I Feel, I'm In Love

By mayratrin_

202K 7K 240

Arisa Felice Agatha, telah berjanji tak akan lagi mencintai Kevin. Namun nyatanya, ia kembali mencintai pria... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
BUKAN UPDATE
14
15
16
17
19
20
21
22
23
24
25
26
Pengumuman
27
28
29
30

18

5.6K 203 8
By mayratrin_

Enam bulan kemudian.

"Sayang! Barang-barang kamu udah siap belum?!" teriak mama Arisa dari depan meja makan, membantu mbok menata lauk pauk dan peralatan makan lainnya.

"Iya ini lagi Arisa cek satu-satu.." balas Arisa berteriak juga karena jarak yang cukup jauh dari tempat mamanya berada sekarang.

Setelah mengecek semua barangnya sudah siap dan lengkap, Arisa segera melangkah menuju meja makan untuk bergabung bersama mama-papanya dan juga Rio.

Keluarga Arisa pun memakan makanannya dibarengi dengan perbincangan-perbincangan ringan seperti biasanya.

"Arisa.. Kamu sudah mantab berangkat sekarang?" tanya papa Arisa.

"Iya, pa. Aku butuh waktu luang beberapa hari untuk bersih-bersih disana, dan juga mau kasih surprise buat mas Kevin, pa."

"Baiklah kalau begitu," jawab papanya singkat.

Flashback 

Arisa terpaksa membuka matanya akibat cahaya matahari yang sangat mengganggunya itu menerobos melalui selambu jendela kamarnya.

"Ughh.." Arisa merasakan nyeri pada kepala dan juga perih di mata.

Pusing. Mata yang perih. Dan perut yang sudah meronta meminta untuk diisi.

Jam berapa ini? Arisa pun mendongak untuk melihat ke arah jam dinding, "ah.. Jam sebelas ternyata."

Arisa pun bangun dan segera beranjak dari tempat tidur menuju lemari, mencari beberapa pakaian dan masuk ke kamar mandi segera setelahnya.

Setelah selesai membersihkan diri, Arisa pun tak menunda waktu lagi untuk menyumpal cacing-cacing diperutnya yang sudah berteriak sejak tadi meminta sesuap nasi.

Ada cukup makanan untuk Arisa diatas meja makan. Arisa memakannya dengan ganas sampai dengan piring ke dua.

"Non Arisa.."

Arisa menengok kearah dimana asal suara tersebut, "ah! Ya, kenapa mbok?"

"Saya minta maaf sebelumnya, non. Tapi kalau boleh tau, non Arisa kenapa nggak keluar dari kamar tiga hari ini? Saya khawatir non," tanya mbok Jem.

Tiga hari? Lama sekali, Pikir Arisa.

"Tiga hari?" tanya Arisa bingung.

"Iya, non. Tiga hari. Ibu dan den Rio khawatir sekali karna non Arisa nggak keluar-keluar dari kamar, nggak makan juga. Ibu, den Rio, dan mbok pun selalu mengetuk pintu kamar non Arisa tapi tetap saja non Arisa nggak mau buka pintunya. Saya juga khawatir, non. Tadi setelah saya lihat non Arisa datang dan makan sampai dua piring, saya seneng, alhamdulillah non Arisa nggak kenapa-kenapa," cerita mbok Jem panjang lebar.

Arisa tersenyum menanggapi cerita panjangnya mbok Jem, "mama, papa, Rio kemana, mbok?"

"Den Rio tadi keluar setelah dijemput temannya, tapi saya nggak tau pergi kemana, non."

"Mama?"

"Kalau ibu, ibu pergi sama bapak, setau saya pergi ke Malang, ada sahabat bapak yang meninggal. Sudah berangkat sejak jam tiga subuh tadi," jawab mbok Jem, "kalau begitu saya mau kembali ke halaman belakang dulu, non."

Arisa mengangguk mempersilahkan.

Jadi sudah tiga hari? Aku tidur selama tiga hari? Wah, rekor. Nggak heran kalau aku sangat kelaparan. Ah aku lupa, tiga hari ini, pasti akan banyak notifikasi yang masuk, termasuk... Mas Kevin?! batin Arisa.

Setelah itu Arisa segera menghabiskan sisa makanan yang tersisa dipiringnya dan segera kembali ke kamarnya untuk men-charge ponselnya yang sudah dalam keadaan mati. 

Setelah beberapa jam menunggu, Arisa pun segera mengecek pesan-pesan dari Kevin. Banyak sekali. Dan yang banyak ia dapatkan adalah seputar pertanyaan yang kurang lebih seperti ini,

'kenapa belum bales pesanku?',
'telfon juga nggak aktif',
'kamu kemana, sayang?',
'Arisa?',
'sayang? kenapa nggak kabarin aku?',
'aku khawatir, Arisa..', dan juga
'aku harap nggak terjadi apa-apa, aku sayang kamu, Arisa''.

Arisa segera menelfon Kevin, setelah terdengar sautan diseberang telfonnya, Arisa langsung menyambar dengan berbagai macam maaf tanpa koma dan titik.

"Haha.. Iya gapapa, sayang. Iya.. Tapi kenapa kamu nggak ngabarin aku sama sekali?" tanya Kevin di seberang sana.

"Ah.. Itu.. Handphone aku baterainya rusak, jadi harus beli yang baru. Tapi aku lagi males belinya, ya terus aku biarin mati deh hehehe.." ucap Arisa berbohong.

"Oh gitu.. Yaudah, gapapa. Yang penting aku udah denger kabar kamu, udah buat aku tenang. Kamu lagi ngapain sekarang?"

"Hmm.. Lagi telfonan sama kamu, lagi mikirin kamu, lagi kangen banget pake nget sama kamu," jawab Arisa.

"Ah.. Segitu cintanya sama aku ya, baru beberapa hari nggak ketemu aja sampe segitu kangennya. Haha.."

Beberapa menit berlalu, tak terasa sudah dua puluh tiga menit Arisa dan Kevin mengobrol. Banyak hal yang mereka bicarakan.

"Oke.. Aku juga sayang sama mas Kevin. Dah.." Arisa pun menutup telfonnya sesaat sebelum seseorang mengetuk pintu kamarnya.

Orang itupun membuka pintu kamar Arisa dan masuk beberapa langkah, "Arisa.. Ada yang mau papa bicarakan, kamu turun kebawah ya, papa sudah menunggu di sofa," ucap mama Arisa yang lalu bergegas meninggalkan kamar Arisa.

"Apa lagi ini?" gumam Arisa pada diri sendiri. Arisa pun segera mengikuti perintah mamanya untuk menemui papanya. 

Terlihat papa dan mama Arisa yang duduk bersebelahan di sofa panjang. Arisa mengamati air muka papa Arisa yang terlihat serius dan mama Arisa yang masih menampilkan senyuman seperti biasa mencoba membuat suasana seperti 'tidak akan terjadi apa-apa.'

Arisa pun memilih duduk berseberangan dengan mereka.

"Arisa.. Mama sudah berbicara dengan papamu sejak kemarin, dan..." ucap mama Arisa menggantungkan lanjutan kalimatnya, menoleh ke suaminya dan menyentuh tangan suaminya.

Papa Arisa terlihat berdebat dengan mamanya sebentar dengan cara memainkan mata mereka tanpa bersuara.

"Papa tidak lagi melarang hubungan kalian," ucap papa Arisa singkat.

A-apa telingaku sudah rusak? Nggak salah dengar kan? batin Arisa.

Arisa mengerjapkan matanya beberapa kali, dan mencoba memiring-miringkan kepalanya sambil menyentuh daun telinganya memastikan telinganya apakah baik-baik saja.

"Kamu kenapa, sayang?" tanya mama heran melihat Arisa yang memiringkan kepalanya.

"Ah, ini telinga Arisa kayaknya lagi bermasalah deh mah. Soalnya tadi Arisa kayak denger papa bilang nggak ngelarang hubungan Arisa lagi.." ucap Arisa ragu masih dengan mencoba menyentuh-nyentuh telinganya. 

"Haha.. Sudah-sudah.. Telinga kamu baik-baik aja, sayang. Yang papa bilang tadi itu bener. Jadi jangan khawatir lagi ya sayang. Jangan ngurung diri lagi ya.." ucap mama Arisa.

"Yaudah kalo gitu, papa sama mama mau kekamar," lanjut mama Arisa sambil berdiri lalu membantu suaminya bangun dari sofa.

"Dengar, Arisa. Sampai papa lihat kamu menangis karna Kevin sekali saja, papa akan benar-benar memutus hubungan kalian," ucap papa Arisa singkat sebelum akhirnya mereka melanjutkan langkah menuju kamar.

"Semuanya sudah siap? Ayo kita ke bandara sekarang," ucap mama Arisa segera melangkah menuju mobil bersama papa Arisa dan Rio. Sedangkan Arisa berjalan belakangan menyeret satu koper, dibantu mbok Jem yang membawa satu koper Arisa yang lain dengan tas jinjing kecil diatasnya.


***


Arisa memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya disalah satu universitas negeri yang berada didaerah Depok. Sebenarnya ospeknya baru akan dimulai dua minggu lagi, namun Arisa memilih pergi lebih awal karena ia harus banyak-banyak menghafal jalanan Ibu Kota jika ia ingin jalan-jalan sendiri disana dan juga jalanan menuju kampusnya. Dan juga banyak yang harus ia lakukan dirumah kontrakannya selama di Jakarta. Ya, Arisa akan tinggal dirumah kontrakan. Keluarga Arisa tidak memiliki apartement ataupun rumah didaerah Jakarta, mereka hanya memiliki villa didaerah Bandung. Tapi tidak mungkin kan, Arisa akan tinggal di villa itu sedangkan ia harus bolak-balik ke kampus setiap hari yang berada didaerah Depok yang notabene bersebelahan langsung dengan Jakarta Selatan.

Sebenarnya, papanya sudah berbicara dengan Arisa bahwa papanya akan menyewa apartement milik temannya, namun Arisa menolaknya, biaya sewanya cukup mahal menurut Arisa. Arisa pikir lebih baik mengontrak rumah biasa yang jauh lebih murah tapi sama-sama nyaman untuk ditempati. Lagipula rumah biasa dan apartement sama-sama memiliki kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu, dapur, dan ruang lainnya kan?

Rumah yang akan ditempati Arisa juga bisa dibilang cukup baik, ada taman kecil berukuran 2 x 2.5 meter dibagian depan rumahnya. Pagar berwarna putih setinggi 1.6 meter yang melindungi rumahnya. Dan juga jalanan seluas 6 meter didepannya. Setidaknya itu membuktikan bahwa ia masih berada di lingkup perumahan yang apik.

Selama beberapa hari, Arisa mulai menata barang-barang dan perabotannya dirumah barunya. Selama beberapa hari itu juga, Arisa sudah banyak menghabiskan waktunya di dapur, mencoba berbagai macam resep kue-kuean yang ia dapatkan dari internet. Melatih kemampuannya membuat kue yang nantinya akan ia berikan pada Kevin sebagai kejutan.

***

Hari ini Kevin terlihat tampan seperti biasanya, memulai pagi nya dikantor dengan secangkir kopi dan setumpuk berkas-berkas yang sudah mengantri untuk segera dibelai oleh kedua tangannya.

Beberapa jam pun berlalu, ia kembali duduk dikursi kebesarannya setelah kembali dari makan siangnya. Sesaat dering ponselnya berbunyi, panggilan dari Arisa. Ia pun segera mengangkatnya.

"Halo. Ya, Arisa?"

"Mas Kevin sekarang lagi dimana?"

"Aku ada dikantor sekarang. Kenapa, sayang?"

"Umm.. Berarti kalo lagi dikantor, satu jam lagi aku videocall bisa kan?"

"Bisa dong. Tapi, kenapa nggak langsung sekarang aja?"

"Soalnya aku sekarang lagi diluar."

Yes, bakalan surprise banget nih! pikir Arisa senang karna rencananya datang kekantor Kevin untuk mengejutkan Kevin akan berjalan lancar.

"Tenang aja, aku bakalan dikantor terus sampai nanti malam."

"Yesss.. Yaudah deh, kalo gitu aku tutup telfonnya ya. Love you."

"Haha.. Love you too." Kevin pun menjauhkan ponselnya dari telinga, mematikan layarnya dan meletakkannya kembali keatas meja tanpa menyadari bahwa sudah ada seseorang yang berdiri tak jauh dari mejanya memperhatikan Kevin yang sedang menerima telfon sejak tadi.

"Sepertinya kali ini kamu benar-benar menemukan pengganti Angel ya, Vin."

Kevin segera mendongakan kepalanya menuju kearah suara tersebut berasal. Disana, berdiri wanita dengan kemeja berwarna putih dengan sentuhan benang berwarna pink berkerah V-neck, serta rok span berwarna hitam beberapa centi diatas lutut. Serta dengan tubuh yang sangat-sangat menjadi idaman semua wanita. Leher dan kaki jenjangnya benar-benar membuat semua pria melirik padanya.

"Clara? Sedang apa kamu disini?" tanya Kevin sambil meletakkan kembali beberapa lembar kertas yang sempat ia sentuh tadi.

Wanita bernama Clara itupun melangkah mendekat kedepan meja Kevin, "I need your help, Kevin." ucapnya singkat lalu berjalan mendekat kebelakang meja menghampiri Kevin yang masih terduduk dikursinya.

Clara menyentuh pundak Kevin dan mengusapnya beberapa kali.

"Kamu memintaku melakukan apa kali ini?" tanya Kevin.

Clara mendekatkan bibirnya ketelinga Kevin dan mulai berbisik, "sex with me, please?"

Kevin tersentak setelah mendengar permintaan teman dekatnya itu, "kamu gila?! Lebih baik kamu segera cari pria lain yang bisa bermain denganmu."

"Argh.. Ayolah, Kevin. Kamu kan tau aku orangnya pemilih. Aku nggak bisa dengan mudahnya bermain dengan laki-laki yang aku nggak tau dia bersih atau enggak. Lagipula.. Kita sudah pernah melakukannya, apa salahnya?"

"Itu sudah cukup lama, Clara. Aku sudah memiliki Arisa sekarang, kamu tau itu."

Namun Clara bertindak lebih cepat, tangannya sudah menyentuh kejantanan milik Kevin, mengusapnya perlahan dan mendekatkan wajahnya pada Kevin.

"Gadis kecil itu? Ya, I know. Jangan naif, Kevin. Kita sama-sama membutuhkannya. Ah.. Kamu akan melakukannya dengan Arisa? Kapan? Bisakah? Kurasa tidak." Clara mulai meremas kejantanan Kevin yang masih tertutupi oleh celananya dengan cepat. Kevin memalingkan wajahnya ke sisi lain menahan sesuatu dibawahnya mati-matian.

Clara pun mulai duduk dipangkuan Kevin membuat rok span pendeknya terangkat naik. Tangannya masih terus meremas kejantanan Kevin, "dia jauh lebih muda dari kita, Kevin. Dia tidak akan melepaskan mahkotanya yang paling berharga dalam waktu dekat ini. Satu tahun? No. Bahkan tiga tahun kedepanpun belum tentu."

"Kamu akan menunggunya? Selama itu? Kamu tahu betul kebutuhan biologis kita masing-masing. Dan aku sebagai teman yang baik, aku akan dengan senang hati melakukannya. Friends with benefit, right?" lanjut Clara dengan terus memainkan tangannya.

"Argh.. Hentikan bicaramu, Clara. Kamu yang memancingku, jangan salahkan aku kalau aku bermain kasar kali ini." Kevin bangkit dari kursinya dan mendudukan tubuh Clara diatas mejanya.

Ia segera menyambar bibir milik Clara dan melumatnya dengan liar. Kevin mulai meremas kasar dada Clara yang masih dibalut kemeja putih. Dengan cepat Kevin melepas kemeja yang dipakai Clara, menyisakan bra berwarna soft pink. Mereka masih terus berciuman hingga Kevin mulai menurunkan ciumannya pada leher jenjang milik Clara. Tak bisa dipungkiri Clara mulai mengeluarkan desahannya ketika bibir Kevin terus bermain di lehernya, dan juga tangan Kevin yang mulai bermain pada bagian bawah Clara membuatnya terus mendesah hingga mereka melakukan tahapan selanjutnya.

***

Arisa memasuki lobi sebuah gedung perkantoran yang cukup megah. Berjalan menuju meja panjang resepsionis dengan wanita-wanita cantik dibelakang mejanya. Ia pun berhenti tepat didepan salah satu dari mereka, "ruangan Kevin Perwira dilantai berapa ya?"

"Ah, ada dilantai sebelas," jawabnya cepat yang dibalas oleh anggukan dan senyuman Arisa.

Saat Arisa hendak melangkah meninggalkan tempat itu, wanita resepsionis itu segera memanggil Arisa, "maaf, apa kamu sudah membuat janji?" tanya wanita tersebut setelah melihat penampilan Arisa dari atas sampai bawah, memastikan bahwa Arisa bukanlah orang penting yang berurusan dengan kantor itu. 

"Belum. Saya sepupunya Kevin. Jadi untuk apa membuat janji?" ucap Arisa cepat, berusaha untuk tidak terlihat bahwa ia berbohong.

"Kamu benar saudaranya Pak Kevin?" tanya wanita itu gugup.

Arisa memutar bola matanya, "ck! Apa wajahku ini terlihat berbohong?" Arisa mulai meninggikan volume suaranya sambil memajukan wajahnya pada wanita tersebut dan memasang wajah sinisnya.

"Ti-tidak. Maaf.."

Arisa segera meninggalkan tempat itu tanpa sepatah katapun dan mulai berjalan kearah lift sambil menenteng sebuah paperbag yang terdapat puding fla yang ia buat sendiri didalam paperbag tersebut. Ia terus berjalan menahan tawanya karna telah berhasil membuat salah satu karyawan Kevin terbata-bata.

Setelah sampai dilantai yang dituju. Ia segera mencari pintu ruangan yang ditempati Kevin. Tapi, memang hanya ada satu pintu besar disana. Dan.. meja panjang lagi. Dengan penunggunya wanita lagi. Ya, walaupun meja itu cukup jauh jaraknya dari pintu itu, tapi dapat dipastikan bahwa itu adalah meja milik sekertaris Kevin. Siapa lagi yang akan satu lantai dengan bos-nya kalau bukan sekertaris?

"Apa Kevin ada didalam?" tanya Arisa langsung setelah berada didepan meja dengan tulisan besar 'ARGA REYHAN' diatasnya.

Tunggu.

Wanita itu memiliki nama laki-laki? Arisa masih berada dalam pikirannya mengenai hal tersebut saat wanita itu menjawab, "ya. Pak Kevin sedang didalam dengan temannya. Anda bisa menunggunya sebentar di sofa," jawab wanita itu ramah penuh dengan senyum.

Arisa tersenyum dan mengangguk, "ya, terima kasih."

Arisa pun berjalan meninggalkan meja itu, namun tidak menuju sofa yang dimaksud, ia malah berjalan mendekat ke pintu besar dan bersandar didinding tepat disebelah pintu itu. Beberapa menit kemudian, seorang laki-laki yang tampan datang dari arah lift, terus berjalan dan berakhir dengan berdiri dibalik meja sekertaris. Wanita yang tadi sempat ditanyai oleh Arisa pun pergi setelah lelaki tadi datang.

Oh.. Jadi ini sekertarisnya yang asli. Batin Arisa setelah memperhatikan lelaki tersebut beberapa saat.

Disaat yang bersamaan, samar-samar Arisa mendengar suara dari dalam ruangan Kevin.

Arisa bergeser dan bersandar tepat dipintu. Suara itu terus terdengar ditelinga Arisa meskipun tidak terlalu keras.

"Ahh.. Ahh.."

Perlahan Arisa menyadari bahwa itu seperti seseorang yang sedang mendesah. Arisa yang semakin penasaran, menajamkan pendengarannya.

"Oh.. Yeshh.. Ahh.. Harder.. Oh.. Yes, harder please.."

"Harder, Kevin. Harder.. Ahh.."

Seketika Arisa terkejut mendengar nama Kevin disebut dalam desahan itu. Arisa yang sudah dilanda penasaran akut segera membuka pintu itu perlahan tanpa sepengetahuan sang sekertaris. Perlahan pintu itu terbuka lebih lebar hingga Arisa dapat masuk.

Tubuhnya menegang seketika saat melihat pemandangan yang ada dihadapannya. Disana, orang yang telah memenuhi seluruh ruang dihatinya, orang yang sangat-sangat ia rindukan, disana, sedang bercinta dengan wanita lain. Mereka masih terus melanjutkan aktifitasnya tanpa menyadari bahwa sedang ada seorang gadis yang melihat itu dengan hati yang sudah hancur berkeping-keping.

Arisa menjatuhkan paperbagnya hingga puding coklat yang ia buat hancur berantakan tak berbentuk lagi dan fla yang sudah berceceran dilantai, membuat keduanya menoleh kearah Arisa.

Kevin yang menyadari keberadaan Arisa segera menarik miliknya dari dalam Clara. Membenarkan celananya dengan cepat, berniat menemui Arisa dan menjelaskan semuanya.

Namun sayang, Arisa sudah lebih cepat berlari keluar dari ruangan itu menuju lift yang kebetulan tertutup rapat, hingga akhirnya ia cepat-cepat berlari menuju pintu darurat. Ia terus berlari menuruni tangga dengan air mata yang terus berjatuhan membasahi pipinya. Kakinya sudah lelah, tapi ia tidak mau berhenti sebelum meninggalkan gedung terkutuk itu. Dengan cepat ia berlarian di lobi gedung itu tanpa memperdulikan bahwa orang-orang disana sedang memperhatikannya yang berlari dengan menangis. Memberhentikan taksi dan menyebutkan alamat rumahnya. Ia segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Ma.. Jangan beri tahu alamat rumah Arisa di Jakarta sama siapapun, termasuk mas Kevin. Tolong jangan beritau keberadaan Arisa sama mas Kevin, Arisa mohon ma.." ucap Arisa masih dengan isakan yang terdengar jelas membuat seseorang yang sedang berbicara dengannya ditelfon kebingungan setengah mati. Arisa pun segera memutus sambungan telfon dengan mamanya.

Menangkupkan wajahnya dengan kedua tangannya, dan terus menangis.

Kenapa dia tega?! Mas Kevin bodoh! Jahat! Aku benci sama kamu! Benci! Batin Arisa dalam tangisannya.

***


.

Continue Reading

You'll Also Like

577K 24.3K 39
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
707K 71.3K 24
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
2.8M 141K 61
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _π‡πžπ₯𝐞𝐧𝐚 π€ππžπ₯𝐚𝐒𝐝𝐞
321K 25.3K 36
Warning!!! Ini cerita gay homo bagi yang homophobic harap minggir jangan baca cerita Ini βš οΈβ›” Anak di bawah umur 18 thn jgn membaca cerita ini. πŸ”žβš οΈ. ...