[ChanBaek] Take You Home

By bbbaekhyunie

1.6M 139K 17.5K

Baekhyun adalah CEO perusahaan design muda berumur 23 tahun, Chanyeol adalah murid berumur 18 tahun dengan IQ... More

Prolog
1. The Byun and The Park
2. Oh Sehun
3. Bump Accident
4. The Start
5. Weird
6. But Why Do It Feels Right?
7. Who I Am
8. I Do Still Love You
9. Lips
10. All Of Me
11. The Confess
12. I'm Jealous
13. Ren?
14. Warning
15. The Couples
16. Confession
17. Don't Cry, Buddy
18. We Broke Up
19. Heart Savior [Private]
Author Greetings
20. Disturbance
22. Stormy Day
23. Stormy Day (II)
24. What About My Feeling?
25. Christmas Day (I)
26. Warm Talk
27.The (Bad) Party
28. Temporary Anterograde
29. Secret
30. Busan Couple
31. New Year Love (18+) [Private]
32. Boyfriends
Not an Update
33. Here Comes Trouble
34. It's Not My Fault!
35. Solving
36. We Are Not Fine
37. Miserable Without You
38. Are We One?
39. Making Up
40. Losing You?
41. Take Him Away
42. Tell Me To Stay [Private]
43. Would You Wait?
44. Sentimental
45. Sehun Is Officially Taken
46. Last Night (18+)
47. Far Separated
48. Please, Give Him Back
49. (Not) Fine Without You
50. Going To Meet You
51. I'll Protect You
52. Finally, We Meet
53. As Long As We're Together (18+)
54. Final [Private]
New Fic Published!!

21. Unofficial Date?

27.5K 2.3K 125
By bbbaekhyunie

AUTHOR POV

Yifan sedikit terbelalak ketika Chanyeol berjalan cepat ke arah Baekhyun dan menarik namja kecil itu ke dalam pelukannya. Chanyeol menenggelamkan kepala Baekhyun ke ceruk lehernya, bisa ia lihat betapa erat rengkuhan Chanyeol saat itu.

"Lepaskan aku, aku tidak bisa bernafas."

Chanyeol tidak menurut. Badannya sedikit bergetar.

"Oh man, ini kabar buruk." Chanyeol mengerang. Yifan tahu sekarang Chanyeol berbicara padanya dari nada yang diucapkan Chanyeol.

"Ada apa?"

"Ren... kau tahu Ren, bukan?"

Yifan mengangguk.

"Ren mendaftarkan diri di sekolah ini, ia memilih kelas kita karena ada aku. Dan Ren menggantikanmu posisiku sebagai teman sebangkuku."

YIFAN POV

Mataku melebar tapi tidak dengan tubuhku. Sebagai gantinya, Baekhyun hyung tampak lebih shock dariku. Jujur saja, aku tidak mengenal Ren. Aku hanya mendengar dari apa yang Chanyeol katakan selama ini. Aku dengar ia adalah anak mafia dan fakta itu sudah berhasil membuatku merinding.

Seluruh tubuh Baekhyun hyung menegang. Bisa kupastikan dari cara tubuhnya terayun-ayun perlahan dan tangannya memucat. Firasatlku buruk mengenai ini, sangat buruk.

"Aku akan melakukan sesuatu, aku janji," Chanyeol berucap panik sambil berusaha meraih pergelangan tangan Baekhyung hyung. Tapi pria kecil di depannya tetap diam. Entah kenapa aku merasa sangat bersalah.

"Ya, aku juga... akan melakukan sesuatu, hyung." Bantuku, mendapat senyuman tipis dari Chanyeol. Meski sedikit menyesal, setidaknya aku lebih mengetahui sifat sepupuku ini di bandingkan Ren. Jadi aku tidak ingin Chanyeol terlibat dengan orang yang salah.

Kami tidak berbicara maupun bergerak selama hampir lima belas menit. Aku yakin itu hampir memutuskan semua saluran saraf Chanyeol dan yang paling mengejutkan Baekhyun hyung benar-benar tidak menunjukkan ekspresi apapun selain wajah datarnya.

Baekhyun hyung tidak pernah memasang wajah datar.

"Aku mau pulang." Ucapnya singkat setelah lima belas menit.

"A-ah, ya, ayo pulang. Tentu saja, kau butuh istirahat. Yifan..."

"Aku akan mengurusnya." Aku buru-buru tersenyum. "Jaga Baekhyun hyung. Lakukan sesuatu yang menyenangkan. Aku mendapat bocoran bahwa dalam seminggu ke depan ia tidak mempunyai sesuatu mendesak yang harus di lakukan."

Dan sepertinya 'usaha melucu' ku gagal besar. Baekhyun hyung berjalan menjauhi kami menuju pintu atap dengan langkah besar dan tegap. Sekarang ia terlihat seperti pria umur dua puluh tiga lagi. Chanyeol menepuk bahuku sebelum menyusul, beberapa detik kemudian aku kehilangan aura mereka.

.

CHANYEOL POV

Aku sesekali melirik Baekhyun yang memandang keluar jendela bus dengan raut wajah tidak terbaca. Namun aku tahu, sebetulnya ia sangat marah. Entah apa yang membuatku berfikir demikian, tapi sekarang aku merasa sangat bodoh karena tidak tahu cara menghiburnya.

Ren datang di saat yang amat sangat tidak tepat. Bagaimana bisa ia dengan mudahnya menghantui hubungan kami seperti ini? Ditambah lagi, ia datang ketika Sehun hyung baru saja memutuskan hubungannya dengan Baekhyun.

Aku menghela nafas pelan. Tanganku dan tangan Baekhyun hanya berjarak dua inchi dan itu membuatku gemas sekaligus dilema. Bagaimana kalau Baekhyun menolak dan membuat hubungan kami memburuk? Astaga, kurasa aku terlalu banyak berfikir.

Lalu aku mengikuti arah pandangan Baekhyun, mendapati ia sebetulnya sama sekali tidak memandangi pemandangan melainkan menatap kosong entah kemana.

Sebuah ide menghampiri otakku.

"Pak! Bisa berhenti sebentar?" Teriakku pada sang supir. Setelah bus yang kami tumpangi berhenti di pinggir jalan, tanpa ijin aku menarik tangan Baekhyun. Meski ia sempat menolak, aku bersikeras menariknya.

Baekhyun menatap kosong pada bus yang kini berjalan menjauhi kami. Bibirnya sedikit terbuka, sepertinya sebentar lagi ia akan mengumpat. Tapi tidak sedikit pun suara tinggi yang kudapatkan ketika ia berbicara.

"Apa yang kau lakukan? Kita masih jauh dari rumah." Ucapnya tenang. Jika begini, aku teringat ketika kita pertama kali bertemu. Pada saat itu ia bersikap sangat dingin dan menakutkan.

"Aku sengaja. Aku tidak berfikir kau akan merasa lebih baik jika kita diam di rumah. Setidaknya disini kita bisa melakukan banyak hal di bandingkan hanya bersantai di rumah, bukan?"

Baekhyun diam.

"Baekhyun, sungguh, aku sudah berusaha menolak. Tapi guru berkata bahwa sebaiknya Ren duduk dengan orang yang ia kenal. Ia bahkan memindahkan posisi duduk Yifan, jadi aku mohon-"

"Tak apa. Bukan salahmu. Aku hanya... mungkin sedikit sensitif hari ini."

Aku menghela nafas keras. "Aku janji akan melakukan sesuatu. Tolong jangan bersedih karena hal ini, Baekhyun. Aku berjanji akan memperbaiki ini dan menjaga diriku darinya, kau percaya padaku, kan?"

Baekhyun mengangguk pelan, menempelkan senyum tipis yang nyaris tidak terlihat. "Ya."

"Bagus. Sekarang, cium aku." Aku menutup mataku, dan bisa kudengar ia tertawa kecil. Setelahnya kurasakan sepasang bibir mengecup bibirku sekilas dan menjauh, mau tak mau aku mengutuk karena merasa tidak rela kehilangan sensasi menakjubkan yang disebabkan oleh bibir Baekhyun.

Tapi aku tersenyum lebar ketika membuka mataku, karena Baekhyun tersenyum lebar menampakkan giginya. Aku mengacak rambut depan Baekhyun, tersadar bahwa kini pria di depanku menurunkan rambut depannya sehingga membentuk poni yang rapi, benar-benar tidak tersisa aura dewasa di dalam dirinya.

Aku mengaitkan jari-jari kami dan berjalan menuju sebuah restauran tradisional yang menyajikan beberapa masakan terkenal di Korea. Aku rindu masakan Korea, dan kurasa ini juga solusi yang tepat bagi orang yang sedang bersedih hati. Aku dan Baekhyun bercengkrama sebelum makanan datang, setelah itu tidak ada yang bersuara karena kami sangat lapar.

Baekhyun memakan makanannya seperti tupai. Pipinya mengembung dan mengempis serta bibirnya sedikit bergoyang ketika mengunyah. Jari lentiknya memegang sumpit dengan cara yang unik, mengambil apapun di depannya lalu memasukkan makanan itu ke mulutnya tanpa henti.

"Apa kau akan memakan itu?" Tanya Baekhyun dengan mulut penuh. Ia menunjuk mangkok nasiku dan saat itulah aku tersadar bahwa aku tidak menyentuh makananku sedikit pun. Sumpitku pun terasa longgar di tangan. Tapi anehnya, aku merasa kenyang, sangat kenyang. Hanya dengan melihat Baekhyun menyantap makanannya, aku merasa senang dan kenyang.

Aku menggeleng dan menyerahkan semangkuk nasiku ke depan Baekhyun. Dan aku cukup heran ketika ia segera memakan nasiku tanpa jeda, lebih cepat dari sebelumnya. Aku tertawa dan sebisa mungkin membenahi noda-noda yang ia buat di sekitar bibirnya, dan ia akan tersenyum kikuk setiap kali jariku mengelus ujung bibirnya.

Acara selanjutnya adalah karaoke. Ya, memang sangat aneh jika di lakukan di hari senja. Bahkan sang kasir menatap aneh pada kami berdua. Mungkin ia berfikir bagaimana mungkin dua orang siswa berbaju SMA datang di hari senja ke ruang karaoke tanpa membawa satu gadis pun?

Kami memasuki ruang karaoke dengan perasaan lebih bersemangat karena perut kami sudah terisi. Kami menyanyikan beberapa lagu hits, seperti Call Me Baby yang dipopulerkan oleh EXO, Gee milik Girls Generation, dan yang terakhir tanpa di duga-duga, Baekhyun memilih lagi Someone Like You milik Adele.

AUTHOR POV

Chanyeol membiarkan Baekhyun melepas amarah maupun penatnya lewat lagu yang ia nyanyikan. Suara tinggi Baekhyun memulai bridge pertama dengan tingkat profesionalisasi yang tinggi pula. Chanyeol sempat terkagum dengan cara Baekhyun memainkan suaranya, di tambah lagi ekspresinya yang sangat mendukung.

Nevermind I'll find someone like you
I wish nothing but the best for you
'Don't forget me' I said
'I'll remember' you said
Sometimes it lasts in love, but sometimes it hurts instead

Chanyeol tidak tahu cara menghentikan Baekhyun karena menurutnya jika tidak di hentikan, Baekhyun mungkin akan menangis lagi. Tapi ia malah mendapati Baekhyun menggenggam microphone nya dengan erat dengan jari-jarinya.

I hate to turn up out of the blue, uninvited
But I couldn't stay away,
I couldn't fight it
I had hoped you see my face and that you'd be reminded,
That for me, it isn't over...

Baekhyun terdiam sejenak sebelum meletakkan microphone ke atas meja. Lirik terakhir benar-benar membuat mood nya down seketika. Chanyeol, disisi lain mulai menyesali keputusan mereka untuk datang ke ruang karaoke. Bagaimana bisa ia tidak terpikirkan kalau di ruang karaoke juga terdapat lagu ballad?

"Hei... kau tahu... ini tidak terlalu buruk." Bakehyun tiba-tiba berucap. Chanyeol terkejut di awal, namun akhirnya tersenyum dan mendekatkan posisi duduknya dan Baekhyun.

"Setelah ini kita kemana?" Baekhyun merenggangkan badannya.

"Kemanapun, kau mau. Jangan lupakan aku yang sudah lama tinggal di Jepang. Apa kau ingin mengajakku ke suatu tempat? Tempat yang hangat, mungkin." Chanyeol mencoba memberikan clue.

Baekhyun lalu melebarkan matanya, tersenyum lebar ke arah Chanyeol.

.

Chanyeol menatap bangunan di depannya dengan wajah terbodoh yang pernah ada. Berbeda dengan Baekhyun yang berkali-kali memekik girang lantaran senang, mungkin.

Tempat pemandian air hangat.

"Ayo, ayo!"

Baekhyun mendahului Chanyeol dengan langkah yang amat bersemangat. Dan saat itu, baik otak dan naluri Chanyeol melarangnya untuk menolak keinginan Baekhyun. Ia berjanji akan melakukan apapun yang bisa membuatnya melupakan Sehun.

"Baekhyun... bukankah ini tempat dimana biasanya ayah dan anak laki-laki mendekatkan diri satu sama lain?"

Baekhyun mengangguk. "Aku biasa datang ke sini bersama ayahku setiap kali kami bertengkar." Lalu tawa husky terdengar dari bibir Baekhyun. "Aku penasaran apa ia masih mengingat putra semata wayangnya ini? Dulu ia selalu mengataiku bodoh, ia bahkan bertaruh kalau aku tidak akan sukses. Cih,"

Hati Chanyeol terbenam dalam kelegaan ketika mendengar tawa kedua Baekhyun di hari itu. Setelah mengurus tiket, keduanya memasuki ruang ganti.

Dan saat itulah Baekhyun baru tersadar kemana tempat ini akan membawa hubungannya pada Chanyeol. Ia menelan ludahnya ketika tak ada stupun orang selain mereka disana, dan tentu saja jika ia ingin mandi, ia harus membuka seluruh pakaiannya.

Oh, tidak. Baekhyun sadar sekarang Chanyeol juga berdiri canggung di belakangnya. Ia perlahan membalikkan badannya dan tersenyum canggung ke arah Chanyeol. Yang termuda pun tidak bisa menyembunyikan semburat merah dipipinya.

Ini pertama kalinya mereka akan melihat badan satu sama lain. Ini akan memalukan, ini akan menjadi kegiatan paling canggung yang pernah ada.

Well, sebenarnya tidak juga. Jika mengingat 'kisah' yang di ceritakan Yifan mengenai masa lalu mereka, tidak menutup kemungkinan mereka sudah pernah melihat badan satu sama lain, bukan?

"Kenapa kau tidak membuka bajumu?"

Jari-jari Baekhyun dengan fasih mencengkram ujung kaosnya, lalu melepasnya dengan gerakan tercanggung yang pernah ada. Ia menyelipkan senyum kecil sebelum mengangkat ujung bajunya perlahan sebelum benar-benar terlepas dari tubuhnya. Ia reflek memeluk badannya sendiri ketika ujung matanya menangkap Chanyeol yang tampak tergiur dengan pemandangan indah yang ada di depannya.

"A-Ayo mandi." Baekhyun berlalu dengan cepat menuju bak mandi dan tak lupa membuka celananya terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam air. Ia menunggu Chanyeol dengan sedikit gugup, entah mengapa. Pintu terbuka dan saat itu juga rasanya Baekhyun ingin menenggelamkan dirinya sendiri di dalam air, karena tanpa ia sangka, Chanyeol sudah melepas celananya di ruang ganti, sehingga ia bisa melihat tubuh polos Chanyeol sepenuhnya (jika ia punya nyali untuk menatap Chanyeol lebih lama).

Gemercik air adalah satu-satunya yang terdengar ketika keduanya sibuk menikmati sensasi hangat air yang kini menyelimuti tubuh mereka. Tak ada yang lebih baik dari berendam di air hangat ketika musim dingin berada di puncaknya.

"Hei, Baekhyun."

Baekhyun menoleh, merutuk karena pipinya kembali memerah hanya dengan melihat setengah dada Chanyeol. "Ya?"

"Ayo lakukan sesuatu bersama di hari Natal."

"Seperti pesta atau semacamnya?"

Chanyeol menggeleng. "Hanya berdua. Di suatu tempat yang tenang, dan kita bisa bercengkrama sambil melakukan sesuatu."

Baekhyun terdiam lalu berfikir sejenak, dua hari lagi adalah hari Natal, dan ia ingin melakukan sesuatu yang special tahun ini. Tahun lalu ia disibukkan oleh pekerjaan, tapi Sehun datang membawa seikat bunga dan mengajaknya ke pantai malam. Sehun tidak pernah gagal membuatnya menelan ludahnya sendiri lantaran terpana, dan ia yakin siapapun orang yang menghabiskan hari Natal bersama Sehun adalah orang paling beruntung di dunia.

"Setuju." Baekhyun tersenyum.

.

"Apa kau punya rencana untuk hari Natal?"

Luhan menoleh ke arah Kyungsoo. "Kurasa tidak. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sendirian. Lagipula aku belum mengenal Korea sejauh itu untuk melakukan sesuatu yang mencolok sendirian."

Kyungsoo tersenyum semangat. "Kalau begitu, datanglah ke rumah Jongin! Ia akan mengadakan pesta, err, sebenarnya aku tidak begitu yakin akan datang, tapi kalau kau menemaniku, aku akan jauh dari kata terbebani."

"Siapa saja yang akan datang?"

Kyungsoo mengangkat alisnya. "Sehun, Baekhyun, mungkin Taemin juga. Jongin punya banyak kerabat, mungkin mereka semua akan datang."

Luhan terdiam menatap ujung jari kakinya, berusaha tidak mengerutkan dahinya. Ia tidak masalah dengan yang lainnya, hanya saja ia memikirkan tentang Sehun dan Baekhyun. Mereka baru saja mengakhiri hubungan mereka, apa tidak apa-apa jika mereka bertemu?

Tapi, sesuatu di dalam dada Luhan berkata kalau ia ingin datang dan harus datang. Ia... perlu datang.

Saat itulah ponsel Luhan tiba-tiba bergetar di dalam sakunya, membuatnya sedikit terperanjat dan itu juga membuat Kyungsoo terperanjat. Luhan mengambil ponselnya setelah tersenyum kecut, namun senyuman itu luntur berganti gugup ketika ia melihat nama pemanggil.

Ibu jarinya menggeser tombol hijau, menempelkannya ke telinga setelah membasahi tenggorokannya dengan berdeham. Kyungsoo masih menatapnya, mungkin penasaran akan siapa yang menelpon temannya di malam hari.

"Luhan? Kau disana?" Suara khas itu membuat Luhan tanpa sadar kembali berdeham, sebelum tersenyum kecil meskipun si penelpon tidak dapat melihatnya secara langsung.

"Ya."

Terdapat jeda yang cukup lama sebelum suara itu terdengar lagi. "Apa kau sedang sibuk? Atau sedang bersama seseorang?"

"Um, ya, aku bersama Kyungsoo."

"Oh..." Suara itu terdengar jauh lebih berat melalui telepon, dan Luhan menahan bibirnya untuk tidak tersenyum terlalu lebar.

"Hei, Luhan... aku ingin tahu apa kau punya rencana pada malam Natal?"

Luhan ingin datang. Luhan sungguh ingin datang dan bertemu dengan orang yang sekarang menelponnya.

"Aku akan menemuimu di rumah Jongin pada malam Natal, Sehun." Luhan menjawab dan Kyungsoo melebarkan matanya. Barangkali ia terkejut mengapa Sehun menelponnya pada malam hari.

"Ah, kau datang? Syukurlah... hei, mau datang bersamaku?"

Luhan kali ini tidak bisa menahan ujung bibirnya untuk terangkat. Persetan dengan mata bulat Kyungsoo yang sekarang menatap horror ke arahnya. "Tentu."

Luhan sungguh ingin berbicara lebih banyak, tapi ia pikir jika ia mengabaikan Kyungsoo lebih lama lagi, ia mungkin akan terlibat dalam sebuah masalah. Jadi ia mengumpulkan keberaniannya untuk mengakhiri pembicaraan kecilnya pada Sehun.

"Hei, Sehun..."

"Katakan saja. Ada apa?"

"Aku dan Kyungsoo sedang berbincang mengenai sesuatu, cukup penting, jadi-"

"Ah, aku mengerti. Maaf mengganggumu dan sampaikan salamku pada Kyungsoo. Selamat malam, Luhan."

Luhan menyesal setengah mati ketika mendengar nada sungkan Sehun. Ia kembali melirik Kyungsoo, dan membalas ucapan Sehun. Ketika ia hendak menutup sambungan, Sehun memanggilnya lagi, cukup keras.

"Maukah kau datang ke café ku besok malam?"

Luhan menggigit bibir bawahnya sejenak. "Okay."

"Bye, Luhan."

"Bye, Sehun."

Dan begitulah percakapan mereka berakhir, sedetik kemudian ia mendapat tatapan yang menyeramkan dari Kyungsoo. Luhan menurunkan ponselnya perlahan seolah berharap kalau Sehun belum memutuskan sambungan, tapi tak ada apapun di layar ponselnya kecuali sederet aplikasi.

"Apa kau ingin menjelaskan sesuatu padaku?" Tanya Kyungsoo dengan nada tak begitu bersahabat. Gesture tubuhnya juga membuat Luhan ingin meneguk ludahnya kasar. Kyungsoo melipat tangannya di dada dan ekspresinya tidak cerah.

"Kenapa Sehun menelponmu pada jam ini?"

"Kyungsoo..."

"Astaga, Baekhyun..." Kyungsoo memegang pelipisnya gemas. "Sepertinya aku harus berbicara pada Baekhyun."

"Hei, Kyungsoo..."

"Sehun tidak pernah menghubungi siapapun selain Baekhyun dan Jongin setelah jam delapan malam, jadi, astaga Luhan, aku tidak ingin mengecewakanmu tapi... Baekhyun adalah bosku."

"Ada sesuatu yang harus kau tahu, Kyungsoo."

Kyungsoo terdiam menunggu sesuatu meluncur dari bibir sepupunya. Luhan menarik nafas dalam-dalam. "Baekhyun dan Sehun sudah berakhir. Tadi siang. Di kantor. Uh, lebih tepatnya di depan elevator."

Dua detik berlalu dan saat itulah Kyungsoo mulai menunjukkan reaksi yang berarti. Rahangnya nyaris jatuh, namun lelaki itu berusaha menutup bibirnya meski pada akhirnya tetap terbuka. Matanya menatap kosong ke depan, dan itu sesungguhnya tampak lucu.

"Kau serius?"

"Ya. Ceritanya cukup panjang." Luhan meraih cokelat panas di atas meja yang baru ia sadari keberadaannya. Ketika cairan manis dan pekat itu mengaliri tenggorokan Luhan, ia kembali teringat peristwa beberapa jam yang lalu ketika Sehun memutuskan hubungannya dengan Baekhyun tepat di depan matanya. Itulah momen yang ia rasa akan ia ingat seumur hidupnya.

Luhan mau tak mau memikirkan bagaimana kabar Baekhyun. Ia tidak mengenal lelaki manis itu namun jelas ia merasakan perasaan resah karena Sehun 'menggunakan' dirinya untuk mengakhiri hubungannya dengan lelaki itu. Bukan berarti ia ingin 'digunakan', Luhan sesungguhnya ingin bertanya. Namun ia sadar ia tidak punya cukup hak ketika mengingat Sehun banyak melakukan hal baik padanya. Luhan ingin bertanya, lalu teringat kalau wajah dan raut muram Sehunlah yang menghentikannya.

Jadi Luhan mulai membuka bibirnya dan menceritakan semuanya pada Kyungsoo. Setidaknya disini, sepupunya itu adalah teman sekaligus orang paling berharga yang ia kenal. Kyungsoo, seperti biasa menjadi pendengar yang baik, sedikit terlejit setiap kali ia menyebut nama Baekhyun. Luhan merasa bersalah, itu membuatnya bercerita lebih cepat.

"Uh... aku tidak tahu kalau mereka punya masalah yang cukup fatal." Kyungsoo menggosok tengkuknya. "Tapi entah mengapa aku tahu baik Sehun dan Baekhyun tidak sedang baik-baik saja. Maksudku, mereka hampir setiap hari bersama, jika salah satu dari mereka sudah mempunyai pengganti, maka itu cukup... aneh."

Luhan hanya menggedikkan bahunya dan menunduk.

Continue Reading

You'll Also Like

369K 56.6K 56
Chanbaek-yaoi-homo-gay-saeguk-fluffy romance. Sejak lahir hidupnya seperti telah di takdirkan menjadi seorang Gisaeng. Di siapkan dan di tempa hingga...
Blossom By Close

Fanfiction

50.7K 6K 22
Dalam sebuah drama, kisah seorang pria kaya raya yang mencintai wanita miskin dan lugu hingga rela melakukan apapun untuk mendapatkan sang wanita. N...
78.3K 5.6K 26
Bagai bunga dandelion yang ditiup angin, terbang tinggi membumbung ke angkasa.
2.1M 135K 38
[MAFIA STORY!!] Baekhyun tidak mengerti saat seseorang membawanya ke tempat yang asing, istana mafia Phoenix. Dia hanya seorang pangeran penerus takh...