Apa Itu Cinta? [COMPLETED✔]

By octvv_

345K 7.7K 112

Cinta. Lima huruf yang tidak bisa kudefinisikan. Aku bertemu dua orang bernama Chiko. Sifat mereka berbeda. T... More

#2: Kaffee Shop
#3: UMN
#4: Chiko
#5: Curhat
#6: Closer
#8: Thank You
#9: A Trip? Why Not?
#10: Taman Safari (Part 1)
#11: Taman Safari (Part 2)
#12: Taman Safari (Part 3)
#13: Anniversary
#14: Dream
#15: The Beginning Of..
#16: (No) Trust
#17: The Truth (Pt. 1)
#18: The Truth (pt. 2)
#19: Real Trust Issue
#20: End
#21: Alive
#22: True Love
#23: Final Destination
#24: Epilog
-

#7: Official

12.2K 332 8
By octvv_

Aku mendekap laptopku.
Tugasku sudah mulai banyak.
Aku menghela napas sambil berjalan keluar kampus.

Hari ini aku memang tidak masuk kerja karena Reza memiliki urusan keluarga, jadi cafe ditutup.
Aku sedang memikirkan tempat untuk mengerjakan tugas, mengingat wifi di kostan sedang rusak.

Tiba-tiba, seseorang menepuk bahuku.
Aku menoleh dan wajah hangat milik Chiko langsung menyambutku.
"Hei.. kamu mau ngerjain tugas?" Tanyanya.
"Iya nih.. tapi lagi bingung mau kerjain di mana.." jawabku.

"Kita ke coffee shop aja. Agak jauh sih, tapi wifi-nya kuenceng banget." Saran Chiko.
"Hmm.. boleh sih. Kamu mau kerjain tugas juga?" Tanyaku.
"Iya. Tinggal touch-up sih. Tapi, ya.. hitung-hitung nemenin kamu." Jawabnya.

Lagi-lagi aku tersipu.
"Udah, ayo berangkat!" Kata Chiko.
Aku mengangguk.
Kami berangkat ke coffee shop yang disebutkan Chiko tadi.

>>>

Aku melirik Chiko yang sedang fokus menatap layar laptopnya.
Kami telah sampai di Vector's Coffee, coffee shop rekomendasi Chiko.
Aku kembali menatap layar laptopku.
Sudah agak lama aku berhenti mengerjakan tugasku.

Tiba-tiba...
"Oke, aku udah selesai!"
Chiko menutup layar laptopnya.
"Cepet banget." Kataku.
"Kan tinggal touch-up." Sahut Chiko.

Aku menghela napas dan berusaha melanjutkan tugasku yang sudah setengah jadi itu.
Jemariku mulai menari diatas keyboard laptop.

Setelah agak lama, aku mulai frustrasi karena apa yang lakukan selalu salah.
Aku menarik poniku ke belakang dan menahannya dengan tanganku.
Aku menghela napas berat dan menopang kepalaku dengan tangan sebelahku.

Aku melepaskan poniku dan kembali berusaha mengerjakannya lagi.
"Susah, ya?" Tanya Chiko.
"Nggak kok." Jawabku.
"Kalo susah bilang aja, siapa tahu aku bisa bantu." Kata Chiko.
"Nggak usahlah.. lagian ini kan kerja sendiri-sendiri." Kataku.
"Ya udah deh.." sahut Chiko.

Setelah beberapa menit aku mulai tersenyum lega karena sepertinya usahaku kali ini berhasil.
Namun..

"Ahh! Kenapa sih dari tadi nggak bisa-bisa?!" Aku sudah benar-benar frustrasi karena usahaku lagi-lagi gagal.
Aku mengepalkan tanganku dan meninjunya ke pahaku.
"Hei.. hei.. Nad.. Nadine.." Chiko lamgsung duduk di sampingku.

"Dari tadi gagal terus!! Susah banget sih?! Aku kembali merutuk sambil mencengkeram erat cardigan-ku.
"Hei.. tenang.."
"Aku nggak bisa tenang! Tugas ini udah deket deadlinenya dan aku masih nggak bisa nyelesain tugas ini. Kenapa?! Ke-"

Kata-kataku terputus karena sekarang kepalaku berada di dada Chiko.
Aku bisa merasakan pelukan hangat dari Chiko dan aku bisa mencium parfumnya yang lembut.
Aku merasa lebih tenang dalam pelukannya.

"Hei... hei tenang, oke? Aku di sini. Sekarang kamu tenang. Kamu tarik napas.. terus buang.. tarik lagi.. buang lagi.." Chiko dengan lembut membisikan kata-kata itu padaku.
Aku mengikuti saran Chiko dan berusaha mengatur napasku.

"Oke.. udah tenang kan? Sekarang.." Chiko melepaskan pelukannya dan merangkulku, "Apa yang susah, hm? Coba kasih tahu aku." Kata Chiko.
Aku menarik napas.
"Yang ini lho.. dari tadi nggak bisa-bisa.." aku menunjuk layar laptopku.
"Oh ini ternyata.." Chiko menaruh tangan kanannya diatas keyboard laptop.
"Begini caranya.. perhatikan baik-baik ya.."

Chiko mulai menjelaskan cara mengerjakan tugasku tanpa melepas rangkulannya.
"Nah, ngerti kan?" Tanyanya setelah selesai menjelaskan.
Aku mengangguk pelan.

"Tuh kan.. jangan nyerah dulu. Pasti semuanya bisa kok." Kata Chiko.
Lagi-lagi aku mengangguk, "Makasih ya.."
"Iya. Sama-sama. Kan kamu temanku.." kata Chiko.
Aku tersenyum senang.
Rasanya aku sangat senang bisa menjadi teman Chiko!

>>>

"Coba yang ini deh kamu pindahin." Kata Chiko.
Aku mengangguk.
Hari ini aku dan Chiko mengerjakan tugas di Viper's.
Ini adalah kali ketiga kami mengerjakan tugas bersama.

Makin lama, aku makin suka dengan kepribadiannya.
Dia baik sekali.
Dan aku selalu suka ber-karaoke bersama Chiko di mobilnya.
Aku menatapnya.

Chiko membalas tatapanku.
Aku sudah tidak terlalu gugup saat menatapnya sekarang.
Kami beradu tatap selama beberapa saat.
"Ada apa?" Tanya Chiko.
"Aku cuma mau bilang terima kasih. Kamu selalu bantuin aku. Dan aku seneng banget jadi temen ka-"
"No.. no.. kamu bukan temanku. Kamu sahabatku."

Mataku agak membulat.
"K-kamu serius?" Tanyaku.
"Seriuslah. Kamu orangnya asyik. Nggak ada salahnya kamu kumasukan sebagai sahabatku." Jawab Chiko.
Aku tersenyum.

Aku mengalihkan pandanganku dan kembali mengerjakan tugasku.
Tangan kananku sudah mulai pegal karena terus mengetik, sehingga aku meletakannya diatas meja.
Mataku fokus menatap layar laptopku, berusaha menyunting tugas baruku.

Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang menggenggam tanganku.
Aku melihat tanganku dan melihat tangan Chiko yang menggenggamnya dengan erat.
Aku menatap Chiko yang masih fokus menatap layar laptopnya.

Aku tersenyum kecil dan kembali menatap laptopku.
Aku merasa tenang dan merasa spesial saat berada di dekat Chiko, apalagi kalau dia menggenggam tanganku seperti ini.
Apakah Chiko benar-benar cinta sejatiku?

>>>

"Bagus sekali! Tugasmu sempurna!" Kata Pak Roby.
Hari ini aku mengumpulkan tugasku.
"Terima kasih, Pak." Kataku.
Memang batas pengerjaan tugas masih besok, namun tugasku sudah rampung dari kemarin, berkat Chiko.

Tok-tok..
Tiba-tiba pintu diketuk.
Rasanya tidak mungkin ada orang karena kelas terakhir sudah berakhir setengah jam yang lalu.
"Masuk." Kata Pak Roby.

Pintu dibuka dan kepala dengan wajah familiar menyembul dari balik pintu.
Itu Chiko.

"Ada apa Chiko?" Tanya Pak Roby.
"Nggak ada apa-apa kok Pak. Saya kesini mau jemput Nadine." Jawab Chiko.
Aku agak terkejut saat Chiko mengatakan itu karena kami tidak punya janji bertemu sebelumnya.

"Oh, ya sudah. Silakan kalau sudah mau pulang." Kata Pak Roby.
Aku mengangguk.
"Baik, Pak. Saya pulang dulu ya.. permisi." Kataku.
Pak Roby mengangguk.

Aku keluar dari ruangan dan langsung menemui Chiko.
"Ayo ikut aku.." katanya.
"Kita mau kemana?" Tanyaku.
"Ke Viper's. Ada yang mau aku omongin." Jawab Chiko.

Ia menarik tanganku dan aku dibawa ke mobilnya.
Setelah memasang sabuk pengaman, Chiko langsung menyalakan mobilnya.
Sepanjang perjalanan, aku bisa merasakan detak jantungku yang bertambah tiap detiknya.

Chiko juga hanya diam selama perjalanan.
Rasanya canggung sekali diam-diaman dengan Chiko seperti ini.

Akhirnya, setelah perjalanan yang lumayan lama kami sampai di Viper's Cafe.
Kami langsung duduk di tempat favorit kami, di sebelah wall garden.

"Um, kamu mau ngomongin apa?" Tanyaku.
"Nggak sih.. cuma mau tukeran nomor telepon aja." Kata Chiko, "Kamu kasih aku handphone-mu, aku kasih kamu handphone-ku. Terus kita sama-sama tulis nomor telepon kita."

Aku mengangguk, meskipun metode pertukaran nomor telepon ini agak aneh.
Aku menyerahkan handphone-ku sementara Chiko menyerahkan handphone-nya padaku.

Aku menuliskan nomor teleponku dan menaruhnya di atas meja.
Anehnya, Chiko masih belum mengembalikan handphone-ku.
Setelah agak lama, ia baru mengembalikan handphone-ku.

17 317o7 1
Itulah yang tertera di layar handphoneku.
Aku mengernyit heran.
Dengan santai, Chiko membalikan handphone-ku.

I LOVE U

Itulah kata yang kubaca sekarang.
Tiba-tiba saja lagu Kesempurnaan Cinta milik Rizky Febian langsung mengalun dari speaker cafe.
Aku langsung merasakan atmosfer yang berbeda, seakan ada sesuatu yang akan dilakukan seseorang padaku.

Disaat itu juga, Chiko menggenggam tanganku.
"A-a.."
"Ayo berdiri.."
Ia menarikku dan mengajakku ke tepi meja.
Kami berdiri sambil bertatapan.

Lalu, Chiko berlutut di hadapanku tanpa melepaskan genggamannya.
Beberapa pelanggan cafe menoleh ke arah kami.
"Berada di pelukanmu, menyadarkanku.. apa artinya kenyamanan.. kesempurnaan cinta.." Chiko mengikuti suara Rizky Febian yang menggema lewat speaker.

"Emang bener. Berada sama kamu itu bikin aku tahu artinya kenyamanan dan kesempurnaan cinta." Kata Chiko, "Pertemuan kita singkat, tapi waktu singkat itu berhasil bikin aku jatuh hati sama kamu."

Kini, makin banyak mata yang menatap kami.
"Kamu unik. Aku merasa sempurna aku merasa lengkap ada sama kamu. Kita juga punya banyak persamaan. Kamu bukan cewek jaim yang nggak mau gila-gilaan di depan cowok. Kamu.. kamu cewek sempurna bagiku."

Mataku mulai memanas.
Aku merasa akan menangis.
Chiko mengecup tanganku.
"Apa kamu mau jadi pacarku?"

Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sedari dulu kutunggu.
Pertanyaan yang selalu kutunggu dari mulut seorang laki-laki.
Laki-laki yang adalah cinta sejatiku.

Kata-kata dari mulutku seakan berlomba untuk keluar, namun mereka tercekat diujung lidahku.
Kebersamaanku bersama Chiko terputar di otakku.
Sekarang, aku sadar kalau Chiko benar-benar cinta sejatiku.

"Ya! Aku mau jadi pacarmu!"
Refrain lagu Kesempurnaan Cinta kembali diputar.
Chiko berdiri dan langsung memelukku.

Saat itulah aku melepaskan segala emosiku.
Aku menangis, menangis karena akhirnya aku menemukan cinta sejatiku.
Kata-katanya tadi seperti garis finish bagiku.
Garis finish dari maraton mencari cinta sejati yang dari dulu kuikuti.

Sekarang aku sudah melewati garis itu dan telah mendapat pialaku.
Kini aku tinggal menggenggam piala itu dengan erat, jangan sampai piala itu lepas dariku.

"Aku cinta sama kamu. Aku janji aku nggak akan lepas kamu." Kata Chiko.
Aku bisa merasakan kecupan dikepalaku.
Chiko melepaskan pelukannya.
Untuk kesekian kalinya mata kami beradu.

Kali ini tatapannya romantis dan penuh kasih sayang.
Ia mengusap pipiku yang basah karena air mata.
Chiko menempelkan dahinya di dahiku sementara tangannya masih ada di pinggangku.

Aku menutup mataku, membiarkan Chiko mengecup dahiku.
"Let's go home, babe.." bisik Chiko di telingaku.
Aku membuka mataku dan mengangguk.
Chiko merangkulku dan kami keluar dari cafe.

Selama di mobil, Chiko tak henti menggenggam tanganku.
Kami bertatapan beberapa kali dan tertawa kecil setiap kali mata kami beradu.

Entah mengapa tapi perjalanan ini terasa sangat singkat.
Hanya dalam beberapa menit kami sudah sampai di kostanku.
Chiko mengantarkanku sampai ke depan pintu gerbang.

Ia melingkarkan lengannya di leherku.
Chiko menatapku dengan matanya yang hangat.
"Hati-hati ya. Besok pagi aku telepon. See you, babe!" Chiko tersenyum, masih belum melepaskan lengannya.

Tiba-tiba, ia menempatkan kecupan lembut di bibir dan dahiku.
Pipiku langsung memerah.
Chiko terkikik kecil melihat pipiku yang memerah.
Chiko melepaskan lengannya dan masuk ke dalam mobilnya.

Kami saling melambai sampai mobilnya menghilang di tikungan.
Aku langsung masuk ke dalam kostan.

Sesampainya di kamar...
"Na! Akhirnya Na! Akhirnya!" Aku langsung memeluk Senandung yang sedang menonton film di laptopnya.
"E-eh.. k-kamu kenapa?" Senandung terlihat shock.
Jelas, siapa yang tidak kaget kalau tiba-tiba dipeluk seperti itu.

Aku menceritakan secara runtut awal pertemuanku dengan Chiko sampai ke kata-kata yang ia ucapkan saat menembakku.
Senandung selalu memekik girang setiap kali aku menceritakan momen romantis bersama Chiko.

"Jadi sekarang kalian udah resmi pacaran?" Tanya Senandung.
"Ya.. terus tadi dia.. dia.." aku bisa membayangkan dengan jelas saat dia mengecup bibirku.
Sepertinya Senandung bisa membaca pikiranku.
"Dia menciummu?!"

Aku langsung membungkam mulutnya.
"Diam!" Desisku.
Senansung menganggung sambil tertawa kecil.

"Chiko itu romantis ya." Kata Senandung.
"Iya. Chiko itu ro-"
Tiba-tiba aku teringat Chiko.
Chiko yang kutemui di rumah sakit.
Sudah lama aku tidak mengunjunginya.
Apa kabarnya, ya?

"Hei! Malah bengong! Ya udah aku mau mandi dulu. Selamat ya yang udah punya cinta sejati!" Senandung berjalan ke kamar mandi dan meninggalkanku.

Aku bertekad untuk mengunjungi Chiko besok.
Aku akan membawakan sesuatu untuknya sebagai tanda terima kasih atas segala sarannya tentang cinta.
Sampai aku menemukan cinta sejatiku.

Continue Reading

You'll Also Like

1.7K 116 1
Raden Dhamendra, lelaki bertubuh jangkung dengan mata sayu menambah kesan maskulin yang senantiasa melekat pada dirinya. Kehidupan yang awalnya extr...
690K 44.1K 32
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...
2.9K 2.1K 12
Jembatan Seoul, entah kenapa aku selalu merasakan keganjalan saat melewati jembatan ini. Setiap kali aku melangkah, akan nampak dengan pudar kepingan...
2.9M 146K 61
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞