A Typical (Not Typical) Love...

By Greedybees

5.9K 631 128

Kau pernah mencintai seorang perempuan? Kau pernah punya seorang sahabat perempuan? Apa yang terjadi jika kau... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Special Drabble!
Chapter 9
Chapter 10
New Fanfiction!
Chapter 11

Chapter 3

369 52 5
By Greedybees


Namjoo berjalan menyusuri lorong sekolah. Ini masih jam setengah 7 pagi, dan dia sudah di sekolah. Sebenarnya, Namjoo bukan morning person- tapi, ini semua karena Ayahnya yang pagi-pagi sekali berangkat ke kantor dan mau tidak mau Namjoo harus bangun pagi dan berangkat bersama Ayahnya.

Mood Namjoo benar-benar tidak sedang bagus hari ini. Bukan, ini bukan karena Ayahnya atau karena Ibunya yang lupa menyiapkan sarapan untuknya. Langit dan bumi mungkin sudah tahu siapa yang membuat mood Namjoo jelek, siapa lagi kalau bukan Yook Sungjae?

Semalam ini, Namjoo terus memikirkan lelaki itu. Namjoo juga tidak tahu kenapa lelaki itu mulai sering muncul dalam pikirannya, padahal dulu tidak begini. Sungjae sudah masuk di list lelaki yang tidak akan pernah Namjoo sukai atau dijadikan pacar- Jadi, Namjoo kira ia aman-aman saja bersahabat dengan Sungjae. Sungjae itu idiot, bodoh, berantakkan, tidak romantis, dan tidak punya bakat melawak. Mustahil Namjoo menyukai lelaki seperti itu- ia punya standar yang tinggi.

Namjoo meniup poni rambutnya yang acak-acakkan saat ia sampai di ambang pintu ruang kelasnya. Ia mendorong pintu berwarna abu-abu itu perlahan, dan mengintip keadaan di dalam kelas. Sunyi dan sepi. Di dalam sana hanya ada Wendy si jenius yang duduk di bangku paling depan dan sedang membaca buku super tebal dengan bahasa yang beratnya selangit. Namjoo mendengus pelan, ia menutup kembali pintu itu dan kembali melanjutkan langkahnya- entahlah, ia bingung dan kesepian.

Semoga saja Sungjae cepat datang.

***

Ini adalah hari terbaik sepanjang masa. Mengobrol dengan Sooyoung adalah impiannya sejak 3 hari yang lalu dan sudah terwujud dengan mudah hari ini. Kalau Sungjae punya kekuatan super, maka ia ingin punya kekuatan yang berhubungan dengan waktu. Ia ingin memperlambat waktu agar bisa berlama-lama dengan Sooyoung. Tapi, sebentar lagi jam 7 dan mereka harus sudah sampai di sekolah jam 7 kurang 10 menit.

"Hari ini aku ada ulangan sejarah," Sooyoung mengangkat tangan kanannya dan kedua mata besarnya tertuju pada jam tangan mungil yang melingkar di pergelangan tangannya. "Sudah jam 7 kurang 5 menit." Suara Sooyoung bergetar- gadis itu panik. Sungjae tidak berkutik dan malah tersenyum. Sooyoung terlihat gemas saat panik membuat tangan Sungjae gatal ingin mencubit pipi berwarna kemerahan itu.

"Kau lucu." Bodoh. Satu kata yang terlintas di otak Sungjae adalah bodoh. Bagaimana bisa ia melontarkan kalimat seperti itu kepada Sooyoung yang baru saja mengenal dan dikenalnya pagi ini? ia benar-benar sudah lancang dan ia layak mendapat hukuman apapun.

Mungkin, setelah ini Sooyoung akan menjauhinya.

Benar saja, Sooyoung terlihat kaget dan salah tingkah. Gadis itu berusaha mati-matian menyembunyikan kedua pipinya yang semakin merah dengan rambutnya yang hanya sebatas bahu. Sungjae semakin gemas tetapi sekaligus merasa bersalah- karena Sooyoung mulai melangkah mundur dan menjauh darinya.

"Maaf, aku lancang tadi." Sungjae mengakui kesalahannya. Sungjae itu lelaki yang baik dan ia akan mudah mengakui apa kesalahan yang telah ia perbuat- setidaknya, itulah yang Ayahnya ajarkan sejak kecil.

Sooyoung terlihat berpikir, namun setelahnya gadis itu mengangguk pelan. Sungjae tak dapat menahan senyumnya lagi- ia suka lihat Sooyoung yang kebingungan seperti ini. Ah, indahnya jatuh cinta.

"Astaga!!" Sooyoung menepuk dahinya kemudian mencengkram pergelangan tangan Sungjae dan menarik lelaki itu paksa dengan langkah cepat-cepat. "H-hey, jangan cepat-cepat-" Sungjae kelabakan melihat tingkah Sooyoung yang sedang menariknya tanpa memperdulikan tangan Sungjae yang mulai terasa nyeri karena cengkramannya.

"Kita sudah telat, jangan protes."

Wow, bidadari yang galak.

***

Benar saja. Sooyoung dan Sungjae sudah resmi telat karena gerbang besar itu sudah tertutup rapat begitu mereka sampai. Sooyoung tidak jadi ikut ulangan sejarah dan harus siap-siap menerima tanda merah di rapotnya. Ini salah Sungjae.

Tidak, ini bukan salah Sungjae. Ia baru mengenal Sungjae dan ia tidak boleh melimpahkan kesalahan padanya. Sungjae itu baik- kelihatannya.

"Hey, maafkan aku." Sooyoung dapat merasakan ada sesuatu yang menyentuh pundaknya. Sungjae menepuk pundak itu pelan- berusaha menenangkan kegelisahan di hati Sooyoung karena gadis itu tidak jadi ikut ulangan sejarah. Lelaki ini terlalu peka.

"Tidak apa," Sooyoung menoleh dan tersenyum simpul. "Aku bisa ikut susulan- mungkin?" ucap Sooyoung demi menghibur dirinya sendiri dan mengurangi rasa bersalah Sungjae. Lelaki itu hanya tersenyum pahit- mungkin, ia mengerti kalau susulan itu tidak enak.

Sedetik kemudian, kedua ujung bibir Sungjae membentuk sebuah lengkungan- tersenyum dengan penuh arti. "Kalau begitu, aku akan traktir apa saja untuk menebus kesalahanku. Deal?" Sungjae menjulurkan jari kelingkingnya. Sooyoung hanya menaikkan sebelah alisnya, memandang Sungjae ragu-ragu. "Ayolah, jarang-jarang aku berbaik hati seperti ini." Lelaki itu kembali meyakinkan Sooyoung dengan suara memelas, kalau sudah seperti ini Sooyoung tidak bisa menolak.

Sooyoung mengaitkan jemari kelingkingnya yang mungil pada jemari kelingkin Sungjae yang bahkan lebih besar dari jari telunjuknya.

"Oke, deal."

***

Jam istirahat sudah berjalan selama 10 menit dan Yook Sungjae belum menampakkan batang hidungnya. Biasanya, Sungjae jadi yang paling semangat saat bel istirahat berbunyi. Lelaki itu akan menarik paksa Namjoo menuju kantin, duduk di dekat jendela kantin- tempat favorit mereka, makan burger bulgogi, lalu Sungjae akan cepat-cepat menuju lapangan dan bermain bola dengan murid laki-laki lainnya. Tetapi, hari ini Namjoo harus sendirian pergi ke kantin karena ia belum menemukan keberadaan sahabat jelek nya itu.

Namjoo belum menyentuh kotak bekalnya sama sekali. Ia merasa aneh jika tidak bersama Sungjae- jadi, ia tidak bernafsu untuk makan. Dimana sih lelaki itu? Namjoo pusing memikirkannya. Apa Namjoo harus bertanya pada Minwoo? Tidak. Minwoo hanyalah lelaki ingusan yang selalu jahil pada Namjoo, ia tidak mungkin bertanya pada lelaki semacam itu. Haruskah dia bertanya kepada si kembar Youngmin dan Kwangmin? Bisa saja, sih. Tapi, Youngmin dan Kwangmin selalu gugup jika diajak bicara oleh Namjoo- mereka tidak asik. Atau ia harus bertanya pada Hyuk? Oh, tidak tidak. Teman Sungjae yang satu itu menyukai dirinya sejak kelas 10. Ia pernah mengirimkan cokelat mahal selama seminggu penuh dengan Sungjae sebagai kurirnya. Pada akhirnya, Namjoo memberikan cokelat itu pada Sungjae secara cuma-cuma.

Namjoo mengacak rambutnya frustasi. Ia terus menggerutu dan mengabaikan puluhan pasang mata yang tengah menatapnya aneh. Biarkan saja mereka berpikir seperti apa, Namjoo tidak peduli. Ia sedang kesal sekarang. Ia sedang kesal sekarang. Ia sangat benci Yook Sungjae. Jika manusia itu muncul di hadapannya, dengan senang hati Namjoo akan memukul lelaki bodoh itu tanpa memberi ampun.

Awas kau, Yook Sungjae.

***

Mungkin hanya tuhan yang tahu betapa bahagianya Sungjae hari ini. Ia telat masuk ke sekolah dan tidak dapat ilmu baru yang berharga- tetapi, ia dapat yang seratus kali lebih dari itu. Ia bisa jalan-jalan dengan Sooyoung, gadis impiannya. Sungjae memang berlebihan, ia sendiri akui itu, tapi memang tidak ada hal yang paling membahagiakan selain ini dan menang di kejuaraan memanah sebulan yang lalu.

Sungjae dan Sooyoung sedang berjalan menyusuri pusat perbelanjaan di Hongdae, karena itulah yang paling dekat dengan sekolah. Mereka bercengkrama kecil dan sekali-kali Sungjae melepaskan humor-humor bodoh yang selalu mendapat protes dari Namjoo, namun tidak dengan Sooyoung. Gadis itu tertawa lepas sampai hampir kehabisan napas dan Sungjae bahagia melihatnya. Sooyoung juga sudah mukai terbuka tentang dirinya. Ia bercerita tentang rumahnya di Jeju, tentang kucing persia miliknya yang mati sebelum ia berangkat ke Seoul, dan tentang bunga mawar di pekarangan rumahnya. Sungjae benar-benar senang karena Sooyoung pelan-pelan mulai terbuka padanya. Mereka punya banyak kesamaan dan Sungjae sangat bersyukur telah menemukan perempuan seperti Sooyoung.

"Ah! kau janji mau meneraktirku, kan?" suara lembut Sooyoung menyadarkan Sungjae yang terlalu larut dengan pikirannya mengenai gadis manis di hadapannya ini. Sungjae mengangguk mantap, "Kau mau apa nona Park?" Sooyoung tertawa mendengar nada bicara Sungjae yang dibuat-buat. Ah, bidadari memang selalu cantik.

"Ice cream? Tteokbokki? Sepertinya, aku mau semua." Jawab Sooyoung dengan sumringah. Oh, tidak. Sungjae dalam bahaya. "Hanya bercanda." Sooyoung menepuk bahu Sungjae berkali-kali dan terkikik geli melihat ekspresi panik Sungjae. Ternyata gadis ini tahu bagaimana cara bercanda.

Sungjae menghembuskan napas lega dan mengelus dadanya pelan, "Kau membuatku panik. Kau tahu, aku tidak membawa uang sebanyak yang kau pikirkan saat hari sekolah." aku Sungjae. Kedua pasang mata itu kembali bertemu, Sungjae merasakan kupu-kupu di perutnya semakin banyak di bandingkan dengan yang lalu-lalu saat bertemu pandang dengan Sooyoung. Mungkin, Sooyoung juga begitu. Jadi setelah mengumpulkan keberaniannya, Sungjae mulai meraih tangan Sooyoung dan menggenggam tangan mungil itu dengan erat. Sooyoung terlihat kaget, tetapi tidak menolak. Sekali lagi, Sungjae lega.

"Ayo, kita beli Tteokbokki."

***

Sampai bel pulang sekolah berbunyi, Namjoo belum menemukkan sosok Sungjae. Dapat dipastikan lelaki itu tidak masuk sekolah hari ini. Ia tidak berniat untuk menghubungi Sungjae samasekali karena semalam saat Sungjae menelepon, Namjoo dibuat kesal dan ia marah pada Sungjae. Jadi, gengsinya terlalu besar untuk menghubungi lelaki itu lebih dulu.

Di kepala Namjoo sekarang hanya ada konklusi bahwa Sungjae mungkin sedang sakit. Selama ia mengenal Sungjae, lelaki itu adalah orang paling sehat yang pernah ia temui karena ia tidak pernah melihat Sungjae sakit sampai-sampai tidak masuk sekolah seperti ini. Ternyata, Sungjae si bodoh bisa sakit juga. Jadi, kini Namjoo membela-belakan diri untuk ke rumah Sungjae dan menjenguk sahabat bodohnya itu. Setidaknya, ia bisa menunjukkan bahwa ia adalah sahabat Sungjae yang super baik tidak seperti Sungjae.

Tetapi saat ia mulai menyusuri jalan di blok rumah Sungjae yang lengang, ia harus merelakan hatinya remuk dan hancur karena melihat pemandangan paling menyebalkan di dunia. Ia mendapati Sungjae yang terlihat sangat sehat dengan seragam sekolah lengkap sedang berhadapan dengan seorang gadis berambut sebahu yang sangat familiar di matanya. Tangan besar Sungjae sedang menyentuh puncak kepala gadis itu dan mengusapnya pelan. Sungjae bahkan tersenyum sangat lebar, dan seumur-umur Namjoo belum pernah melihat senyuman setulus yang Sungjae berikan pada gadis itu.

Sadar atau tidak, cairan bening itu telah menetes dan mengaliri pipi tirus Namjoo yang terasa dingin karena udara peralihan musim panas ke musim gugur yang cukup dingin mulai memaksa masuk ke pori-pori kulit di tubuhnya. Namjoo semakin dibuat tidak mengerti dengan seluruh rongga dadanya yang terasa panas dan perih. Sungguh, rasanya tidak enak dan Namjoo sangat tidak suka.

Namjoo berbalik dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia menangis. Namjoo sudah lupa rasanya menangis, dan sekarang ia kembali merasakannya. Dadanya semakin terasa panas dan udara semakin dingin. Namjoo menyeka air matanya kasar dan berlari secepat yang ia bisa.

Kali ini, Namjoo hanya menginginkan ketenangan.

***

Sooyoung cepat-cepat masuk ke kamarnya saat ia sampai di rumah. Sooyoung mengunci pintunya rapat-rapat dan bersandar pada pintu itu dengan kedua tangan ia letakkan di depan dadanya- berharap jantungnya kembali berdetak dengan tempo yang normal.

"Oh, tuhan." Pipi Sooyoung memanas, semburat merah muda mulai menghiasi kedua sisi pipinya. Ia tidak pernah seperti ini sebelumnya dan ini terasa asing untuknya. Dan, ini semua salah Sungjae.

Sungjae memang brengsek. Lelaki itu sangat lancang tetapi Sooyoung tidak marah. Entahlah, Sooyoung jadi lemah jika bersama Sungjae. Sooyoung baru mengenal Sungjae pagi ini, tetapi ia sudah merasakan ada sesuatu yang mengusik hatinya dan itu sangat tidak nyaman- Sooyoung jadi gampang salah tingkah.

Sooyoung tidak tahu apa yang telah Sungjae perbuat padanya hingga ia jadi seperti ini. Sooyoung sangat bahagia. Dengan sebuah senyuman yang terukir di bibir merah mudanya, Sooyoung berlari kecil dan menjatuhkan tubuhnya dalam keadaan tengkurap ke tempat tidurnya hingga terdengar bunyi decitan dari kaki-kaki besi tempat tidurnya. Ia menyembunyikan wajahnya yang memerah diatas bantal. Sooyoung bukan orang yang pintar menutupi kebahagiaannya.

Sooyoung yang mulai sulit bernapas kemudian berbalik dan mulai menepuk-nepuk pipinya- mungkin ia sedang bermimpi dan ia ingin cepat-cepat sadar agar ia kembali menjadi gadis normal. "Sadar, Park Sooyoung." Sooyoung terus menerus mengulang kalimat itu sebelum akhirnya ia menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Yook Sungjae, kau membuatku gila."


To be continued

***

Ternyata chapter 3 gak lebih panjang dari chapter 1&2 HEHEHE aku minta maaf ya 😭 aku lagi banyak kesibukan akhir-akhir ini dan harus pinter-pinter cari waktu untuk lanjutin fanfic ini. Tapi, aku bakalan usaha untuk update secepat mungkin karena sekarang mulai banyak yang antisipasi fanfic ini 😍 Terima kasih untuk kalian yang udah baca! xoxo

Continue Reading

You'll Also Like

9.4M 307K 52
"you're all mine; the hair, the lips, the body, it's all mine." highest previous rankings: - #1 in jimin - #1 in pjm - #1 in btsfanfic cover by: @T...
146K 2.8K 31
In the whirlwind world of basketball and broken promises, Nailea finds herself at a crossroads as she prepares to transfer to the same college as Pai...
1.1M 47.8K 94
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC
306K 10.1K 52
There's no way you're hitting on me right now. โ” Lando Norris x Fem!OC ยฉ KissLeclerc , April 2024 Started: April 8, 2024 Completed: May 10, 2...