TERPERANGKAP SISI GELAP

By Yantie_Wahazz

327K 8.6K 1.1K

Kesalahan terbesar dalam hidup Jasmine adalah jatuh terlalu dalam pada pesona seorang Jose Santibanez, relas... More

PROLOG
FIRST SIGHT
Second Sight
Dua Hati Yang Kasmaran
PERMINTAAN PALING KONYOL
BIMBANG
THEIR WEDDING
PESTA SESUDAH PESTA
Wellcome, Baby ...
MALAM MENCEKAM ( 1 )
Malam Mencekam ( 2 )
CINTA YANG TERLUKA
GONE
EFEK TEST PACK
Kenangan Termanis
NEED A PSIKIATER
MAYAT MISTERIUS
PEREMPUAN PENGHUNI VILLA
HILANG ( Flash back )
SONIA
KABAR TSG VERSI CETAK

Keputusan Gegabah

12.6K 296 9
By Yantie_Wahazz

Saya hanya menunggu kritik dan saran kalian, agar ide bisa mengalir sederas arus. Terima kasih sudah menyertai saya sampai pada BAB 6 kali ini. Semoga kalian suka dengan isi imajinasi saya.



Pagi ini, Roza menyodorkan jadwal untuk dijalankan Jose hari ini. Dua sesi rapat dengan kolega dari Surabaya dan Yogya akan selesai pada pukul tiga sore, kalau saja rapat hari ini berjalan lancar sebagaimana jadwalnya. Setelah jam tiga, jadwal kosong.

"Sore hari jadwal kosong, Za?"

"Benar, Pak."

Jose manggut-manggut.

"Maaf, Pak. Ada kabar dari staff pak Affandy yang mengabarkan bahwa hari ini beliau tidak bisa hadir."

Jose mendongak menatap Roza.

"Bagaimana beliau bisa tidak hadir, sementara rapat hari ini berkaitan juga dengan perusahaan beliau sebagai suplier bahan?" Jose bertanya dengan dahi mengerut.

"Betul, Pak. Tapi asisten beliau mengabarkan bahwa beliau sedang menunggui anaknya yang sakit di rumah sakit, Pak."

Jose terkejut. Sakit? Jasmine sakit?

"Sakit?"

"Iya, Pak."

Jose diam untuk merenung memikirkan apa sakit yang diderita gadis keras kepala itu.

Dan rapat hari ini berjalan sesuai jadwal, menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang memuaskan semua pihak. Bahkan perusahaan milik Pak Affandy Candranata memang hanya diwakili oleh staf beliau. Usai rapat, Jose menghampiri staff tersebut.

"Maaf, Anda staff Pak Affandy?"

"Betul, Pak." Asisten itu menjawab sambil mengamati Jose yang bertanya dengan nada yang demikian datar.

"Benar putri beliau sakit?"

"Betul, Pak. Menurut kabar terakhir yang saya tahu, kondisinya semakin menurun."

Deg! Ada kegundahan tersendiri ketika Jose mendengar kondisi Jasmine menurun.

"Di mana putri beliau di rawat?"

Asisten pak Affandy lantas menyebut nama sebuah rumah sakit swasta yang cukup berkelas di kota itu. Lalu tanpa menunggu percakapan berikutnya, Jose bergegas meninggalkan asisten Pak Affandy.

Jalanan belum lagi macet ketika Jose sampai di jalan menuju rumah sakit. Entahlah, dia tak mengerti mengapa harus bergegas untuk menjenguk gadis keras kepala itu. Padahal beberapa waktu lalu, Jose jelas-jelas menolak satu permintaan mengejutkan yang diajukan Pak Affandi kepada dirinya.

Jose tersenyum.

Dalam hati mentertawakan rasa sayang Pak Affandy yang berlebihan terhadap anaknya. Bahkan dengan sukarela meminta dirinya menikahi putri kesayangannya, meski beliau tahu, bahwa Jose bukan laki-laki yang baik.

Setengah jam berlalu dengan cepat ketika Jose sampai di halaman Rumah Sakit mewah itu. Sejenak langkahnya meragu, tapi kemudian dia menepis keraguannya. Dengan langkah lebar, Jose melangkah menuju ke bagian informasi. Kemudian seorang perawat memberi petunjuk keberadaan Jasmine.

Dan ketika Jose sampai di sini, di depan pintu kamar rawat inap Jasmine, dia berhenti sejenak. Keraguannya kembali muncul, namun lagi-lagi dia menepisnya. Kemudian dia membuka pintu kamar itu, perlahan. Dan pemandangan yang pertama kali dia lihat adalah Pak Affandy yang duduk termenung di sofa, yang berada di sudut kamar. Sementara di dipan rumah sakit, terbaring seorang gadis dengan selang infus di tangannya.

Dan begitu Jose terlihat di depan pintu, Pak Affandy yang tak menyangka akan kedatangan seorang Jose, segera berdiri menyambut dengan keterkejutan yang tak bisa disembunyikan.

"Halo, Mister?" Pak Affandy mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Jose.

Jose menyambut dengan tak kalah ramah.

"Maaf, saya baru bisa menjenguk putri anda sekarang, Pak Affandy."

Pak Affandy tersenyum sendu.

"Tak mengapa, Mister. Ini juga sudah cukup untuk saya dan putri saya."

Jose menatap Jasmine. Terlihat gadis itu sedikit kurus dari terakhir kali Jose bertemu dengannya.

"Apa penyakit Jasmine, Pak Affandy?"

Pak Affandy menatap Jasmine sebentar, kemudian sambil berjalan mendekati ranjang gadis itu, Pak Affandy sedikit membuka kisah Jasmine. Sementara Jose ikut berjalan pelan mendekati Jasmine yang tertidur.

"Dokter bilang typus." Pak Affandy mengatakan kesimpulan dokter dengan pelan.

"Sejak kapan?"

Pak Affandy tak langsung menjawab, dan bahkan beliau menatap ragu ke arah Jose.

"Maaf, seharusnya saya tak mengatakannya. Karena ini sudah cukup memalukan untuk kami."

"Maksud Pak Affandy?" Jose mengerutkan keningnya.

Pak Affandy hendak menjawab, namun ragu.

"Sejak Mister menolak permintaan saya untuk menikahi Jasmine, dia sangat terpukul. Selera makannya menurun. Bahkan keinginan kuliahnya di Kuala Lumpur pun dia batalkan begitu saja."

Pandangan Pak Affandy terlihat kosong ketika menatap putrinya yang tertidur dengan napasnya yang sangat lirih.

"Saya minta maaf jika menjadi penyebab Jasmine seperti ini," Jose menyatakan penyesalan yang dalam.

Pak Affandy menggeleng sambil tersenyum masam, tak berani menyalahkan Jose dalam kasus Jasmine.

"Mister tidak bersalah. Mungkin Jasmine saja yang kekanakan. Maklum, dia masih terlalu muda. Sementara untuk membimbing secara keseluruhan, jelas saya tidak mampu, mengingat saya single parent."

"Sekali lagi saya minta maaf, Pak Affandy."

"Tak perlu minta maaf, Mister. Nanti bersama berlalunya waktu, saya rasa kedewasaan Jasmine akan semakin bertambah. Saya hanya meminta doa untuk kesembuhan putri saya. Dia satu-satunya yang saya miliki setelah almarhum istri saya meninggal."

Pak Affandy mengusap pelan rambut Jasmine yang terlihat sangat kontras dengan warna sarung bantal rumah sakit itu. Tak urung, mata Pak Affandy kelihatan berkabut dan mendung. Kesedihan begitu kentara meski beliau mencoba menutupinya.

Jose tiba-tiba kehilangan kata-kata berada pada suasana yang demikian sendu. Tapi Jose punya alasan sendiri, kenapa waktu itu dia tak meloloskan keinginan Pak Affandy untuk menikahi putri semata wayangnya.

Karena Jose tak ingin menambah daftar nama perempuan yang akan menjadi abnormal karena dirinya. Cukup sudah dirinya yang abnormal, beserta teman-teman tak wajarnya. Tapi jangan Jasmine. Gadis ini terlalu baik dan cantik untuk menjadi partner 'tak wajar' nya.

Tidak!! Jangan Jasmine. Jose tanpa sadar menggeleng, membuat Pak Affandy bertanya dalam hati, apa yang membuat Jose seperti ingin menepis sesuatu dari pikirannya.

"Ada sesuatu, Mister?"

Jose menggeleng sembari melihat ke pergelangan tangannya untuk memastikan jam.

"Sepertinya sudah sore, Pak Affandy. Jadi saya akan pamit untuk pulang. Saya doakan agar Jasmine segera sehat seperti semula."

Pak Affandy tersenyum.

"Terima kasih untuk simpati dan doanya, Mister."

Jose mengangguk. Dan tanpa diduga, laki-laki itu berjalan pelan mendekati Jasmine. Mengamati dengan seksama untuk beberapa saat. Kemudian tangannya yang kokoh itu terulur untuk mengusap lembut rambut Jasmine, kemudian mengusap pipi tirus gadis itu dengan punggung tangannya.

"Lekas sembuh, Jasmine." Jose mengucap kata lirih, serupa mantra yang mengusik tidur lelap gadis itu, membuatnya menggerakkan kepala dengan sebuah senyum tipis, meski matanya masih terpejam.

Pak Affandy tertegun sejenak ketika melihat sikap manis dan lembut Jose kali ini, mengingat bagaimana kerasnya laki-laki itu menolak pinangannya, beberapa waktu lalu.

"Saya permisi, Pak Affandy. Semoga putri anda lekas sembuh."

"Terima kasih, Mister."

Jose bergegas meninggalkan kamar rawat inap Jasmine diiringi tatapan penuh tanda tanya pak Affandy.

Menyusuri koridor rumah sakit mewah ini membuat Jose sejenak terbawa arus lamunannya. Kedua sisi hatinya saling berebut tempat untuk dominan. Antara keinginan menolak Jasmine karena tak mau membuat gadis itu terjebak dalam kehidupannya yang hitam, atau menerima kehadiran gadis itu, mengingat bagaimana sebenarnya Jose memiliki ketertarikan tak kasat mata dengan Jasmine.

Ya, hati kecilnya sejujurnya terpesona oleh Jasmine.

Tapi Jose setidaknya tahu, bahwa sebuah hubungan tak cukup dibangun berdasarkan rasa terpesona dan ketertarikan. Karena cinta ikut andil di dalamnya. Dan Jose tahu, cinta Jasmine pada dirinya hanya cinta monyet seorang gadis remaja. Bukan sebuah cinta perempuan dewasa.

'Tapi gadis itu demikian cantik dan manis,' sisi lain hati Jose seolah berteriak menyatakan bagaimana indahnya Jasmine. Tapi lagi-lagi sisi hatinya yang lain menentang, bahwa Jasmine hanya gadis kecil dan tak akan bisa memuaskan hasratnya yang tak wajar. Karena jelas bahwa masih sangat banyak partner abnormal yang bisa dia pakai sewaktu-waktu.

Dan itu cukup memuaskan, setidaknya hingga saat ini.

* * * * *

Malam ini, kondisi Jasmine sedikit memburuk. Beberapa kali dokter mengecek keadaannya, memberikan suntikan dan segala macamnya. Membuat Pak Affandy panik. Hingga dia memutuskan untuk menghubungi Jose, sebagai langkah terakhir dan paling memalukan yang harus Pak Affandy tempuh. Biarlah, asal Jasmine bahagia, apapun taruhannya akan Pak Affandy jalani. Meski untuk itu, dia harus kembali merendahkan harga dirinya.

"Maaf jika mengganggu anda, Mister." Pak Affandy menyambut Jose yang datang tergesa ke ruang rawat inap Jasmine.

"Tak mengapa, Pak."

"Ini tentang putri saya lagi."

Jose mengertukan dahinya penuh tanya.

Pak Affandy terdiam sejenak, menatap Jose dengan ragu-ragu. "Untuk yang terakhir saya meminta kesediaan anda, Mister. Untuk menikahi putri saya."

Pak Affandy terdiam sejenak. Dilihatnya Jose yang merasa jengah dengan permintaan tak masuk akal yang dilakukan oleh Pak Affandy.

"Maaf, Pak ... pernikahan bukan hal sepele, anda tentu tahu itu. Ada kesepakatan dan tanggung jawab di dalamnya. Dan itu yang belum bisa saya jalani untuk saat ini."

"Saya tahu, Mister. Jika ini hanya akan berlangsung sesaat, saya ikhlas, Mister. Jika ini akan menjadi jalan kebahagiaan putri saya, saya akan sangat bersyukur. Namun jika ini akan menjadi hal terakhir yang akan dialaminya, saya ikhlas, Mister."

Kalimat aneh Pak Affandy membuat Jose mengerutkan keningnya tanda tak mengerti.

"Apa maksud anda, Pak Affandy?"

Pak Affandy menghela napas berat.

"Dokter menyimpulkan bahwa Jasmine seperti tak memiliki semangat untuk sembuh."

Jose terkejut. Bagaimana bisa sampai demikian ? Jose meragu, pikirannya kacau antara iya atau tidak. Karena keduanya memiliki alasannya masing-masing. Dan kedua alasan itu sama-sama masuk akal.

"Kalau begitu ... Pak Affandy bisa mencari hari paling baik untuk pernikahannya." Kalimat tegas Jose membuat Pak Affandy terkejut.

"Pernikahan?" Pak Affandy tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya yang bercampur dengan rasa bingung.

"Saya akan menikahi Jasmine."

Ha ?

Pak Affandy bahkan hanya bisa melongo mendengarkan kalimat tegas Jose kali ini. Bahkan ketika laki-laki itu berjalan pelan mendekati ranjang Jasmine, Pak Affandy masih terdiam dengan keterpanaannya.

Setelah menatap beberapa saat, Jose lantas mengusap lembut rambut Jasmine yang masih terbaring dan tidur dengan pulasnya.

"Cepat sembuh, Jasmine. Karena kita akan segera menikah," kata Jose tegas meskipun dengan volume yang lirih. Pak Affandy semakin kehilangan kata-kata saking bahagianya dengan kesanggupan Jose menikahi Jasmine. Ini benar-benar diluar dugaannya.

"Terima kasih, Mister." Pak Affandy tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya malam ini. Bahkan di mata tua beliau mengambang air mata bening yang hendak jatuh.

"Saya akan mempersiapkan segala sesuatunya, Mister."

Jose menggeleng.

"Tak perlu, Pak Affandy. Ini akan menjadi tanggung jawab saya. Saya yang akan mempersiapkan segala sesuatunya."

"Tapi Mister?"

"Kewajiban Pak Affandy nanti hanya menikahkan saya dengan putri anda. Selebihnya, semua akan menjadi tanggung jawab saya."

Pak Affandy melongo.

"Saya harap, Jasmine segera sembuh. Saya permisi, Pak Affandy."

"Silahkan, Mister. Sekali lagi terima kasih."

Jose hanya mengangguk sambil melangkah keluar dari ruang rawat inap Jasmine, diiringi tatapan penuh kebahagiaan dari mata Pak Affandy.

Sementara keluar dari ruang rawat inap Jasmine, Jose merasa aneh dengan keputusannya untuk menikahi Jasmine dengan gegabah. Pertimbangannya hanya satu, karena Pak Affandy sangat menyayangi Jasmine, sehingga Jose tak ingin mengecewakan Pak Affandy. Terlebih mereka sudah menjadi rekan bisnis selama bertahun-tahun.

Lalu bagaimana dengan Jasmine ? Apakah dia punya andil dalam keputusan gegabah yang diambil Jose ?

Sejujurnya, Jose mengakui bahwa Jasmine memang cantik dan menarik. Siapa yang tak goyah dengan gadis berkulit bening, memiliki wajah dengan pipi yang cubby dan menggemaskan, mata yang selalu berbinar ceria, dan juga postur yang menggoda? Tentu semua laki-laki akan goyah. Tak terkecuali Jose.

Yang menjadi masalah adalah karena Jasmine masih terlalu belia untuk seorang Jose yang sudah sangat dewasa, bahkan masuk kategori brengsek. Dan Jose tak mau membawa Jasmine kedalam kehidupannya yang penuh dosa.

Tapi sinar mata memohon Pak Affandy, dan juga raut Jasmine yang tertidur tanpa semangat untuk sembuh, sebagaimana kesimpulan dokter, mampu membuat Jose mengatur ulang penolakannya beberapa waktu lalu.

Dan inilah keputusannya. Dia akan menikahi Jasmine. Segera, setelah gadis itu sembuh.

* * * * *

"Apa kabar, Jasmine?" Pak Affandy menyapa Jasmine yang pagi ini sudah terbangun dan sedang sarapan bubur, disuapi oleh seorang perawat. Kali ini Pak Affandy menyempatkan diri menjenguk Jasmine, setelah kondisinya menunjukkan kemajuan yang lumayan.

"Hai, Ayah." Suara Jasmine masih terdengar lirih dan lemah, tapi pancaran semangat terlihat berbinar di matanya yang cekung.

Pak Affandy mendekat.

"Bagaimana pagimu, Sayang?"

"Jasmine lebih baik hari ini, Yah. Benar kan, Sust?" Jasmine menatap suster yang menyuapinya, seakan meminta persetujuan bahwa hari ini dia jauh lebih baik.

Suster itu tersenyum lembut dan mengangguk.

"Kamu harus segera sembuh. Karena Jose jelas tak mau menikahi gadis kecil yang penyakitan." Pak Affandy tersenyum penuh arti menatap Jasmine yang tersenyum malu.

"Sudah, Sust, saya sudah kenyang," kata Jasmine menggelengkan kepalanya. Suster itu mengangguk dan memilihkan beberapa butir pil yang harus diminum Jasmine pagi ini.

Dengan senang hati Jasmine menerima butiran-butiran pahit itu dan meminumnya. Semangatnya untuk sembuh benar-benar terlihat dari sinar matanya yang berbinar. Padahal untuk hari-hari biasa, Jasmine akan sangat membenci pil-pil itu. Beberapa saat, suster itu keluar dari ruang rawat inap Jasmine,hingga tinggal Jasmine dan Pak Affandy di sana.

"Apa kamu yakin dengan keinginan kamu menjadi istri Mister Jose, Jasmine."

Jasmine menatap ayahnya sebentar, lalu menunduk sambil mengangguk. Pak Affandy menghela napas sedikit berat, karena beliau ragu, perasaan cinta seperti apa yang di miliki Jasmine untuk Mister Jose itu. Tapi demi menghargai keputusan Jasmine, Pak Affandy mencoba berkompromi dengan keinginan tak masuk akal Jasmine kali ini.

"Apa Ayah tak merestui Jasmine?"

Pak Affandy tersenyum sendu. "Asal kamu bahagia, apapun itu, Ayah akan selalu merestui kamu, Jasmine."

"Terima kasih, Ayah," kata Jasmine sembari mengulurkan tangan meminta sebuah pelukan. Dan Pak Affandy akan dengan senang hati memeluk Jasmine dengan penuh kasih sayang.

Seaneh apapun permintaan Jasmine, nyatanya Pak Affandy tak pernah sanggup menolaknya. Karena hanya Jasmine yang dia miliki saat ini. Dan beliau tak mau melihat Jasmine mengalami patah semangat seperti ini lagi. Cukup sekali Pak Affandy melihat Jasmine menderita seperti ini.

"Istirahatlah, Sayang. Ayah akan ke kantor. Pagi tadi Mister Jose meminta Ayah untuk datang ke kantornya." Dan Jasmine cukup berbinar karenanya, padahal hanya menyebut nama Jose. Dia benar-benar kasmaran kali ini.

"Ayah akan bertemu dengan Jose?" Jasmine bertanya dengan malu-malu. Pak Affandy mengangguk,

"Ada sesuatu?"

Jasmine menggeleng malu, hingga Pak Affandy keluar dari ruang rawat inap Jasmine.

* * * * *

Continue Reading

You'll Also Like

17M 752K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
994K 147K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
3.3M 48.6K 31
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
799K 77.1K 51
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...