I See You (Werewolf)

By urmychan

842K 54.4K 3.2K

Aku melihatmu. Perempuan yang mampu membakar diriku dalam gejolak gairah. Membuatku merasa sesak akan rasa me... More

Prolog
Bagian 1: Awan Mendung di Pagi Hari
Bagian 2: Hari yang Buruk untuk Belanja
Bagian 3: Dia Terasa Begitu Nyata
Bagian 4: Keinginan, Daya Tarik dan Gairah
Bagian 5: Semuanya Gelap dan Basah
Bagian 6: Ini Terlalu Sulit Untuk Dimengerti
Bagian 7: Aku akan Menolongmu
Bagian 8: Kuharap Semua Akan Baik-baik Saja
Bagian 9: Perang; Puncak Keserakahan
Bagian 10: Apa Aku Harus Memohon? Sentuh Aku
Bagian 11: Kontrol Penuh
Bagian 12: Keringat Dingin
Bagian 14: Hangat Dalam Dingin
Bagian 15: Darah Vampir
Bagian 16: Angin Dingin Musim Gugur
Bagian 17: Jalan Setapak
Bagian 18: Sweet Bunny
Bagian 19: Kaca Jendela yang Berembun
Bagian 20: Pagi Hari dengan Nuansa Kelabu

Bagian 13: Suara Angin dan Geraman

26.5K 1.9K 163
By urmychan

Tadi malam aku tidak bermimpi. Aku tidak percaya jika aku tidur tanpa mimpi dalam kepalaku. Kenyataannya aku telah mengalaminya setelah bermimpi tentang seorang pria yang menggigit leherku dengan adegan yang mengerikan. Tapi tadi pagi, sebelum aku benar-benar terbangun dari tidurku. Aku sempat mendengar suara Drew. Suaranya terdengar menggeram di telingaku. Aku tidak yakin, tapi aku mendengar dia mengatakan sesuatu. Dan hebatnya aku tidak mengingat apa-apa. Aku terbangun di kamar sendirian.

Sekarang aku berada di kampus dan menjalankan aktivitasku yang monoton. Tidak ada yang lebih menyebalkan dari hari ini. Semuanya terasa buruk setelah tadi malam. Aku tau, seharusnya aku bersikap biasa saja saat pesta itu. Geon Blake. Entah kenapa pria itu seakan menyalakan alarm 'pria-nakal' dalam diriku. Sebuah peringatan bahwa aku harus menjauhinya. Tapi sebagian diriku meminta untuk mengenalnya. Tidak, aku tidak salah. Aku yakin kepalaku tidak membentur sesuatu. Pria itu, dia membuatku penasaran.

Tapi aku akan memilih pilihan yang paling aman. Jauhi Geon Blake dan cobalah fokus selama Dad belum pulang. Uruslah rumah dan kuliah dengan baik. Ini terdengar sangat mulia dan tepat. Aku harus mulai memperingati diriku.

Tadi siang, Steve dan Emma mengatakan padaku bahwa nanti malam akan terjadi badai--berdasarkan acara perkiraan cuaca hari ini di televisi. Kurasa itu berita yang tidak mengagetkan, karena kota ini sangat sering terjadi badai. Tak ada yang spesial. Tapi mengingat Dad tidak ada dan rumah akan terasa dingin juga sepi, aku dan Emma berencana akan menginap di rumah Seirra. Dan aku akan menyiapkan pakaian tidurku sepulang kuliah.

"Okay. It's good idea. Kita akan menginap di rumahku," cetus Seirra waktu itu. Tampak berbinar sedangkan Steve murung di tempat. Tentu saja dia tidak bisa ikut menginap, Seirra tidak akan mengizinkannya. Terlebih lagi, Steve laki-laki. Ibu Seirra akan murka. "Oh ya, Emma. Jangan lupa bawa vcd horor. Kita akan menontonnya bersama," imbuhnya bersemangat.

"Baiklah," kata Emma.

Kurasa itu ide yang buruk. Mengingat perkiraan cuaca bahwa nanti malam akan terjadi badai dan kita akan meringkuk ketakutan menonton film horor. Itu sangat mengerikan, pikirku. Tapi aku hanya diam. Entah kenapa aku tidak bersemangat dan merasa amat lelah. Mungkin karena aku pulang larut malam.

Dan itu benar.

Mengambil napas dan menghembuskannya perlahan, setelah mengikat percakapanku dengan ketiga sahabatku tadi siang sebelum kelas linguistik dimulai. Aku mengikat rambut cokelatku dengan malas. Sore ini aku merasa lelah--benar-benar lelah daripada tadi. Aku sempat tertidur di pelajaran Mr. Wyatt. Dan sekarang aku ditugaskan untuk merangkum beberapa buku linguistik di perpustakaan.

Baguslah, Vee. Kau mendapat pekerjaan baru. Runtukku membatin. Tentu saja. Merangkum buku tentu membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Aku akan pulang malam. Jadi, aku bilang pada Seirra dan Emma bahwa aku akan menyusul. Karena jelas kami tidak bisa pulang bersama dan langsung ke rumah Seirra.

Aku berjalan di lorong-lorong perpustakaan dan rak-rak buku yang tinggi. Bau buku-buku lama menyelimuti di setiap langkah kakiku. Ini sangat menyebalkan. Butuh niat besar bagiku untuk mencari buku sejarah yang tidak terlalu tebal dan membacanya lalu mulai meringkas.

Langkah kakiku terhenti di ujung lorong. Tak sengaja aku melihat buku bersampul biru yang tebal, Mythology judul dalam sampul itu. Buku ini cukup berat dan terlihat tua, sepertinya terbitan lama. Aku membuka halaman pertama dan membaca daftar bacaan. Cukup lengkap. Buku ini banyak menceritakan tentang mitologi dewa yunani, naga, penyihir, demon, vampire dan ... werewolf.

"Werewolves. Sumber nafsu binatang dalam manusia. Sang monster setengah manusia dan setengah serigala. Tidak terkendali saat bulan purnama--em, apa Drew seperti ini? Kurasa tidak, selama ini dia pria yang baik dan terkendali. Juga serigalanya, Rhys. Meski aku pernah melihatnya membunuh seorang vampir," gumanku merasa heran saat membaca beberapa kalimat. Mataku bergerak membaca lagi. "Memiliki ikatan kuat dengan mate-nya. Sangat overprotektif." Aku tersenyum membaca kalimat itu. Pikiranku teralih pada Drew. Teringat akan kata-katanya bahwa aku mate-nya, dia terdengar sangat tulus. Tapi, overprotektif? Itu cukup menakutkan.

Drew Greyson...

Tiba-tiba aku menghembuskan napas lelah. Aku belum bertemu dengannya seharian. Entah kenapa, pria itu seakan menghilang. Padahal aku ingin bertanya apakah dia menyelinap lagi ke kamarku pagi tadi. Meski waktu itu tampak samar, tapi aku merasakan keberadaannya di sampingku. Namun sepertinya, dia tidak masuk kuliah hari ini. Dan itu membuatku kecewa.

Perhatianku kembali pada buku yang aku pegang. Aku membuka halaman baru. Lembar demi lembar tanpa benar-benar membacanya. Tapi tanganku terhenti pada halaman yang cukup membuatku tertarik.

"Makhluk abadi dalam kematian. Vampir. Setan atau roh jahat penghisap darah dan pemakan daging manusia. Beberapa vampir terkuat mampu memanipulasi alam bawah--"

"Nona. Apa kau masih lama? Tiga jam lagi perpustakaan ini akan ditutup." Suara Mr. Cnute mengagetkanku. Hampir saja aku menjatuhkan buku yang aku pegang. Untung saja, aku masih cekatan.

Sembari membetulkan posisi buku tebal itu dan memeluknya, aku menoleh pada pria tua itu dan mengagguk. "Ah, maaf."

Mr. Cnute hanya tersenyum. "Cepat. Dan nikmatilah bukumu," katanya dan berlalu.

Aku meruntuki diriku sendiri. Ya, ampun. Bahkan aku belum sempat mencari buku linguistik untuk kuringkas. Lagi pula Mr. Cnute juga keterlaluan, bukan kah masih ada waktu tiga jam lagi. Ah tapi ya sudahlah. Sebaiknya aku harus segera mengerjakannya. Aku telah banyak membuang waktu.

Aku meletakkan kembali buku mitologi itu ke tempat semula. Tanganku dengan sembarang mengambil buku di rak buku bagian bahasa. Dengan agak tergopoh, aku menghampiri tempat duduk dan meja tempat aku meletakan tasku tadi awal masuk ke sini. Aku mengambil buku dan bulpen untuk segera menulis. Membuka buku yang sembarang aku ambil tadi dan membacanya. Sejarah linguistik. Tidak terlalu buruk.

Aku mengetik di laptopku dengan cepat dan itu cukup membuat tanganku ngilu. Tapi akhirnya aku bisa menyelesaikan tugasku. Aku berjalan keluar dan berpamitan pada Mr. Cnute setelah mencatat namaku di daftar pengunjung. Dan hal yang paling menyenangkan, akhirnya aku bisa pulang setelah mengirim ringkasanku ke surel Mr. Wyatt. Aku lega meski aku masih kesal dengan tugas yang diberikannya, kenapa dia menyuruh mahasiswanya meringkas? Dia menugaskan itu seakan mahasiswanya baru masuk sekolah menengah. Ini sangat menyebalkan. Yah... tapi aku bisa apa? Mungkin Mr. Wyatt ingin menambah literatur mahasiswanya saja.

Saat aku keluar dari gedung kampus. Angin dingin menerpa kulitku, menenggelamkanku dan membuatku menggigil. Sepertinya perkiraan cuaca itu sangat tepat. Badai akan melanda kota ini dalam waktu dekat. Aku mendongak ke langit, awan keabuan menggumpal dengan tebal, tak ada celah untuk cahaya bulan dan itu membuat suasana gelap mencekam. Aku baru sadar jika ini sudah malam. Aku memasukkan tanganku ke saku jaket dan mulai berjalan melewati parkiran yang sepi.

Kakiku melangkah dengan tergesa. Aku harus segera ke halte. Jika tidak, aku akan berakhir basah kuyup dan terjebak karena badai. Rintik hujan mulai membasahi rambutku. Aku berharap, aku tidak memaki dibawah napas. Meningat aku tidak dapat menelpon Seirra atau Emma untuk memberitahu mereka kemungkinan aku akan terjebak badai dan tidak bisa ikut menginap.

Pikiranku buyar. Dengan tiba-tiba langkahku terhenti ketika menemukan sosok pria menghadangku di ujung trotoar, dia memakai jaket cokelat gelap ber-hoodie. Entah kenapa aku bergidik. Aku tidak memiliki kenangan indah dengan orang ber-hoodie di jalan sebelumnya. Aku sadar jika aku sedang ketakutan. Aku berdiri di bawah lampu jalan yang berpedar keemasan di atas kepalaku, sedangkan pria misterius itu ada di sisi gelap jalan. Aku tidak begitu jelas melihat wajahnya, tapi aku tau dia pria berbadan besar dan padat.

Berulang kali aku meyakinkan diriku untuk tetap tenang, meski kenangan buruk itu sedang bergelut dalam otakku. Aku waswas ketika angin dingin berhembus dari arah belakangku, menusuk tengkuk leherku yang mulai basah. Pria itu mengambil langkah ke arahku. Aku merasakan aura dingin dan pekat darinya mempengaruhi adrenalin tubuhku. Aku merasa ada yang aneh darinya. Ya, lebih dari yang aku kira. Aku juga merasa jika aku dalam bahaya.

Vee...

Veerena...

Aku mendengar bisikan serak seseorang dalam kepalaku. Aku mengenal suara itu--suaranya sama dengan pria dalam mimpiku. Dalam sekejab kepalaku seakan berdengung dan sakit.

"Are you okay, girl?" Pria ber-hoodie itu berbisik menakutkan, seakan dia tau apa yang tengah aku rasakan. Lima langkah lagi dia sampai di tempatku berdiri.

Mataku terbelalak. Tidak, ini salah. Pria itu salah. Dan aku memang dalam bahaya, aku menyadarinya. Sangat aneh jika seorang pria berdiri di trotoar dengan cuaca buruk hanya untuk menghadang seseorang dan bicara seperti itu kecuali kemungkinan ... jika dia bukan manusia.

"Shit!"

Jantungku berhenti. Benar-benar berhenti untuk sepersekian detik. Dan darahku berdesir ngeri. Aku berbalik hendak berlari. Tapi dalam sekejab pria itu berada di belakangku. Pergerakannya seperti kilat--sangat cepat dan tak terduga. Aku merasakan tangan dinginnya menyentuh leherku.

"Kau Veerena. Kau penyebab saudaraku terbunuh," ucapnya dingin. Tapi setiap kosa kata yang disebutkannya membuatku merinding ketakutan.

Bagaimana bisa dia menemukanku?!

Aku menejamkan mataku. Pikiranku teralih pada Drew. Aku berharap dia akan menyelamatkanku. Pria ini vampir, dia menemukanku dan dia akan membunuhku untuk menuntut balas. Mataku memanas dan aku ingin menangis setelah menyadarinya.

"N-no. No! I-i am--"

Buk!

JENDAR!

Hujan turun dengan deras membasahi tubuhku yang kaku. Suara petir menyambar, bergemuruh menakutkkan. Pria itu menjatuhkan tubuhku ke lantai trotoar yang dingin, membuat pungung dan kepalaku sakit karena benturan. Di bawah tameran lampu jalan dia menindihku, aku tidak bisa melihat wajahnya, semuanya gelap akibat cahaya terang di atasnya. Tapi aku merasakan tangannya mencengkram leherku. Seketika bayangan dalam mimpi itu terulang di benakku. Pria yang menindihku dalam mimpi. Semuanya terulang dalam kenyataan.

"Kau akan mati!"

Aku mencoba melawan, ketika tangan dingin itu mencekikku semakin erat. Paru-paruku panas dan sesak seakan terbakar. Aku menggerakkan kakiku dan mencoba melepaskan cekikannya. Tapi itu sia-sia. Pandanganku mulai buram di tambah air hujan yang menerpa wajahku. Kepalaku seakan ingin meledak. Aku semakin kehilangan kendali pada tubuhku. Aku tidak merasakan apa-apa selain rasa sesak pada paru-paruku. Rasa sakit yang teramat sangat.

Aku menutup mataku. Aku akan mati. Kalimat itu mulai mencabikku. Drew, aku tidak akan bisa melihat pria itu lagi. Aku sadar, di satu titik dalam hidupku ketika aku merasakan penderitaan pada tubuhku. Aku berharap, aku tidak mengecewakan semua orang. Aku harap semua baik-baik saja. Tapi itu hanya mimpi.

"L-lepas."

"Aku akan membunuhmu!"

Aku merasakan pria itu melepas cekikannya, tapi kini dia menarik tengkuk leherku. Wajahnya semakin mendekat dan aku merasakan sengatan di sana. Rasanya amat sakit. Aku merasakan sesuatu yang tajam menembus kulitku dan merobek nadi tepat di leher. Dan aku sadar, vampir ini menggigitku.

Tbc.

An:
Eh? Vee digigit vampir! Apa dia bakal jadi vampir? Terus bagaimana dengan Drew?

Hallo!

Aku lagi sama bang Geon, nih. Kan kemaren banyak yang nanyain dia. Hihihi. Jadi dari pada kalian penasaran--dan aku frustrasi--kita bakal introgasi bang Geon. Yey!

Me: Hey bang. Banyak yang nyangka kamu itu vampir. Apa benar?

Geon: Aku hanya mengikuti aturan, babe. Well, untuk apa dipertanyakan.

Me: [berbinar-binar] oh aku senang dengan itu. Babe maksudnya. Dan iya, Vee, dia penasaran sama kamu. Apa kamu suka itu, bang?

Geon: Ya, karena aku spesial dan selalu dipuja wanita-wanita disampingku, selalu membuat mereka penasaran denganku. Oh babe, jangan peluk aku.

Me: [melepas pelukan] oke, babe. Dasar playboy. [peluk lagi]

Aduh. Nista lama-lama bareng Geon. Btw, di mulmed ada Vee.

Han.

[]

Continue Reading

You'll Also Like

4.8K 651 14
Rakha, seorang keturunan dari siluman rubah ekor sembilan, yang tak sengaja menemukan gadis hampir sekarat di hutan.
82.9K 3.3K 26
Hidup noval semakin hancur saat 3 orang alpha memperkosannya secara bergikir. tak hanya itu mereka juga mengigit leher belakang noval hingga berdarah...
9K 594 20
Kegelapan. Itulah satu kata yang bisa mendeskripsikan sosok gadis yang bernama Crystal. Ia sangat membenci cahaya, bahkan ia harus rela kehilangan ba...
138K 10K 25
Bagi Gavin, cinta adalah hal yang mengerikan. Setidaknya, itulah yang ia lihat dari teman-temannya. Kai, juga Nyle. Saat ini, mereka memang bahagia...