Alpha's Babies (Indonesian Tr...

By Karina_me

145K 7.6K 353

Ketika kau bangun di hari ultahmu yang ke 18, hal terakhir yang ada di benakmu biasanya adalah 'Oh, mungkin s... More

Alpha's Babies
Alpha's Babies 2
Alpha's Babies 3
Alpha's Babies 4
Alpha's Babies 5
Alpha's Babies 6
Alpha's Babies 7
Alpha's Babies 8
Alpha's Babies 9
Alpha's Babies 11
Alpha's Babies 12

Alpha's Babies 10

6.9K 448 20
By Karina_me

T/n: sori guys, q sibuk sama akun webtoonku. Q jg nerjemahin di sana soalnya. Ini dia chapter 10 #kabur sebelom dilempar gegara kelamaan.

------------

Review (karena kelamaan gak apdet):

Rayven yang dibuang dari pack lamanya mengembara mencari tempat tinggal baru. Di kota baru, ia bertemu dengan sebuah pack baru yang bersedia memberinya tempat tinggal sementara saat Alphanya sedang dinas luar kota.

Setelah ternyata Raiven tahu bahwa Alpha pack itu adalah ayah dari anak kembarnya, hidup mereka belum bisa tenang karena Derek menghipnotis Raiven dengan ramuan cinta. Ia diculik oleh Derek dan kakaknya serta mantannya, Zack. Saat Colten berhasil menyelamatkan Raiven, Kakak Raiven, Kale, menyuntik adiknya sehingga Raiven menjadi manusia.

Akankah Raiven dan Colten bisa mengembalikan kondisi Raiven?

*******

"Colten! Kau harus melakukan sesuatu!" kataku sampai hampir menjambak semua rambutku.

"Sedang kucoba! Sedang kucoba! Tapi tak ada data apa pun tentang mengubahmu kembali menjadi serigala," jawabnya sembari membalik-balik halaman tumpukan-tumpukan buku mitologi. Ia menyuruh seluruh anggota pack untuk bergegas mencari dari ujung atas sampai bawah mencari semacam obatnya atau semacamnya.

"Well, coba lebih keras!" kataku. Aku merasa seolah aku belum tidur selama tiga tahun. Aku tak menyangka bahwa manusia benar-benar sebegini lemahnya, belum lagi menyebutkan bahwa mereka juga benar-benar buta dan tuli.

Colten mengacak-acak rambutnya. "Apa kau kira ini tidak sulit untukku juga? Kau sudah diculik dua kali, dibius dan diracun beberapa kali dan sekarang kau seorang manusia, semua dalam waktu kurang dari seminggu dan aku harus terus menyelamatkanmu. Jadi kau jangan mulai berteriak padaku bahwa aku tidak mencoba!" sentaknya.

Aku mengunci mulutku cepat-cepat setelah itu. "Maaf," gumamku.

Colten menghela napas dan meninggalkan semua buku serta kertas yang tercecer di sekeliling ruang kantornya lalu menghampiriku. "Begini, aku tahu semuanya menjadi buruk bagimu satu minggu ini, terlalu berat bagimu untuk kau atasi, tapi kita akan melaluinya.," katanya.

Aku suka betapa dalam dan menentramkan suara Colten. Aku ingin ia melingkarkan lengannya di sekelilingku, memelukku, atau lebih bagus lagi menciumku seperti yang ia lakukan sebelumnya.

Tangannya hampir menyentuhku, tapi ia menariknya kembali dengan cepat dan berdiri. Air mata menyeruak melalui pelupuk mataku. Rasanya seperti ia tidak menginginkan kami untuk menjadi mate lagi. Aku takut bahwa ini semua akan menjadi terlalu berat baginya dan ia akan meninggalkanku. Aku tak akan kaget kalau ia melakukannya. Ia kembali menunduk menelusuri halaman-halaman bukunya dan aku hanya melihatnya saja. Alisnya mengernyit dengan menarik saat ia benar-benar fokus dengan buku-bukunya.

Aku menelan ludah. "Kau tak harus melakukan hal ini untukku, tahu."

Leher Colten menegak dengan cepat. "Apa?"

Aku menyibak rambutku ke belakang dengan tak sabar. "Maksudku, kita hampir tak mengenal satu sama lain..." suaraku bertambah lirih saat ia mengepalkan tangannya sejenak.

"Apa maksudmu?" tanyanya, cukup tenang wlaupun terdengar seakan ia berteriak di depan mukaku.

Aku mengangkat bahu sedikit. Aku benar-benar tahu apa yang kumaksud. Kupikir bahwa Alpha mana pun seharusnya tak memiliki manusia sebagai pasangannya. Itu tidak adil baginya.

Colten menegakkan diri. "Raiven, aku tidak membahayakan diriku sendiri memanjat ke atas kendaraan yang sedang bergerak hanya untuk kau--" suaranya telah mencapai nada tinggi sebelum ia dipotong oleh Tara yang membuka pintu. Rambutnya berantakan dan ia terengah-engah. Di belakangnya, Caden dan Corbin membuntut masuk. Colten mendelik pada Tara. Secara otomatis, Tara mundur selangkah.

"Maaf, apa aku sedang mengganggu?"

"Ya," geram Colten, tapi pada saat yang sama, aku menjawab "Tidak."

Kamu berdua saling bertatapan dan Tara mengambil beberapa langkah mundur lagi. "O...ke. Aku cuma ingin menyerahkan monster-monster kecilmu. Aku tak mampu menghandle mereka."

Kemudian, ia mundur teratur dan menghilang.

Caden tertawa. "Moster, raaaarrr," katanya sembari mengubah kedua tangannya menjadi cakar pura-pura, memamerkan gigi-giginya dan menghentak-hentakkan kaki ke mana-mana. Corbin menghampiriku dan mengangkat kedua tangannya supaya aku bisa menggendongnya. Kuharap aku bisa, tapi aku hampir tak punya cukup kekuatan untuk mengangkat sebuah pensil.

"Maaf, sayang, mommy lelah," kataku selembut mungkin.

Corbin mendongak kepada kami lalu menunduk memandang tumpukan kertas di mejanya. Bibir bawah Corbin mencuat ke luar dan ia mulai terisak.

"Hei! Jangan, jangan, jangan, jangan sentuh itu!" kata Colten tiba-tiba kepada Caden yang sedang meraih-raih ke atas untuk mengambil beberapa kertas.

Tangan Caden membeku saat ia berkedip kepada Colten. "Mau menggambar," katanya.

"Well, tidak di kertas itu."

Caden mengerutkan "Mau menggambar!" ia bersikeras.

Colten menatapku putus asa. Aku mengangkat bahu. "Jangan menatapku! Kau ayahnya."

Colten menghela napas dan menatap Caden kembali. "Begini, cari kertas lain saja di sebelah sana," kata Colten menunjuk ke belakangnya.

Caden menatapnya dengan keras kepala. "Tidak mau."

Baik aku dan Colten kaget.

Corbin tertawa geli. "Cay nakal."

"Eh, kumohon?" Colten mencobanya.

Caden membalasnya, "Tidak mau."

Aku hampir tertawa walaupun aku masih lemas seperti sebelumnya. "Cay, sayang, jadilah anak baik," kataku sembari menahan tawa.

Corbin meninggalkanku dan menghampiri Caden. "Cay, kertas di sana," katanya menunjuk ke mana Colten menunjuk tadi.

Caden merengut dan menghentakkan kakinya. "Tidak."

Colten menaikkan sebelah alisnya. He terlihat seolah ia ingin berteriak pada anaknya, tapi Colten belum begitu mengenalnya.

Corbin melangkah ke rak buku tersebut dan berjinjit, lalu mengambil beberapa lembar kertas di bawah tumpukan buku-buku yang agak bergoyang hampir di tepian rak.

Perlahan, aku duduk. "Corbin, hati-hati, sayang," peringatku.

Dan itu seperti bicara kepada dinding batu-bata. Ia menyentakkan kertas-kertas itu dengan segala kekuatannya lalu semua buku-buku berat di atasnya berjatuhan. Aku menjerit dan melompat berdiri, tapi kemudian berkunang-kunang dan tak bisa sampai menuju Corbin tepat waktu. Aku berterima kasih kepada nasibku bahwa Colten ada di sana. Dalam sekejap, lengannya terulur dan ia menangkap semua buku yang hampir menimpa kepala Corbin.

Corbin tetap tak sadar apa yang sedang terjadi. Ia hanya berbalik, memberikan Caden kertas yang ia pegang.

Colten berpura-pura menyeka keringat dari alisnya. "Bagaimana bisa kau membesarkan mereka sendirian?" tanyanya lirih.

Tapi aku tak menjawabnya. Aku sedang menatap kertas yang masih Corbin pegang. Aku tak percaya dengan apa yang kubaca--atau coba kubaca dengan penglihatan payahku.

"Tunggu...Corbin, berikan itu," kataku mencoba untuk berdiri lagi.

"Tidak! Punyaku!" sela Caden dengan marah.

Aku mengerang dan bangun berdiri dengan gemetar, lalu merampas kertas itu dari kedua tangan Corbin. Aku tak menghiraukan baik teriakan maupun rengekan mereka untuk memberikan kertas itu kembali. Aku mengangkatnya kertas itu agak tinggi supaya Colten bisa membacanya dari balik bahuku. Aku mendengarnya bergumam pelan saat ia membaca kata-kata di dalamnya. Tiba-tiba saja, ia menyumpah serapah dengan kasar.

"Colten!"

Ia menutup mulutnya dengan tangam dan melirik ke arah si kembar yang sedang menangis. "Maaf, aku cuma tak bisa memercayainya!"

"Kenapa? Memangnya kenapa? Aku bahkan belum membacanya dengan benar dengan penglihatan manusiaku ini. Hanya gambarnyalah yang membuatku tertarik," kataku.

Colten menangkap kedua bahuku dan menatapku sungguh-sungguh sambil tersenyum tampan. "Raiven, anakmu--maksudku anak kita, baru saja menemukannya."

"Menemukannya?"

"Cara untuk mengembalikanmu menjadi serigala lagi."

Aku mengeluarkan jeritan gembira lalu memeriksa kerta itu lagi. Dan memang benar, di sana ada cara-cara bagaimana mengembalikan kutukan sial ini. Aku mencium pipi Corbin yang basah. "Oh, ibu sayang padamu. Ibu sayang padamu!"

Colten tertawa, "Kau membesarkan seorang jenius."

Pintu ruangan terbuka lagi dan Nick serta Kory melangkah masuk. "Maaf, Alpha. Tak ada yang bisa menemukan apa pun," kata Kory menyesalinya.

Colten hanya mengangkat selembar kertas tadi untuk ditunjukkan pada mereka dan mengangkat bahu.

Mereka meninju udara dengan ekspresi kemenangan. "Yeah! Sekarang Kale akan membayarnya," kata Nick, matanya berkilat-kilat jahat. Aku tahu kalau semua orang membenci kakakku, tapi maksudku... dia masih kakakku.

Colten menarik Corbin dan memberinya pelukan kikuk singkat. "Kerja bagus," katanya, menatap dengan bangga pada Corbin.

Caden bersungut-sungut dan melipat kedua lengannya kemudian menjulurkan lidahnya pada Colten.

"Well, ayo! Baca instruksinya, kita butuh Raiven dalam bemtuk manusia Were untuk bisa menyerang Derek dan kelompok kecilnya," kata Kory melangkah menuju Colten.

Colten membacanya lagi, kedua alisnya tertaut dengan imut dan ia terlihat begitu mirip dengan Caden--Aku tak mengatakanya keras-keras. Dia mungkin akan merasa merinding.

"Hmm," kata Colten, kedua alisnya mengerut makin kencang saat matanya menyusuri halaman itu. Jemarinya mencangkaran kertas itu, kemudian ia mengangkat wajahnya dengan ekspresi murka.

"Apa? Apa yang dikatakan di situ?" tanyaku putus asa.

"Ini," katanya sembari melambaikan kertas itu dengan marah, "semuanya omong kosong breng-"

"Jaga bicaramu," Nick memeringatkan.

Colten melotot padanya. "Aku punya setiap hak untuk mengatakannya. Aku tak akan melakukan apa yang dikatakan di sini," katanya dengan suram.

"Apa? Tapi--" protesku. Tak mungkin aku tetap jadi manusia seumur hidupku! Itu kutukan!

Mata Colten berkilat kuning. "Dengar, kau akan tetap jadi manusia. Aku lebih suka kau tetap seperti itu.."

Kami semua menatapnya.

"Colten, kau sudah gila? Seorang Luna manusia? Sejak kapan hal itu terjadi?" tanya Nick.

Colten menggelengkan kepalanya. "Aku akan mangkat dari jabatan Alpha kalau perlu."

Nick melirikku kemudian maju dan merampas kertas itu dari tangannya. Aku sudah di penghujung tangis, kenapa Colten mencoba menghentikanku menjadi diriku yang sebelumnya? Aku tak ingin menjadi manusia dan berkeliaran dengan penglihatan dan pendengaran payah dan tak bisa mengendus bau yang paking sederhana.

Nick membaca kertas itu sekilas. "Teman, apa masalahnya? Kau bisa melakukan hal ini, mudah saja," ia mengangkat bahu.

"Apanya yang mudah? Apa yang harus kita lakukan?" desakku, mulai lelah karena kondisi menggantung ini.

Colten menatapku. "Kau harus membiarkan cakar dari dua Alpha menancap ke punggung bawahmu saat bulan purnama," katanya. Wajahnya tanpa humor.

"Bukankah itu akan menjadikanku seorang Alpha?" maksudku, aku akan memiliki DNA Alpha dobel."

"Eh, toh kau secara teknis memang seorang Alpha, itu tak akan ada bedanua."

Aku menatap Colten untuk persetujuan. Ia melipat kedua lengan besarnya. "Tidak, tak hanya aku tak akan membenamkan cakar-cakarku ke dalam tubuhmu tapi aku tak akan membiarkan cakar kotor Alpha lain menyentuhmu juga."

Ia terdengar benar-benar serius. "Cakar-cakar ini dibuat untuk orang-orang seperti Derek dan Kale. Bukan kau."

"Tidak apa-apa. Aku mampu mengatasinya!" desakku dengan putus asa.

"Tidak. Selain itu, malam ini bulan purnama. Dimana memangnya aku harus mencari alpha lain dalam waktu sesingkat ini?"

Mataku, mata Kory dan juga Nick menatap langsung pada si kembar.

Colten menaikkan sebelah alisnya. "Tidak."

"Itu tak akan menyakiti mereka!" protesku.

"Kubilang tidak dan itu final."

Aku mengeluarkan geraman frustasi seperti seorang remaja marah. "Tidak, tidak, tidak! Hanya itukah kata yang kau tahu?" teriakku padanya. (T/n: oke ini mmg kedengaran childish, tp d sisi Ray, sangat menyeramkan tiba" semua inderanya jadi setumpul indera manusia)

Ia kelihatan terperanjat, tapi ia tetap kukuh. "Aku tak akan membenamkan cakar-cakarki ke dalam tubuhmu."

"Kalau kau mencintaiku, kau akan melakukannya!"

Nick dan Kory menahan napas mereka. Bahkan si kembar berhenti menangis. (Ikutan tahan napas)

"Maafkan aku, Raiven."

Aku benar-benar ingin menghajarnya saat itu juga. "_Fine_! Terserah!"

Aku berbalik dan berderap ke luar. Spesies laki-laki adalah masalah dan lebih banyak masalah. Aku naik ke kamarku dan membanting pintu sampai tertutup. Well, sekeras yang kubisa, lalu melemparkan diriku tertelungkup di atas kasur.

"Bahkan dengan indera penciumanku yang buruk, aku masih bisa mencium sedikit bau Derek. Aku merindukannya dalam hal yang aneh. Ia membuat anak-anak bahagia dan kurasa itulah yang membuatku begitu mencintainya.

Tapi Colten, satu-satunya pria yang tidak akan menyakitiku--belum--aku menangis sampai tertidur hanya memikirkan tentangnya.

"Ugh, kamarnya bau bajing--"

"Teman! Kau harus jaga mulut di dekat anak-anakmu!"

Aku mendengar Colten menggerutu dengan suara rendah. Kemudian, tempat tidurnya melesak sedikit dan sebuah tangan bertengger di pinggangku, menyalurkan sedikit kejutan sengatan-sengatan listrik.

"Hey, Rayven. Kau bangun?"

"Tidak. Aku sedang latihan mati." Aku menggerutu agak menyindir.

Ia memberiku tawa gugup. "Begini. Aku sudah memikirkan hal itu dan...menjadi manusia rasanya menyebalkan, kurasa.

Aku tak menjawab.

"Well, aku memutuskan untuk melakukannya--"

Aku bahkan belum membiarkannya selesai bicara dan melemparkan kedua tanganku di sekeliling lehernya dan memeluknya erat. "Hore!"

Ia mendorongku dan tersenyum manis. "Apapun untuk membuatmu bahagia. Tapi kita tak punya banyaj waktu, bulan akan segera naik."

Aku tersenyum lebar padanya dan merangkak turun dari kasur, mendapatkan energa baru secara tiba-tiba. "Well, ayo berangkat!"

Nick melirik Colten dan berdehem. "Aku tahu kau ingin menggunakan Si Kembar karena mereka berdua Alpha. Tapi ada satu masalah. Mereka masih dua tahun. Tidak mungkin bagi mereka untuk berubah dini."

Baik senyumku dan senyum Colten memudar. Aku duduk kembali dengan lemas.

"Haruskah persyaratannya dua cakar Alpha? Kenapa dua?" erangku.

Nick mengangkat bahu. "Well, kenapa tidak?"

"Ugh, betapa kacaunya," kata Colten, terlihat seolah ia ingin menjambak rambutnya sampai rontok.

"Sekarang bagaimana?" tanyaku padanya.

Ia menggeleng dan mengangkat bahu.

"Hei, bagaimana kalau secara ajaib, mereka entah bagaimana bisa berubah?" tanyaku mendapatkan sedikit harapan lagi.

"Kembar mana yang akan kita pilih?"

Kami masing-masing melirik dengan gugup satu sama lain, tak ada satu pun dari kami yang berani memilih salah satu dari si kembar.

***

To be continued...

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 250K 32
"Seperti halnya sang Putri Tidur dalam cerita dongeng Anak-anak, yang harus mendapat ciuman magis dari sang Pangeran, cinta sejatinya, agar terbangun...
747K 72.7K 32
Yang aku pikir, aku akan berakhir disurga.. Namun kenyataannya, aku terbangun didunia yang aneh.. Yaitu dunia immortal! Nama ku Nayra Oswald, aku seo...
7.8M 481K 84
#1 berapa kali peringkat pertama di dunia Werewolf. #1 berapa kali peringkat pertama di dunia Luna. #1 berapa kali peringkat pertama di dunia Vampire...
76.3K 5.7K 24
"Aku bisa memenuhi semua keinginanmu selain keinginan untuk pergi dariku, karena satu hal yang perlu kamu tau. Aku tidak akan membiarkan kamu pergi d...