Part 4

2.6K 65 0
                                    

Shilla melangkah sendirian di sepanjang koridor sekolah seraya di iringi lantunan lagu dari suara indah miliknya. Senyuman merekah ia berikan ke setiap orang yang di temui sepanjang koridor.

Shilla yang kini tengah melangkah menuju perpustakaan sekolah seketika terjatuh di pertikungan koridor. Raut wajah cerah miliknya tiba-tiba berubah menjadi kesal saat seorang cowok menatapnya tajam dengan rahang mengeras.

"Lo," Tunjuknya pada Shilla yang sedang menunduk. "Jalan pake mata bodoh!" Shilla terkesiap lalu mendongak. Mencoba menatap mata yang kini memandangnya tajam.

"Aku ... maaf," cicitnya seakan tenggorokan di sumbat dengan benda bulat lalu di paksa melewatinya. Pemuda itu pergi tanpa mengindahkan permintaan maaf Shilla. Hanya kata itu yang bisa ia ucapkan. Jika diingat, kenapa dia yang minta maaf? Ini bukan salahnya, tapi cowok itu!

Sebelum Shilla kembali melanjutkan langkah, ia melihat sebuket bunga dan cokelat tergeletak tidak jauh darinya. Shilla menoleh ke arah punggung lelaki yang kini melangkah menjauh darinya. Cowok itu ... Dia siapa? Sepertinya nggak asing, pikir Shilla kemudian mengangkat bahu dan memilih untuk kembali ke kelas. Mood untuk pergi ke perpustakaan sudah rusak oleh cowok aneh yang sayangnya terasa familiar.

¶Yoshil¶

"Shilla mana, Vi?" tanya Ify yang duduk di depannya.

"Tadi katanya ke perpus, tapi kok belum balik, ya?" kata Via.

"Susul aja, yuk. Mana tau tu anak nyasar lagi," ujar gadis Acha.

"Ya udah, yuk."

Ketika mereka beranjak dari duduk, Shilla melangkah masuk dengan wajah yang pucat dan langsung duduk di samping gadis yang memakai bando bewarna merah muda.

"Loh, Shill, baru aja kita mau nyamperin, lo udah di sini. Panjang umur," ujar Ify.

Shilla hanya diam sambil duduk di kursi. Muka pucat kentara sekali di wajahnya. Entah kenapa, tiba-tiba ia merasa tidak enak badan dan jantung berdetak kencang saat melihat cowok itu menatap tajam dan membentaknya tadi. Ia bisa dikatakan ketakutan saat ini.

"Shill lo kenapa? Sakit?" tanya Via yang duduk di sampingnya seraya memegang kening Shilla.

"Hah? Eh, nggak Vi. Aku nggak sakit, kok," balasnya.

"Yakin, wajah lo pucat banget Shill," kata Acha kini duduk menghadap ke arahnya.

"Yakin. Aku baik-baik aja. Kalian nggak usah khawatir," ujar Shilla meyakinkan teman-temannya.

"Bener ya, Shill kalau lo sakit mendingan lo ke UKS aja, biar gue antar."

"Gak usah Fy, aku gak papa," balasnya tersenyum.

¶Yoshil¶

"Shilla lo pulang naik apa?"

Shilla menoleh ke arah gadis berpipi tirus yang berada di sebelahnya.

"Aku di jemput supir Fy, tapi kayaknya belum datang. Kamu?"

"Gue mah, bareng Neng Pia 'kan kita searah," balas Ify menaik turunkan alisnya.

"Iye, enak banget lo nebeng mulu," timpal Via yang baru menghampiri mereka.

"Yah, Via lo nggak ikhlas gue tebengin? Sesekali juga." dengkus Ify cemberut.

"Ify, gue sebenarnya ikhlas-ikhlas aja, tapi ngeliat lo gini males banget. Bayangin Fy, gue harus nungguin lo berjam-jam baru berangkat, berasa supir aja gue," cerocos Via kesal.

"Haha. Makanya Fy, jangan lelet dong," kata Acha setelah bisa meredakan tawanya sedangkan Ify semakin memajukan bibirnya dan Shilla hanya menggeleng kepala melihat tingkah ke tiga teman barunya.

Pangeran Es [End]Where stories live. Discover now