TERPERANGKAP SISI GELAP

By Yantie_Wahazz

328K 8.6K 1.1K

Kesalahan terbesar dalam hidup Jasmine adalah jatuh terlalu dalam pada pesona seorang Jose Santibanez, relas... More

PROLOG
FIRST SIGHT
Second Sight
Dua Hati Yang Kasmaran
Keputusan Gegabah
BIMBANG
THEIR WEDDING
PESTA SESUDAH PESTA
Wellcome, Baby ...
MALAM MENCEKAM ( 1 )
Malam Mencekam ( 2 )
CINTA YANG TERLUKA
GONE
EFEK TEST PACK
Kenangan Termanis
NEED A PSIKIATER
MAYAT MISTERIUS
PEREMPUAN PENGHUNI VILLA
HILANG ( Flash back )
SONIA
KABAR TSG VERSI CETAK

PERMINTAAN PALING KONYOL

15.4K 337 24
By Yantie_Wahazz

Dan tangan saya selalu gatal untuk update. Jadi maaf jika namanya sata tag, saya hanya meminta kritik dan saran.

RitaverengkieKidungeAtiecyntiadewiernamaldiniratu_kyuhaesubektinitagemiKharinMIpeh01RaffkyAryawicaksono20MariaDonicaAlfiNurhasanahdtonggoRahmawatiMahmudhanitetehnajinggaseptirhannasajananasoemeri29fauziahnurimanzarnila22zarinahiPuri94EmaYufinakimmiyugiyumeighashadowshadesMimialogorahmalapsirtuslihaGincuMerahWanitatrisnawatiwiyonoTikHansyahazMayaTiaFatimahZahro

SINGGAH DAN CACILAH!!!



Seharian ini, Pak Affandy gelisah didalam ruangan kantornya. Meskipun ruangan ini sangat nyaman, tapi tak mampu meredam kegelisahan hatinya. Beberapa berkas kerjasama yang teronggok didepan mejanya, sama sekali tak membuatnya tergugah untuk segera mengerjakannya. Ingatannya selalu saja terfokus pada wajah sembab Jasmine yang entah mengapa tiba-tiba minta ayahnya untuk datang menemui Jose dan meminta agar dinikahi.

Saat itu Pak Affandy panik dan marah tentu saja, karena bukan tanpa sebab jika tiba-tiba saja Jasmine meminta hal paling konyol yang pernah Pak Affandy dengar. Tapi akhirnya Pak Affandy mengalah.

Keputusannya hanya satu, dia harus segera bertindak sebelum gadisnya itu melakukan ancamannya. Maka ketika jam makan siang usai beberapa waktu lalu, Pak Affandy memacu mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke kantor Jose, yang jaraknya lumayan jauh karena jalan menuju kesana sedikit melingkar.

"Apakah Mister Jose ada di tempat, Nona?" Pak Affandy memberanikan diri bertanya pada resepsionis yang sejak awal menawarkan senyum manisnya.

"Maaf, dengan Bapak siapa? Apakah sudah mengadakan janji dengan beliau?" resepsionis itu melontarkan pertanyaan dengan suara merdu dan ramah.

"Saya Pak Affandy dari Waskita Karya Group, Nona. Memang saya belum mengadakan janji dengan beliau, tapi kalau beliau berkenan bertemu dengan saya, saya akan bersedia menunggu."

Wajah serius Pak Affandy membuat resepsionis tersebut menghubungi Jose yang ada di ruangannya di lantai atas.

Beberapa percakapan terjadi antara resepsionis dengan Jose. Dan meski agak keberatan, sepertinya Jose bersedia menerima Pak Affandy meskipun tak ada janji sebelumnya.

Suasana ruang kerja di kantor Jose sangat tenang dan nyaman ketika tiba-tiba Roza melongok masuk dan mengatakan bahwa ada Pak Affandy yang tiba-tiba datang.

Padahal seingat Jose, hubungan perusahaan mereka sudah beres seratus persen. Tapi Jose tetap menerima kedatangan Pak Affandy yang entah mengapa, datang dengan muka sedikit masam.

"Maaf, Pak Affandy. Ada yang bisa saya bantu?" Jose mengawali percakapan begitu tamunya sudah duduk di kursi di hadapannya.

Pak Affandy menghela napas berat. "Sebelumnya saya minta maaf jika kedatangan saya kurang berkenan, Mister. Ini menyangkut putri saya."

"Jasmine?" Jose bertanya, karena dia masih juga belum menangkap, apa yang kira-kira akan menjadi bahan pembahasan mereka kali ini.

"Ya, Jasmine."

Jose terdiam sejenak, menunggu bilamana Pak Affandy akan melanjutkan pernyataannya. "Ada apa dengan Jasmine, Pak Affandy?"

Muka Pak Affandy terlihat merah padam. "Saya tak tahu apa yang telah terjadi antara Anda dan putri saya. Tapi yang pasti, dia meminta agar Anda menikahinya."

Dan kalimat Pak Affandy sukses membuat Jose terkejut sekaligus tak habis pikir, mengapa gadis itu bersikap aneh dan sedikit gila seperti ini.

"Maaf, Pak. Ada apa ini sebenarnya, sampai saya harus menikahi putri Anda?"

Terlihat jelas, bahwa kali ini Pak Affandy menahan amarah yang nyaris meledak sekaligus rasa malu, kalau saja dia tak ingat bagaimana Jose sangat berperan aktif dalam perkembangan perusahaannya yang tergolong kecil jika dibanding dengan perusahaan Jose.

"Maaf, Mister. Saya sangat menghargai dan menghormati Anda. Jadi demi rasa hormat saya, saya meminta dengan baik-baik dan merendahkan harga diri saya sebagai seorang ayah, agar Anda menikahi putri saya. Mengenai penyebabnya, silahkan anda terlusuri kembali."

Jose tertawa miring kali ini. Kesabarannya benar-benar diuji dengan hal konyol tak masuk akal seperti ini.

"Dan sebagai jawaban tegas, saya pastikan bahwa saya menolak permintaan Anda, Pak Affandy." Kalimat tegas yang diucapkan dengan nada datar oleh Jose ini sontak membuat Pak Affandy mengerti bahwa kedatangannya kali ini mengalami kegagalan.

Pak Affandy tanpa banyak bicara lagi, langsung berdiri dan meninggalkan kantor Jose tanpa permisi sama sekali. Harga dirinya benar-benar terinjak setelah dia sendiri yang merendahkannya, demi Jasmine.

Sementara Jose hanya tertawa, tergelak bahkan melihat kekonyolan yang dia lihat hari ini. Tapi kemudian tawanya terhenti mendadak ketika dia ingat peristiwa beberapa waktu yang lalu ...

Flashback ...

Malam itu, Jose mengantar Clara di rumahnya, dan berlanjut pada mengantar Irina. Jasmine karena rumahnya paling jauh, maka diantar terakhir.

Jose tak mengacuhkan pandangan kesal Jasmine ketika dia menuruti ajakan Irina untuk turun saat sampai di rumah Irina. Dan hal yang bisa dipastikan adalah Irina selalu pandai memanfaatkan keadaan, karena menit berikutnya Jose larut dalam permainan transaksi bibir yang disuguhkan Irina.

Jose menggeram karena merasakan bahwa iblis dalam dirinya perlahan bangkit, menyisihkan akal sehat yang masih tersisa. Maka dia segera menyentak Irina untuk mengendalikan nafsu hitamnya. Bergegas, Jose meninggalkan Irina meski perempuan itu menahannya dengan setengah memaksa.

"Cukup, Irina. Ini sudah malam, dan aku harus mengantar Jasmine."

"Tapi Jose ... kamu bisa kan, balik lagi ke sini?"

Jose terdiam.

"Maaf, Irina." Hanya itu kalimat yang dikatakan Jose sebelum dia meninggalkan Irina yang terengah dengan nafsunya yang terputus tanpa pelampiasan. Dia kesal, sangat kesal malam ini.

Jose melangkah menuju mobil dengan sedikit tergesa dan langsung membuka pintu belakang mobil.

"Maaf. Bisa duduk di kursi depan?" Jose memberi perintah dengan suara yang datar namun sedikit gemetar karena menahan desakan liar yang mulai bergerak di aliran darahnya.

Untungnya Jasmine hanya menatapnya sekilas penuh tanda tanya, tanpa membantah sama sekali kemudian berjalan ke jok depan. Duduk manis dengan Jose yang ikut menyusul dibelakang kemudi, kemudian menjalankan mobil menuju rumah Jasmine.

Perjalanan mereka berlangsung bisu. Hanya sesekali Jose menatap ke arah Jasmine yang ekspresi wajahnya terlihat sangat tak sedap dipandang. Dalam hati, Jose yang dalam darahnya sudah dialiri nafsunya yang hitam, mengumpat karena entah mengapa dia begitu gerah menatap Jasmine yang hanya duduk manis di sampingnya. Dalam pandangan matanya, Jasmine bahkan mirip hidangan yang siap santap.

Jose menelan ludahnya yang bahkan semakin menyekat tenggorokannya. Suhu AC mobil yang nyaris menggigilkan tubuh saat suasana normal, bahkan tak memiliki efek apapun untuk tubuhnya yang semakin gerah.

"Jasmine ..." Jose tak tahan untuk berdian diri saja, yang hanya disahuti dengan pandangan sekilas Jasmine padanya. "Apakah Pak Affandy akan marah jika kamu pulang jam segini?"

Jasmine hanya menggeleng.

Tiba-tiba ponsel Jasmine bergetar tanda telepon masuk. Terlihat Jasmine menerima dengan sopan. "Hallo, Ayah?! Jasmine masih dijalam menuju pulang."

" ..... ....."

"Kok mendadak, Yah?"

" ... ... ..."

"Okelah. Ayah hati-hati ya?"

"... ... ..."

"Oke, bye Ayah."

Jasmine menutup telepon, tepat pada saat Jose menoleh kearahnya, menanyakan perihal telepon tadi.

"Pak Affandy?"

Jasmine mengangguk.

"Pergi kemana?"

"Katanya ke Surabaya. Mendadak."

Bisu. Pembicaraan mereka terhenti dengan sendirinya, hingga mobil Jose memasuki halaman rumah Jasmine. Terlihat sepi karena memang hanya ada Jasmine, Pak Affandy, Pak Rus yang sopir, dan Bu Rubi yang mengurus rumah tangga.

Ketika Jasmine hendak keluar dari mobil, Jose menahannya dengan sebuah panggilan.

"Jasmine?!"

Jasmine menatap Jose sekilas. Sungguh, Jasmine ingin segera berlari masuk ke dalam rumahnya untuk menghindari tatapan mata Jose yang sayu namun tajam menusuk. Tapi gadis itu seperti terhipnotis. Dia hanya bisa diam

Bahkan ketika menit berikutnya Jose sudah meraihnya dengan sebuah ciuman lembut dengan bibir yang panas, Jasmine hanya bisa membelalakkan mata takjub sekaligus terkejut. Tapi Jasmine tak bisa menolak meskipun dia sangat ingin menolak. Akal sehatnya bahkan mengumpat karena tubuhnya demikian lumer dengan debaran jantung yang berdentam melebihi kadar normal.

Napas Jasmine terengah diantara ciuman Jose yang semakin panas dan menuntut agar Jasmine membalas lumatannya yang rakus. Sementara Jose yang akal sehatnya telah terselubungi oleh kabut hitam bernama nafsu karena entah mengapa sedikit marah ketika Jasmine seolah tak menganggap keberadaan Jose sama sekali.

Jose menggeram ketika merasakan bahwa bibir Jasmine demikian lembut dalam kepolosannya. Terasa manis karena Jose ingin menyecapnya lagi dan lagi. Apapun bahkan tak membuatnya sanggup menghentikan aksi gilanya kali ini.

Jasmine yang sekalipun tak pernah merasakan ciuman laki-laki itu hanya bisa terdiam tak membalas kerakusan bibir Jose yang diluar kendali. Jasmine hanya terdiam dengan tubuh panasnya yang gemetar luar biasa. Bahkan saat Jose semakin kurang ajar dengan menikmati ceruk leher Jasmine yang sangat wangi dan tentu saja lembut, Jasmine malah terbuai.

Hampir seluruh kewarasan Jose terkubur oleh nafsu hitam yang selalu siap mengancam kewarasan laki-laki itu ketika dengan sedikit kasar dia menggigit leher Jasmine membuat gadis itu menjerit. Dan bagai tersadar dari lingkaran arus hitam mengerikan, Jasmine berontak dan melepaskan diri dari cengkeraman Jose.

Keduanya terengah dan saling pandang. Kemudian dengan muka merah padam menahan malu dan marah, Jasmine bergegas keluar dari dalam mobil dan berlari ke dalam rumah.

Sementara Jose yang masih terpaku, hampir tak percaya dengan apa yang dia lakukan sendiri tadi. Karena jujur saja, Jose bahkan tak merencanakan sama sekali apa yang dia lakukan barusan.

Jose menggeram, karena sejujurnya, dia belum puas merasakan kelembutan yang bercampur rasa manis yang menguar dari tubuh Jasmine. Segera dia menyalakan mesin mobilnya dan melaju pelan untuk kemudian melesat meninggalkan rumah Jasmine. Jose bertekad harus menjauhi Jasmine, apapun alasannya. Dia tak ingin terperosok dalam pesona gadis muda yang ternyata adalah teman Clara, adiknya. Karena semakin dekat dengan Jasmine, semuanya akan lebih buruk dari sekarang.

Jose tak mau itu terjadi. Dia tak akan menyeret siapapun untuk memasuki dunianya yang gelap dan mengerikan untuk sebagian perempuan. Meski nyatanya ada beberapa perempuan yang bahkan dengan senang hati menyodorkan diri memasuki dunia Jose.

Tapi Jose tak ingin perempuan itu Jasmine. Tidak! Jangan Jasmine.

Jose menggeleng kuat. Sekuat tekadnya.

Flashback off ...

* * * * *

Sore ini Jasmine menunggu kedatangan Pak Affandy dengan harap-harap cemas. Karena tadi pagi, Pak Affandy berjanji akan datang menemui Jose dan meminta agar laki-laki itu bersedia menikahinya. Meski Jasmine tak mengatakan apapun alasannya, tapi Pak Affandy terlanjur berpikir buruk mengenai tekad konyol Jasmine kali ini.

Dengan sedikit cemas, gadis itu berkali-kali melihat ke arah halaman yang sore ini basah oleh gerimis. Dan hatinya semakin tak menentu ketika dia mendengar suara derum mobil yang berhenti di garasi samping rumah. Jasmine berlari kecil menyambut kedatangan ayahnya.

Namun wajah murung Pak Affandy sudah cukup bagi Jasmine untuk mengetahui apa kira-kira hasil permintaan mereka.

Oke, Jasmine tahu bahwa dia memang sangat aneh dan konyol karena sebagai seorang gadis dia bahkan meminta laki-laki untuk menikahinya.

"Bagaimana, Ayah?" Jasmine langsung menyerbu ayahnya dengan senyum ceria yang tak dapat dia tutupi, meski feelingnya mengatakan bahwa Pak Affandy gagal dengan misinya.

Sembari menggeleng, Pak Affandy kini menatap Jasmine dengan pandangan menyesal karena telah mengecewakan gadis itu.

Jasmine hanya menatap ayahnya dengan pandangan mata kecewa dan di matanya yang biasanya memancarkan binar ceria yang demikian cemerlang, kini mengambang air tipis yang siap meluncur jatuh. Dengan rasa kecewa yang demikian besar, gadis itu berlari ke kamarnya, membanting pintunya dan menumpahkan tangisnya di sana.

"Jasmine!" Teriakan Pak Affandy bahkan tak membuat Jasmine berhenti. Dengan bergegas, Pak Affandy menyusul Jasmine ke kamarnya hanya untuk melihat bahwa gadis itu menangis tersedu di sana. Dengan langkah pelan, Pak Affandy melangkah mendekati Jasmine dengan perasaan hancur lebur, seakan merasakan bagaimana hancurnya hati Jasmine.

"Jasmine, Ayah tak tahu apa yang menjadi penyebab sehingga kamu nekad meminta ayah untuk memintanya jadi suamimu," Pak Affandy terdiam sesaat. Sementara isak Jasmine masih terdengar miris, mengiris dada Pak Affandy hingga menyisakan perih di sana.

Jasmine tak juga menjawab.

"Jadi kamu tetap tak mau menjawab, kenapa engkau meminta Mister Jose untuk menikahimu?"

Jasmine menggeleng.

"Kalau begitu, mulai sekarang ... lupakan Mister Jose. Toh sejak awal Ayah sudah bilang kan, beliau orang kaya. Apalagi usia kalian sangat jauh kesenjangannya."

Jasmine menghentikan tangisnya tiba-tiba.

"Bagaimana kalau Jasmine mencintai Mister Jose. Yah? Apakah Ayah masih juga bertanya, kenapa Jasmine ingin menjadi istrinya?" akhirnya Jasmine menemukan alasan paling masuk akal.

Pak Affandy terkejut.

"Jasmine? Kamu tahu apa yang kau katakan, Nak? Bagaimana mungkin kamu mencintai laki-laki yang bahkan baru kamu temui hanya beberapa kali?"

Jasmine terdiam, terisak.

Jasmine kemudian malah menggeleng sambil menunduk. "Jasmine tak tahu, yang pasti Jasmine merasa bahwa Jasmine mencintainya."

Dan runtuhlah sudah akal sehat Pak Affandy ketika Jasmine mengatakan bahwa dia mencintai Mister Jose, rekan kerja yang selalu merangkulnya dalam berbisnis. Meski kerjasama mereka selama ini berjalan baik dan saling menguntungkan, tapi jujur saja Pak Affandy tak terlalu mengerti dan memahami siapa dan bagaimana Jose. Pak Affandy hanya tahu bahwa Mister Jose adalah laki-laki dengan performa bagus. Anugerah ragawi yang nyaris sempurna, ditambah kepiawaian bisnis.

Selain dari itu, Pak Affandy benar-benar tak tahu tentang Mister Jose. Dan sekarang anak gadisnya mengatakan bahwa dia mencintai Mister Jose? Sungguh, Pak Affandy bertanya pada dirinya sendiri, apa gerangan yang telah terjadi diantara mereka. Meskipun beliau tahu bahwa beliau tak akan mendapatkan jawaban apapun dari muliut Jasmine.

Pak Affandy menghela napas berat, kemudian berdiri dan memandang Jasmine sesaat. Menunduk untuk mengusap kepala Jasmine dengan lembut. Pak Affandy menyesal tak bisa memberikan yang apa yang Jasmine inginkan, padahal selama ini apapun yang Jasmine inginkan pasti dapat beliau penuhi.

"Maafkan Ayah, Jasmine." Pak Affandy lalu berjalan keluar dari kamar Jasmine, meninggalkan gadis itu kembali menangis. Hati Pak Affandy gerimis oleh air mata yang tak ingin dia perlihatkan dihadapan Jasmine.

Senja ini, dua hati gerimis.

* * * * *

Siang ini cuaca sedikit mendung. Pemandangan kota yang terlihat dari ruangan Jose yang terletak di lantai 10 seperti berada dalam lingkaran kabut. Tapi tiba-tiba konsentrasi Jose terusik ketika pintu ruangannya terbuka dengan paksa, dan muncul seorang gadis yang membuat saraf Jose membeku, disusul oleh Roza, sekretarisnya yang kelihatan menyesal karena tak bisa mencegah si tamu masuk.

"Maaf, Pak. Seharusnya saya bisa mencegahnya," Roza berkata sedikit khawatir boss nya akan marah seperti biasanya.

Jose yang sudah bisa menguasai keadaan hanya mengangguk dan mengisyaratkan Roza untuk keluar dari ruangannya. Perempuan itu segera undur diri setelah melempar lirikan penuh tanya ke arah Jasmine yang masih tetap dengan ekspresinya yang penuh emosi.

Jose berdiri dari duduknya setelah Roza keluar dan pintu tertutup dengan sempurna.

"Hello, Jasmine? Apa kabar, hmm?" Jose menyapa gadis itu dengan tatapan mata yang intens, membuat Jasmine bersemu merah dengan debaran yang mulai merayap, menjalari jantungnya.

"Baik. Dan maaf, aku nggak butuh basa-basi apapun dari kamu."

Jose tersenyum kecil, merasa lucu dengan gadis yang satu ini.

"Okeee ... jadi apa yang membuatmu tiba-tiba datang menemui aku, hmm? Kamu ... merindukanku?" Jose bertanya spontan dengan suara yang dibuat lembut. Tapi alih-alih bersikap lembut, Jose malah merasa bahwa suaranya bahkan serak seakan menahan nafsu yang menggeliat lirih di dalam jiwanya.

Diam-diam Jose mengumpat.

"Mengulang kedatangan Ayahku kemarin, aku minta kamu menikahiku!" Jasmine berkata dengan tegas, meski terdapat getaran lembut yang menandakan bahwa dia menahan emosinya.

Jose menatap jasmine penuh selidik, kemudian tersenyum geli melihat niat Jasmine.

"Bagaimana kalau aku tak mau?"

"Aku tak mau tahu! Pokoknya kamu harus menikahi aku. Karena kamu ... karena kamu yang menodai bibirku!" kata gadis itu dengan nada berapi-api, sementara mukanya merah padam menahan malu.

Jose melotot padahal dalam hati dia ingin tertawa terbaha-bahak dengan ungkapan polos Jasmine.

"Kamu bilang menodai bibirmu? Ayolah, Manis ... ini jaman modern dan soal ciuman ... kurasa bukan hal aneh yang harus dipertanggungjawabkan?" Jose berkata dengan nada mengejek yang membuat Jasmine terhina. Muka gadis itu merah padam karenanya.

"Tapi kamu sudah mencurinya dari aku!" Jasmine meradang.

Jose tergelak.

"Tunggu dulu! Kamu memintaku menikahimu hanya karena ciuman pertamamu yang aku curi? Atau karena ada sebab lain?" Jose bertanya penuh ejekan.

Jasmine melotot. "Apa maksudmu dengan maksud lain?" Jasmine bertanya dengan nada tinggi, tapi Jose malah menjawabnya dengan senyum sinis.

"Yaaa ... untuk jaman sekarang, tak satupun gadis yang menawarkan diri dengan cuma-cuma. Atau memang kamu menginginkan sesuatu hingga bertindak impulsif seperti ini?" Jose bertanya dengan nada menyelidik, menatap Jasmine intens. Sementara bathinnnya sedang meredam debaran jantungnya yang berdentam diluar batas normal.

"Aku hanya ingin kamu menikahi aku!" Jasmine makin meradang.

"Dan aku tak akan menikahi kamu dengan alasan apapun, apalagi dengan alasan bodoh seperti apa yang kamu ungkapkan. Hanya karena sebuah ciuman yang aku yakin bahwa kamu juga menikmatinya," Jose menjawab panjang dengan pandangan mata mencemooh dan senyum yang sinis.

Jasmine menggeram.

"Dasar laki-laki brengsek!" gadis itu mengumpat dengan wajah marah dan bergegas meninggalkan Jose yang masih tertawa geli setengah mati. Benar-benar gadis yang lucu dan aneh, Jose membathin.

Jasmine membawa langkahnya keluar dari ruangan Jose setelah membanting pintunya, membuat Roza yang sedari tadi mencoba menguping, terhentak kaget begitu Jasmine keluar.

Jasmine tak menghiraukan tatapan penuh rasa ingin tahu yang terpancar jelas dari raut Roza. Dia berlari kecil namun tergesa untuk menggapai pintu lift, masuk kedalamnya untuk mekudian menumpahkan tangisnya di sana. Untung tak seorang pun berada di dalam lift, hingga Jasmine tak harus menutupi tangisnya yang memalukan.

Sementara Jose, tertawa aneh, sebelum akhirnya menghentikan tawanya sendiri dengan paksa. Masih berpikir, apa yang membuat Jasmine begitu nekat minta dinikahinya.

'Gadis aneh. Masa hanya karena sebuah ciuman, seseorang harus bertanggung jawab untuk menikahi?' Jose bergumam, masih tak habis pikir dengan tingkah Jasmine. Meski dalam hati Jose mengakui, tak mudah mengalihkan diri dari rasa manis yang pernah dia sesap dari bibir Jasmine.

Rasa manis yang terpadu sempurna dalam kelembutan bibir Jasmine yang menggoda.

"Jasmine ... Jasmine ..." Jose bergumam lirih sambil menahan senyum kecilnya yang hendak meledak menjadi gelak.

* * * * *

Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 248K 30
Rajen dan Abel bersepakat untuk merahasiakan status pernikahan dari semua orang. *** Selama dua bulan menikah, Rajen dan Abel berhasil mengelabui sem...
1.8M 58.4K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...
234K 17.6K 43
Nara, seorang gadis biasa yang begitu menyukai novel. Namun, setelah kelelahan akibat sakit yang dideritanya, Nara terbangun sebagai Daisy dalam dun...
545K 4.3K 24
GUYSSS VOTE DONGG 😭😭😭 cerita ini versi cool boy yang panjang ya guysss Be wise lapak 21+ Gavin Wijaya adalah seseorang yang sangat tertutup, ora...