Love is On The Air (Completed)

By clownmystery

127K 4.4K 93

"SMA itu masa terindah didalam hidup lo!" Gitu sih kata orang... Tapi, gak buat Nina, siswi kelas 11 SMA Haru... More

Prolog
L'sOTA 1
L'sOTA 2
L'sOTA 3
L'sOTA 5
L'sOTA 12
L'sOTA 13
L'sOTA 15
L'sOTA 16
L'sOTA 17
L'sOTA 19
L'sOTA 20
Epilog
Extra Story #1
Curhatan Author
New Story
PENGUMUMAN
LINE
NEW STORY (2)

L'sOTA 4

5.1K 304 2
By clownmystery

Author's Pov

Nina menatap wajah Bryan horor.
"Lo ngapain disini?" teriak Nina kaget.
Bryan tertawa sinis, "suka-suka gue lah! Ini kan kamar gue!" balas Bryan santai.

Nina lalu menatap ruang sekelilingnya frustasi.
Well, satu hal yang Nina tau, yang pasti ini bukan kamarnya.
"Gue lagi gak bercanda Bryan!" kata Nina.

"Lo ga percaya? Tuh lihat foto sono. Muka siapa yang kegantung?" tanya Bryan sombong.

Nina langsung menoleh kearah yang ditunjukan Bryan dan segera menggenggam frame foto itu.

"Gak... Mungkin..." Nina memelas seraya memukul pelan foto yang ada di tangannya.
Foto muka Bryan Tirtadiningrat bersama om Dio, aka bokapnya.

"Lo culik gue?" teriak Nina seraya berusaha memukul Bryan.
"Weitsss" Bryan menjauh dari Nina dengan mulus.
"Gue gak nyulik lo ya. Gue cuman nurutin perintah bokap gue" kata Bryan lalu duduk di kursi santai tepat dipinggir jendela.

"Perintah?" tanya Nina penasaran.
Ia lalu mengatur ulang cara ia duduk.
"Perintah apaan?" tanya Nina cepat.

"Perintah yang nyuruh gue untuk ngebawa lo tinggal dirumah gue" jawab Bryan sambil tersenyum.

Nina menganggukan kepalanya.
"Perintah yang nyuruh gue untuk ngebawa lo tinggal dirumah gue" pikir Nina.
"...ngebawa lo tinggal dirumah gue..." kata-kata itu masih saja terngiang-ngiang di pikiran Nina.
"...tinggal dirumah gue..." dan masih terulang.

"LO GILA?" tanya Nina kaget setelah berhasil mencerna kata-kata itu.
"Otak lo pendingnya lama! 42 detik tau ga lo mencerna kata-kata gue" kata Bryan sombong.

Nina mendesah, "songong banget sih lu!" kata Nina lalu turun dari kasur dan berjalan cepat menuju pintu keluar kamar ini.

"Lo mau kemana?" tanya Bryan saat melihat Nina berjalan kearah sebuah pintu.
"Keluar dari neraka ini" jawab Nina cepat.

Bryan terkekeh.
Nina lalu membuka pintu yang sedari tadi ia tuju dan...
Apa ini?
Bukannya keluar malah ia masuk kedalam sebuah toilet.
Gila!
Ini toilet atau kamar ala-ala American Style?!
Nina menggelengkan kepalanya.
"Bathtub sebesar itu bisa gue alas kain trus gue pake tidur" gumam Nina.

"Kenapa? Lo mau mandi sama gue?" tanya Bryan mesum.
Tiba-tiba saja Bryan udah ada di belakang Nina.

Nina melotot, "ya gak lah. Mending gue mati muda dibanding mandi sama lo. Jijik!" balas Nina kesal.
Ia lalu menghentakan kakinya menjauhi Bryan lalu berjalan kepintu lainnya.
Cekret....
Wuihh.
Pemandangan halaman rumah milik Bryan yang luas terlihat.
Ternyata dibalik rumahnya itu terdapat taman, atau lebih tepatnya labirin yang penuh bunga-bunga.

"Gue pengen kesitu" pikir Nina yang pastinya takan ia beri tau kepada Bryan. Secara ia masih punya gengsi yang cukup tinggi untuk gak minta sesuatu dari Bryan.

"Kamar lo tuh ya, lebih luas dibanding rumah gue tau gak?" desah Nina.
Bryan tersenyum sombong.

Dan tiba-tiba saja hp milik Bryan berdering.

Panggilan masuk dari Yoona

Nina mengernyitkan alisnya. Ia sempat membaca nama penelpon itu sekilas.
Yoona?

Bryan lalu mengangkat telpon itu dan menekan tombol speaker-nya.

"Halo sayang" sapa Yoona.

"Halo cantik"

"Jadikan hari ini?"

"Mm? Kemana?"

"Yaelah Bry! Marriot kamar 1144"

Nina mendelik kaget dan melotot tajam kearah Bryan. Sementara Bryan hanya terkekeh melihat reaksi Nina.

"Ooh oke Yoona. Gue pasti datang kok"

"Okey. Bye sayang"

Tit.
Bryan mematikan telponnya.

"Lo..." geram Nina.
"Apa?! Lo mau marah? Lo mau lapor bokap gue?" tanya Bryan.
Nina baru membuka mulutnya, namun langsung ditahan oleh Bryan.
"Lo gak punya hak untuk ngelarang gue! Karna lo, bukan siapa-siapa gue, dan gue gak mengakui lo sebagai tunangan gue" kata Bryan lalu meninggalkan Nina yang masih menatapnya kesal.

💓💓💓

Nina's Pov

Gue menggerutu kesal melihat bahu Bryan yang semakin menjauh dan lama kelamaan menghilang ke balik sebuah pintu besar.

Dasar brengsek.
Dia baru kelas 2 SMA mainnya uda di hotel.
Gila-gila.
Ini gila.
Najis banget gue sampe punya tunangan kayak dia.
Njir.
Dia pikir gue ngelarang dia karena gue gamau calon tunangan gue bakal direbut orang?
Cih.
Sorry not sorry yaaa, gue ngelarang lo karna gue ga pengen lo seenak itu ngeinjak harkatnya perempuan.
Gimanapun juga gue perempuan, dan WALAUPUN si Yoona-Yoona itu dengan sedia hati menawarkannya ke lo, gue gak mungkin pura-pura gatau!

Yaampun. Tuh anak!!! Kurang ajarnya kok kebangetan ya?!

Udah!
Gue ga ngurus.
Pokoknya mulai detik ini gue dan Bryan Cornelius Tirtadiningrat itu STRANGERS.
Orang asing!
Gue uda ga mau tau apa-apa lagi.

Buru-buru gue berdiri dan berjalan keluar dari sarang iblis ini.
Gila.
Nih rumah luasnya kebangetan.
Perabotnya didominasi warna putih dan hitam.
Tipe rumah modern versi orang-kaya-banget.

Gue menghela nafas.
Kenapa gue jadi kelihatan mata duitan gini?

Baru gue ngelangkahin kaki tiba-tiba sebuah suara menyapa gue.

"Halo nak Nina" sapa suara itu.
Gue mendengar suara itu horor, ini kan suaranya...

"Halo om Dio" sapa gue seraya membalikan badan. Kupasang senyum terbaik gue.

"Mau kemana nak?" tanya om Dio.

"Ehh. Aku, aku mau pulang" jawab gue gugup.

"Lho pulang kemana? Kamu kan uda dirumah" balas om Dio.

Anjir....
Kata-katanya...

"Ehh- aku takut papa cemas kalo aku belum pulang, om" kata gue pelan.
"Oh, pak Wahyu..." Om Dio memegang dagunya.
"Pak Wahyunya lagi tugas ke luar negeri" lanjut om Dio.
Gue menatap om Dio kaget.
Sumpahhh?

"Haa? Papa gue- eh maksud saya, papa saya kan cuman staff biasa, masa kerjanya sampai keluar negeri?" tanya gue kaget.

Yap. Gue tau kalo papa gue hanya karyawan biasa yang kerja di perusahaan besar milik om Dio.

Om Dio terkekeh.
"Iya, tapi om bukannya gak punya mata. Om tau mana staff yang memiliki skill dan tanggung jawab tinggi. Walau papamu hanya staff biasa, om jamin dia bisa menjalankan tugas CEO dengan mudah" kata om Dio.

Gue hanya menatap om Dio syok.

"Udahlah, pak Wahyu juga nitip Nina sama om Dio dan Bryan" kata om Dio sambil tersenyum lalu berlalu dari hadapan ku.

Hah, nitip gue sama om Dio dan Bryan?
Gak salah tuh?
Mungkin nama Bryan seharusnya dihapus.

Gue melempar pandangan gue ke seluruh ruangan.
Nah.
Gue lapar.
Dapur dimana???

Dari tadi gue ga lihatin mbak-mbak pelayan rumah ini.
Apa mungkin lagi jam istirahat?

Dengan malas gue kembali ke sarang iblis tadi dan naik keatas tempat tidurnya.
Laper.
Tapi entah mengapa bau ruang kamar Bryan menggoda diri gue untuk tidur.
Dan akhirnya gue tertidur. Nyenyakk banget. Sampai gue bisa merasa sebuah tangan menindih badan gue.

"B-berat..." gumam gue. Gue mengerjapkan mata dannn....

"Dafakk!" teriak gue kaget.
Bryan merintih keci dari sisi gue.
Gila.
Kalo gue cewek nakal uda gue babat nih sosok Bryan yang keliatan polos banget dengan kaos dalam putihnya.

Bisa gue lihat cahaya matahari menembus sela-sela tirai jendela.
Udah pagi?
Berarti gue semalam tidur dengan....

"Lo perkosa gue? Yatuhan!!!" gue berteriak histeris.

Ya iyalah.
Secara yaampunn.
Ini bakal jadi first time gue dan gue juga pengen jadi first time nya pasangan gue. Tapi nih playboy keulungan kan udah keambil first time-nya!

Gue berusaha menahan air mata yang hampir keluar.
No way in hell!
Gue ga boleh kelihatan lemah di depan cowok ini!

Gue buru-buru menghampus air mata dan menarik nafas dalam-dalam.

"Woi brengsek!" teriak gue kesal.
Bryan hanya melirik lalu kembali memeluk gulingnya.

"Brengsek lu! Anjir! Denger gak?" teriak gue marah.

"Apa sih??!!" tanya Bryan kesal.

"Lo apain gue?" tanya gue.

"Gue ga apa-apain lo! Tuh lihat baju lo masih lengkap di badan lo yang kek tripleks itu" jawab Bryan.

Gue memandang badan gue.
Eh iya.
Baju gue masih lengkap.
Ehhh- tapi tetap gak bisa!
Bagaimanapun juga tidur seranjang itu ga boleh!
Gue gak mau cowok pertama yang tidur seranjang dengan gue setelah masa puber gue itu cowok rese ini.
Minimal-lahh... Orang yang gue suka.

"Lo kenapa ga tidur dikursi aja sih?" tandas gue pelan.
Capek gue bertengkar dengan cowok ini.

"Gila ya lu? Yang punya kamar siapa emangnya? Ha?!" tanya Bryan kesal.

"Ya elo sih, tapi gue..."
Perkataan gue dipotong saat pintu kamar dibuka.

"Bryan..." panggil om Dio.

Om Dio lalu menatap pemandangan yang bisa membuat semua orang salah sangka.
Bryan yang tidur hanya menggunakan kaos dalam dan gue yang berdiri di sudut tembok dengan selimut putih yang terlilit dibadannya.

"Bryan kamu..." kata om Dio pelan.

"GAK!" teriak gue dan Bryan kompak.
Gue lalu saling melirik dengan Bryan dan mengedus kesal.

"Gue gak mungkin ml sama cewek tripleks" kata Bryan sambil melirik gue dengan tatapan merendahkan.

"Bryan!" tegur om Dio.

"Apa lu bilang? EMANG GUE MAU?!" teriak gue kesal.

"Iya-iya! Kalian ini! Udah ayo sarapan. Dan Bryan, antar Nina kesekolah!" kata om Dio tegas lalu keluar dari kamar ini.

Gue mendesah setelah om Dio keluar kamar.
"Denger ya, gue gak mau. Titik!"  kata gue sambil melirik Bryan.

"Yauda, siapa juga yang mau nganter lu" kata Bryan lalu berdiri.

Gue langsung berlari mendahuluinya. Bryan menatap gue bingung, "ngapain lo lari-la..... ANJIR!" teriak Brian saat tau rencana gue.

Yap.
Gue langsung berlari menuju toilet dan segera menutup pintu.

Nah.
Sekarang lo mau apa?
"Gue mandinya lamaan dikit ga papa ya..." teriak gue.
"Woi!!! Sekolah masuknya 30 menit lagi" teriak Bryan sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi.

"Rumah lo kan gede. Sana mandi di tempat lain saja" teriak gue seraya mulai bersiap mandi.
Akhirnya gue gak mendengarkan suara gedoran pintu.
Good.
Gue lalu mulai merendamkan badan di bathtub besar itu.

Kriet-kriet.
Heeh? Bunyi apa itu?

"WOI!" teriak Bryan.

WTF?!
Suara itu sangat jelas.
Gue yakin sekarang Bryan udah ada didalam kamar mandi ini.
Yaaapp...
Gak lama kemudian Bryan nongol dihadapan gue.

Gue merendamkan badan gue lebih dalam ke bathtube yang syukurnya memiliki busa yang banyak. Jadi badan gue gak terekspos sama sekali. Hufff.

"Gue mau mandi!" kata Bryan seraya membuka kaos dalamnya.

Gilaaa...
Badannya Bryan bikin melting kaum Hawa.
Kalo kata orang Spayol sih, perfecto!

Ehhh!
Kembali lu akal sehat!!!
Woi!!! Sadar Nina!

Gue buru-buru menelan ludah.

"Woles Bryan. Gue bentar lagi selesai, lo mandi setelah gue saja" kata gue pelan.

"Gak!" jawab Bryan cepat.

"Bryan..Keluar please" kata gue pelan.
Duh!
Ngapain juga gue pake acara mohon-mohon segala?!

Bryan menghela nafas.
"Makanya buruan!" tandas Bryan akhirnya.

💓💓💓

Bryan's Pov

"Bryan... Keluar please"

Itu adalah ucapan yang baru pertama kali gue dengar selama 18 tahun hidup gue berjalan.

Aneh.
Biasanya orang selalu meminta gue untuk tetap disini, atau mendekat.
Tapi dia?
Dia minta gue keluar.
Okay.
Gue ga tau harus bereaksi apa.
Tapi yaudalah.
Cewek ini kelihatan bener-bener minta gue keluar.
Gue bisa apa?

"Makanya buruan!" tandas gue.

Gak lama kemudian, cewek itu keluar dari toilet lengkap dengan seragam sekolah yang udah melekat di badannya.

"Tuh..." kata cewek itu lalu berjalan melaluiku yang sejak tadi duduk diatas tempat tidur.

Mata gue mengikuti setiap gerak-geriknya.
Ada yang aneh.
Wangi badan cewek ini menggoda banget.
Wanginya kek khas-khas gimana gitu.
Astaga.
Gue gila.

"Sana keluar!" kata gue kesal.
Berani-beraninya cewek ini ngebuat gue pengen mencium pipinya.

Ini aneh.
Karena selama ini gue gak pernah punya napsu kek gitu.
Selama ini selalu saja cewek-cewek itu yang mengajak gue.
And yeahh...
Gue meladeni mereka.

"Gue juga mau keluar kok" kata cewek itu cepat, lalu melempar handuk yang ia pakai untuk melilit rambutnya.

Duh.
Cewek itu.
Eh.
Apa-apaan sih gue?!
Nama cewek itu Nina bukan cewek itu.

Duh sudalah. Masa bodoh.

Buru-buru gue mandi karna mengingat pesan bokap yang menyuruh gue berangkat dengan cewek itu.
Gue memakai seragam cepat, and well, ini bisa jadi alasan kenapa seragam gue gak pernah rapi. Karna gue selalu memakai seragam dengan cepat.

Gue keluar kamar dan berlari kecil menuju ruang makan.
Lho?
Mana cewek itu?

"Bi,lihat cewek..." tanya gue sengaja menggantung kalimat.

"Ooh, neng Nina tah den? Neng Nina e wes pergi dari tadi" jawab bi Inah dengan logat Jawanya yang luar biasa kental.

Heran gue.
Udah 5 tahun tinggal di Jakarta tapi logatnya belum hilang-hilang juga.

"Oke makasih bi" kata gue sambil memutar kunci mobil gue.

Cewek itu jalan kaki?
Ha!
Dari rumah sampai pagar saja butuh waktu 7 menit kalo naik mobil dengan kecepatan standart.
Dan dia jalan kaki?

Gila.
Bisa-bisa dia batal ke sekolah.
Dan kompleks rumah gue gak ada taksi yang lewat.
Lo musti jalan kaki sampai depan jalan dan itu bisa memakan waktu 1 jam.

Gue membawa mobil gue cepat.
Ahhh.
Lihat.
Tuh cewek kek nenek-nenek yang lagi berjuang. Yaampun cara jalannya!!!

"Woi!" teriak gue.
Cewek itu mendongak.

"Gila ya lu! Rumah lo besar amat. Gue jalan aja ga sampe-sampe pagar" omel cewek itu.

Lah?
Kok gue yang disalahin?

"Uda buruan naik!" kata gue.

"Najis" balas cewek itu.

What? Najis?

"Heeh? Okay bye" kata gue kesal.
Gue memacu mobil gue cepat meninggalkan nenek lampir itu.

Dia pikir gue peduli?
Selamat berjuang Nina sayang.

💓💓💓

Tbc...

Well... Hai-hai!
Aku minta vommentnya poo 💬⭐️
Biar gue yakin kalo lo semua menikmati cerita ini.
But thanks banget buat kalian yang uda baca. I treasure it so much!!! ❤️❤️❤️

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...
6.9M 293K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
1M 15K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+