Soft Of Voice

By chusniahne

78.1K 10K 1.6K

[COMPLETED] Sama seperti sayap yang patah, dia tak akan bisa membawa burung yang sama untuk melihat dunia leb... More

PROLOGUE
ONE
TWO
THREE
FOUR
FIVE
SEVEN
EIGHT
NINE
TEN
ELEVEN
TWELEVE
THIRTEEN
FOURTEEN
FIFTEEN
SIXTEEN
SEVENTEEN
EIGHTEEN
NINETEEN
TWENTY
TWENTY ONE
TWENTY TWO
TWENTY THREE
TWENTY FOUR
TWENTY FIVE
TWENTY SIX
TWENTY SEVEN
TWENTY EIGHT
TWENTY NINE
THIRTY
NOT AN UPDATE, BUT INI PENTING GENGS
THIRTY ONE
THIRTY TWO
THIRTY THREE
THIRTY FOUR
THIRTY FIVE
THIRTY SIX
THIRTY SEVEN
THIRTY EIGHT
THIRTY NINE
FOURTY
FOURTY ONE
FOURTY TWO
BACA AJA DULU
FOURTY THREE
FOURTY FOUR
SEQUEL + PROMOTE
FOURTY FIVE
INFO
FOURTY SIX
QUESTION
PENTING!!
FOURTY SEVEN
FOURTY EIGHT
SPOILER SEQUEL + PROMOTE
FOURTY NINE
INFO END ㅡ HIATUS
INFO
FIFTY
EPILOGUE
CURHAT BENTAR
INFO PENTING
EP ㅡ 1
[!] NANYA NIH PENTING
EP ㅡ 2
SEQUEL
NOTE !

SIX

1.5K 180 21
By chusniahne

"Benarkah semua ini?" pekik salah seorang teman lelakiku. Dia duduk diseberangku bersama seorang gadis yang tak lain adalah kekasihnya. Sebenarnya dia adalah teman dekat Wonwoo, kekasihnya adalah temanku semasa duduk di tinggat sekolah dasar. Kim Mingyu. Lelaki jangkung dengan tinggi seratus delapan puluh tiga sentimeter itu menggandeng erat tangan kekasihnya, Seo Young Ra.

"Kau tidak sedang bercanda kan, Ahrim?" kata Seora──panggilan akrab Seo Young Ra──memajukan badannya padaku, berusaha mengamatiku. Aku menunduk, hatiku kembali sakit.

"Aku tidak bohong, aku putus dari Wonwoo sebelum dia pergi ke Eropa," kataku menatap keduanya nanar. "Aku kemari hanya untuk memberikan undangan pernikahan ku dua hari lagi," lanjutku sembari menyerahkan sebuah undangan mewah dengan warna silver kesukaanku. Nyonya Song tahu apa yang aku inginkan. Mingyu dan Seora saling mengamati. Melihat tajam kearahku setelahnya, berusaha mengorek-orek segala yang tak mereka tahu. Aku menunduk diantara tatapan mereka. Sungguh aku merasa bersalah atas semua ini, mereka selalu mendukungku dengan Wonwoo apapun itu.

"Aku tidak pernah menyangka kau setega itu, Ahrim," kata Mingyu. Aku sudah menduga akan seperti ini jadinya. "Pasti Wonwoo sakit hati sampai akhirnya dia pergi ke Eropa," lanjut Mingyu setelah menghela nafas berat. Ingin rasanya aku menjelaskan semuanya sejelas mungkin.

"Sayang, tunggu dulu──" kata Seora halus. Gadis ini selalu saja bersikap halus meskipun aku salah. Dia akan meminta penjelasan dengan apa yang aku lakukan. Dia akan berusaha menjadi penengah jika ada masalah seperti ini. Aku terus menunduk. Aku malu sekali dengan Seora dan Mingyu. Seora menatapku dan tersenyum seperti bidadari. "Kau bisa jelaskan bagaimana in bisa terjadi, Ahrim?" katanya membelai halus lenganku yang terbungkus cardigan warna hijau tosca.

Aku menghela nafas sebelum mulai menjelaskan semuanya. Nafasku terasa sangat berat. Beban sepertinya semakin berat pula. Aku memberanikan diri mengangkat kepalaku untuk menghadap Mingyu dan Seora, meskipun dengan tatapan nanar yang sangat memalukan. "Tapi kumohon jangan marah lagi," kataku berat. Bergetar.

Seora tersenyum lembut, berusaha membuatku tenang atas semuanya. Mingyu masih cemberut. "Kita dijodohkan, papa Seungcheol meninggal karena menyelamatkan papa dari kecelakaan dan papa Seungcheol menyerahkan Seungcheol kepadaku," kataku terhenti. Melihat wajah Mingyu yang ternganga. Namun tidak untuk Seora, wajahnya terlihat tenang. Dia pasti tahu apa yang aku lakukan pasti ada alasannya.

Aku melanjutkan ceritaku dengan sangat jelas tanpa ada yang ditutupi. Berusaha membuat dua sahabatku itu mengerti. Hingga pada akhirnya Mingyu paham dan berusaha menerima bahwa sahabatnya, Wonwoo, harus berpisah dariku.

Aku mohon undur diri, kembali untuk membagikan undanganku kepada beberapa sahabatku yang lain, meskipun aku tahu tatapan Mingyu dan Seora yang terlihat tak ikhlas. Seungcheol telah menungguku dimobil Range Rover miliknya. Dengan kacamata hitam dan jaket parasut warna abu-abunya.

"Lama," katanya singkat, membuatku terpaku tak bisa berkata apapun. Suasana hatiku sedang tidak enak (lagi). Ditambah Seungcheol yang memiliki wajah datar sore ini. Aku ingin pulang rasanya.

"Aku lelah Seungcheol, antar aku ke apartemen saja," kataku pelan pada Seungcheol, aku fokus pada jalanan ramai Seoul.

"Kamu pulang? Gimana undangan temen-temen kamu?" kata Seungcheol menunjuk sebuah paper bag yang ada di kursi penumpang belakang, terdapat satu paper bag warna coklat disana. Hanya tinggal beberapa undangan.

Aku menghela nafas kasar sebelum mulai berbicara. "Antar aku ke apartemen di Incheon, aku akan menitipkan undangan ini pada temanku untuk dibagikan," kataku masih fokus pada jalanan yang ramai. Seungcheol memasang wajah aneh dibalik kacamata hitamnya.

Seungcheol mengemudikan mobilnya santai menuju Incheon. Aku benar-benar mengalami mood yang sangat minim. Jauh dari kata baik. Bukan karena perlakuan Seungcheol yang kadang baik kadang cuek, aku mulai terbiasa dengan itu. Namun, hatiku yang mulai tertutup dari bayangan Wonwoo kembali terbuka lebar, pertemuanku dengan Mingyu dan Seora membuatku semakin sakit untuk menerima semua ini. Aku semakin sulit menghapus bayangan Wonwoo. Aku semakin tak bisa mengendalikan pikiranku dari dirinya. Aku semakin sulit menghapus aroma tubuhnya yang maskulin, yang membuatku selalu tenang dan terbuai. Aku semakin sulit menghapus rasa cintaku.

Lamunanku buyar ketika mobil Seungcheol terhenti mendadak. Rupanya kami telah sampai diapartemen Yein. "Ayo turun," ajak Seungcheol tiba-tiba. Aku mengambil paper bag berisi undangan dan mengekori Seungcheol yang mulai masuk ke apartemen.

"Kamu cari dulu saja apartemen temen kamu, aku ada urusan," kata Seungcheol padaku. Aku hanya bisa mengangguk pasrah. Masih belum bisa mengendalikan suasana hatiku.

Aku terus berjalan menuju elevator yang akan menghantarku menuju lantai sembilan belas. Disanalah Yein tinggal. Aku memencet bel. Berkali-kali namun tak ada respon. Lama sekali aku berdiri didepan apartemen Yein ini. Entah dimana Yein sekarang, mungkinkah dia sedang jalan bersama Eunwoo? Entahlah, mungkin mereka sedang bersenang-senang. Aku memutuskan untuk meninggalkannya di depan pintu dan meninggalkan pesan suara disana. Memutuskan pergi mencari Seungcheol.

"Kau ada dimana?" kataku pada Seungcheol lewat telepon. Aku berhenti sejenak di depan jendela besar yang memperlihatkan ramainya aktivitas kota Incheon, terlihat bandara internasional Korea yang sedang sibuk.

Seungcheol terdengar menghela nafas kasar sebelum menjawab pertanyaanku. "Aku masih ada urusan, kau tunggu saja di taman," katanya dengan suara yang berat. Suara yang selalu bisa membuatku hilang kendali. Aku menundukkan kepalaku ketika telepon seketika dimatikan oleh Seungcheol. Aku pasrah dan memilih menuruti perkataannya.

Kakiku membawaku kesebuah taman yang masih satu kawasan dengan apartemen mewah ini. Tepat didepannya. Aku duduk disebuah ayunan kayu yang kosong. Terlihat sepi, hanya ada beberapa anak yang bermain pasir tak jauh dari ayunan yang kududuki. Kusandarkan kepalaku dipegangan ayunan. Mengamati dua anak laki-laki dan perempuan yang asik membuat bangunan dari pasir, senyum membingkai indah wajahnya.

Suasana hatiku semakin buruk. Semakin sakit melihat mereka. Semakin perih mengingat harapanku dengan Wonwoo yang sama sekali tak bisa kami wujudkan. Harapan untuk menikah dan memiliki buah hati kembar, bersama pergi ke taman, bercanda berempat membangun istana pasir bersama. Semuanya hancur lebur dihantam batu besar yang tak kuat aku pikul. Semuanya hilang. Air mata melesak keluar dari pelupuk mataku. Terasa sangat perih. Aku menunduk, berusaha menutupi wajahku dengan surai hitam kecoklatanku. Aku terisak dalam diam, aku meratap dalam keheningan.

Seorang lelaki berdiri tegap tepat didepanku. Aku tak menyadari kehadirannya, aku tak mendengar derap kakinya mendekatiku. Aku tak menyadari belaian tangannya disurai indahku. Hanya kenyamanan yang aku rasakan, hanya kehangatan yang menerpa hatiku. Sering dan bertubi. Aku tak ingin mendongakkan kepalaku. Aku takut jika aku mendongakkan kepalaku akan membuatku sakit atau bahkan bahagia. Aku tak ingin mengetahui siapa lelaki yang menghangatkan hatiku ini.

Isakan tangisku semakin keras. Rasa sakit semakin menghujam hatiku. Aku merasakan sakit tanpa ada alasan yang mendasar, aku sakit tanpa alasan yang jelas. Isakan tangisku membuat lelaki ini mencengkeram lenganku,membuatku berdiri dan sejajar dengannya. Aku tetap menunduk. Aku tak ingin melihat siapa dia. Aku juga tak ingin dia melihat betapa suram dan sembabnya mataku.

"Kau bisa menatapku?" tanyanya dengan suara terendahnya. Membuatku semakin pedih. Suara siapa ini? Jika tidak salah ...

"Ahrim ..." desisnya tepat diubun-ubunku. Membuat bulu romaku terekspos. Aku semakin menggerang, menangis tak karuan.

Tubuhku direngkuhnya, kedua tanganku lemah tak kuat untuk bergerak. Wajahku tenggelam didada bidangnya. Aku bisa mencium aroma tubuhnya yang mulai akrab dengan keseharianku. Seungcheol. Dia merengkuhku. Ya, dia memelukku erat. Aku semakin histeris. Isakanku terasa perih. Suaraku tertahan ditenggorokan. Antara menahan tangis dan kaget atas perlakuan calon suamiku ini. Dia yang biasanya cuek tiba-tiba peduli bahkan memelukku? Semuanya tak terpikir olehku, sama sekali.

"Apa yang membuatmu menangis?" tanyanya dengan suara yang sangat rendah. Mengingatkanku akan suara rendah Wonwoo.

Aku terisak sekali lagi sebelum menjawab pertanyaan Seungcheol. "Aku ..." kataku tertahan, aku tak sanggup menjawabnya. Aku semakin menenggelamkan kepalaku didada Seungcheol. Kedua tangannya merengkuhku semakin erat. Seakan dia tak ingin melihatku menangis.

"Katakanlah," katanya lagi.

"Aku teringat ... mantan kekasihku ..." kataku terhenti. Mengambil nafas panjang. "Aku masih mencintainya ..." kataku terisak kembali. Seungcheol mengelus surai indahku. Bernafas dipuncak kepalaku.

"Aku akan membuatmu mencintaiku Ahrim ..." katanya terhenti. Bernafas kasar sebelum melanjutkan perkataannya. "Dengan caraku sendiri ..."

Continue Reading

You'll Also Like

807K 84.3K 57
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
300K 25.3K 37
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
91K 12.8K 28
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
1M 61.8K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...