Pisah

By waveofsun

21.5K 1.7K 254

"Aku dan kamu mungkin berpisah, namun ketahuilah bahwa aku nggak pergi dari kehidupanmu." -Beby. "Jawabannya... More

Kangen
Menghitung Hari
Ame No Pianist
Last Show
1 Desember
Goes to Hokkaido
Happy Birthday To My Best Friend
Harapan Skye Kembali
Satu seragam
Hanya Hari Ini
Indahnya Senyum Manismu
#CSJ19thBirthday in Bali
Rindu
#Party20thBebyJKT48
Kebersamaan Dahulu Terulang
Jadi Aku Harus Memilih Siapa?
Biarkan Dia Memilih
Saktia Si Pantang Menyerah
JKT48 School Terakhir
HEHE Luv
Aku Baik-Baik Saja
Boby is Comeback
Kehilangan

Separate

3K 142 4
By waveofsun


11 September 2016

Hari ini ada Mae Shika Mukanee Handshake Festival dan pengumuman reshuffle yang pasti sangat ditunggu-tunggu fans JKT48. Kalau untukku, jujur, itu tidak kuharapkan. Aku takut, aku takut jika kenyataan membuatku harus berpisah dengannya.

"Caniya, kalau aku pindah tim, jangan nangis ya?"

Dia tercengang mendengar perkataanku. "Kamu kok bisa-bisanya omong begitu sih? Kamu benar mau kita pisah. Begitu!?"

"Ya enggaklah! Aku hanya omong."

"Maksud kamu, bercanda? Suasana seperti ini nggak pas, Beb! Seakan-akan kamu sudah tahu realitanya."

"Siapa sih yang ingin berpisah, nggak ada, apalagi dengan sahabat terbaik. Tapi entah kenapa aku merasa, aku bakal kehilangan kamu ya..."

"Terserah!"

Aku menarik napas dalam-dalam melihatnya pergi berlalu meninggalkanku di ruangan ganti seorang diri.

Kenapa aku bisa bilang seperti itu ya? Padahal aku belum tahu Jiro San akan memindahkanku atau tetap membiarkanku di team kesayanganku ini. J.

Sepanjang HandShake Event Shania tak sedikit pun melirik dan menghampiriku. Dia benar-benar marah sepertinya. Karena biasanya dia selalu menghampiriku untuk sekedar berbincang-bincang atau mungkin meminta berfoto berdua dan mengabadikannya lalu memposting ke twitter agar BebNju Defender tidak menganggap kita jauh atau mungkin kehabisan momen. Dan akun BeShanan tidak gulung tikar. Hehe.

Huftt maafkan aku ya, Nju? Hm...

Saat ini semua member berdiri di masing-masing team. Jiro San pun keluar dari tirai hitam dan membawa selembar kertas.

Kalian bisa lihat bagaimana wajah-wajah kami, para member, terlihat tegang termasuk aku sendiri.

Jiro San mengumumkan reshuffle team ini besar-besaran untuk memajukan JKT48 ke depannya.

Ya ya ya. Saat namaku disebut, aku tidak tahu perasaanku bagaimana,

"Beby Chaesara, tim KIII!"

Hah, aku team KIII? Sungguh? Aku tidak bisa merasakan bagaimana keadaan hatiku, namun langkah kakiku gemetar melangkah ke line yang bertuliskan 'TEAM KIII' karena hal yang aku takutkan terjadi.

Satu per satu nama-nama member disebutkan untuk dipindahkan ke mana mereka.

Dan tibalah,

"Shania Junianatha.... tim, J!"

Saat namanya disebut namun berbeda team, tubuhku benar-benar lemas, tidak percaya. Apa aku salah dengar? Barusan? Aku benar-benar berpisah dengannya?

Setelah dia dipanggil dan masuk line team J. Aku dan dia melirik satu sama lain. Posisi kita sejajar, namun tempat berdiri kita berbeda. Aku team KIII. Dan dia team J.

Raut wajahnya tetap terlihat manis walau pun air matanya sebentar lagi akan tumpah. Aku tahu itu. Dan dia masih saja sok kuat. Dengan tetap berdiri kokoh ditemani senyumannya.

Ah, tetapi dipenglihatanku tidak seperti itu. Dia kelihatan cemas dan lemas tanpa ingin menghampiriku sebentar saja seperti yang lain. Apa itu tuntutan dari seorang kapten? Harus selalu menjadi orang yang kelihatannya paling kuat? Ayo, kemari Shania...

Setelah shuffle selesai diumumkan, semua member berhamburan saling berpelukan satu sama lain. Karena ada dari mereka yang berpisah dengan orang terdekatnya sama sepertiku. Namun lain halnya aku. Aku masih tetap berdiri di tempatku, tidak berpindah posisi untuk tetap menunggunya di sini. Aku ingin tahu seberapa lama dia marah terhadapku dengan tetap berdiri di sana.

Tanpa mengatakan apa pun, aku hanya melihatnya lagi. Kata yang belum terselesaikan mengisi hatiku. Dan menunggunya.

Jika aku melangkah ke arahnya, aku takut air mata yang kusimpan akan mengalir. Jika dia merasakan hal yang sama, aku saja yang akan pergi padanya dengan perlahan-lahan karena aku tidak ingin melihatnya menangis. Tetapi, kenapa aku tak sanggup? Maafkan aku.

Ketika aku melihatnya lagi, air mata terus datang. Air mata tidak henti-hentinya ingin ditumpahkan. Pada akhirnya hatiku yang tersakiti. Tak apa.

Aku tidak sanggup berjalan ke arahnya. Tetapi jika dia sudah tidak tahan dan sanggup untuk berdiri di sana, berjalanlah ke arahku Shania. Dengan tangis sekali pun, tak apa. Aku akan coba meredakan. Seperti biasa.

Rengkuh tubuhku erat, Shania...

Aku butuh pelukanmu.

Dan ya, perlahan aku melihat dia melangkahkan kaki menuju ke arahku. Langsung memeluk tubuhku erat seperti tak ingin berpisah dan tak ingin melepaskan. Aku rasa, aku tidak dapat bernapas normal karena tubuhku dipeluknya sangat erat.

Aku membalas pelukannya. Lalu berbisik pelan, "Aku pikir kamu masih ingin sok kuat dengan tetap berdiri di sana tanpa menghampiriku."

Dia menggeleng dan mempererat pelukannya.

"Kenapa kamu nggak menghampiri aku!?" katanya disela pelukan eratnya.

"Hei, tolong kendorkan pelukanmu. Aku nggak bisa bernapas dengan normal."

Dia kembali menggeleng. "Biarin, salah sendiri!"

Aku rasa, ini pelukan tererat dan ternyaman dari sebelum-sebelumnya. Sungguh.

"Aku nggak mau. Aku akan terus memelukmu seperti ini. Aku nggak mau berpisah, aku ingin terus bersamamu."

"Kita hanya beda tim, bukan beda dunia. Jadi nggak perlu cengeng. Wajah kamu jadi jelek tahu!"

Hufft di saat seperti ini, aku malah berusaha sok kuat dan meledeknya. Karena aku tahu, kalau aku ikut menangis, dia pasti akan tambah bersedih. Aku tak ingin melihat wajah manisnya menjadi luntur karena air mata yang tak dia inginkan.

"Beda tim, bisa mengubah. Mungkin nggak semuanya, tapi perlahan-lahan."

Dia mengatakan kalimat yang membuatku merasa tambah lemas. Dia melepas pelukannya, sesaat. Mengamati wajahku. Sial. Dia tahu kalau ternyata aku juga ikut menangis.

"Kamu juga jelek. Lebih jelek dari aku karena kamu juga menangis. Coba lihat wajah kamu malah lebih kucel dari aku tahu!"

"Kamu kok jadi mengatai aku?"

Dia mengacak rambutku dan tersenyum.

"Kamu nggak perlu berpura-pura seperti ini, nanti kamu bakal rindu aku, Beb,"

"Jangan tersenyum saat kamu lagi menangis. Senyummu jadi nggak semanis biasanya tahu."

"Biarin,"

Beberapa detik kemudian dia kembali menyerah di pundakku dan kali ini dengan tangis lebih dalam sampai aku bisa merasakan pundakku basah karena air matanya.

Dia kembali menegakkan kepalanya lalu menatap wajahku lekat. Namun tangannya masih saja usil mengacak-acak rambutku dengan senyum palsunya itu. Namun kuakui, senyumnya tetap terlihat manis, tadi aku bohong. Aku memang suka jika dirinya tersenyum, karena senyumnya selalu menyenangkan untuk dilihat. Senyum yang selalu aku nantikan dan akan selalu aku rindukan.

Aku membayangkan dia menahan rasa ini setiap hari, itu semakin sulit. Orang yang dia cari nanti pasti adalah aku. Ya, kamu tahu itu, kan? Walau pun dia terbilang cuek dan tidak ingin peduli terhadapku, tapi aku tahu, dia selalu mengharapkan adanya aku untuk sekedar berada didekatnya.

Dia punya gengsi yang besar.

Disela pelukannya yang erat ini, dia tidak berkata lagi, dan tentu aku tahu. Perasaan begitu sedih. Aku malah membayangkan ketika aku dan dia sudah waktunya berpisah, pasti aku akan memikirkannya, dan air mataku selalu datang. Lalu aku tertawa dengan mirisnya.

Aku tidak terbiasa seperti ini, karena dari awal aku dan dia selalu bersama walau tak setiap hari. Membuat momen untuk membahagiakan satu sama lain, yang mungkin sekarang hanya untuk dikenang. Mustahil sekali untuk diriku bisa bertemu dengannya setiap hari, itu tidak mungkin.

"Jabatan penting kamu masih bertahan. Selamat ya! Masih diberi kepercayaan. Jangan sampai ingin digantikan, oke? Kamu juga sudah mempunyai kesibukan yang luar biasa dari aku. Jaga kesehatan selalu dan makan yang banyak!"

Ya, kenapa aku bisa bilang begitu? Aku dengannya masih satu group, hanya berbeda team. Tetapi kenapa begitu menyedihkan?

Sahabat terbaikku adalah dia. Shanju. Sebuah persahabatan yang begitu dahulu sangat kuinginkan. Aku ingin tetap berdiri di sampingnya seperti saat ini. Masih ingin memeluknya untuk berusaha meredakan dan menenangkan walau pun pada akhirnya aku juga ikut terhanyut menjadi orang cengeng sepertinya.

Aku tidak ingin pelukan ini menjadi yang terakhir kalinya.

Terhitung 1 Desember. Walau pun kita berbeda team, ketahuilah bahwa aku tak sepenuhnya pergi dari kehidupanmu. Jadi kalau ada waktu luang, jangan gengsi untuk bilang dan aku akan mengajakmu bermain. Kita bersenang-senang menikmati waktu yang terbilang singkat untuk kembali membuat kenangan.

"Aku di sini, di mana pun, walau mungkin tidak terlihat dekat, tapi selalu berharap yang terbaik untuk Shania."

- Beby

Continue Reading

You'll Also Like

858K 24.3K 63
WARNING⚠⚠ AREA FUTA DAN SHANI DOM YANG NGGAK SUKA SKIP 21+ HANYA FIKSI JANGAN DI BAWA KE REAL LIFE MOHON KERJASAMANYA. INI ONESHOOT ATAU TWOSHOOT YA...
288K 3.1K 4
Oneshoot gay tentang Daniel yang memiliki memek dengan bermacam macam dominan. Jangan salah lapak-!!!
296K 1.2K 5
ONE SHOOT 21+ If you found this story, u clearly identified as a horny person. So find ur wildest fantasy here and just let's fvck, yall. Underage ki...
198K 13.7K 57
Tiada yang rela mengurus Pasha setelah bapak meninggal. Gadis itu terpaksa ikut dengan Winda ke ibu kota. Putus sekolah, mencari pekerjaan dan harus...