Special Drabble!

421 46 4
                                    

Hai! Aku minta maaf banget karena bener-bener bakalan telat update banget 😭 mungkin aku baru bisa update fanfic ini lagi minggu depan karena aku masih harus edit-edit dulu sedikit, sekali lagi maaf yaaaa! 😭

Tapi jangan berkecil hati dulu kaliaaan! aku akan ngasih drabble kecil-kecilan sebagai tanda maafku ke kalian karena telat update 😬 dibaca yaaa! Dan drabble ini jadi bocoran sedikit tentang project fanfic aku selanjutnya setelah A Typical (Not Typical) Love Story selesai HEHEHE 😬 Selamat membacaaa!!

                                         ***

                    I'm The Coolest Daddy!

                                       Cast:
          Yook Sungjae & Park Sooyoung
                       (And Yook Jangmi)

Sungjae akui ia payah.

Sungjae tidak terkalahkan saat taruhan main game bola di playstation, ia bisa membelah semangka dengan kepalanya, selalu menang adu panco melawan teman-temannya, dan ia bisa main bungee jumping sepuluh kali berturut-turut.

Tapi, dalam hal ini ia akui ia payah. Sulit sekali mengganti popok bayi saat dia ngompol. Bau pesing menyeruak kemana-mana dan kaki anak bayi selalu tidak bisa diam. Sungjae sudah lelah. Ia akui ia benar-benar payah, ia Ayah yang payah.

"Oh, tuhan." Sungjae berharap hidungnya tidak cacat setelah mencium bau pesing yang dihasilkan oleh cairan kuning yang memenuhi lapisan popok bayi kecilnya, Jangmi. Jangmi yang baru genap empat bulan hanya mengerjapkan kedua mata bulatnya- melihat kebodohan sang Ayah yang berusaha mati-matian menutup hidungnya dengan satu tangan sementara tangannya yang lain melepaskan perekat popoknya.

"Kau benar-benar nakal." Bibir Sungjae terus menggerutu, ia menanggalkan salah satu tangan dari hidungnya dan mulai mencoba memakaikan popok baru ke tubuh Jangmi dengan kedua tangannya.

"Kenapa harus pipis tengah malam, sih?" Sungjae si idiot- menyalahkan putri kecilnya yang belum mengerti apa-apa hanya karena pipis dan menangis kencang tengah malam. Tentu saja si bayi kecil yang punya nama Jangmi, hanya diam dan mengemut jempolnya. Tidak ada waktu untuk meladeni Ayahnya yang bahkan tidak lebih pintar dari simpanse di televisi.

Rasanya Sungjae ingin terjun ke gumpalan awan berwarna pink yang punya rasa mirip gulali setelah ia berhasil mengganti popok Jangmi. Ini sesuatu yang luar biasa. Setelah empat bulan ia jadi Ayah, akhirnya ia mampu melakukan hal yang berguna selain menggendong dan mencium pipi Jangmi sampai liurnya ada dimana-mana. Ia bisa mengganti popok bayi!

Sungjae yang kelewat bahagia, berlari kecil dari kamar Jangmi menuju kamarnya dan segera melompat keatas kasur- mengguncang tubuh Sooyoung, istrinya, hingga wanita itu mengerang kesal dan menatap Sungjae penuh kebencian.

"Sooyoung, kau harus tahu sesuatu."

"Tahu apa?"

"Aku bisa mengganti popok Jangmi!!!"

"Oh, begitu."

Demi tuhan Sungjae kesal sekali dengan Sooyoung. Perempuan itu hanya menjawab 'Oh, begitu.' lalu kembali menarik selimut dan tidur membelakanginya. Apa ia tidak senang punya suami keren dan bisa diandalkan?!

Sungjae mencibir sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali ke kamar Jangmi, ia tidak mau bayi kecilnya sendirian di dalam kamar itu. Pasti nyamuk-nyamuk nakal sedang menyusun strategi untuk menyerang pipi Jangmi dan menghisap darahnya banyak-banyak hingga meninggalkan bekas merah diatasnya. Tidak, Sungjae tidak mau bayi kecilnya bentol-bentol karena serangga nakal.

Lagi-lagi Sungjae harus bernapas lega karena bayi kecilnya tidak sedang diserang nyamuk nakal dan sedang mencoba meraih mainan lebah yang menggantung di langit-langit kamarnya. Sungjae tersenyum, pelan-pelan menghampiri makhluk kecil yang berada di dalam box bayi.

"Halo, bayi kecil." Sungjae menyentuh pipi Jangmi dan mengusapnya lembut. Bayi ini sangat mirip Ibunya dan Sungjae jadi makin gemas. "Ayah minta maaf tadi meninggalkan Jangmi sendirian." Jemari telunjuk Sungjae yang besar bergerak menyentuh hidung Jangmi. Bayi itu mengernyitkan hidungnya dan mulai mencoba untuk menggenggam telunjuk Ayahnya dengan kedua tangan mungilnya.

"Ibumu jahat sekali pada Ayah." Sungjae mengingat perlakuan Sooyoung padanya beberapa menit yang lalu dan jadi melankolis. Ia ingin dianggap jadi suami yang bisa diandalkan, tapi Sooyoung sama sekali tidak peduli. Sungguh, ia sedih- sedih sekali.

Sungjae mengambil jeda beberapa saat, "Ayah kan ingin kelihatan keren, tapi Ibumu itu selalu tidak peka." Sungjae mulai berbicara lagi- mengeluarkan segala keluh kesahnya kepada putri kecilnya yang baru empat bulan.

"Jangmi-ya, menurutmu Ayah keren tidak?"

"Ayah sangat-sangat keren."

Sungjae membelalak, matanya seperti mau keluar dari rongganya. Apa ia tidak salah dengar? Jangmi menjawab pertanyaannya? Oh astaga, ini tidak mungkin. Jangmi baru empat bulan dan belum punya gigi, tidak mungkin ia bisa berbicara- kecuali kalau ternyata Jangmi punya kekuatan super seperti di film-film bayi super yang tayang di televisi saat hari natal.

"Ayah sangat keren dan Jangmi bangga." Suara ini bukan suara Jangmi. Kalau diperhatikan Jangmi tidak membuka mulutnya dan masih sibuk bermain dengan jemari telunjuk milik Sungjae. Suara ini dibuat-buat. Apa ini suara hantu penunggu kamar Jangmi?

"Ibu juga bangga pada Ayah." Sungjae menoleh ke belakang, alih-alih ingin teriak karena melihat hantu, Sungjae malah terpesona bukan main dengan sosok wanita berpiyama merah muda yang sedang tersenyum manis padanya. Tidak ada hantu yang secantik ini.

"Kau dengar semuanya?" Sungjae berusaha melepaskan jemarinya dari genggaman Jangmi dan mulai mendekat pada sosok wanita di hadapannya, Park Sooyoung, istrinya.

"Suaramu terdengar sampai kamar." Sooyoung mengalungkan kedua lengannya pada leher Sungjae. Sungjae terkekeh, ia malu bukan main. "Maaf kalau aku tidak peka." Sooyoung menatap dalam suaminya, Sungjae tersenyum- akhirnya Sooyoung minta maaf padanya.

"Cium aku," Sungjae menyodorkan pipi kanannya. "Aku tidak akan maafkan kalau kau tidak cium aku." Pernyataan sepihak, Sooyoung memang harus diancam karena kepalanya sekeras batu. Sungjae akan frustasi jika tidak seperti ini, Sooyoung selalu punya argumen dan dia sering sekali menang. Jadi, jalan keluarnya adalah Sooyoung harus diancam.

Dahi Sooyoung berkerut-kerut, Ia baru saja ingin mengeluarkan argumen lagi, namun bibir Sungjae sudah lebih dulu mendarat diatas bibirnya- membungkam salah satu alatnya untuk berargumentasi. Sungjae memperdalam ciumannya, memberikan lumatan kecil pada bibir bawah Sooyoung- semakin dalam dan semakin....

Astaga. Bau apa ini?!

"Sepertinya bayi kecilmu buang air besar." Sooyoung terkikik geli. Ia mengecup pipi Sungjae singkat sebelum berlari kecil keluar dari kamar Jangmi yang tidak lagi beraroma buah stroberi.

Sooyoung menghentikan langkahnya tepat di ambang pintu, berbalik menghadap Sungjae yang sedang cemberut. "Cepat kau ganti popoknya, baru kau aku anggap suami yang keren. Fighting!"

"YAK! PARK SOOYOUNG!!!"

End

A Typical (Not Typical) Love StoryWhere stories live. Discover now