SCHOOL 2015 [season 2 : what...

By thohoshinbae_

17.3K 898 142

Beberapa orang menyembunyikan kisahnya dalam tawa namun sebagian yang lain dalam diamnya. Memutuskan belajar... More

SCHOOL 2015 [season 2 : what happen]
School 2015 [season 2 : what happen]
School 2015 [season 2 : what happen]
School 2015 [season 2 : what happen]
School 2015 [season 2 : what happen]
School 2015 [season 2 : what happen]
SCHOOL 2015 [season 2 : what happen]
School 2015 [season 2 : what happen]

School 2015 [season 2 : what happen]

4.3K 166 7
By thohoshinbae_


CHAPTER 1 - THE RECOGNITION


"Semua yang terjadi pada Eun Bi sudah selesai, Eun Byul pun sudah bisa kembali menjalani kehidupannya tanpa lagi dihantui rasa bersalah kepada Soo In. Keputusan untuk pindah sekolah adalah yang terbaik untuk Eun Bi dan Eun Byul, memulai kehidupannya dari awal. Meski akhirnya Eun Byul memutuskan untuk sekolah keluar negeri untuk sementara waktu. Tidak terasa delapan bulan sudah terlewati, Eun Bi yang akhirnya bersekolah kembali di Sekang High School dan Eun Byul yang akan segera kembali ke Korea."

~//~

"Eomma.. Unnie mengirimkan surat!" gadis itu berlari menghampir wanita separuh baya yang sedang menyirami bunga mawar kesayangannya dipekarangan belakang rumahnya.

"O, mana.." tangannya segera melihat isi dari surat yang dimaksud. Kelopak matanya bergerak cepat seakan isi dari surat itu benar-benar menentukan bagaimana dia akan menjalani kehidupannya hari ini.

"Eomma.." panggil gadis berambut lurus yang terus memperhatikannya sedari tadi kini mulai tidak sabar menunggu jawaban wanita yang dipanggilnya dengan sebutan Eomma semenjak satu tahun yang lalu.

...

...

"Eun Byul.. akan segera kembali ke Korea Eun Bi.. Otthe? Kau suka?" terlihat sunggingan senyum dibibir wanita itu.

Mata gadis yang dipanggil Eun Bi itu pun kini bersinar dan bibirnya memberikan senyuman yang lebar. Sepertinya kalimat yang baru saja ibu sebutkan beberapa detik yang lalu sebenarnya sudah sangat dia tunggu sejak lama.

"Jinjja eomma.. Jinjja? Kau tidak berbohong padaku kan? Unnie pulang? Aaah.."

Wajah yang memberikan senyuman itu sepertinya tidak lelah untuk terus melengkungkan bibirnya, bahkan sekarang berubah menjadi tawa tanpa suara dengan pandangan yang dibumbungkannya ke arah awan. Pekarangan ini memang Eomma buat tembus pandang agar semua bunga-bunga yang ditanamnya mendapatkan sinar matahari yang cukup.

~~//~~

Unnie, taukah kau aku sangat merindukanmu.

Unnie, kau adalah hadiah yang Tuhan berikan padaku,

Terlepas dari semua kesulitan yang pernah aku lewati,

Karena Unnie, aku kini bisa merasakan kehangatan kasih sayang Eomma dan semua teman-teman.

Unnie, cepatlah pulang..

Sembari melihat foto disamping kasur bermodel antik putih, Eun Bi menggerakkan jarinya menyentuh wajah seseorang dalam foto itu yang terlihat sangat mirip dengannya hanya berbeda dari gaya rambut dan sorot matanya. Diurai dan bergelombang dengan sorot mata yang lebih tajam darinya. Hingga saat ini, terkadang Eun Bi masih belum bisa percaya bahwa dia memiliki saudara kembar dan yang sangat mirip dengannya.

apa saudara kembar dapat bertelepati? Semakin banyak kami berbagi barang, aku melihat ke kaca dan bertanya tanya. Eun Bi, apa yang kau pakai hari ini?

Isi diari Unnie kembali teringat dikepalaku, pertama kali ingatanku kembali setelah amnesia dan menyadari bahwa aku bukanlah Eun Byul yang Eomma maksud.

Bagaimana bisa Unnie bisa menjalani hidupnya selama itu dengan perasaan bersalah yang dibawanya, jika aku diposisinya, aku sendiri tidak yakin bisa sekuat itu. Mengetahui bahwa ada seseorang jauh diluar sana dengan wajah yang sama tapi tidak bisa mengakui bahwa aku adalah saudara kembarmu. Takut dengan berbagai kemungkinan pertanyaan yang muncul? Mungkin saja. Kenapa? Bagaimana bisa? Mengapa baru sekarang? Kemana saja kau selama ini? Dan sederetan pertanyaan lain yang mungkin akan muncul setelah pertanyaan pertama diajukan.

Dan kasus meninggalnya Jung Soo In, perasaan bersalah karena tidak menanyakan keadaan Soo In saat pulang sekolah yang berujung kematian Soo In pasti membuat Unnie tidak bisa hidup tenang, terlebih pihak sekolah menutupi semuanya dengan dalih untuk mempertahankan nama baik sekolah. Bagaimana bisa, seorang murid dikorbankan untuk membuat kebohongan baru yang akan dia bawa sampai dimati untuk kepentingan sekolah? Bukankah disekolah kita diajarkan untuk mempertahankan kejujuran? Pantas saja Unnie selalu tidak bisa tidur nyenyak selama ini, perasaan bersalahnya kepada Soo In, membuatnya menjadi paranoid dan entah benar ataupun tidak, di saat saat tertentu, dia merasa "diikuti" oleh Soo In. Ah Unnie, jika aku menjadi kau, aku tidak tau akan berbuat apa, pantas saja dulu Unnie memutuskan untuk pergi menghilang.

"Keunde, sekarang semuanya sudah selesai Unnie, kita sudah bersama sebagai satu keluarga, bukankah itu bagus. Eomma, Eun Byul dan Eun Bi." Gumamnya sendiri pada foto itu. Kamar itu hanya berisi satu ranjang, yang berukuran besar tepatnya karena Eomma tidak mengubah apapun dari isi kamar ini, semenjak dulu saat kamar ini hanyak di huni oleh Unnie atau bahkan sekarang ketika kamar ini untuk sementara menjadi milikku karena Unnie tinggal diluar negeri. Aku juga tidak tau, mengapa dulu Unnie memutuskan untuk memiliki kamar dengan kasur seukuran ini, padahal dia dulu adalah anak tunggal, mungkin, karena dia tau kelak kamar ini akan diisi oleh dua orang. Unnieku memang yang terbaik. Bahkan sebelum aku tinggal disini pun dia sudah mempersiapkan segala hal untukku. Unnie, aku akan menjagamu sampai kapanpun.

"Eun Bi ya.. cepat turun untuk sarapan, nanti kau bisa terlambat ke sekolah.."

Ah, ya.. aku baru ingat! "Ne Eomma!!"

~~//~~

Flight from Tullamarine Airport to Incheon International Airport is gonna boarding in a few minutes. Last call, for all the passagers from Melbourne to Seoul Korea..

"Excuse me, I'm in a rush.." perempuan berbaju hitam itu segera berlari menuju boarding room 5, beberapa orang sepertinya sudah ditabraknya dalam perjalanan menjuru boarding room itu. dengan membawa ransel bercorak bunga bunga kecil, tangan kiri yang memegang tissue yang menekan hidungnya dan tangan kanan yang memegang tiket yang terselip di pasport segera diberikannya ke petugas yang mengecek penumpang untuk tujuan Seoul Korea.

"Miss Go Eun Byul, you almost miss the plane. Please go hurry." Pramugari itu sembari mengembalikan pasport dan tiket pesawatnya.

"Ah, thank you" dipercepat langkahnya yang kini lebih terlihat seperti lari lari kecil.

Sesaat sebelum pintu pesawat ditutup akhirnya Eun Byul bisa masuk ke burung besi bertuliskan Qantas Airlines. Hari ini sepertinya menjadi hari yang kurang bersahabat untuknya, banyak sekali yang menghambat kepulangannya ke Seoul, dimulai dari passport yang tertinggal sehingga dia harus kembali lagi ke dormitory tempat tinggalnya selama di Melbourne dan taxi yang berpengemudi kakek kakek tua yang tidak mungkin dia marahi karena memiliki kecenderungan untuk mengalami serangan jantung akut jika dia mengeluarkan kebiasaannya untuk membentak orang dalam kondisi yang mendesak. Ya, tinggal di luar negeri memang sedikit banyak mengajarkan Eun Byul untuk lebih toleransi terhadap orang lain.

Akhirnya Eun Byul menemukan tempat duduknya, jajaran ke tiga dari belakang dekat jalan. Eun Byul memilih untuk tidak duduk dekat jendela karena dia tau perjalanan dua benua itu akan menghabiskan waktu hampir 13 jam dan dia tidak mau kesulitan untuk pergi ke kamar mandi hanya karena melihat gundukan awan putih yang akan dia lewati selama perjalanan ini.

"Nona, anda tidak apa apa? Apa perlu saya ambilkan obat?" suara pramugari berbaju biru disamping telinganya mengejutkan dirinya.

"Ah? Tidak terima kasih."

"Tapi sepertinya hidung anda berdarah, tissue di tangan Anda sepertinya.."

"Oh, tidak apa, memang seperti ini, sebentar lagi akan berhenti. Jika tidak merepotkan mungkin saya lebih memilih untuk meminum air hangat saja." Pintanya

"Tentu saja.."

Hampir di setiap penerbangan, Eun Byul memang selalu mimisan tidak lama memang tapi bagi yang tidak mengetahuinya pasti akan berfikiran perempuan satu ini baru saja berkelahi dan terkena tinju di hidung hingga mengeluarkan darah sebegitu banyaknya.

Air putih hangat yang diminta tidak lama datang dengan beberapa lebar tissue pengganti. "Mungkin saja nona memerlukannya", pramugari itu menambahkan.

Dan dimulailah perjalanan 13 jam yang membosankan, tapi dibalik tatapan mata tajamnya, terlihat lukisan senyum tipis dipipi pucatnya.

Eomma.. Eun Bi.. aku pulang..

~~//~~

"Omo Eun Byul kembali? Ya! Kenapa dia tidak memberitahu kepadaku sedikitpun, apa dia tidak lagi menganggapku sahabatnya." Cha Song Joo berbicara kepada Eun Bi sembari membenarkan rambutnya

"Shi Jin na, rambutku sudah rapi?"

"Oh? Oo.." Shi Jin yang kini sudah memiliki tujuan untuk menjadi seorang koki menjawab pertanyaan temannya itu setelah membalikkan beberapa lembar resep membuat kimchi.

"Oh ya, jadi kesimpulannya Eun Byul itu akan kembali ke korea tapi tidak memberitahukan kepadamu Song Joo-ya." Mulutnya berbicara dengan mata yang masih sibuk melihat gambar kimchi yang rencananya akan dia masak malam ini.

"Ya begitu lah.."

"Sudah jangan bersedih Cha Song Joo, kau bukan satu satunya orang yang tidak diberitahu, akupun sama." Ucapnya datar dengan mata yang masih terpaku pada gambar kimchi ditangannya itu namun tangannya menepuk nepuk bahu Song Joo.

"Mian teman-teman, mungkin Unnie terlalu sibuk untuk mengirim pesan kepada kalian.. Mianne.."

"Ya, kenapa kau yang meminta maaf, aku harus menagih maafnya langsung dari Eun Byul, dia harus mentraktirku saat sudah sampai di Seoul. Bagusnya kita minta di traktir apa ya Shi Jin?"

"Sawi.. Bubuk Cabe.. "

"Heol.."

Mata Song Joo sudah berubah merah padam saat mendengar jawaban Shi Jin tapi berubah menjadi tawa saat melihat Eun Bi yang tersenyum bahagia.

"Ah, sudahlah, sekarang dia sudah menjadi gila Kimchi.. Kajja Eun Bi-ya"

Cha Song Joo, sahabat unnieku ini kini sudah diterima disalah satu agensi ternama di Seoul, kerja kerasnya berbuah hasil, meski dia menolak untuk menandatangani kontak dengan agensi dari paman Kang So Young tapi dia akhirnya mencoba lagi dan dia diterima di SindoHD Ent. hari harinya selalu diisi dengan pemotretan jadi tidak aneh jika tempat duduk dibelakangku sering kosong karena dia izin pergi untuk latihan atau pemotretan.

Shi Jin kini sudah menemukan mimpinya, menjadi seorang koki. Setiap hari yang diliat dan dicobanya adalah berbagai macam resep makanan.

Dan Han Yi An...

Ah, iya aku belum memberitahukan padanya kalau Unnie besok pagi sampai di Korea.

~~//~~

Biru, warna langit hari ini, masih ditemani dengan gumpalan gumpalan awan putih yang bergelung layaknya wol dari biri-biri yang sudah siap untuk di panen. Sejujurnya aku suka dengan langit hari ini, tapi tidak dengan awannya, meskipun gumpalan itu terlihat indah tapi jika gumpalan bertumpuk dan tidak teruraikan meskipun awan itu berwarna putih awalnya lama kelamaan dia akan berubah menjadi hitam dan langit yang biru pun akan berubah menjadi badai yang daya rusaknya bahkan tidak kita ketahui seberapa besarnya.

Gerombolan gadis gadis dengan baju seragam sudah menyemut di depan jalan Bangi-dong, Soung-pa, pintu keluar area khusus olahraga yang dibangun untuk olimpiade ini kini sepertinya berubah fungsi mengjadi arena temu fans. Beberapa dari mereka menggunakan bandana bertuliskan "Han Yi An Fighting!", "Bogosipta Yi An-na", bahkan beberapa dari mereka adalah laki-laki yang membuat beberapa dari penonton lain yang merangsek masuk menuju arena renang berhenti sejenak untuk meyakinkan diri bahwa dirinya tidak salah melihat ada laki-laki menggunakan t-shirt bertuliskan "I LOVE YOU Han Yi An".

Laki-laki bertinggi 185 cm dengan model rambut superman berkaos oblong biru laut dengan tulisan I'm a Swimmer putih di tengah dadanya dan berjaket baseball putih itu melenggang menuju area belakang. Mencari jalan kecil yang memang hanya orang-orang tertentu yang mengetahuinya. Jalan tikus, menuju area parkir. Dengan kacamata hitam dan topi dia berjalan melewati beberapa orang yang sepertinya tidak terlalu perduli dengan siapa dirinya. Dengan handphone ditelinga dan menutupi sebagian wajahnya semakin sulit rasanya orang-orang mengetahui siapa dia.

"paman, bisakah kau menunggu ditempat biasa. Ya, sebentar lagi aku sampai disitu. Baiklah. Terima kasih."

Lelaki itu mempercepat jalannya, didepannya terlihat mobil hitam yang berhenti tidak jauh dari jalan tempat dia keluar. Tanpa dikomando, dia membuka pintu depan dan merebahkan badannya dikursi yang sebenarnya tidak cocok untuk penumpang.

"ayo paman. Jalan."

"Ya, Han Yi An mengapa kau ini selalu duduk di depan, kau seharusnya dibelakang. Kalau sampai manajer Lee tau, aku bisa dapat masalah."

"Sudahlah paman, cepat jalan sebelum orang-orang yang ada didepan gedung ini bergerak kemari dan kita akan terlambat ke pertemuan"

"ya.. Han Yi An."

"Pamanku Choi Yeo Jong. Mari. Segera. Berangkat." Dipasangkannya seatbelt hitam sembari membuka topi serta kacamata hitam dan memberikan senyuman serta mata bulat seperti anak anjing.

Dan lelaki paruh baya yang panggil paman itupun akhirnya menyerah dan segera menekan pedal maju dan bergerak meninggalkan Olimpic Swimming Pool di daerah Seoul itu.

Mata terpejam dengan rambut yang masih sedikit basah. Tidurkah? Atau tidak? Tidak ada yang tahu pasti.

Keputusan untuk membantu ayah karena kesulitan keuangan delapan bulan lalu sepertinya salah. Sekarang aku terjebak menjadi "selebritas" karbitan, melenceng dari keinginanku sebenarnya yang hanya ingin menjadi atlet tanpa embel embel apapun. Setelah terjadi, sepertinya sulit untuk aku ubah lagi. Tapi, memang kini aku bisa jauh membantu ayah, dia masih menjadi supir tapi setidaknya kami bisa tinggal di rumah sendiri, hasil kerjaku menjadi model setidaknya memberikan kami tempat tinggal permanen yang tidak akan membuat kami khawatir di awal bulan akan ada pemilik rumah yang datang dan siap siap untuk membuang barang-barang kami keluar karena tidak sanggup membayar uang sewa.

SindoHD Ent, plang agensi tempatku bernaung sebagai model sudah terpampang didepan mataku yang artinya aku harus segera keluar untuk rapat proyek terbaru, pemotretan majalah CECI. Ah, ya. Aku lupa, aku memang satu agensi dengan Song Joo.

"Aaaah, Han Yi An.." suara alto khas Manajer Lee terdengar dari arah kiri ruang rapat. Lelaki berpostur 170 cm dengan ciri khas kemeja lengkap dengan jas yang selalu dikancingkan kini melihat ke arahku sembari melambaikan tangannya.

"Cepat kemari." Perkenalkan ini Kim Eun Yul pasanganmu untuk pemotretan minggu depan.

Eun Yul..

Namanya, mirip dengan..

"perkenalkan, Kim Eun Yul." Ucap gadis dengan tinggi yang 15 cm lebih rendah dari tinggi Han Yi An sembari menyodorkan tangannya.

"Oh, Ya.. Han Yi An." Segera dia menyambar tangan gadis itu setelah dibebas dari lamunan yang dikarenakan nama yang mengingatkan dia pada seseorang.

"Aku harap, kita bisa bekerja sama dengan baik. Jangan segan untuk menegurku, aku masih harus banyak belajar. Senang bertemu denganmu Han Yi An." Sikap yang sangat terbuka untuk seseorang yang baru pertama bertemu.

"Jadi Han Yi An" suara alto itu muncul kembali.

"Kau dan Eun Yul sebenarnya memiliki umur yang sama, hanya saja Eun Yul memang baru pulang dari Amerika, dia sudah 10 tahun tinggal dengan orang tuanya disana, jadi aku harap kalian bisa bekerja sama dengan baik dipemotretan."

"Ah, begitu.. pantas saja sikapnya sangat.. terbuka. Akan aku lakukan yang terbaik manajer Lee."

Eun Byul, apa kau setelah hampir satu tahun diluar sana sikapmu akan berubah seperti perempuan yang kini ada dihadapanku? Meskipun kau sering sekali sangat dingin, tapi aku lebih suka kau seperti itu dibanding perempuan yang ada dihadapanku. Jadi, jangan berubah Eun Byul..

Meeting pun dimulai. Ruangan yang sudah seperti akuarium yang diisi oleh sekelompok orang terlihat serius dengan tampilan proyektor yang menampilkan gambar sketsa yang kemungkinan besar akan menjadi bahan pemotretan yang disebutkan oleh lelaki bermarga Lee itu.

Kolam ikan dengan isi manusia itu pun terbuka 34 menit kemudian, seperti kelereng yang keluar dari botol kaca yang terbuka, setiap orang yang berada sebelumnya diruangan itu sepertinya terburu buru untuk segera pergi ketempat lain.

Dreet.. dreeet..

[Eun Bi]: Yi An, kau dimana?

[Yi An] : agensi, kenapa?

[Eun Bi]: cepatlah kembali ke sekolah!

[Yi An] : Kau kangen padaku ya? Haha

[Eun Bi] : Ani!

[Yi An] : jujur saja..

...

...

[Yi An]: Ya! Kau tidak mau menjawabku?

[Yi An]: Eun Bi

[Yi An]: Eun Bi

[Yi An]: Go Eun Bi

[Eun Bi] : Unnie kembali ke Seoul besok.

...

...

Seminggu yang lalu

"Hey, Go Eun Byul. Sepertinya keajaiban kau menelponku.. sedang apa kau disana?"

"Tidur. Aku sedang dikasur."

"Yah, seharusnya kau itu mengubah kebiasaanmu. Jangan tidur saja, bukannya di sana sudah jam 7 pagi. Seharusnya kau itu berolahraga."

"Aku sedang tidak bisa olahraga."

"Han Yi An."

"Apa?"

"Aku. Ingin menjadi diriku yang sebenarnya sekarang. Jadi tolong, dengarkan saja apa yang mau aku ucapkan. Dan setelah itu, anggap saja semuanya tidak terjadi. Aku.. melakukan ini.. hanya untuk diriku sendiri.."

"delapan bulan yang lalu kau memberikan aku mendali pertamamu dikejuaraan nasional dan berkata hari itu kau ingin mengakhiri cinta yang bertepuk sebelah tangan selama 10 tahun. Kini delapan bulan setelah kau mengucapkan itu padaku, aku ingin jujur..

Hari ini. Aku.. juga ingin menghentikan cintaku yang bertepuk sebelah tangan setelah hari itu. Jadi jagalah adikku dengan baik. Aku tau aku bisa mengandalkanmu Han Yi An."

Setelah telpon itu, aku tidak bisa lagi menghubungi Eun Byul, bahkan setelah itu telponku tidak pernah diangkat, semua pesan yang ku kirimkan tidak dibalas. Dan sekarang dia pulang tanpa memberitahukanku apapun.

Dreet.. dreet..

[Eun Bi]: Hey! Kau tidak senang unnieku kembali?"

...

Tidak seperti itu

[Eun Bi]: Ya Han Yi An. Awas kau!

Eun Byul. Sebenarnya. Ada apa.

{to be continued}



Preview next chapter:

"Unnieeee.."

Dipeluknya sesosok gadis dihadapannya yang terlihat sangat mirip dengannya itu.

"Eomma.."

"Aigoo.. putriku ini sepertinya sangat senang tinggal diluar sana tapi kenapa sepertinya kau semakin kurus disana bahkan kau jarang sekali menghubungi eomma, sekarang karena kau sudah di korea, kau harus menuruti perkataan eomma.. ini perintah" ujarnya sembari memeluk gadis berbaju hitam itu.

"Oh, hallo Han Yi An. Delapan bulan ku tinggalkan kau tidak melupakanku kan.."

~~//~~

Ada apa sebenarnya dengan Eun Byul, apa telponnya satu minggu yang lalu itu bukan darinya. Bahkan saat kami semua menjemputnya di bandara, ekspresi wajahnya seperti tidak terjadi apa apa..

~~//~~

"Eomma, aku berangkat.. unnie, aku pergi.."

"Oooo.. hati-hati.."

Oh, iya. Seharusnya hari ini aku mengurus nomor telepon selularku yang baru. Nomor Melbourneku pasti tidak bisa dihubungi oleh teman-teman disini. Dimana tadi aku menyimpang teleponku. Ah iya, di meja makan. Ini dia.

Sementara itu di bus menuju sekolah.

Dreeet.. dreet..

[+613 0407 635 ...] Hallo Miss Go. We are from Melbourne Emergency Center. For the accident that happen three days ago we think you need to know about the result and we sent it to your address in Korea. We look forward to it. Thank you.

Pesan dari mana ini? Melbourne? Sepertinya salah kirim, aku tidak pernah ke.. ah, tidak, pasti teleponku dan telepon unnie tertukar saat dimeja makan.

Kriingg... kriingg

Dilayar telepon..

UNNIE

Unnie? Unnie siapa? Sepertinya aku tidak pernah menyimpan nomor seseorang dengan nama..

AH TIDAK!

"Unnie, sepertinya telepon kita tertukar. Dan ini ada pesan dengan nomor melbourne, disini tertulis...

Emergency Center. For the accident that happen three days ago we think you need to know about the result...

{apa yang sebenarnya disembunyikan oleh Eun Byul? Dan sebenarnya apa yang terjadi tiga hari yang lalu di Melbourne? Apakah yang menelpon Han Yi An memang Eun Byul? Temukan jawabannya di chapter berikutnya.}

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 18.6K 46
ON GOING SAMBIL DI REVISI PELAN-PELAN. Start 18 November 2023. End? Cerita bertema 🔞, Kalau gak cocok bisa cari cerita yang lain terimakasih. Mars...
273K 37.8K 26
Sederhana saja. Hanya tentang kehidupan tiga bersaudara putra Pak Bratadikara yang akan membuatmu harus memutuskan antara dua pilihan, yakni mengingi...
925K 8.8K 17
Sebelum membaca, alangkah baiknya kalian untuk follow akun wp gw ya. WARNING!!!🔞 YANG GAK SUKA CERITA BOYPUSSY SILAHKAN TINGGALKAN LAPAK INI! CAST N...
194K 21.1K 24
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...