Pangeran Es [End]

By anakumak

95.7K 3.4K 111

[Yoshil Area] = Icil/Idola Cilik Ini tetang kedatangan Ashilla ke kota baru. Mempertemukan dia dengan sepupu... More

Blurb
Prolog
Part 1
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Promo New Story
Part 17
Part 18
Bukan Update
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Epilog
Last and Thanks

Part 2

4.9K 198 4
By anakumak

Kantin sekolah telah dipenuhi hampir oleh seluruh siswa-siswi dari berbagai jenjang. Suara tawa bercampur brolan menambah bisingnya suasana kantin.

Kedua gadis itu memasuki kantin dan satu dari mereka menghampiri salah satu warung setelah berdiskusi sebentar dan satunya lagi mencari bangku kosong yang kiranya bisa mereka tempati.

Shilla mendekati meja kosong yang terletak di bagian pojok yang dapat leluasa melihat lapangan basket outdoor. Ia terdiam sambil melirik sekeliling, namun ketika sedang menikmati pemandangan yang terbilang baru baginya. Shilla dikagetkan oleh seorang cowok yang langsung mendapatkan pukulan keras di lengan orangnya.

Alvin terkekeh mengejek ketika Shilla yang meringis kesakitan setelah memukul lengannya.

"Rasain. Cewek lemah kayak lo sok-sokan mau mukul gue. Emang lo samsonwati apa?"

"Sialan lo! Udah ngagetin, sekarang malah ngeledek. Lo bisanya itu doang? Cuma bisa ngebuat gue kesal gitu?" dengkkus Shilla melipat ke dua tangan di depan dada lalu membuang muka ke arah lain.

"Alah, lo bisanya juga cuma ngambekan trus mukul-mukul gue," balas Alvin meniru gaya bicara Shilla.

"Sumpah! Lo cowok ternyebelin sejagat raya yang pernah gue temuin," ucap Shilla menunjuk Alvin dengan kesal.

Kepekaan Shilla terhadap lingkungan barunya masih belum terasah dengan baik, sehingga ia tidak menyadari bahwa hampir semua pengunjung kantin kini tengah menatap interaksi antar Shilla dan Alvin yang terbilang langka. Bagaimana tidak, Alvin tengah tertawa bersama seorang gadis, selama ini semuanya tahu bahwa Alvin tidak pernah tertawa dengan siapa pun kecuali sahabat-sahabatnya.

Hal itu membuat beberapa dari mereka menatap iri, kesal, senang dan juga bingung, ada juga yang menatap tidak peduli. Kini berbagai pertanyaan timbul di kepala mereka masing-masing.

Siapa cewek itu? Apa hubungannya dengan Alvin? Apa dia kekasihnya Alvin? Atau berbagai pertanyaan membingungkan lainnya.

"Dan lo ... cewek tergalak dan terngambekan yang gue temuin," balas Alvin tidak mau kalah.

"Apaan! Enak aja. Siapa yang galak, ambekan coba?" tanya Shilla melotot geram.

Alvin tersenyum geli melihat Shilla kesal karenanya dan Alvin mengakui ia menikmati perdebatan yang baru saja mereka lakukan. Melihat Shilla yang cemberut membuat Alvin tidak tahan lagi untuk tidak mencubit pipi gadis di depannya itu.

"Lo ceweknya," ujar Alvin mencubit ke dua pipi Shilla dan menghiraukan gadis itu yang meringis kesakitan sambil memukul pergelangan tangannya.

"Gila lo, Vin. Sakit bege!" kata Shilla sambil memukul tangan Alvin yang masih bertengger di pipinya.

"Apa? Gue nggak denger apa yang lo bilang. Kurang jelas. Lo nggak bisa bicara apa? Apa mau gue ajarin?" goda Alvin sambil mengedipkan sebelah matanya di akhir kalimat.

Shilla menatap sebal sedangkan Alvin tersenyum penuh kebahagiaan tanpa rasa bersalah sedikit pun. Justru lagi-lagi Alvin menikmati ekpresi kesal Shilla yang terlihat begitu menggemaskan.

"Ngimpi lo!" Shilla langsung menoyor Alvin yang membuat cowok itu berdecak kesal.

¶Yoshil¶

Sivia yang semenjak tadi sibuk mengantri somay Bang Andi, akhirnya menghela napas lega ketika pesanannya telah ada di genggamannya. Ia melangkah cepat menghampiri Shilla yang sudah menunggu sejak tadi, namun saat jarak mereka tinggal beberapa langkah, ia refleks berhenti dan mengernyit herang ketika melihat Shilla dan Alvin tengah tertawa bersama.

"Loh, Shil. Kamu kenal Alvin?" tanyanya bingung menghampiri ke duanya.

Mendengar suara cempreng itu, spontan membuat Shilla dan Alvin menoleh dan mendapati Via berdiri di depan mereka dengan tatapan bingung.

Shilla menggaruk kepalanya dengan kaki yang menyenggol kaki Alvin di bawah sana. Alvin menoleh dengan alis terangkat, yang langsung di balas delikan mata oleh Shilla, sedangkan Via masih menatap mereka dengan tatapan meminta jawaban.

"Heh, jawab cigaso. Gue nggak tau mau jawab apa," bisik Shilla dengan mata menatap Via sambil sesekali tersenyum paksa.

"Lah, ngapain gue? Dia temen lo," balas Alvin.

"Gue masih nggak tau mau jawab apa, cigaso. Kan, lo yang bilang jangan ngebongkar hubungan kita."

"Ya udah. Bilang aja, lo bekerja di rumah gue."

Shilla mengerjap mendengar bisikan itu. Seketika jari lentik Shilla mendarat di kepala Alvin tanpa dosa.

"Somplak, ae lo," kata Shilla dengan nada normal.

"Shil?" tanya Via menyadarkan Shilla tentang keberadaannya.

"Eh, duduk Vi." Shilla menyuruh Via duduk di depannya yang langsung di turuti oleh gadis itu sambil meletakkan mangkok siomay pesanan mereka. "Makasih, Vi."

Via mengangguk. "Jadi, kenapa bisa lo kenal Alvin?" tanya Via lagi, to the point.

"Sil, gue pergi ya," kata Alvin berdiri dengan gaya cool-nya meninggalkan Shilla yang ternganga menatap kepergiannya.

Cigaso sialan! Dia pergi seenaknya aja gitu. Ninggalin gue yang kebingungan nyari alasan karena permintaannya kemaren. Somplak. Gue sumpahin lo ketemu gajah genit.

Shilla cengengesan melihat Via yang terus menatapnya meminta jawaban. Ia sungguh gugup di tatap seperti itu. "Em ... gini ... tadi pagi ...." Shilla menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.

"Tadi pagi apa?" tanya Via menatap Shilla tidak sabar.

"Tadi pagi ... kita nggak sengaja ketemu di koridor. Terus karena aku bingung nggak tau ruang kepala sekolah, makanya nanya sama dia yang sedang lewat. Gitu ...." kata Shilla diakhiri helaan napas lega saat melihat Via mengangguk percaya.

"Alvin baik ya," ujar Via tersenyum lebar.

Membuat Shilla mengerutkan keningnya sesaat lalu ikut tersenyum dengan anggukan kecil. "Iya."

Di tengah keasikan menikmati semangkok siomay yang menggiurkan, tiba-tiba kantin yang awalnya tidak terlalu ribut dalam hitungan detik kembali di sulap menjadi pasar.

Semua mata kini mengarah ke arah pintu kantin, menampakkan tiga sosok pemuda tampan. Ada yang kagum, kesal dan juga bingung seperti Shilla sat ini. Ia binggung kenapa hampir seluruh kaum perempuan tiba-tiba tersenyum tidak jelas dan berteriak histeris. Seakan-akan Justin Bieber yang datang, ah, padahal cuma anak biasa.

"Eh, itu pada kenapa?" tanya Shilla mencolek tangan Via yang sibuk dengan makanannya.

"Oh, itu," Mengangkat kepalanya dan menatap Shilla tanpa berniat membalikkan badannya. "Palingan rombongan Alvin masuk kantin," lanjutnya mengendikkan bahu dan kembali makan.

"Alvin? Emang mereka siapa, sih? Sampe-sampe seluruh perempuan di sini pada ngeliatin dan berteriak nggak jelas gitu, bikin sakit telinga aja," sungut shilla kesal.

"Karena lo anak baru, pastinya belum kenal mereka, tapi, satu yang harus lo tau. Mereka idola sekolah ini. Biasa dipanggil Raci. Termasuk Alvin yang tadi bareng lo itu."

Shilla manggut-manggut sambil melirik rombongan yang kini duduk dua meja dari posisi mereka.

"Alvin nggak ada di situ," kata Shilla menatap satu persatu cowok-cowok itu.

Via meletakkan sendok lalu meneguk jus kemudian memutar badan melihat ke arah rombongan yang kini menjadi titik fokus perhatian semua siswi di kantin.

"Mungkin karena tadi dia dari sini, makanya nggak ikut," sahut Via di akhiri helaan napas panjang.

"Lah, kamu kenapa?" tanya Shilla bingung melihat Via tiba-tiba lesu.

"Nggak papa." lalu kembali meminum jusnya.

¶Yoshil¶

Shilla berjalan dengan tatapan kosong, membiarkan ransel merahnya bergelantung manis di punggung sempitnya. Semenjak dari kantin tadi, ia sibuk dengan pikirannya yang berkeliaran entah kemana. Ia tidak tahu pasti apa alasan Alvin ingin menutupi hubungan mereka dari semua murid. Padahal kalau pun ada yang tahu, tidak akan terjadi apa-apa, pikirnya.

Shilla berdecak. Kenapa tadi Alvin menghampirinya di kantin, jika cowok itu tidak ingin ada satu pun yang tahu hubungan mereka? Bukankah yang seperti itu, membuat orang-orang bertanya-tanya? Apa Alvin tidak mempersalahkan jika semua murid tabu kalau mereka saling kenal? Lalu ceritanya, yang di permasalahan di sini hubungannya? Apa yang salah dengan kata 'sepupu?'

Shilla menggeleng. "Pusing sendiri aku."

On flashback.

Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka ketika Shilla tengah tidur-tiduran di kursi sofa kamarnya dan menampakkan seorang pemuda yang berjalan mendekat. Ia mengernyit lalu duduk dan mendongak pada Alvin yang berdiri di depannya. "Apa?"

Alvin menatap Shilla sekilas lalu menoleh ke arah lain selain pada gadis di depannya itu. "Ada syarat yang harus lo penuhi," ujarnya tiba-tiba.

Shilla tidak mengerti maksud dari ucapan pemuda itu, membuat ia semakin mengerutkan kening. "Lo kira gue mau ngelamar pekerjaan pake syarat-syarat segala."


"Aish. Lo bisa diam dulu nggak? Dengerin gue ngomong."

"Lagian lo, pake ngasih syarat-syarat segala. Ogah. Males gue ngikutin syarat yang lo maksud. Nggak ada untungnya."

"Pokoknya lo harus menuhin syarat itu. Gue nggak mau tau."

"Dan gue juga nggak ingin tau," balas Shilla keukeuh.

"Lo keras kepala ya. Pokoknya lo harus pura-pura nggak kenal gue di sekolah."

"Maksudnya?"

Alvin menatap tajam gadis di depannya."Lo bodoh ternyata."

Shilla memutar bola matanya malas."Maksud gue, kenapa harus pura-pura nggak kenal?"

"Lakuin aja. Nggak usah cerewet. Ngerti."

Off.

"Gimana kalau mereka tau, Alvin itu sepupu aku?" gumamnya dalam hati.

"Woi Shil, kenapa? Bengong mulu dari tadi. Ngelamunin apa, sih?" tanya Sivia merangkul pundak Shilla.

"Kamu Vi bikin kaget aja. Pake teriak di telinga lagi. Mau ngebuat aku budek?" rutuk Shilla kesal.

"Haha, sori Shil. Habisnya lo juga di panggilin dari tadi nggak nyaut -nyaut. Ya udah, dari pada lo kesambet mending gue teriakin aja."

¶Yoshil¶

"Capek banget. Biasanya aku pulang jam dua sekarang malah jam empat," desis Shilla merebahkan tubuhnya ke spring bed berukuran king size miliknya.

"Woi, lo ngapain?" tanya seseorang yang menyelonong masuk lalu langsung nimbrung ke atas tempat tidurnya. Membuat matanya seketika terbuka dan menatap kesal ke sang empu suara.

"Lo ganggu gue aja, deh. Gue capek pengen tidur dan lo ... keluar dari kamar gue," usir Shilla mendorong pungung Alvin.

"Gue nggak mau."

"Ya, lo harus mau!"

"Nggak!" Alvin bersi keukeuh menahan dirinya agar tidak tergeser oleh Shilla.

"Cigaso, gue beneran capek. Plis."

"Enggak! Sebelum lo juga keluar."

"Gue malas keluar." Shilla kembali merebahkan tubuhnya menghiraukan Alvin yang memunggunginya lalu memejamkan mata.

"Bokap, nyokap lo di bawa," ujar Alvin saat Shilla tidak terlalu menanggapinya lagi kemudian berlalu pergi.

Shilla yang mendengar itu secepatnya membuka mata selebar mungkin lalu melihat punggung Alvin yang hampir menghilang di balik pintu dan meloncat dari kasur sebelum mengejar Alvin yang telah dulu menemui kedua orang tuanya.

"Tungguin gue!"

¶Yoshil¶

©2015 - 2021

11 Oct 16

Salam
Au

Continue Reading

You'll Also Like

49.5K 4.1K 20
✎┊ ❲ 𝐒𝐔𝐃𝐀𝐇 𝐒𝐄𝐋𝐄𝐒𝐀𝐈 ❳ ╰──> Bercerita tentang Park Haerim yang terlambat berangkat ke sekolah dan berusaha masuk melalui pagar belakang sek...
5K 345 8
"Kamu agan kan? Yang punya burung besar? kebetulan anya suka burung apalagi yang besar, kapan-kapan ajak anya liat burung agan ya" tunjuk anya denga...
103K 8.7K 84
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
Qoutes By SehunCadel

Teen Fiction

804K 14.5K 89
Since 2017 Kumpulan-kumpulan qoutes dari berbagai sumber serta dari penulis sendiri. . . . "Cinta yang tulus gak butuh alasan apapun untuk jatuh cin...