Chapter 10

363 45 18
                                    

Seharian bersama Sooyoung adalah kebahagiaan. Sungjae senyum-senyum sendiri mengingat Sooyoung yang ketakutan, Sooyoung yang terlalu bahagia melihat boneka pororo, dan Sooyoung yang bodoh karena menjatuhkan ice cream tiga tumpuk dengan topping saus stroberi.

Sooyoung, Sooyoung, dan Sooyoung.

Otaknya dirancang sedemikian rupa hanya untuk memikirkan Sooyoung. Sungjae bahkan tidak bisa mengingat hantu apa saja yang muncul di film tadi. Ia hanya tertuju pada satu arah dan mengaguminya sampai terasa mabuk. Dengan Sooyoung, Sungjae lupa dunia- ia melayang di awan.

"Habis kencan dengan Sooyoung?" Pintu kamar Sungjae terbuka, Sungyoung berdiri disana sambil melipat tangan di depan dada. Sungjae tidak menanggapinya dan menyembunyikan seluruh tubuhnya di balik selimut.

"Kau tidak bisa bohong padaku, Adik kecil." Sungjae bisa merasakkan kasurnya berdecit, Sungyoung pasti duduk di ujung kasurnya- dekat dengan posisi kakinya. Sungjae mengintip sedikit dari balik selimut dan ia lega begitu melihat Kakaknya tidak sedang merusak barang-barang berharga di dalam kamarnya melainkan membaca sebuah majalah.

Sungyoung diam untuk beberapa saat sebelum kembali mengoceh tentang ini-itu dan membuat kepala Sungjae jadi sakit karena hal yang dibahas Sungyoung benar-benar tidak ia mengerti- bagaimana bisa Sungyoung mengajak Adik laki-lakinya berbicara tentang warna Lipstick?!

"Kau benar-benar mengganggu, Yook Sungyoung. Keluar dari kamarku dan bahas warna Lipstick dengan Ibu." Sungjae tahu kalau ia tidak sopan. Dan, ia sudah siap mendapat banyak pukulan kasar dari Sungyoung.

Sungyoung berdecak. "Jadi kau mengusirku?" Sungjae menyingkirkan selimutnya dan bersender pada kepala ranjang- menatap Sungyoung remeh. Sungyoung biasanya akan marah jika ditatap seperti itu, tetapi perempuan itu hanya tertawa kencang setelah melihatnya. Ada apa sebenarnya?

"Oke, Oke. Aku akan keluar." Sungyoung bangkit dan meletakkan majalahnya di atas kasur Sungjae. Sungjae menaikkan sebelah alisnya, memperhatikan Sungyoung yang jauh berbeda dari biasanya. Sungjae tidak pernah tahu bahwa Kakaknya telah jadi penurut.

"By the way," Sungyoung yang sudah berada di ambang pintu, kembali berbalik.

"Aku melihatmu dan Sooyoung ciuman. Kau liar sekali." Sungyoung mengedipkan sebelah matanya dengan jahil. Amarah Sungjae datang entah dari mana dan naik sampai ubun-ubun. Sungjae punya firasat buruk kali ini, ia tahu Sungyoung akan melakukan hal bodoh lainnya hari ini.

"Aku akan bilang pada Ibu. Bye-bye, Sungjae."

"YOOK SUNGYOUNG KAU BIADAB!!!!!"

Setelah ini, akan ada perang dunia.

                                        ***

Namjoo mulai baikkan hari ini. Demamnya sudah turun dan kepalanya tidak lagi pusing. Setelah makan kimbap pemberian Sungjae dan minum obat, Namjoo tidur- kebablasan hingga pagi lagi.

Dan, Namjoo berterima kasih kepada Naeun yang sudah meneleponnya pagi-pagi sekali demi mengingatkannya tentang latihan pemandu sorak di sekolah- sungguh, jika Naeun tidak menelepon mungkin Namjoo tidak akan bangun sampai dua hari kedepan.

Setelah memakai seragam pemandu soraknya, Namjoo mematut bayangan dirinya di depan cermin. Wajahnya pucat, lengannya mengecil, rambutnya berantakkan, dan kakinya seperti tidak punya daging- ia jauh dari kata cantik.

Pantas, Sungjae tidak tertarik padaku.

Namjoo menggeleng, menghilangkan segala pikiran negatif tentang dirinya dan Sungjae. Akhir-akhir ini Namjoo begitu melankolis, ada keganjalan di dadanya- begitu mengusik dan berakibat pada daya tahan tubuhnya. Namjoo tidak pernah tahu bahwa efek 'cinta tak terbalas' akan banyak berpengaruh dalam aspek kehidupannya. Itu melelahkan, sungguh.

A Typical (Not Typical) Love StoryWhere stories live. Discover now