Philophobia (JiKook / MinKook)

Od BTSShipperFanfiction

107K 7.8K 2.7K

Philophobia Cast : Jeon JungKook, Park Jimin Genre : romance, hurt / comfort, sad Rate : T Length : c... Viac

Philophobia Part 1 : Jeon Jungkook
Philophobia Part 3 : Jungkook's Hidden Stories
Philophobia Part 4 : Park Jimin's Mask and Heart
Philophobia Part 5 : 'Philophobia'
Philophobia Part 6 : Teach Me, Please..
Philophobia Part 7 : Jungkook, Jimin, and Namjoon
Philophobia Part 8 : The Liar and The Witch
Philophobia Part 9 : Jimin's Secrets
Philophobia Part 10 : Revealed of the secrets and the heart
Philophobia Part 11 : Min Yoongi's Revenges!
Philophobia Part 12 : Beware of The Jealous Min Yoongi
Philophobia Part 13 : Jimin is back!
Philophobia Part 14 : when the lovers reunited and Daegu's Venus
Philophobia Part 15 : He is Kim Namjoon
Philophobia Part 16 : Min Yoongi's ask
Philophobia Part 17: Lee Bo Young's story
Philophobia Part 18: Who's Jeon Jungkook?
Philophobia Part 19: Kookie and Jungie
Philophobia Part 20: The Suprise
Philophobia Part 21: Lust of Love
Philophobia Part 22: Trust and Love
Philophobia Part 23: Jimin's Mom..
Philophobia Part 24: Namjoon's love
Philophobia Part 25: Meet the Pass!
Philophobia Part 26 : The Battle of Heart
Philophobia Part 27 : Farewell
Philophobia Part 28 : Heartbreaker
PhilophobiaPart 29 : Fragile
PhilophobiaPart 30 : LOVE is..
Philophobia Part 31 : PJM's and KNJ's
WHAT'S NEW ON BSF??
Philophobia Part 32 : I'm tired..
Philophobia Part 33 : The Wedding pt.1
Philophobia Part 34 : The Wedding pt.2
Philophobia Part 35 : The lost Soul
Philophobia Part 36 : Welcome, Park Jungmin
Philophobia Part 37 : Where's Bo Young?

Philophobia Part 2 : Park Jimin

5.3K 326 33
Od BTSShipperFanfiction

PART 2


Kedua mata itu bergetar ringan, sebelum menutup rapat kembali kala kontan mendapat sorotan bias hangat sang surya begitu membukanya sejenak. Berniat membuat tameng wajahnya kembali dengan selimut tebalnya, hingga tarikan pada benda hangat itu membuatnya harus mengurungkan niatnya.

"bangun, tuan Putri." Suara itu terdengar nyaring di gendang telinga nya, membuatnya mengerang malas sebelum membuka sebelah matanya untuk menatap Pria manis sang empu suara nyaring itu.

"tsk-tsk, sepertinya tidur tuan putri kita benar-benar nyenyak." Sindir si Manis, membuat si Cantik kini sudah membuka kedua matanya menatapnya.

"bagaimana aku bisa sampai di rumah, Hyung?" tanya si Cantik dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.

Si Manis mendengus kemudian berkata –menyindir. "diantar oleh Pangeran tak berkuda mu, tuan putri yang cantik."

"tsk, kau ini kenapa sih, Hyung? Berhenti memanggilku dengan sebutan konyol itu." erangnya sebal sebelum mendudukkan dirinya di atas ranjang single bed nya.

Taehyung –si Pria manis mulai terkekeh kala melihat wajah tertekuk sang Adik –Sahabatnya itu. kemudian ia mengambil duduk tepat di hadapan si Pria cantik.

"hey, Jungie-ah. Mengapa kau menyembunyikan hal itu dariku?" tanya nya dengan nada menyelidik.

Jeon Jungkook –si Pria cantik mengernyit tak mengerti.

"menyembunyikan apa?"

Taehyung berdecak sebal, sebelum mencubit gemas kedua pipi Jungkook, membuat sang empu sedikit mengaduh.

"Park Jimin! pangeran tak berkudamu! Sejak kapan kalian dekat, eoh? Mengapa sama sekali tidak pernah bercerita padaku, eoh? Anak nakal ini.Apa kau takut aku akan merebutnya jika kau menceritakannya padaku, eoh?" sembur Taehyung, membuat Jungkook mendesah panjang.

"kami tidak dekat, Hyung." Jelas Jungkook sebelum menyibak selimutnya.

"huh, usaha yang bagus anak nakal. Terus saja berkelit, aku takkan melepasmu sebelum mendapat traktir-an makan malam dari top actor seperti Park Jimin itu."

Jungkook mengernyit tak mengerti, "mengapa dia harus mentraktirmu, Hyung?"

"karena dia sudah memacari Adik kesayanganku, Jeon Jungkook! Dia sudah memacarimu! Tsk, berhenti berkelit, anak nakal!"

"dia tidak memacariku, dan aku tidak mau memiliki Kekasih seperti itu!" tegas Jungkook, namun agaknya Taehyung masih tak mempercayai sang Adik.

"gotjimal! Sudahlah, mengaku saja.Aku hanya akan meminta pizza sebagai bentuk traktiran kalian."

"pizza bokongku! Sudah kukatakan aku tidak dekat dengannya, apalagi berpacaran. Mengapa kau tidak percaya juga, Hyung?"Jungkook berdecak kesal.

Taehyung menatapnya lekat, sebelum semakin mendekatkan wajah mereka.

"kau serius?"

"memangnya aku suka berbohong untuk hal sekonyol ini, huh?" sebal Jungkook.

Bahu Taehyung meluruh, ia sedikit kecewa menerima kenyataan itu. pasalnya ia gagal melihat Jungkook bahagia bersama Pria pilihannya yang semula dikira nya adalah Jimin.

"kukira kalian serius." Gumam Taehyung sedih, membuat Jungkook mengerutkan puncak hidung nya.

"apa yang kau harapkan, Hyung? Berhenti bermimpi. sudah kukatakan, aku takkan pernah menjalin hubungan dengan siapapun, dan sampai kapanpun. Sekarang, menyingkir. Aku mau mandi, lalu berangkat kerja."

" 'Jungie harus beristirahat. Pastikan ia mendapatkan istirahat yang cukup, Taehyung-ssi. Dan besok ia tidak perlu bekerja, karena aku sudah meminta izin pada Ketua Tim nya untuk memberikan satu hari full libur untuknya.' "

Jungkook mengernyit mendengar ocehan sang Kakak.

"tsk, kau ini sedang apa sih, Hyung?" herannya.

"apa? Aku hanya menyampaikan kembali apa yang diucapkan Pangeran tak berkuda mu itu kemarin sore saat mengantarkan tas mu."

"siapa? Park Jimin?"

Taehyung mendengus geli, "memangnya siapa lagi, Bodoh?!"

"hei, Jungie. kau tahu, kemarin itu raut wajahnya sangat khawatir sekali. Aku sangat terkejut saat tiba-tiba kau diantar pulang dalam keadaan tertidur pulas oleh seorang top actor. Daebak. Kau mampu membuatnya terlihat secemas itu. memangnya apa yang terjadi kemarin? Kau sakit?"

Jungkook terdiam sejenak, berusaha mengingat kembali apa yang terjadi padanya kemarin.

"kemarin tiba-tiba saja kepala ku terasa pusing, dan aku mual setelah kami menyelesaikan acara makan siang kami. Lalu, dia mengantarku ke rumah sakit, dan dokter mengatakan bahwa aku hanya mengalami overstress dan kelelahan akibat pekerjaanku. Kemudian, dia mengantarku –"

"wait-wait! KALIAN MAKAN SIANG BERSAMA?!" pekik Taehyung memotong ucapan Jungkook.

"ne, wae?" heran Jungkook.

"kau benar-benar keren, Bung. Sejak kapan kalian sedekat ini? Hell, mengapa kau sama sekali tak pernah bercerita padaku, Jeon Jungkook? Huh, aku merasa tidak dianggap olehmu."

Jungkook memutar bola matanya malas. "please, don't be overact! Pertama, biar kuingatkan kembali, kami-sama-sekali-tidak-dekat. Kedua, kami hanya tak sengaja bertemu saat aku mewawancarai.."Jungkook tak melanjutkan perkataannya, membuat Taehyung mengernyit.

'apa tidak apa-apa menceritakan kedatangan Park Jimin-ssi di ruangan Min Yoongi-ssi dan memanggilnya 'Baby'? tsk, Hyung ini 'kan mulutnya seperti ember bocor! Sebaiknya aku tidak menceritakan bagian itu.' pikir Jungkook.

"YA! Mengapa berhenti?! Lanjutkan ceritamu, anak nakal!"

"tsk, belajarlah bersabar, Nyonya Kim!"

"kami hanya tak sengaja bertemu saat dulu aku mewawancarai Hwang Ga Eum, kau tahu bukan Aktris cilik yang sedang naik daun itu, dia satu agensi dengan Park Jimin. tiba-tiba saja orang aneh itu mengajakku berbicara, dan sungguh, demi kerang ajaib, aku benar-benar ingin menyumpal mulutnya dengan kaus kakimu, Hyung!" karang Jungkook.

"tsk, mengapa harus kaus kakiku, eoh?"

"karena kaus kakimu itu baunya maha dahsyat, Hyung."

"YA! ANAK NAKAL INI!"

Jungkook terkekeh geli melihat sang Hyung sudah menekuk wajahnya sebal, hingga dering ponsel nya membuatnya menoleh ke arah nakas nya.

"yoboseo." Sapa nya pada sang penelepon begitu ia selesai menggeser ikon hold pada layar ponsel nya.

"annyeong, Jeon Jungkook-ie." Sapaan ramah dari seberang sana membuat Jungkook mengernyit heran sebelum menjauhkan ponsel dari telinga hanya untuk memastikan nama yang tertera disana –Team jjang-nim.

"Jungkook-ie, kudengar kau sakit, ya?"

"i-ya, Team jjang-nim." Jungkook menjawab ragu, sementara raut herannya masih tertampil jelas di wajahnya.

"aigoo.. maaf, ya. Aku pasti terlalu sering membebanimu. Ah, hari ini kau tidak perlu datang ke kantor, ya. Sebaiknya kau beristriahat, biar nanti semua tugasmu aku berikan pada Hwayoung, agar besok pekerjaanmu lebih ringan."

Jungkook semakin menampilkan raut herannya, sementara ia hanya mampu menjawab 'iya' dari semua perbincangan yang coba dibawa sang Ketua tim.

"baiklah, beristirahatlah, Jungkook-ie. Ah, jangan lupa makan sup jamur untuk mencegah flu, kudengar akhir-akhir ini banyak yang terserang flu."

"baiklah, Team jjang-nim."

"annyeong."

"n-ne."

Beep.

Jungkook hanya mampu menatap layar ponsel nya yang sudah kembali menampilkan wajahnya dan Taehyung.

Ia menggeleng iba, kemudian bergumam. "sepertinya dia yang sudah tidak sehat."

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, membuat kedua Pria manis itu saling menoleh, sebelum Jungkook yang memutuskan untuk membukakan pintu rumah mereka.

Klek.

"annyeong –"

Brak.

Jungkook kembali membanting kasar pintu rumah mereka, membuat Taehyung yang baru keluar dari kamarnya mengernyit heran.

"siapa?"

"orang gila."

Taehyung semakin mengernyit hingga rasa penasarannya membuatnya mengintip ke balik tirai jendela nya.

"seorang top actor kau sebut orang gila?! Wah, anak ini benar-benar." Decak Taehyung.

"awas saja jika kau berani membuka pintunya, Hyung. Aku akan menggagalkan upacara pernikahanmu bulan depan!" ancaman Jungkook membuat Taehyung mendengus geli.

Kini suara dering ponsel Jungkook membuat si Manis segera kembali melangkah ke dalam kamarnya.

Pangeran tampan Park. Begitulah nama yang tertera pada layar ponsel Jungkook, membuat Jungkook mendegus gusar. Sial, beraninya makhluk aneh dan berisik itu mencuri nomor ponsel nya diam-diam!

"MATI SAJA KAU, PARK JIMIN!" seru Jungkook tepat setelah menggeser ikon hold nya. setelahnya ia langsung menekan gusar ikon merah di sana, membuat panggilan terputus seketika.

Taehyung hanya berdecak seraya menggeleng prihatin melihat perilaku sang Adik, kemudian ia sandarkan tubuhnya pada daun pintu kamar Jungkook.

"dia sudah sangat baik mengantarmu ke rumah sakit, mengantarmu pulang ke rumah dengan selamat, dan meminta izin pada Team jjang-nim mu. Beginikah caramu membalas kebaikan orang lain, Jungie-ah?"

Jungkook menekuk wajahnya sebal, "kau mencoba membela nya, Hyung?!"

"tidak-tidak. Aku tidak membela siapapun disini. Tapi –hello.. memang kesalahan apa yang sudah ia perbuat padamu hingga kau sampai seperti ini padanya?"

"dia mencuri nomor ponselku diam-diam, dia selalu bersikap sok akrab denganku, dan aku tidak suka!"

"ayolah, niatnya baik, ingin mengajakmu berteman. Berhenti menutup diri dari orang-orang yang ingin dekat denganmu, Jungie-ah. Sebentar lagi aku akan menikah, waktuku untukmu tidak akan sebanyak saat ini lagi, dan kau butuh teman baru untuk menemanimu. Apa salahnya mencoba berteman, bukan?"

"aku tidak butuh teman baru! Atau paling tidak, aku takkan memilih orang seperti itu untuk menjadi teman baruku, Hyung!" Jungkook bersikukuh, membuat Taehyung menghela nafasnya berat.

"terserah kau saja. ah! Dan Jungie, Seokie ku ada di depan pintu, aku harus membukakan pintu untuk calon suami ku, bukan? Dan sepertinya aku akan mengundang Park Jimin untuk masuk juga, setidaknya aku harus berterima kasih pada orang yang sudah menjaga Adikku kemarin."

Jungkook hendak membuka mulutnya untuk melayangkan protes, hingga desisan tajam Taehyung membuatnya bungkam.

"tidak ada penolakan, Jeon."

Jungkook menekuk wajahnya sebal, sebelum bergumam. "terserah kau saja, Hyung."

Dengan gumaman itu Taehyung segera melesat menuju pintu rumah mereka, membuka nya untuk menyambut sang calon Suami dan tentu nya Park Jimin yang memang masih setia berada di sana.

"Jungkook ada di kamarnya."

Berbekal informasi singkat dari Taehyung setelah perbincangan hangat namun singkat mereka, Jimin pun langsung melesat menuju pintu kamar Jungkook yang terbuka, memperlihatkan sosok manis yang tengah bersembunyi di balik selimut tebalnya.

"boleh aku masuk?" tanya nya, membuat Jungkook yang memang sedang termenung agaknya sedikit tersentak kaget.

"terserah." Jawaban ketus pun ia berikan, membuat Jimin terkekeh kecil.

"sepertinya kau sudah jauh lebih baik dari kemarin." Sindirnya, membuat Jungkook mendengus di balik selimutnya.

"kau sudah sarapan? Aku membawakanmu sup jamur."

Jungkook mendengus, kemudian berkata sinis. "sepertinya kau dan Team jjang-nim sehati."

"eh? Kenapa memangnya?"

"tidak ada. Lupakan. Dan aku tidak mau sup jamur!"

Jimin kini sudah melangkahkan kakinya mendekati ranjang Jungkook, hingga ia berlutut tepat di hadapan wajah Jungkook, membuat si Manis kembali tersentak kaget.

Set.

"demammu sudah turun. Syukurlah." Ujar Jimin setelah menempelkan punggung tangannya di kening Jungkook, membuat sang empu tercekat.

"jauhkan tanganmu dari wajahku, Park Jimin-ssi." Desis Jungkook tajam, namun Jimin malah tersenyum manis sebelum menarik tangannya.

"aku ingin kau memanggilku dengan santai, Jungie. kau bisa memanggilku dengan 'Jimin' saja, tanpa perlu menambahkan nama marga ku." Ujar Jimin, membuat Jungkook menatapnya datar.

"sesuka ku ingin memanggilmu apa, Park Jimin-ssi!" ketus Jungkook, membuat Jimin kembali mendengus geli.

"mengapa galak sekali, sih? Membuatku semakin gemas saja."

Jungkook mendelik galak, namun Jimin malah mengusak surai hazel nya.

"kau ingin sarapan apa, Jungie? aku akan membelikannya."

"ti-tidak perlu! Aku tidak lapar!"

"aigoo, jangan seperti itu. cha, bangunlah, dan makan sup jamur nya selagi hangat." Bujuk Jimin seraya membantu Jungkook untuk bangkit dari tidurnya.

"tidak mau!"

"lalu, kau ingin makan apa, Jungie?"

"aku tidak mau makan!"

"tapi, Jungie –"

"berhenti memanggilku 'Jungie'!"

"lalu, aku harus memanggilmu apa? Chagi?"

"pffttt.."

Jungkook menyibak selimutnya untuk menoleh ke arah daun pintu, di sana sudah ada Taehyung yang tengah membungkam mulutnya, mencoba menahan tawa nya akibat perbincangan Adiknya itu dengan top actor yang diidolakannya.

"apa yang kau tertawakan, Hyung!" salak Jungkook, membuat Taehyung menggeleng jenaka.

"anniey.. aku hanya merasa beruntung karena melihat drama perdana mu tadi."

"ish! Apa-apaan sih kau, Taetae hyung! Sebaiknya kau membuatkanku sereal, aku lapar!"

Taehyung menaikkan satu alisnya jenaka, sebelum bertanya. "bukankah tadi kau bilang kau tidak lapar, Jungie-ah?"

Blush.

Jungkook memerah. Sungguh, ia malu sekali saat ini. Tega-teganya Taehyung menggoda nya seperti ini di depan si Park Jimin ini. Benar-benar menyebalkan!

"Baby, jangan menggoda Jungkook seperti itu. lihat, wajahnya sudah memerah."

"aish! Seokjin hyung! Ish! Kalian memang pasangan menyebalkan!" sembur Jungkook, membuat sepasang insan itu tertawa geli, sementara Jimin diam-diam sibuk memperhatikan setiap ekspresi yang dibuat si Manis.

'semakin hari semakin menarik. Cha, aku tidak salah memilihmu, Jeon Jungkook.' Batinnya.

**

Jungkook menatap sebal sosok yang tengah duduk manis di hadapannya. Pemandangan yang akan sangat terlihat kontras di mata siapapun jika Pria tampan yang duduk di hadapannya itu malah mengembangkan senyum manisnya membalas tatapan sebal si Pria manis.

"sudah kuduga, pasti kau dalang dibalik semua ini." Desis si Manis.

"jadi.. kita bisa langsung memulai interview nya, Jungie?" pertanyaan dengan nada manis dilayangkan si Tampan, membuat Jungkook mendengus.

"mengapa aku?" tanya Jungkook, membuat kening Jimin mengerut.

"eh? Pertanyaan pertama ku sepertiku?" bingung Jimin, sedang Jungkook masih menatapnya tajam.

"mengapa kau harus mengganggu hidupku terus, Park Jimin-ssi?" desis Jungkook dingin, membuat Jimin menghela nafas panjang.

"jadi, kau masih menganggapku sebagai pengganggu kehidupanmu, Jungie? haahh.. aku sedih sekali."

Jungkook berdecih, kemudian melipat kedua tangannya di depan dada, menatap Jimin menantang.

"lakukanlah apa yang ingin kau lakukan, Park Jimin. aku takkan membiarkanmu merusak hidupku yang damai."

"eung? Aku tidak bermaksud untuk –"

"baiklah, izinkan saya mengulang semua nya lagi. Annyeonghasimnika, saya Jurnalis Jeon. Dengan ini anda telah menyetujui wawancara yang akan kita lakukan selama tiga puluh menit ke depan. Semua pembicaraan akan kami rekam untuk kebutuhan bahan berita. Jika anda tidak setuju, kami akan mematikan alat perekam ini." Potong Jungkook.

Jimin menatap Jungkook sejenak, kemudian kembali menghela nafasnya.

"tidak perlu se-formal i–"

"saya anggap anda setuju jika saya menggunakan alat perekam ini." Potong Jungkook lagi.

"hal pertama yang ingin kami ketahui tentang anda adalah bagaimana reaksi anda melihat perkembangan karir anda saat ini? Apakah anda sudah merasa puas dengan apa yang anda raih saat ini?"

Jimin menopang dagunya, menatap lekat Jungkook yang mulai mengenakan kacamata nya.

"kau sangat manis dengan kacamata itu, Jungie. mengapa kau tidak memakai kacamata saat mewawancarai yang lain?" alih-alih menjawab, Jimin malah memberikan pertanyaan konyol untuk Jungkook.

Jungkook menatapnya datar, kemudian berkata dingin. "tolong jawab pertanyaan kami dengan benar, Park Jimin-ssi. Saya harap anda dapat bekerja sama dengan baik."

Jimin tersenyum kecil, kemudian menegakkan duduknya.

"ah, maafkan aku, Jungie. mengenai pertanyaan tadi, aku akan menjawabnya dengan tidak puas. Aku tidak pernah merasa puas dengan apa yang sudah kuraih saat ini, sebelum aku mendapatkan yang jauh lebih baik. Aku tipikal orang yang tak mudah menyerah untuk mendapatkan apa yang kuinginkan. Merasa puas hanya akan membuatmu lengah." Jimin masih menatapnya lekat, namun sama sekali tak diindahkannya yang sibuk mengetikkan apa yang diucapkan Jimin pada dokumen di laptop nya.

"ah, sepertinya anda memang tipikal orang yang keras kepala." Sindir Jungkook.

Jimin terkekeh kecil, kemudian melipat kedua tangannya di depan dada. "bukan keras kepala, Cantik. Itu namanya optimis dan dinamis."

Jungkook mendelik tajam pada Jimin kala mendengar kata rayuan terselip dalam ucapannya. Shit, memangnya Jimin ini tidak ingat bahwa alat perekam masih menyala dan merekam segalanya yang ia ucapkan!? Kkumkkae!

"jangan tatap aku seperti itu, Cantik. Aku bisa kehabisan nafas karena pesona mu."

"bastard!" umpat Jungkook pelan. Tentu saja ia tidak ingin umpatannya tertangkap alat perekam.

"pertanyaan kedua –" Jungkook menggantungkan sejenak ucapannya, sebelum memutar bola matanya malas melihat pertanyaan yang tertera di layar laptop nya.

"pertanyaan kedua, karir anda meroket di usia anda yang terbilang masih muda. Bagaimana dengan kisah asmara anda? Apakah selancar karir anda?"

Jimin menyeringai mendengarnya, kemudian ia kembali menopang dagunya, menatap Jungkook lekat.

"kisah asmaraku? Oh, sayang. Sepertinya tidak. Karena kau selalu menolakku, Jungie."

Jungkook memejamkan matanya, menahan amarah yang sudah diujung tanduk. Sepertinya Jimin benar-benar senang mempermainkannya. Baiklah, ia takkan diam lagi.

Brak.

Jungkook memukul meja dengan cukup keras, tatapan amarahnya tertuju pada Jimin yang sedikit tersentak kaget.

"seriuslah, Park Jimin-ssi. Kita sedang dalam wawancara, semua ucapanmu terekam dalam alat konyol ini. Jika kau masih bermain-main, aku akan pergi." Ancam Jungkook.

"ba-baiklah, Jungie –"

"Jungkook! Jeon Jungkook namaku, Park Jimin-ssi." Desis Jungkook penuh penekanan.

Jimin menghela nafasnya, kemudian mengangguk dan berkata. "baiklah, Jeon Jungkook-ssi."

"begitu lebih baik. Anda bisa menjawab pertanyaan saya yang tadi dengan lebih baik."

"kisah asmara yang tadi? Ah, sudah kukatakan bahwa kisah asmaraku tidak berjalan sebaik karirku. Tentu saja karena ada seseorang yang selalu menolak kehadiranku dalam hidupnya. Dia terus menganggapku sebagai pengganggu, sementara aku benar-benar tertarik padanya. bukan hanya sekedar tertarik dari segi fisik, melainkan kepribadian." Jimin menjawab mantap, sementara tatapannya tak lepas dari Jungkook yang sibuk mengetik.

"hidupmu kurang beruntung jika seperti itu, Park Jimin-ssi. Sebaiknya kau cari yang lain yang bisa menerima mu dengan baik." Komentar Jungkook seraya menatap datar Jimin.

Jimin menggeleng mantap, kemudian berkata. "aku tidak butuh yang lain, yang kubutuhkan adalah orang yang masih menolakku itu."

"maaf jika saya lancang, tapi tahukah anda? Anda terlihat seperti psycho saat anda mengatakan itu." cibir Jungkook penuh seringai kemenangan, namun Jimin malah terkekeh kecil.

"benarkah? Aku bisa menjadi seorang maniak jika orang itu terus-menerus menolakku." Sahut Jimin santai, mengenyahkan senyum remeh di wajah Jungkook.

"anda terlihat seperti monster menjijikkan."

"yes, I am." Dendang Jimin santai, membuat Jungkook menatapnya tajam.

Jungkook menghela nafasnya, sebelum kembali pada layar laptop nya.

"ah, kudengar hubungan anda dan keluarga anda tidak begitu baik. Apakah karena mereka menentang jalan karir yang anda pilih?"

Jimin terdiam, sebelum mengerucutkan bibirnya menatap langit-langit ruangan meeting W Magazine.

"entahlah. Aku memang tidak pernah bisa akrab dengan mereka."sahut Jimin masih menatap lekat langit-langit ruangan itu.

Jungkook memperhatikan setiap ekspresi misterius yang ditunjukkan Pria itu, hingga sebuah ketukan di pintu ruangan itu membuat mereka menoleh kompak.

"maaf aku terlambat, bisakah aku mengambil gambarnya sekarang?"

Jungkook tersenyum simpul, kemudian mengangguk kecil. "tentu, Jaehwan hyung. Masuklah."

Pria tampan dengan hidung bangir bernama Lee Jaehwan itu tersenyum lebar, sebelum membungkukkan sedikit tubuhnya kala Jimin menatapnya lekat.

"thank you, Baby." Bisik Jaehwan seraya menepuk pelan bahu Jungkook. Meski hanya sebuah bisikan, Jimin mampu mendengarnya dengan cukup jelas, dan sontak menatap tak suka sosok tinggi yang mulai memasang tripod nya.

"baiklah, kita lanjutkan kembali interview nya, Park Jimin-ssi."

"sure, HONEY." Jimin menekankan kata 'Honey' nya, membuat Jaehwan sontak mengalihkan fokus nya dari kamera di tangannya, menatap keduanya kaget.

Mendengarnya membuat Jungkook sontak kembali melayangkan delikan tajamnya untuk Jimin, namun Jimin sama sekali tak gentar, dan malah sibuk memperhatikan si Manis dengan menopang dagu nya di atas meja.

Jungkook memutar tubuhnya menghadap Jaehwan yang masih terpaku menatap keduanya. Kemudian ia mengedikkan bahunya, sebelum membuat gerakan memutar dengan jari telunjuknya di samping pelipis nya seraya melafalkan kata 'gila' tanpa suara dengan mulutnya. Membuat Jaehwan membuka mulutnya dan berkata 'ah~' tanpa suara.

Melihatnya membuat Jimin mendengus geli, kemudian berkata. "aku memang gila, Jungie. aku tergila-gila padamu." Dendang nya santai, membuat Jungkook dan Jaehwan menatapnya kompak.

Jungkook berdecih, kemudian berkata. "seharusnya kau mengganti nama orang itu dengan nama 'Min Yoongi', Park Jimin-ssi."

Jimin terpaku sejenak, membuat Jungkook menyeringai puas, sementara Jaehwan nampak kaget untuk ketiga kalinya.

Jimin terkekeh kecil setelahnya, kemudian berkata. "kau cemburu, Jungie? oh, sepertinya kau salah paham. Aku dan Producer Yoongi tidak ada hubungan apa-apa. Dia hanya ingin membantu menyiapkan album solo perdana ku. Oh, kau manis sekali saat cemburu."

Jungkook memicingkan matanya, kemudian berkata. "tidak ada hubungan apa-apa, namun saling menyapa dengan panggilan 'Baby'? oh, ya.. kau kira aku sebodoh itu, Park Jimin-ssi?"

Jimin menggeleng main-main, kemudian ia berkata. "oh, tidak-tidak, Cantik. Kau tidak bodoh, kau hanya cemburu. Oh, ayolah.. sapaan 'Baby' dalam dunia hiburan seperti ini bukanlah sesuatu yang tabu. Harusnya kau paham itu, Honey."

Jungkook mendengus gusar, kemudian berkata tajam. "dengar, Park Jimin-ssi. Cemburu padamu adalah hal terakhir yang akan kulakukan di muka bumi ini sebelum aku mati. Jadi, kembali pada akal sehatmu dan selesaikan wawancara konyol ini dengan cepat. Aku muak melihat wajahmu, mendengar suaramu, bahkan bernafas di ruangan yang sama denganmu! Dan aku sama sekali tidak perduli ada hubungan apa di antara kau dan para artis-artis itu!"

Jaehwan terpaku, inilah yang membuatnya segan mengakrabkan diri dengan Jungkook dulu. Kata-kata tajam nan pedas nya.

**

Ia melemparkan tas ransel nya sembarang, kemudian melemparkan tubuhnya asal ke atas ranjang kecil nya. mengusap wajahnya kasar. Sungguh, ini adalah hari terberat yang pernah ada untuknya. Dan semua itu hanya karena satu nama –satu orang, Park Jimin.

'Jimin sialan itu, aku akan membunuhnya!' janji nya dalam hati sebelum menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Ia merasa bahwa Jimin lah perusak hidupnya yang damai. Ia mendengar dari salah seorang karyawan yang sedang bergossip –membicarakan dirinya diam-diam bahwa Jimin sendirilah yang menyerahkan waktunya dengan suka rela untuk melakukan wawancara eksklusif dengan perusahaan majalahnya dengan persyaratan bahwa Jungkook lah yang harus mewawancarai nya, bukan Jurnalis yang lain. Kemudian, interview nya hari ini berjalan sangat menyebalkan. Actor kurang ajar itu benar-benar menguji kesabarannya.Dan karena itulah, Jungkook harus rela pulang malam –lembur, hanya untuk mengedit beberapa bagian dari rekaman wawancara yang dilakukan siang ini. Tentu saja iatidak mau hidupnya semakin rusak lantaran sang Ketua tim mendengarkan keseluruhan dari rekaman itu. terlebih Jimin selalu memanggilnya dengan nama 'Jungie' atau bahkan panggilan khas seorang Kekasih seperti 'Honey'.

"huh, sebenarnya apa sih mau nya orang itu?" gumam Jungkook setelah membuka matanya, kembali menatap langit-langit kamarnya.

"siapa? Park Jimin?"

Pertanyaan itu membuatnya menoleh pada daun pintu dan mendapati Taehyung sudah bersandar disana.

"dari mana saja kau, Hyung? Mengapa baru pulang?"

Taehyung mendengus geli, sebelum melangkah menghampiri sang Adik.

"jangan suka mengalihkan pembicaraan, Jungie."

"baiklah, aku dari percetakan bersama Seokie hyung, mengecek sudah sejauh mana proses pembuatan undangan kami. Dan kata orang percetakan, lusa kami dapat mengambil keseluruhan hasilnya." Jelas Taehyung, membuat Jungkook menatapnya lama.

"cha, jadi siapa? Park Jimin?"

Kini Jungkook yang mendengus, kemudian ia mendudukkan dirinya menatap sang Hyung lekat.

"memang nya masih ada lagi biang masalah di hidupku selain dia, huh?"

Taehyung terkekeh geli, "jangan begitu membencinya, nanti kau bisa jatuh cinta –anniey.. maksudku tergila-gila padanya."

Jungkook berdecih menanggapi godaan sang Hyung, kemudian berkata ketus. "tergila-gila? Padanya? ya, jika itu terjadi aku memang benar-benar sudah gila sepertinya!"

Taehyung kembali tertawa, kemudian menatap lurus sang Adik.

"mengapa kau begitu membencinya, Jungie-ah?"

Jungkook menaikkan satu alisnya, sebelum berkata. "seharusnya kau yang bertanya padanya, mengapa senang sekali mengganggu hidupku, Hyung. Tsk, kkumkkae!"

"jika aku jadi kau, aku akan sangat senang jika ada seorang top actor yang hadir dan menjadi bagian dari kehidupan ku."

"cih, kalau begitu kau saja yang jadi aku, Hyung. Dan aku tidak masalah menjadi kau dan menikah dengan Seokjin hyung mu itu."

"Ya! Anak nakal ini! Awas saja sampai kau berani merebut Seokie ku!"

Jungkook terkekeh kecil, kemudian kembali menutup bibirnya dan menatap Taehyung lekat.

"sebentar lagi ya, Hyung?" lirih Jungkook, membuat tawa Taehyung mereda, kemudian menatap sesal sang Adik.

"ne, sebentar lagi, Jungie-ah."

Jungkook menghela nafas panjang sebelum berkata, "wah, sepertinya aku akan bahagia karena nanti rumah ini akan terasa lebih besar saat kau tidak ada."

Taehyung tersenyum tipis, sebelum berkata. "eum. Kau bisa memiliki semua tempat di rumah ini tanpa harus bertengkar denganku terlebih dahulu."

"Hyung, kau.. benar-benar yakin dengan yang satu ini?" tanya Jungkook serius.

Taehyung terdiam sejenak, sebelum mengangguk kecil. "Seokie? Well, kurasa aku takkan mendapatkan yang seperti dia lagi jika aku melepasnya."

"tapi.. bagaimana jika dia melukaimu? Seperti yang sebelumnya."

Taehyung menghela nafas panjang, setelahnya ia merebahkan tubuhnya di ranjang Jungkook, dan menatap langit-langit kamar sang Adik.

"Seokie orang yang sangat baik, Jungie.setahuku, dia Pria terbaik yang pernah kutemui. Tidak adil jika menyandingi nya dengan si Bajingan itu. lagi pula, selama dua tahun belakangan ini dia selalu menjaga ku, menyayangiku, dan selalu meyakinkanku bahwa dia berbeda dengan si Bajingan gila itu. jadi, aku yakin, Seokie hyung tak mungkin melukai hatiku." Tutur Taehyung, masih dengan fokusnya pada langit-langit kamar.

Jungkook masih menatap lekat sang Hyung, kemudian kembali bertanya. "kau benar-benar yakin, Hyung?"

Taehyung menoleh, menatap sang Adik lembut, dan berkata mantap. "eum. Tenang saja, Jungie. kau tidak akan melihatku menangis meraung karena disakiti lagi."

Jungkook terdiam, kemudian menghela nafas berat.

"kuharap dia seperti apa yang kau jelaskan, Hyung." Gumamnya, membuat Taehyung termenung lama.

**

Pria manis itu terlihat tengah menatap tajam apa yang tersaji di tangannya. Terlihat beberapa lembar foto memenuhi tangan mungil itu, hingga foto-foto itu tiba-tiba menjelma menjadi gumpalan sampah begitu tangan mungil itu meremasnya kasar.

"Jeon Jungkook, beraninya kau! Akan kubuat kau menderita! Tunggu saja pembalasanku." Desis tajam itu memenuhi ruangan itu.

"terus ikuti mereka, akan kubuat Jimin sialan itu menyesal karena telah berani mempermainkanku." Titah itu terdengar, membuat dua orang Pria rapih dengan setelan jas mereka mengangguk patuh.

"baik, Tuan."

Sepeninggal kedua anak buahnya, sosok manis itu terlihat duduk menghadap jendela ruangannya, menatap hamparan langit kelabu beserta pemandangan kota sebagaimana biasanya.

"Jeon Jungkook, kau akan tamat."

**

Jungkook menatap lurus sosok mungil-putih di hadapannya, sementara sosok itu kian memberikan tatapan tak sukanya. Keduanya seakan mampu berinteraksi lewat bias manik masing-masing. Tak dihiraukan sama sekali suara-suara desas-desus –bisik-bisik beberapa karyawan yang berada di sana atau yang hanya sekedar berlalu-lalang.

"well, sepertinya kau dan aku akan sering bertemu mulai detik ini, Jurnalis Jeon." Ujar suara itu penuh nada sindirannya.

Jungkook mendengus, kemudian berkata mantap. "maaf, tapi aku sama sekali tak berminat untuk selalu bertemu denganmu, Min Yoongi-ssi."

Senyum sinis di wajah Yoongi menghilang, digantikan tatapan –delikan tajamnya untuk Jungkook yang masih duduk manis di kursi kerja nya.

"ah, dan seingatku kau pernah berkata bahwa kau sangat sibuk sekali membuat lagu. Jadi, mengapa kau masih disini, Min Yoongi-ssi?" sindir Jungkook, membuat Yoongi memerah –mulai naik pitam.

Brak.

Meja dipukul dengan keras oleh si Putih, membuat beberapa orang tersentak kaget, terkecuali bagi Jungkook yang masih mempertahankan ekspresi datarnya.

"sialan kau, Bocah miskin! Berani sekali kau menyindirku! Sekarang, dengarkan aku baik-baik, jauhi Jimin, atau hidupmu akan menderita!" alih-alih takut mendengar ancaman Min Yoongi, Jungkook malah mendengus geli, membuat Yoongi semakin mendelik tajam.

"aigoo.. seingatku kemarin ada yang mengancam untuk tidak membocorkan hubungan yang terjalin di antara kau dan Park Jimin. cukup lucu mendengar kau sekarang yang membocorkannya sendiri pada orang-orang ini."

Yoongi memutar tubuhnya ke belakang setelah Jungkook mengedik ke balik punggungnya.Dan benar saja, beberapa orang yang memang sedari tadi memperhatikan keduanya kini terlihat cukup kaget dengan kenyataan baru yang baru saja mereka dengar langsung dari sumbernya.

Yoongi mendelik tajam pada Jungkook yang kini sudah kembali fokus pada layar laptop nya, sibuk membuat laporan hasil rapat pagi tadi.

"persetan dengan mereka! Pokoknya, sampai aku mendapatimu mendekati Jimin –"

"bukan aku." sela Jungkook, membuat Yoongi menatapnya dengan kening berkerut.

Jungkook kembali membagi pandangnya untuk Yoongi, kemudian menambahkan.

"bukan padaku, harusnya ancaman itu kau tujukan untuk Jimin sialan itu. buat dia berhenti menggangu hidupku." Ujar Jungkook mantap, membuat kedua mata Yoongi menyipit.

"jadi, kau ingin mengatakan bahwa Jimin ku lah yang menggodamu begitu?! Cih, bagus sekali, Jeon Jungkook. Kau pikir aku akan mempercayai bualanmu itu, hah!? Wake up, Dude! Berhenti bermimpi!"

Jungkook menghela nafasnya panjang, kemudian berkata. "aku sudah bangun, Min Yoongi-ssi. Tidakkah kau lihat sendiri kedua mataku terbuka lebar? Sudahlah, hentikan pembicaraan konyol ini. Sekali lagi kutekankan, aku tidak sudi menggoda Park Jimin.aku bahkan muak mendengar namanya, jadi berhenti mencemaskan hal yang tidak akan pernah terjadi. Selamanya Park Jimin-ssi tetap akan menjadi milikmu, dan sepertinya kau harus ekstra keras melindungi apa yang merupakan milikmu. Jadi, bisakah kau meninggalkanku dan kembali pada kesibukanmu sebagai seorang Produser?Aku hanya karyawan biasa yang harus tetap bekerja untuk mendapatkan gaji, tidak seperti dirimu."

Yoongi menatap sinis Jungkook sebelum berkacak pinggang angkuh.

"kuharap kau memegang ucapanmu itu, Jeon. atau aku akan menghancurkan hidupmu yang menjijikkan itu." desis Yoongi, membuat Jungkook menatapnya datar.

Setelahnya Yoongi memutar tubuhnya untuk meninggalkan Jungkook dan para karyawan yang masih berada di sana.

Jungkook hanya menggeleng iba mengiringi kepergian si Manis.

'tsk, wajah saja yang manis, kelakuan seperti monster.' Batinnya.

Jungkook kembali memfokuskan pandang nya pada layar laptop nya, melanjutkan lagi apa yang sebelumnya sempat tertunda kala kedatangan Min Yoongi, sementara tak ia gubris bisik-bisik penuh nada penasaran teman-teman satu tim nya.


TBC..

mind to vote and review? ^^ *deep bow*

VJin

Pokračovať v čítaní

You'll Also Like

47.7K 5.3K 38
Sebuah rahasia yang tidak akan pernah meninggalkanmu...
57.3K 8.4K 20
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
387K 31.9K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
79.2K 6.3K 46
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote