Soft Of Voice

By chusniahne

77.9K 10K 1.6K

[COMPLETED] Sama seperti sayap yang patah, dia tak akan bisa membawa burung yang sama untuk melihat dunia leb... More

PROLOGUE
ONE
TWO
THREE
FOUR
FIVE
SIX
SEVEN
EIGHT
TEN
ELEVEN
TWELEVE
THIRTEEN
FOURTEEN
FIFTEEN
SIXTEEN
SEVENTEEN
EIGHTEEN
NINETEEN
TWENTY
TWENTY ONE
TWENTY TWO
TWENTY THREE
TWENTY FOUR
TWENTY FIVE
TWENTY SIX
TWENTY SEVEN
TWENTY EIGHT
TWENTY NINE
THIRTY
NOT AN UPDATE, BUT INI PENTING GENGS
THIRTY ONE
THIRTY TWO
THIRTY THREE
THIRTY FOUR
THIRTY FIVE
THIRTY SIX
THIRTY SEVEN
THIRTY EIGHT
THIRTY NINE
FOURTY
FOURTY ONE
FOURTY TWO
BACA AJA DULU
FOURTY THREE
FOURTY FOUR
SEQUEL + PROMOTE
FOURTY FIVE
INFO
FOURTY SIX
QUESTION
PENTING!!
FOURTY SEVEN
FOURTY EIGHT
SPOILER SEQUEL + PROMOTE
FOURTY NINE
INFO END ㅡ HIATUS
INFO
FIFTY
EPILOGUE
CURHAT BENTAR
INFO PENTING
EP ㅡ 1
[!] NANYA NIH PENTING
EP ㅡ 2
SEQUEL
NOTE !

NINE

1.5K 173 22
By chusniahne

Aku terbangun ketika suara ponselku berdering. Menerimanya dengan berat hati, aku mengumpat ketika melihat jam yang masih menunjukkan pukul dua lebih tiga puluh satu menit, terlalu pagi untuk menelpon.

"Hallo," kataku dengan suara rendah dan serak. Aku melihat Seungcheol yang tertidur pulas disebelah kiriku. Ya, pertengkaran tadi malam menjadi sangat menyebalkan ketika aku harus menyerah dengan suamiku. Aku dan Seungcheol mandi bersama. Hanya sebatas mandi bersama, Seungcheol tak menyentuhku selain mendekap dan merengkuh tubuhku dibawah pancuran air dan melumat habis bibir tipisku. Meskipun aku tahu Seungcheol berusaha menahan dirinya.

"Ahrim," sapa seseorang diujung sana. Suara yang aku kenal. Aku terbelalak sempurna. Mataku membulat. Bibirku menganga dibalik tangan kiriku yang menutupinya. Bagaimana bisa lelaki ini menghubungiku? Rasanya aku tak ingin menjawabnya, aku terlalu kalut.

"Wonwoo," kataku pelan dan bergetar. Air mataku mengalir tanpa bisa kubendung. Aku terisak dalam diamku. Wonwoo terkekeh diujung sana.

"Jangan menangis, Sayang," katanya. Ini membuatku semakin kalut. Kata 'sayang' yang keluar dari mulutnya membuat hatiku teriris. Bagaikan luka yang disiram air garam. Bagaikan kaca yang pecah oleh getaran. Aku terlalu lemah.

"Bagaimana pernikahanmu? Lancar bukan?" tanyanya. Hal ini semakin membuatku sakit, entah hati dan pikiran serta mentalku. Lelaki yang aku cintai menanyakan pernikahanku dengan lelaki lain? Aku sangat sial bukan? Aku merasa seakan diriku saat ini hanya bayangan, hanya rasa sakit berlapis yang aku rasakan.

Aku menggeleng diantara isakan heningku, seolah berharap Wonwoo melihatnya lalu merengkuhku saat ini juga. Meskipun aku tahu pernikahan tadi sangat lancar, namun hatiku berhenti untuk sekejap. Aku melirik Seungcheol lagi, dia masih tertidur pulas. Aku turun dari ranjang perlahan, tak ada suara. Aku masuk ke kamar mandi dan duduk di toilet duduk yang tertutup. "Aku merindukanmu, Wonwoo," kataku pelan diantara isakanku.

"Jangan beitu, kau bukan milikku lagi sekarang," kata Wonwoo bijak. Ini semakin dan semakin membuatku terpuruk. Bagaimanapun juga aku adalah milik Wonwoo, bukan yang lain.

"Tidak ..." kataku terisak semakin keras. Wonwoo berusaha menenangkanku meskipun aku tak berhenti juga. "Aku ... Aku tak bisa hidup tanpamu Wonwoo," kataku pelan. Aku takut jika Seungcheol mendengarkan percakapan via telepon dengan (mantan) kekasihku ini.

"Meskipun aku tahu aku juga tak bisa hidup tanpamu, kita bisa bersahabat Ahrim," katanya dengan nada rendah. Aku semakin terisak pelan.

"Kembalilah Wonwoo ... Kembalilah ..." kataku bergetar. Aku tak kuasa menahan tangis ini.

"Aku tak bisa kembali sekarang."

"Kenapa?"

"Aku baru memulai pendidikanku. Apakah kau tak ingin aku mendapatkan gelar master?"

"Tentu saja aku ingin, aku bahagia jika kau bahagia."

"Ahrim," kata Wonwoo pelan. Aku semakin kalut. Sudah berada ditingkat terendahku. "Sudah dulu ya, dosenku akan segera masuk kelas. Aku tahu disana dini hari, kan? Maaf ya aku membangunkan tidur nyenyakmu," katanya lagi.

Aku tak bereaksi apapun selain terus menangis semakin dalam. "Iya," kataku pada akhirnya.

"Aku mencintaimu, Ahrim," kata Wonwoo pelan, aku bisa mendengarnya dengan jelas, sangat jelas. Sambungan terputus. Aku belum sempat mengutarakan isi hatiku padanya. Percakapan via telepon yang sangat singkat ini membuatku semakin menyesal akan pernikahan ini.

"Aku juga mencintaimu, Wonwoo," kataku pelan tak bersuara. Tangisku semakin menjadi. Aku mengangkat kedua kakiku keatas toilet. Memeluknya dengan erat. Aku ingin memeluk Wonwoo, aku ingin memeluknya. Aku histeris, aku tak peduli bagaimana Seungcheol nanti akan terbangun lalu mendobrak pintu kamar mandi kemudian memakiku. Aku tak memperdulikannya sama sekali. Aku hanya ingin menangis. Menangis sepanjang waktu aku bisa menangisi Wonwooku.

Aku tak sadar waktu terus bergulir, semenjak telepon tadi terputus aku tak ingin memikirkan apapun selain Wonwoo yang teramat kucintai. Apalagi memikirkan Seungcheol, aku tak memiliki tempat bahkan waktu untuk itu. Hanya Wonwoo. Tak ada yang lain.

"Ahrim!" pekik Seungcheol dari luar. Aku tak peduli sama sekali. Aku masih merengkuh kakiku yang tertekuk diatas toilet. Hari sudah pagi namun masih terasa gelap, mungkin jam empat atau lima pagi. "Kau dimana?" teriak Seungcheol lagi.

Aku menatap ubin putih yang menjadi dasaran kamar mandi ini dengan kosong. Mataku sangat perih, sangat perih. Kepalaku begitu pusing dan berat. Nafasku tersenggal-senggal. Pikiranku kosong. Blank.

Aku bagaikan orang gila saat ini. Selama hampir tiga jam aku menangisi interaksiku dengan Wonwoo tadi. "Apakah kau mandi? Kau didalam? Kau tak apa?" teriak Seungcheol berkali-kali sembali mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi. Aku diam saja. "Boleh aku masuk?" kata Seungcheol.

"Tidak, jangan──" kataku pelan. Kau harap Seungcheol mendengar tolakanku tadi. Aku ingin sendirian sekarang. Aku tak ingin diganggu meskipun itu suamiku, Seungcheol. "Aku akan keluar," kataku lebih keras.

Aku mulai berjalan menuju pintu dengan tatapan kosong. Badanku terasa berat. Kepalaku pening dan mataku sembab, sangat sangat sembab. Aku segera membuka kunci pintu begitu aku meraih gagang pintunya. Segera membukanya dan mendapati Seungcheol yang bersandar di tembok. Menatapku yang menunduk lemah.

"Ada apa? Kau pucat sekali Ahrim. Kau tak apa?" katanya pelan mengikuti langkah kakiku. Aku hanya mengangguk. Kepalaku terasa berat, sangat berat. Aku merasakan badanku ikut berat dan pandanganku mulai buyar. Semakin aku memaksakan berjalan semakin buyar pula pandanganku. Aku ingin segera meraih ranjang dan berbaring disana, namun rasanya sangat jauh. Aku menyerah. Aku terjatuh disaat pandanganku benar-benar gelap. Aku bisa mendengar Seungcheol yang berkata dan memanggil namaku dengan pelan.

"Ahrim!"

---

"Bagaimana keadaannya?" tanya Seungcheol pada dokter yang menanganiku. Dokter itu tampak masih memeriksa keadaanku yang terkulai lemah dan terpejam di kasur hotel ini.

Dokter itu menghela nafas sebelum berbicara dengan Seungcheol. "Nona Yoon sedang stress, Tuan," kata Dokter itu.

"Apa yang membuatnya stress?"

"Entah, hanya nona Yoon sendiri yang tahu dan kau sebagai suaminya," kata Dokter itu mengintimidasi Seungcheol.

"Ah tidak Dok, kita baru menikah dan tanpa jalinan kasih jadi aku tak tahu benar apa masalah yang dihadapinya," jelas Seungcheol.

"Baiklah," kata Dokter itu mengerti. "Aku sudah menuliskan resep yang bisa kau tebus ke apotek terdekat nanti siang. Saya permisi Tuan Choi, selamat pagi!" kata Dokter itu berlalu meninggalkan ku dan Seungcheol.

"Selamat pagi, Dok!" kata Seungcheol menghantarkan Dokter itu keluar. Seungcheol mendekatiku sesaat setelah menutup dan mengunci pintu. Masih pagi. Hanya Seungcheol yang menungguiku, mungkin dia tak ingin membangunkan mama, papa atau mama mertua yang masih tidur.

Seungcheol duduk dipinggiran kasur. Menatapku yang masih tertidur dengan wajah pucat pasi. Dia menghela nafas berat, nampaknya merutuki kelemahanku tadi. "Pasti sedang memikirkan kekasihnya, dasar wanita yang mudah terbawa perasaan," katanya beranjak pergi.

Kini Seungcheol mengambil ponselku, mencoba mengotak-atik isi didalamnya. Membuka satu-persatu akun sosial mediaku. Dari Line, yang hanya berisi chat dari keluarga pasien dan teman kantorku. Lalu Kakaotalk, yang berisi chat dari teman-teman karena memang akun yang satu ini ku khususkan untuk pribadi. Jemari lentik Seungcheol beralih membuka akun Instagram ku yang berisi foto tak penting.

"Terkenal juga istriku ini," kata Seungcheol masih membuka aplikasi foto ini. Memuji akunku yang cukup terkenal. Memang meskipun unggahan instagram hanya dua puluh foto dengan dua foto candid Wonwoo yang sengaja aku unggah, aku memiliki seratus lima ribu pengikut. Cukup banyak untuk seorang gadis biasa sepertiku. Mungkin karena keaktifanku sebagai penyelenggara banyak acara kesehatan (yang menggunakan aku sebagai pihak humas), aku memang memiliki keuntungan sendiri disana.

Seungcheol mengamati satu persatu foto yang aku unggah hingga matanya tertuju pada sebuah foto hitam putihku. Sebenarnya bukan foto yang dia perhatikan, namun caption yang mungkin menarik untuk dia baca.

237.041 likes
rimyoon Aku tau saat ini aku sedang rapuh bahkan terjatuh. Mereka boleh saja berbicara atas kerapuhanku, namun mereka akan melihat siapa yang akan berdiri tegak disaat kerapuhanku ini jadi alasan kebangkitanku.
1607 comments
2 years ago

Seungcheol menggeleng-gelengkan kepalanya, matanya tertuju pada fotoku yang lain dengan seorang Wonwoo sedang berjalan. Ya aku sangat ingat foto ini, kejutan ulang tahun (mantan) kekasihku ini. Aku dengan susah payah bersembunyi agar tak ketahuan namun tetap bisa mengabadikan momen indah bersama pujaan hatiku.

100.612 likes
rimyoon happy bithday❣
4701 comments
1 year ago

Tangan Seungcheol masih sibuk membuka-buka isi akun Instagram milikku, akal licik keluar dari pikiran suamiku itu, untuk mengunggah sebuah foto. Seungcheol mulai men-transfer beberapa foto dari ponselnya ke ponselku. Memilih-milih mana yang bagus lalu dengan cekatan mengunggah pada akun Instagram milikku.

"Kalau yang tersayang pada akhirnya bukan yang terbaik untuk dimiliki."

Continue Reading

You'll Also Like

47.8K 10.6K 121
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
200K 31K 56
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
34.8K 3.7K 15
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
51.5K 2.3K 42
Almeera Azzahra Alfatunnisa Ghozali seorang dokter muda yang tiba-tiba bertemu jodohnya untuk pertama kali di klinik tempatnya bekerja. Latar belakan...