OBSESSION

By slay-v

99.7K 10.2K 6K

Bethany Chance dan Aimee Parker. Mereka gadis berusia 17 tahun yang sekilas terlihat seperti remaja pada umum... More

OBSESSION
CAST
Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 30 (2)
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 36 (2)
Chapter 37
Chapter 37 (2)
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Epilog
Author's Notes
Random Part
Bonus Chapter: Through The Dark
Bonus Chapter: After
Bonus Chapter
Bonus Chapter: Tough Guys

Chapter 34 (2)

1K 157 53
By slay-v

Aimee baru saja selesai membersihkan tubuhnya. Ia keluar dari kamar mandi dengan keadaan berbalut handuk. Rambutnya yang Ia kuncir asal selama Ia mandi tadi, kini tergerai rapi menutupi punggung. Ia menyisir rambutnya dengan jari saat kakinya melangkah menuju kalender yang tergantung di dinding.

Sekarang tanggal 21 Mei, Ia bergumam di dalam hatinya. Dua hari sampai konser diadakan ... dan mungkin hari itu riwayatku akan tamat.

Namun gadis batinnya bereaksi cepat atas fikirannya yang frontal. Ia menolak mentah-mentah atas itu.

Tidak. Kau akan tetap hidup sampai misi ini selesai! Gadis batinnya bersedekap sambil memandanginya dengan geram.

Aimee mengabaikan fikirannya yang mulai campur aduk. Berhubung hari sudah menjelang malam dan besok adalah tanggal 22, maka Ia mencoret tanggal 21 di kalender dengan spidol.

Lalu pandangannya beralih ke empat lembar foto yang ditempel di samping kalender. Foto pertama adalah fotonya bersama Greyson dan Beth saling berpelukan, foto kedua adalah fotonya bersama Beth dan foto ketiga adalah foto Olivia. Sedangkan foto terakhir, foto Greyson bersama Beth saat usia mereka masih 15 tahun.

Merasakan suasana hatinya yang mulai memburuk, Aimee menjauh dari dinding tersebut. Ia berjalan menuju lemari, mengenakan pakaiannya. Pandangannya terkunci ke dompet milik Olivia yang tergeletak di atas meja bersamaan berlembar-lembar surat dari sahabatnya itu.

Selesainya berpakaian, Aimee meraih salah satu surat disana, lalu duduk di salah satu sisi kasur. Senyumannya menjadi pilu ketika membaca surat ini lagi—entah untuk keberapa kalinya.

Dear Aimee,

Kuharap kau membuka surat ini setelah kau membaca surat pertamaku. Karena disini, aku ingin memperjelas semuanya.

Aku merasa agak menyesal ketika aku membuka link yang kudapat melalui DM. Link itu mengantarku ke sebuah e-mail, dimana seseorang berinsial A.P berencana untuk membunuh Zayn, Liam, Niall, Louis dan Harry. Aku mendapatkan link ini dari Cynthia, kau tahu dia? Teman internet kita yang berasal dari Singapura? Dia mengirimkanku link ini tanggal 25, hanya berselang dua menit setelah berita bahwa Zayn meninggalkan band tersebar. Aku sedang membaca seisi e-mail itu, hingga laptopku dibajak secara tiba-tiba oleh seseorang. Ia memberikanku ancaman kalau aku membeberkan e-mail itu kepada orang lain, aku akan dibunuh.

Namun tentu, aku tidak dapat membiarkan the lads terbunuh, bukan? Maka, aku nekat mengabaikan ancamannya. Aku berniat memberitahu tentang hal ini kepadamu dan Beth. Tetapi aku cemas kalau sebelum aku sempat memberitahu kalian, aku akan mati. Aku takut kalau ancaman itu sungguh-sungguh.

Jadi jika kau membaca ini, berarti aku sudah mati dibunuh oleh mereka.

Maka aku meminta bantuanmu. Aku tahu ini berat, aku akan paham jika kau menolaknya. Tetapi aku ingin kau untuk pergi ke London dan—

"PRANG!"

Aimee langsung melipat kembali surat tersebut dan menjatuhkannya begitu saja ke atas kasur. Ia bergegas keluar kamar. Yang Ia lihat sekarang adalah Zayn yang berdiri di depan jendela yang tirainya telah bergeser. Sebagian kacanya pecah hingga udara malam yang dingin berhembus masuk ke dalam rumah.

"What the hell?!" Aimee menjerit. Ia kontan berlari mendekati Zayn, dan menarik lelaki itu untuk menjauh dari jendela. "Apa yang kau lakukan?! Menjauh dari jendela!"

"Tidak!" Zayn menoleh kepada Aimee, memelototi gadis itu dengan penuh kemarahan. "Aku sudah satu bulan lebih berada disini tanpa melakukan apapun selain mendengar kabar buruk yang sahabat-sahabatku alami, dan aku muak atas itu! Aku akan pergi dari sini!"

"Kau tidak tahu apa yang akan terjadi jika kau keluar dari rumah ini!" Aimee menarik bagian belakang kaus Zayn. Ia harus melakukannya dengan susah payah karena kini, setengah badan lelaki itu sudah berada diluar jendela. "ZAYN! MASUK!"

"TIDAK MAU!"

Sebenarnya, ini kali ketiga Zayn mencoba kabur setelah sebulan lebih Ia mendekam disini tanpa melakukan apapun. Percobaan pertama ketika Zayn mengambil pisau dari dapur, menyembunyikannya di balik celananya. Ia menggunakan benda itu untuk memotong jeruji di jendela kamarnya. Namun tindakannya sia-sia, karena benda itu malah potong (dan suara gesekan pisau dengan jeruji terdengar hingga keluar kamar, yang tentu saja menarik perhatian Aimee). Kali kedua dan ketiga pun tidak berjalan sukses. Aimee selalu memergokinya, lalu pada akhirnya Ia memberikan Zayn hukuman berupa tidak mendapatkan makan malam selama dua hari.

Dan Aimee sebenarnya mulai lelah karena terus berpura-pura, menyembunyikan kenyataan dari Zayn. Ia ingin memberitahu Zayn tentang alasan sebenarnya dia melakukan ini. Namun keadaan mencegahnya melakukan itu. Setiap dia ingin berbicara, Zayn sudah menyelanya duluan. Mengomel dan marah padanya atas "tindakannya" yang melukai sahabat-sahabatnya. Dan kalaupun Aimee mengatakan alasan sebenarnya sejak hari pertama Ia menculik Zayn, Ia tahu Zayn tidak akan mempercayainya.

Aimee tak lebih dari seorang fans. Statusnya itu memberatkan dirinya untuk mengatakan kebenaran kepada Zayn.

"CUKUP!" Aimee menjerit frustasi. Ia memegang pinggang Zayn dan menyerahkan seluruh kekuatannya hingga Ia berhasil menjauhi Zayn dari jendela. "Kalau kau melangkah sekali saja keluar dari rumah, mereka akan mengetahui keberadaan kita! Dan kau tahu apa selanjutnya? Bukan hanya aku saja yang mati—namun kau juga!"

"What?" Zayn tidak berteriak. Nafasnya agak tersengal karena pergulatan singkat antara dirinya, Aimee dan jendela beberapa saat yang lalu. "Ucapanmu tak masuk akal! Satu-satunya orang yang akan membunuhku adalah kau!"

Aimee melongo. Ia menggelengkan kepalanya secara dramatis, lalu berjalan gusar menuju kamar. "You know what? I'm done. Just do whatever you want!"

"Apa maksudmu "I'm done"?! Kau ini benar-benar membingungkan!" Zayn mengejar Aimee, lalu menarik tangan gadis itu sebelum berhasil masuk ke dalam kamar. Namun Aimee memberontak. Zayn pun terpaksa mendorongnya ke dinding, lalu berdiri di depannya untuk mencegahnya kabur. "Kau adalah seseorang yang menculikku dan mencelakai teman-temanku. Kau yang bilang sendiri kalau anak buahmu lah yang mencoba membunuh mereka, dan sekarang kau bilang mereka akan menemukan lokasi kita berdua dan selanjutnya kita akan terbunuh?! Kenapa mereka melakukan itu jika kalian bersekutu?! Apa maksud semua itu?!"

"Kau sungguh bodoh! Seharusnya aku menyadari ini sejak awal!"

"KATAKAN PADAKU SEKARANG!"

Aimee geram. Ia kehilangan kesabarannya dan pertahanan dirinya. Pada akhirnya, Ia berteriak. Mengatakan sesuatu yang menyebabkan Zayn semakin berang.

"AKU MENCOBA MENYELAMATKANMU!"

"That's bullshit!" Zayn membentak tepat di depan wajah Aimee. Aimee menunduk karena ketakutan atas respon Zayn. "Kau menyelamatkanku?! Kalau kau menyelamatkanku, kenapa kau menculikku?! Kenapa kau mencoba membunuh teman-temanku serta kedua sahabatmu itu?! Katakan padaku!"

Aimee mendorong dada Zayn sekuat tenaga hingga lelaki itu terdorong ke belakang. Zayn pun berhasil menumpu tubuhnya ke meja makan hingga Ia tidak tersungkur jatuh. Ia memandangi Aimee marah. Di sisi lain, gadis itu bimbang. Batinnya masih merasa ragu untuk mengatakan kebenaran.

Sebuah kebenaran yang dapat membuat siapapun tidak percaya untuk mendengarnya.

"Kumohon," Zayn berkata dengan lemah. "Hentikan ini semua dan katakan padaku mengapa kau menculikku."

Semula Aimee berniat untuk terus menutup mulutnya, sama seperti tekadnya sejak satu setengah bulan yang lalu.

Namun Ia tidak mampu lagi untuk merahasiakannya lebih lama. Ia lelah dan frustasi karena terus menyembunyikan kenyataan dari Zayn.

Jadi, Ia memutuskan untuk membeberkan semua rahasianya sekarang.

Dan Ia tahu, begitu Ia mengatakan semua kebenaran yang terjadi, Zayn akan semakin marah padanya.

***

Picspam Part 1

Masih ada penjelasan lainnya kok di 2 chapter selanjutnya. Gue sengaja bikin penjelasannya setengah-setengah biar kalian penasaran *peace*

Continue Reading

You'll Also Like

100K 9.1K 26
Kata mama tiap gadis pasti memiliki seorang pangeran yang akan menemaninya nanti. Kata mama kalau aku telah menemukan pangeran itu, aku harus mengeja...
49K 2.4K 23
Niran cewek problematik yang hobi bikin onar di sekolah tiba-tiba dijodohkan dengan CEO muda kaya raya yang lemah lembut dan penyayang. Apa jadinya? ...
1M 84.1K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
764K 2.3K 4
Gisell selalu berharap semoga hidupnya berubah saat ia memasuki fase kuliah meskipun masuk universitas yang sama dengan Sean sahabatnya sejak SD itu...