Soft Of Voice

By chusniahne

77.8K 10K 1.6K

[COMPLETED] Sama seperti sayap yang patah, dia tak akan bisa membawa burung yang sama untuk melihat dunia leb... More

PROLOGUE
ONE
THREE
FOUR
FIVE
SIX
SEVEN
EIGHT
NINE
TEN
ELEVEN
TWELEVE
THIRTEEN
FOURTEEN
FIFTEEN
SIXTEEN
SEVENTEEN
EIGHTEEN
NINETEEN
TWENTY
TWENTY ONE
TWENTY TWO
TWENTY THREE
TWENTY FOUR
TWENTY FIVE
TWENTY SIX
TWENTY SEVEN
TWENTY EIGHT
TWENTY NINE
THIRTY
NOT AN UPDATE, BUT INI PENTING GENGS
THIRTY ONE
THIRTY TWO
THIRTY THREE
THIRTY FOUR
THIRTY FIVE
THIRTY SIX
THIRTY SEVEN
THIRTY EIGHT
THIRTY NINE
FOURTY
FOURTY ONE
FOURTY TWO
BACA AJA DULU
FOURTY THREE
FOURTY FOUR
SEQUEL + PROMOTE
FOURTY FIVE
INFO
FOURTY SIX
QUESTION
PENTING!!
FOURTY SEVEN
FOURTY EIGHT
SPOILER SEQUEL + PROMOTE
FOURTY NINE
INFO END ㅡ HIATUS
INFO
FIFTY
EPILOGUE
CURHAT BENTAR
INFO PENTING
EP ㅡ 1
[!] NANYA NIH PENTING
EP ㅡ 2
SEQUEL
NOTE !

TWO

1.8K 217 0
By chusniahne

Aku mengemudikan Hyundai i20 warna silver milikku, melaju dengan santai dijalanan kota Seoul. Ini masih jam dua belas lebih lima puluh tujuh siang. Masih terlalu dini untuk menunggu seorang Seungcheol yang menjanjikan pertemuan kami pada jam dua siang. Jikapun aku datang tepat jam dua siang untuk menemui Seungcheol, aku yakin pasti dia akan datang terlambat. Mengingat cerita Mama Seungcheol tentang kebiasaan keturunan lelaki tunggal dari keluarga Choi itu memiliki kebiasaan menyepelekan dan santai. Bisa dibayangkan jika janjian dengan dirinya bagaimana lamanya. Namun aku pun sebenarnya enggan untuk bertemu lelaki yang sudah menyumpahi keluargaku itu.

Siang ini aku memutuskan untuk bertemu sahabat seperjuanganku semasa SMP dan SMA, bahkan hingga sekarang aku masih setia bersahabat dengannya. Dia Jung Yein. Gadis manis lulusan London School of Public Relation itu baru saja pulang dari perkuliahannya, kini dia menyabet gelar S2 dengan indeks prestasi 3.78. Beruntung aku jadi sahabat pertama yang dimintanya untuk bertemu mengingat banyak sahabat dekatnya di Korea, sepertinya dia tahu atau bahkan merasakan apa yang aku rasakan. Semasa sekolah dulu aku selalu bersamanya. Dari bangun tidur hingga tidur kembali. Dari Senin hingga Senin kembali. Aku sering menangis dipundaknya. Aku sering mengungkapkan kekecewaan dan beban hati serta pikiranku dibahunya. Aku terlampau sering untuk itu. Dengan senang hati Yein akan mendengarkan kisah pedihku, cerita bahagiaku dan rangkaian ceritaku yang lainnya. Dia bersedia jadi penopangku, setiap saat. Aku ingin menceritakan kisah ku selama dia berada di London dan mungkin hari ini aku akan menceritakan rencana pernikahanku dengan calon Tuan Choi itu.

Aku segera berlari menuju café yang kami janjikan setelah memarkir mobilku tepat didepan café. Aku sangat merindukan gadis ini, sangat rindu padanya. Aku masuk dengan sumringah, tawaku tak terhapus dari wajah cantikku. Jantungku berdegup cepat. Tanganku dingin. Ini pertemuan kami setelah dua tahun Yein tak mengunjungi Korea. Dia sibuk mempersiapkan penelitian hingga thesis-nya hingga dirinya berhasil menyabet gelar master. Oh sungguh aku ingin merengkuhnya sekarang.

Sosok Yein dengan surai hitam kecoklatannya langsung tertangkap oleh indra penglihatanku. Dia duduk diujung bersama seorang lelaki. Tunggu! Lelaki. Benarkah dia lelaki Korea yang sering dia ceritakan padaku? Tunggu! Aku seperti mengenal lelaki itu. Segera saja aku berlari.

"Yein!" pekikku. Yein menoleh bersamaan dengan lelaki itu.

"Aaa! Ahrim!" pekiknya lalu berdiri merengkuhku. Aku merasakan kehangatan dihatiku. Tanganku bergetar memeluknya erat. Jantungku berdegup cepat. Yein. Kini dia semakin dewasa. Wajahnya makin cantik. Air mata menetes dipipiku. Rasanya enggan untuk melepas rengkuhan ini.

"Ahrim, aku sangat merindukanmu," kata Yein memecah keheningan sesaat. Aku semakin ingin menangis.

"Yein, aku juga rindu padamu," kataku membalas perkataannya. Suaraku bergetar. Menangis.

"Ah, jangan menangis," katanya mengusap surai hitam sebahuku. "Kita telah bertemu Ahrim!" lanjutnya masih mengusap rambutku. Lembut sekali. Mataku menangkap wajah lelaki yang bersama Yein itu.

Eunwoo! Cha Eunwoo!

"Cha Eunwoo!" pekikku melepas pelukan Yein namun tanganku masih bertengger di pinggang rampingnya. Eunwoo nampak menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Yein hanya terkikik geli melihat reaksiku yang telah melihat kekasihnya. Ralat. Tunangannya.

"Kenapa kau disini Eunwoo!" kataku tegas padanya. "Atau jangan-jangan ..." kataku melirik Yein. "Yein! Kenapa kau tak memberi tahuku jika tunanganmu itu si kucrut satu ini!" pekikku. Eunwoo dan Yein tebahak. Aku menganga.

"Mari duduk," kata Yein menggiringku duduk didepan keduanya. Yein duduk manis disamping Eunwoo lalu menggandeng tangan kanannya. "Kenalkan ini kekasihku, Cha Eunwoo," kata Yein menahan tawa. Eunwoo tersenyum lebar.

Aku menganga melihat kenyataan bahwa sahabatku, Yein, menjalin kasih bersama musuh bebuyutanku jaman SMP Eunwoo. Si tikus curut──kucrut──yang selalu membuatku kelaparan karena makananku yang diambilnya dan dimakan bersama geng kucrutnya yang lain. Memang lelaki ini sekarang berbeda. Wajahnya tampan dan manis sangat serasi dengan wajah cantik Yein. Badannya lebih berisi. Kulitnya putih dengan surai hitamnya.

"Ahrim," katanya membuyarkan lamunanku. "Kau tak merindukanku, ya?" katanya terkikik diikuti tawa Yein. Dia memanggilku dengan namaku? Eunwoo sama sekali tak pernah memanggilku sebuah nama kecuali guru memintanya meminta maaf padaku, dia akan memanggilku dengan nama 'drakula', mengingat aku memiliki sepasang gigi taring yang tajam.

"Apa?!" pekikku. "Kau memanggilku Ahrim? Biasanya kau memanggilku dengan sebutan drakula," kataku meliriknya.

"Ya, Ahrim, kita sudah sama-sama dewasa. Tak perlu ungkit jaman SMP dulu," kata Eunwoo menggegam tangan Yein. Rasanya aku iri dengan kejadian didepanku ini. Oh aku rindu Wonwoo.

"Ya memang kau benar, kita sudah dewasa," kataku membenarkan perkataan Eunwoo.

"Oh iya, dimana kekasihmu yang bernama Wonwoo itu? Ah aku ingin melihatnya, dia terlihat tampan difoto yang kau kirim," kata Yein menyahut. Aku tersenyum getir. Yein menatapku, seakan dia tahu apa yang kurasakan.

"Kau kenapa, ceritakan saja Ahrim," katanya mengelus lenganku yang tersilang. Aku tersenyum miris padanya, berbalik mengelus tangannya.

"Ceritanya panjang Yein," kataku berusaha menolak bercerita tentangku dan Wonwoo. Aku enggan untuk membuka luka lamaku, aku takut jika aku bercerita, aku semakin sulit melupakan Wonwoo untuk Seungcheol.

"Yein dan aku punya banyak waktu, Ahrim, tenang saja," kata Eunwoo berusaha meyakinkanku untuk bercerita. Aku tersenyum, semakin getir. Aku menghela nafas sebelum memulai ceritaku bersama Wonwoo yang harus dihalangi oleh pernikahanku dengan Seungcheol.

"Kami putus," kataku singkat. Eunwoo dan Yein menatapku. Menunggu jawabanku selanjutnya. "Aku akan menikah satu minggu kedepan, nanti malam aku bertunangan," kataku menatap keduanya. Yein tercekat.

"Apa?!" pekiknya lalu menutup mulutnya. "Benarkah?" tanyanya. Aku hanya mengangguk pasrah. Merogoh tasku dan menyerahkan sebuah undangan pada Yein.

"Ini undangan pernikahanku, kuharap kalian datang," kataku getir. Eunwoo dan Yein menatapku iba. Seakan tahu apa yang aku rasakan. Ketertekanan hati dan pikiranku seakan menjalar pada mereka.

"Jangan simpan bebanmu itu Ahrim, aku tak ingin kau sedih," kata Yein. Aku tersenyum padanya. Sekarang lebih lega. Aku lega karena mereka mau mendengarkanku.

"Aku akan menikah dengan Choi Sungcheol, putra tunggal almarhum Tuan Choi Yongju, pemilik perusahan Choi Company."

Yein dan Eunwoo terperangah. Mata keduanya membulat sempurna, hampir saja keluar dari wadahnya. Yein bahkan menutup mulutnya yang menganga. "Benarkah?" tanyanya. Aku mengangguk pasrah.

"Perjodohan, pernikahanku perjodohan," kataku terhenti. "Tuan Choi meninggal karena menolong papaku, dia menyerahkan Seungcheol padaku, karena kata Tuan Choi hanya aku yang bisa mengimbangi sifat Seungcheol," kataku terhenti. Aku sengaja tak melanjutkannya.

Yein mengelus tangan kiriku. Aku melanjutkan. "Entah bagaimana Tuan Choi bisa memasrahkan anaknya yang seperti itu padaku, mungkin karena aku yang keibuan, penurut, dan selalu mengikuti apapun yang diperintahkan orang tuaku," kataku pelan. Menghela nafas sebelum melanjutkan lagi. "Tuan Choi sempat menyerahkan perusahaannya pada papa, namun papa menolak, terlalu beresiko katanya. Lebih baik papa menuruti keinginan Tuan Choi untuk menikahkanku dengan Seungcheol," kataku melanjutkan. Air mata mulai turun bulir demi bulir dari sudut mataku. Yein berdiri lalu duduk disampingku, mencoba menenangkanku dengan memelukku.

"Tak apa Ahrim, mungkin memang kau yang bisa mengimbangi sifat dari Seungcheol itu, ini yang terbaik," kata Yein. Hatiku seakan dihujani kehangatan. Aku lega bisa bercerita. "Dan jika memang kau harus putus dari Wonwoo, mungkin dia bukan jodohmu," lanjut Yein.

"Kau yang sabar Ahrim, kami pasti datang nanti malam dan minggu depan," kata Eunwoo melanjutkan perkataan Yein. Yein mengangguk diantara pelukan eratnya padaku. Aku tersenyum pada Eunwoo dan aku yakin Yein tahu senyumanku meskipun dia tak melihat wajahku.

Percakapan hangat kami akhirnya berakhir ketika Seungcheol menelponku untuk segera datang. Dia sudah ada di lokasi tempat yang dia janjikan. Berpamitan dengan Yein adalah saat yang sama sekali tak aku inginkan tapi aku tetap undur diri. Aku segera melajukan mobilku menuju Grenny Cafe, sedikit agak jauh dari tempatku bertemu dengan Yein dan Eunwoo tadi. Aku sedikit was was, takut bila Seungcheol marah padaku karena terlambat. Mengingat betapa kejamnya sumpah serampah yang dia layangkan padaku, aku enggan mendengar sumpahnya lagi.

Akhirnya aku sampai. Sedikit kaku memang, bukan lagi sedikit ini sangat kaku. Canggung menguasai hatiku. Begitu pula rasa takut dan benci yang selalu menjalar di otak dan hatiku. Lelaki itu sepertinya tak punya hati.

Aku melangkahkan kakiku pelan menuju café ini, aku memandang sekeliling sebelum aku menemukan sosok Seungcheol berada di tempat duduk paling ujung.

"Seungcheol," kataku lembut. Seungcheol menoleh. Tersenyum padaku. Sangat tampan. Aku menatap manik mata kecoklatannya. Dalam.

---

Udah selesai nih yang part 2
yuk vomments nya, biar aku semangat bikin lanjutannya😉
bakal segera mungkin aku post👌

Continue Reading

You'll Also Like

34K 3.1K 20
Plak!!! Lisa terdiam merasakan panas di pipinya, saat kekasihnya yang dia cintai menamparnya. Hatinya terasa begitu sakit. Apalagi, dia melihat sang...
198K 30.8K 56
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
267K 21.1K 100
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
588K 59.1K 46
Bekerja di tempat yang sama dengan keluarga biasanya sangat tidak nayaman Itulah yang terjadi pada haechan, dia menjadi idol bersama ayahnya Idol lif...