Part 8

3K 130 0
                                    

Shilla mengutuk dirinya akibat terlambat datang di hari pertama masuk sekolah setelah kemaren libur. Saat ini pintu gerbang terlah tertutup rapat oleh satpam penjaga. Ia kembali merutuk dalam hati, karena jika bukan ban mobilnya bocor, Shilla tidak akan mengalami ini dan bermohon ke pada penjaga berkumis tebal itu agar di izinkan masuk.

Bodo amat dengan hukum yang akan ia terima nantinya jika ketahuan oleh guru BK atau yang sedang tugas piket. Shilla tidak peduli itu yang penting ia tidak bolos sekolah.

"Aduh, Pak izinin saya masuk dong. Janji nggak bakalan ngulanginya lagi," ulang Shilla entah untuk keberapa kali.

"Neng, Bapak nggak bisa. Ini udah peraturan sekolah, kalau Neng mau masuk, makanya cepat datang. Jangan telat," jawab Pak satpam, juga untuk kesekian kali.

"Tapi Pak, saya 'kan cuma telat lima menit dan juga udah bilang alasannya. Kalau aja ban mobil saya nggak bocor, saya nggak akan telat kok, Pak. Plis, ya, izinin masuk." Shilla keukeuh pada ucapannya.

"Tapi, Neng. Bapak nggak bis--"

Tiba-tiba sebuah motor berhenti di belakang Shilla dan membunyikan klaksonnya nyaring membuat perdebatan ala negosiasi itu berhenti. Shilla tersentak kaget kemudian berbalik menatap heran pengemudi yang masih menutup wajah dengan helm full-fice miliknya.

Shilla semakin menganga saat satpam membuka kunci gerbang dan membukanya. Shilla mengerjap mendengar satpam itu menyuruh pengemudi motor tersebut masuk.

Rio?

Gumam Shilla tidak percaya saat melihat Rio membuka helmnya.

"Dia kenapa?" tanya Rio pada satpam tanpa melirik Shilla membuat gadis itu berdecak kesal.

"Telat, Den. Silakan masuk, Den."

Shilla kembali mengerjap, tidak percaya apa yang ada di depannya. Sejak tadi ia telah bermohon-mohon untuk dibukakan gerbang, satpam itu malah bersantai dengan korannya sampai Shilla menguncang gerbang baru satpam berkumis tebal itu datang menghampirinya. Bersi-keukeuh dengan pendirian untuk tetap tidak membukakan gerbang untuknya.

Sementara Rio? Tanpa melakukan semua itu, malah dibukakan gerbang. Lebar pula. Ah, Shilla ingat, Rio anak pemilik sekolah ini. Pantasan.

Itu tidak bisa terjadi.

Shilla memberanikan diri untuk mengendap-endap melewati satpam yang kini memunggunginya karena tengah berbicara dengan Rio. Namun, langkahnya terhenti tepat di dekat gerbang saat Rio menegurnya, membuat satpam tadi menghampiri lalu memegang tangannya.

"Wah, Neng. Mau berbuat curang ya, itu nggak boleh, Neng."

Shilla menghela napas sambil melirik Rio yang menatapnya datar. Shilla mendengkus kembali memfokuskan perhatiannya pada satpam yang kini masih memegang tangannya.

"Pak, saya mohon. Izinin saya masuk ya," ujar Shilla memasang wajah yang super memelas.

Berharap kalau lawan bicaranya itu tiba-tiba meluluhkan hati dan mengizinkannya masuk.

"Maaf nggak bisa, Neng."

Bersamaan dengan itu, Rio menghidupkan kembali motornya dan berancang-ancang untuk melewati mereka.

Pangeran Es [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang