sekarang.

Butuh banyak keberanian untuk menyempaikan perasaan yang sebenarnya kepada Anni. Tetapi, Bagas tidak bisa menunda nya lebih lama lagi. Ia harus menyampaikannya sekarang.

"Gue pengen banget kita tetap jadi sahabat, meskipun gue nanti jauh dari lo." Ucapan Bagas membuat Anni mengernyitkan dahinya, bertanya-tanya dalam hati.

"Ha-ah? Apa dit?" Anni memanggilnya dengan sebutan 'dit' seperti biasanya.

Hening.

"Gue minta maaf," Bagas meraih sesuatu dari saku celananya, kemudian menyerahkannya kepada Anni. Sebuah tiket.

Anni diam.

Berusaha mencerna perkataan Bagas.

Apa maksud semua itu?

"Maksud lo? Apa ..." lirih Anni.

Bagas mengacak-acak rambutnya. "Anni," Bagas menatap Anni. "Gue bakalan pindah."

Mata Anni mulai berkaca-kaca. "lo bohong." kata Anni.

Bagas berdiri, Anni pun ikut berdiri. Bagas menggeleng-gelengkan kepalanya, dia tidak berbohong. Dia akan pindah ke London. Dan, perpindahannya, telah diurus.

"See you."

Bagas pergi dari hadapan Anni, dengan sejuta kesedihan yang Anni rasakan.

***
Sammy Simorangkir - Dia
***

—Farah & Putry

Continue Reading

You'll Also Like

5.1M 379K 53
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
668K 49.1K 31
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.7M 225K 68
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
618K 29.7K 46
selamat datang dilapak ceritaku. 🌻FOLLOW SEBELUM MEMBACA🌻 "Premannya udah pergi, sampai kapan mau gini terus?!" ujar Bintang pada gadis di hadapann...