SOMETIMES [DISCONTINUED]

By badgal97

131K 11.9K 1.8K

Allegra Stewart. Gadis bengis, rakus, aneh, angkuh, dan menyebalkan. Wajahnya juga tidak terlalu cantik. Yaa... More

PROLOG
BAGIAN 1
BAGIAN 2
BAGIAN 3
BAGIAN 4
BAGIAN 5
BAGIAN 6
BAGIAN 7
BAGIAN 8
BAGIAN 10
BAGIAN 11
BAGIAN 12
BAGIAN 13
BAGIAN 14
BAGIAN 15
BAGIAN 16
BAGIAN 17
BAGIAN 18
BAGIAN 19
BAGIAN 20
BAGIAN 21
BAGIAN 22
BAGIAN 23
BAGIAN 24
BAGIAN 25
BAGIAN 26
BAGIAN 27
BAGIAN 28
BAGIAN 29
BAGIAN 30
AUTHOR NOTES
BAGIAN 31
BAGIAN 32
BAGIAN 33
BAGIAN 34
BAGIAN 35
BAGIAN 36
BAGIAN 37
BAGIAN 38
BAGIAN 39
BAGIAN 40
BAGIAN 41
BAGIAN 42

BAGIAN 9

3K 275 19
By badgal97

Bagian 9








"Bangun, gadisku. Kita sudah sampai."


Bisikan berat seorang pria berhembus hingga meremangkan seluruh permukaan kulit Allegra yang tengah terlelap seketika. Ia langsung menggeliat dalam tidurnya seraya membuka matanya perlahan-lahan, lantas mengerjap. Pandangannya langsung tertuju pada langit-langit mobil dari kulit yang berwarna hitam. Ia tertegun sesaat, lantas menoleh ke arah kanan dan seketika pandangannya dikejutkan dengan wajah pria tampan yang tepat berada di hadapannya, tengah memandang intens dengan senyuman miringnya yang khas nan memabukkan. Ditambah lesung pipi yang menghias di sekitar pipinya.


"Kau mendengkur."


Deg! Seketika perutnya ngilu bak di hantam batu besar yang menindih. Allegra hanya bisa menahan malu dengan menggigiti bibirnya seraya menunduk. Ini memalukan!

Tiba-tiba Harry mengerang, ia sedikit menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal seraya memejamkan matanya kuat-kuat. Helaan napas panjang dari pria itu membuat jantung Allegra berdetak lebih cepat. Harry terlihat seksi dengan wajah seperti itu di tambah dengan kemeja putih terbalut di tubuh kekarnya. Bagian dadanya sedikit terbuka memamerkan sedikit dada bidangnya yang menggoda. Oh astaga.


"Jangan menggigit bibirmu, okay? Jangan membuatku panas."


Batu besar yang menindih perut Allegra seakan berganti menjadi kupu-kupu yang kini berterbangan menggelitik di dalam sana. Sungguh! Oh, apa maksudnya itu? Membuatnya panas? Apa Allegra membuatnya tergoda? Gadis itu hanya bisa menahan dirinya agar tidak histeris karena di rayu sedemikian rupa. Sensasi aneh yang baru terbangun dari tidur seakan betul betul hilang menguap tanpa sisa.

Tiba-tiba tangan Harry merayap seraya menggenggam jemari Allegra. Ia mengajak gadis itu untuk keluar dari Zenvo-nya yang kini diambil alih oleh supir. Allegra hanya bisa menurut dan mengikuti pergerakan Harry yang tengah merangkak keluar dari mobil.

Seketika manik mata hijau Allegra disambut oleh pemandangan gemerlap malam dari hotel mewah yang di gosipkan milik keluarga Hailey. Red carpet yang memanjang menyambut langkahnya di sepanjang jalan menuju pintu masuk. Allegra terkagum-kagum melihat kemewahan itu. Tubuhnya terpaku dan matanya bergerak-gerak melihat detail bagian luar hotel yang sungguh luar biasa. Ini seperti berada dalam penyambutan acara awards dunia. Hanya saja, tidak ada paparazzi di sekitarnya. Tak sia sia rasanya Allegra memilih untuk mengambil izin cuti dari pekerjaan paruh waktunya untuk datang ke tempat semewah ini. Oh, California memang luar biasa.


"Kita akan terus disini? Aku tidak keberatan jika kita berdiam disini, hanya berdua." Suara berat Harry seakan menyadarkan Allegra bahwa dirinya tidak sendirian. Gadis itu terkesiap dan hanya bisa tersenyum kikuk seraya menarik-narik ujung dressnya yang terlalu pendek menahan gugup.


Melihat gelagat Allegra yang menggemaskan membuat Harry rasanya ingin meraih tubuh mungil gadis itu ke dalam pelukkannya sekarang juga. Tanpa bisa ditahan, sejurus kemudian pria itu meraup bahu telanjang Allegra seraya menghadapkan tubuh gadis itu ke hadapannya.

Allegra terkejut, mau tak mau matanya harus kembali bertemu dengan mata hijau misterius milik Harry yang indah. Yang sama sepertinya. Harry menatapnya jauh ke dalam, mengetuk bagian inti terdalam bola matanya membuat Allegra terpaku pada Harry tanpa bisa sedikit pun untuk berpaling. Jantungnya kian berdegup kencang disertai gelenyar aneh yang kini merayapi perutnya, semakin menggila.

Harry mendekatkan wajahnya. Spontan Allegra menegang dan jantungnya semakin bergemuruh tak karuan. Sejumput rambut yang terurai milik Allegra, Harry raih lantas menyelipkannya ke belakang daun telinga gadis itu. Mereka berdekatan begitu intim di depan hotel yang tak tahu mengapa terlihat sepi. Seperti tidak ada pesta atau acara sama sekali.
Dan dalam gerakan yang lihai, Harry mengecup kedua bahu Allegra yang terbuka secara bergantian. Ia bisa merasakan bibir lembap Harry yang basah nan menggoda itu menyentuh permukaan kulitnya. Rambut ikalnya yang tertata rapi sedikit menyentuh bahunya dan menggelitik disana. Seketika sekujur tubuhnya terasa tersengat. Permukaan kulit Allegra kini meremang tanpa kendali membuat gejolak kasmaran Allegra kian meletup-letup. Rasanya panas! Rasanya ia ingin meledak sekarang juga.

"Kau merinding." Bisik Harry di telinganya yang disertai erangan kecil. Seringai liar muncul di bibir penuhnya yang kembali memamerkan lesung pipinya. Ini pertaman kalinya bagi Allegra melihat Harry begitu menggoda dan agresif. Seperti inikah Harry?


"Ki..kita harus masuk." Ujar Allegra kikuk dengan gelagat tolol yang sangat memamerkan kegugupannya. Spontan Harry terkekeh kecil dan tanpa permisi meraup tubuh mungil Allegra di bagian pinggang ramping gadis itu seraya berjalan beriringan menuju pintu masuk. Allegra yang diperlakukan semanis ini oleh Harry hanya bisa tersenyum samar dalam diam.






***






Ruangan ballroom hotel mewah itu sudah ditata sedemikian rupa menjadi seperti club mewah yang elegan. Dengan gemerlap lampu yang remang, lantai dansa yang luas, meja bar yang besar, disertai dekorasi lainnya menggambarkan bahwa ruangan itu telah berubah menjadi club malam eksklusif yang mengadakan pesta khusus untuk orang dewasa. Bukan pesta ulang tahun.

Allegra semakin merapatkan tubuhnya di sisi Harry. Harry dengan senang hati mengeratkan rangkulan di pinggang gadis itu dengan posesif seraya memasang tampang arogannya saat melangkah memasuki ballroom yang sudah ramai. Suara bising dari lantunan musik electro yang dimainkan oleh seorang Disc Jockey seketika menyambut mereka saat menyusuri ruangan itu.
Sungguh. Allegra langsung merasa risih dan ingin pulang. Disini pengap, bau alkohol yang samar-samar sudah menyeruak ke dalam indra penciumannya. Allegra tidak pernah memasuki club malam sebelumnya. Memalukan bukan? Dan ini sama sekali bukan pesta ulang tahun yang Allegra harapkan. Dengan reflek tangannya kembali menarik-menarik ujung dress-nya merasa malu dan merasa ditelanjangi hidup hidup. Lihat, pandangan beberapa tamu undangan yang lain kini tengah mengarah padanya--dan Harry. Seketika pikirannya berputar pada kejadian saat dimana ia pertama kali masuk ke Perkins.

Mereka menatap Allegra dengan tatapan asing yang lagi-lagi terlihat menyebalkan. Kali ini, tak hanya murid Perkins yang melakukan itu, namun mungkin orang lain yang Hailey undang. Oh astaga, apa yang salah dengan dirinya? Apa karena mini dress sialan pemberian Hailey? Jika iya, dia akan memarahi Hailey habis-habisan setelah ini. Tapi, jika dilihat-lihat, semua gadis di pesta ini memakai pakaian yang sejenis dengannya. Bahkan diantara mereka ada yang berpakaian lebih terbuka lalu manik-manik di mini dressnya terlihat lebih mencolok dan berkilauan di banding milik Allegra. Lantas, apalagi yang mereka lihat!?

Harry terlihat santai saat sesi berjalan menegangkan itu tengah berlangsung. Tubuh jangkungnya serasa menenangkan Allegra yang merasa dilindungi. Ia kembali disadarkan bahwa ia akan baik-baik saja selama bersama Harry, holy shit! Entah sejak kapan ia merasa seperti itu.

Allegra berusaha untuk tidak peduli. Okay, ini kembali menjadi asing baginya karena yang memandang ke arahnya kali ini bukan seluruhnya murid Perkins yang sudah tahu sisi bengis gadis itu. Dan tiba-tiba, saat Allegra mengedarkan pandangannya ke sekeliling, ia mendapati seorang gadis tak di kenal yang melotot ke arahnya dengan pandangan membunuh. Kilatan amarah dimatanya semakin kentara karena dilengkapi cahaya lampu remang-remang berwarna merah. Tangan gadis itu bergerak menunjuk-nunjuk ke sisi kanan Allegra. Tepat dimana Harry berada. Lantas mulutnya terbuka megucapkan kata 'mine' tanpa suara.

For god's sake! Ternyata cukup banyak gadis yang mengincar sosok Harry Styles!


Tiba-tiba alunan musik dari DJ berhenti. Sontak para tamu yang tengah berdansa dan bersorak menikmati pesta seketika diam dan menghentikan aksinya. Namun Harry tak menghentikan langkahnya dan masih menggiring Allegra untuk berjalan. Gadis itu terlihat kebingungan, namun itu tak berlangsung lama karena Allegra melihat Hailey beserta teman-temannya yang lain tengah berkumpul menghadap meja bundar besar yang menopang kue tart sebesar empat tingkat diatasnya. Lampu sorot menerangi mereka. Spontan Allegra mempercepat langkahnya bersama Harry untuk menghampiri mereka.

Allegra diberi celah oleh Selena untuk ikut berkumpul di meja bundar itu. Matanya menemukan Hailey yang sempat tersenyum sumringah melihat kehadirannya. Hailey tampak cantik dan dewasa dengan balutan make up. Allegra balas tersenyum padanya, dan seketika senyumannya memudar kala melihat sosok pria bertubuh jangkung di samping Hailey dengan rambut albinonya yang khas. Justin.

Allegra memutar mata merasa jengah. Untung saja Justin tidak menyadari tatapannya. Gadis itu segera membuang pandangannya secepat kilat hingga akhirnya menemukan Kendall. Gadis itu menatapnya begitu dalam di remang cahaya lampu sorot, tatapannya tertutup tak terbaca. Membuat Allegra merasa begitu bersalah telah membawa Harry menjadi pasangannya. Dan pria itu masih setia memeluk pinggangnya erat-erat tanpa enggan untuk melonggarkannya sedikit pun.









***









"Brengsek!"

Isakkan tangis tak bisa tertahankan lagi untuk segera keluar karena gejolak hatinya yang tengah memanas nan bergemuruh kali ini. Selena berjalan cepat menyusuri balkon sebelah barat dengan gusar. Linangan airmata sudah mengumpul dan kini menetes cepat mengaliri pipinya. Persetan dengan make up, gadis manis itu enggan mengusap airmatanya sedikit pun. Terlalu lelah dengan berbagai peristiwa yang telah menimpanya.

Hatinya serasa tergores sembilu secara lambat kala melihat Calum yang berciuman di dalam bilik toilet wanita bersama Chloe! Calum pasangannya malam ini. Pria bajingan itu yang mengajaknya pergi bersama, pria bajingan itu yang menjemputnya di rumah Barbara, pria bajingan itu yang memujinya lalu mencium pipinya saat di dalam mobil. Dan sekarang? Oh fuck! Junior brengsek!

Rasanya gadis itu tak sanggup jika mengingat klise-klise kejadian menyakitkan tadi. Walaupun kini detik dimana Calum menghimpit Chloe ke dinding toilet lalu melumat bibir lebar gadis itu masih terekam jelas di otaknya. Oh! Beruntung Selena sempat menampar pria sialan itu sebelum akhirnya mengasingkan diri di balkon hotel yang terlihat jauh dari keramaian ini.

Selena menyukai Calum sejak tiga hari lalu. Sejak Calum yang mengajaknya ke pesta Hailey secara terang-terangan di Cafetaria. Sejak Calum selalu mengiriminya pesan perhatian yang membuat gadis itu selalu menahan gemuruh jantungnya setiap waktu. Calum tampan, dan menggoda. Ia tak bisa memungkiri fakta itu. Dan ia setuju jika suatu saat Calum menggantikan posisi Justin dan Harry sebagai Cassanova. Oh sialan.

Selena semakin mengeraskan isakkannya sembari bertopang ke tembok balkon. Bahunya bergerak naik turun menahan gejolak emosinya yang semakin memuncak. Gadis itu terluka, gadis itu tersakiti, gadis itu patah hati. Wajah manis menggemaskannya kini terlihat basah berkilauan di malam hari karena airmata. Ini kesekian kalinya ia merasakan hal yang menyedihkan karena seorang pria. Mengapa selalu seperti ini? Cinta yang berawal sama, yang berakhir sama. Cinta yang berjalan sama dan tak bertahan lama. Apa ia tidak bisa menemukan cinta sejati? Oh okay, itu mungkin berlebihan mengingat Selena masih menginjak sekolah ditahun kedua. Tapi, entahlah. Dia merasa butuh cinta sejati secepatnya. Ia lelah disakiti.


"Engh.."


Selena terkejut di tengah isakkannya kala mendengar suara lenguhan berat yang mengerikan di sekitarnya. God, apa itu hantu? Jika iya, Selena akan memilih untuk pingsan sekarang juga.

Ia memberanikan diri untuk berbalik. Suasana balkon masih terlihat sepi, tak ada siapapun disini. Dentuman musik di dalam masih terdengar samar-samar dari tempat ini. Oh ya Tuhan, ia merinding. Mendadak angin malam berhembus lebih kencang hingga bulu kuduk Selena serasa berdiri. Mini dress beludru yang ia kenakan rasanya mendukung suasana dingin yang mencekam membuatnya ingin segera lari ke pelukkan Calum sekarang juga. Holy shit!

Tangan Selena bergerak untuk mengusap airmatanya yang tengah berceceran. Isakkan sudah tak terdengar lagi dari mulutnya. Pikirannya mengenai Calum seakan lenyap sementara waktu dan tergantikan oleh pencarian hantu dan rencananya untuk berlari atau mencari posisi yang nyaman untuk pingsan jika nanti hantu itu muncul secara tiba-tiba.

Sejurus kemudian, Selena menoleh. Dan boom! Ada seseorang yang terduduk sekitar dua meter di samping kirinya, seorang pria. Pria itu menunduk dan kakinya menjulur lunglai diatas lantai. Kepalanya bergerak naik turun saat menunduk. Oh, ada apa dengannya?

Selena melangkah, tanpa ragu apalagi merasa takut saat mendekati pria itu karena ia tahu pria itu bukan hantu. Saat ia semakin dekat, Selena bisa melihat pria itu berkulit hitam. Rambutnya ikal dengan bentuk potongan spike. Membuat tekstur ikalnya tidak terlalu kentara jika dilihat dari kejauhan.

Gadis itu berdeham lirih, dan cukup kuat untuk bisa didengar pria itu. Namun pria itu tidak menggubris sama sekali. Diam dan tetap menunduk dalam duduknya. Sontak Selena mengernyit seraya berjongkok merasa penasaran dihadapan pria itu. Dengan segala keberaniannya, ia menyentuh salah satu dengkul pria itu yang tertekuk. Membuat pria itu tersadar, lantas mendongak.


"Jaden!?" Gumam Selena tak percaya. Gadis itu merasa pangling melihat Jaden. Rambut gimbal ala Bob Marley-nya sudah menghilang. Jaden berganti menjadi sosok yang baru. Ia terlihat lebih ringan dengan rambut barunya.


Pria itu hanya bisa membisikkan kata 'hai' yang tak bisa Selena dengar. Wajahnya terlihat pucat, matanya sayu dan lagi lagi terlihat memerah. Ketika Selena mencium bau alkohol yang menyengat, ia sedikit meringis ngeri. Baru satu jam pesta ini dimulai dan Jaden sudah mabuk? Oh, pria ini.


"Kau baik baik saja?" Tanya Selena bodoh. Oh astaga, wajah lemas Jaden bahkan sudah memastikan bagaimana kondisinya saat ini.


Jaden mengangguk terpatah. Tiba-tiba tangannya bergerak perlahan hingga menyentuh salah satu pipi gempal milik Selena. Gadis itu menegang merasakan sentuhan lembut Jaden yang begitu intens.


"Kau menangis?"


Selena menggeleng samar, lantas mengernyit. Ada apa dengan pria ini? Bola mata Jaden menatap dirinya begitu khawatir. Nada suaranya yang parau masih menyiratkan rasa panik yang samar. Dan tangan pria itu masih meraup pipinya dengan lembut. Selena terenyuh, dan tak bisa memungkiri bahwa kali ini Jaden terdengar begitu tulus. Tak ada kekehan kecil, tak ada cengiran bodoh, tak ada kata kata menyebalkan yang biasanya ditunjukkan Jaden jika sedang berseteru dengannya.


"Dengar." Jaden menghela napas. "Kau cantik dan manis. Rasanya menyakitkan ketika melihatmu menangis hingga sebasah itu. Siapa yang menyakitimu? Tell me. Aku berjanji akan menjagamu dan meninju setiap orang yang menyakitimu. Demi Tuhan! Kau terlihat seperti cupcake. Sangat menggemaskan."


Jaden tersenyum samar setelah mengoceh. Tangannya bergerak menurun sembari meraih bahu gadis itu. Dan Selena benar-benar terpaku. Sesuatu yang ngilu di dalam hatinya seakan tertambal oleh perkataan Jaden yang menghangatkan. Ia tersenyum samar. Lantas menatap Jaden yang tengah mendekat dengan sorot tersanjung.

Jaden semakin mendekat dengan lihai. Bola matanya yang memerah semakin memperlihatkan pesona liarnya yang membuat Selena menegang di tempat dan ikut menatapnya. Tak lama, Jaden menunduk menatap kedua paha Selena yang saling tertutup rapat. Selena bisa merasakan hembusan napas berat Jaden berhembus menggelitik pahanya.

Sejurus kemudian, ia merasakan sesuatu yang lengket dan basah menumpahi dress dan sekitar pahanya. ASTAGA! Jaden muntah! Muntah tepat diatas pangkuannya. Cairan bening berbau alkohol mengotori tubuhnya! Benar benar menjijikkan.



"OH MY GOSH, JADEN!!! FUCK! YOU'RE JERK!!!"








***









Allegra Stewart's View




Pesta Hailey benar-benar jauh dari ekspestasiku sebelumnya! Oh astaga, disana tidak enak! Bau alkohol sudah benar-benar menyengat dan membuatku muak. Jujur saja, aku tidak tahan. Bahkan Harry melarangku untuk memakan makanan yang tersedia sembarangan. Kata Harry, beberapa hidangan itu ada yang terkontaminasi oleh zat yang bisa membuatku mabuk. Oh! Yang benar saja! Pesta ulang tahun Hailey memang kelewat gila!

Kini aku memilih untuk keluar dari ballroom ke arah timur, memasuki area balkon. Sendirian. Saat aku tengah berbincang bersama Harry di meja bar, ia mendapat telepon dari seseorang. Lantas ia meminta izin padaku untuk pergi mengangkatnya, hingga detik ini dia belum kembali. Jadi aku memilih untuk pergi dari keramaian itu untuk bisa menenangkan degup jantungku yang histeris karena rayuan Harry selama kami berbincang disertai dentuman musik di pesta yang benar-benar memekakkan telinga.

Saat Harry melihat ponselnya yang berdering, samar samar aku bisa melihat air mukanya yang berubah drastis. Kira kira, siapa yang meneleponnya? Apa kekasihnya? Oh astaga. Orang-orang di Perkins bahkan tidak tahu menahu soal kekasih Harry saat ini. Atau mungkin musuhnya? Aku benar-benar penasaran! Entahlah, status kami masih begitu abu-abu. Sangat runyam namun membuat nyaman. Harry benar-benar membuatku lupa akan status yang kami jalani. Apa kami teman? Bahkan ia sudah berani mencium kedua bahuku yang telanjang. Aku tidak tahu pasti akan perasaan Harry yang sebenarnya, ia tipe pria yang posesif. Ia menjagaku dengan baik, dia benar-benar melindungiku dari pandangan nakal para bajingan di pesta Hailey. Dengan itu saja, aku sudah senang. Aku tidak akan memaksakan perasaan ini, aku tidak mau hubungan ini rusak dan terasa janggal hanya karena desakkan dari perasaanku. Perasaan cinta. Shit, bahkan hatiku masih merasa awkward jika mengingat cinta terhadapnya.

"Hai."


Ternyata ada seseorang disini, spontan aku menoleh.

Oh, Ya Tuhan. Pria ini. Aku benar-benar jengah dan ingin meninju wajah pria itu yang sisi bajingannya sudah sangat terlihat. Sedaritadi, dia terus menatap tubuhku dari atas ke bawah. Bahkan ia duduk di sampingku saat di bar. Sampai-sampai Harry harus menegurnya karena mata sialannya itu tak berhenti menatapku. Dan sekarang, kami bertemu lagi? For god's sake! Aku harus segera pergi dari sini!

Aku memilih untuk berbalik. Lebih baik aku benar-benar menjauh dari balkon yang sudah tak terasa nyaman lagi karena kehadian pria tak dikenal ini. Tapi, oh sial. Dia menahan lenganku. Dengan cepat kutepis genggaman tangannya. Dan ia malah tersenyum ke arahku. Menjijikkan.


"Santailah, aku hanya ingin berbincang. Jangan terlihat norak, kau tegang sekali."


Sialan.
Dia menantangku?
Aku kembali berbalik dan kini berdiri di sampingnya, menghadap ke luar hotel yang menampilkan pemandangan gelap di malam hari. Kulipat tanganku di depan dada sembari memasang wajah seseram mungkin. Dia belum mengetahui siapa Allegra Stewart? Oh sialan. Dia berani berkata selancang itu. Dia seperti Justin!


"Namaku Liam, kau?"

"Haruskah aku menjawabnya?"

"Tentu. Kita akan berbincang sekarang, right? Rasanya janggal jika kita berbincang tanpa saling mengenal."

"Grace." Kilahku bohong. Oh lihat!? Pria bajingan ini sangat menyebalkan!

"Grace? Okay, Grace. Grace, Kau teman Hailey?"

"Ya."

"Aku juga temannya."

"Dan aku tidak bertanya." Great Allegra! Kulihat Liam terkejut atas jawabanku, dia kalah telak. Kepalanya menoleh kearahku dan sedetik kemudian dia tersenyum miring. Cih!

"Kau tipe gadis yang ketus. Aku menyukainya." Ujarnya enteng sembari tertawa kecil. Kini kedua bola matanya terarah padaku. Kepalanya masih menoleh dan bisa kurasakan tubuhnya mendekat.

"Aku tersanjung. Terima kasih." Balasku sengit. Aku berusaha tak peduli sembari mengeratkan lipatan tanganku di depan dada. Jujur saja, sebenarnya aku mulai takut. Melihat pria bajingan yang tengah tersenyum benar benar mengerikan.

"Kau kedinginan?" Liam semakin mendekat. Aku melangkah mundur berusaha menjauh dan ia mengikuti langkahku hingga semakin mengikis jarak di antara kami. Tubuhnya yang kekar semakin memberikan aksen yang mengerikan. Kilatan jahat bisa kulihat di bola matanya. Oh, aku sedang tidak ingin menggunakan jurus karateku atau serangan brutalku di saat-saat seperti ini. Apa dia cari mati!?

"Jangan mendekat. Aku bisa meninju wajahmu!"

"Oh, really?" Gumam Liam yang kini sudah tepat berada di hadapanku. Aku terhimpit ke dinding. Seringai mulai muncul di bibirnya. Air mukanya menunjukkan bahwa ia menantangku. Kubalas tatapannya tanpa takut. Hingga kurasakan tangannya menyentuh ujung dressku dan sedikit menyingkapnya. What the fuck!?

Spontan aku meninju wajahnya dengan gerakan yang benar-benar reflek hingga tubuh Liam tersungkur ke lantai. "Fuck!" Gumamku sembari menggertakkan gigi. Pria brengsek!

Kudengar Liam meringis, namun itu tak berlangung lama. Ia malah mendongak menatapku sembari memegangi pipinya. Lantas, ia kembali menyeringai jahat. Dia benar benar berani menantangku!


"Bitch."


Brengsek! Pria kurang ajar!


"Shut up!" bentakku keras tak tertahan. Aku mengangkangi tubuh Liam yang masih terkapar, menindihnya, lantas menghajarnya habis-habisan. Kudengar Liam mengerang tertahan menerima seranganku. Ku tinju rahangnya, hidungnya, pipi kiri dan kanannya, lalu dahinya. Semua terkena tinjuanku. Dia keterlaluan. Dia melecehkanku, dan..dia menantangku!

Persetan dengan tubuhku yang pasti terlihat bagaikan jalang mengangkangi bajingan Liam seperti ini. Aku tidak bisa berhenti, melihat wajah Liam yang masih saja menampilkan seringai jahatnya semakin membuatku kalap. Ia tak jera, terus-terusan memancingku dengan seringai jelek itu! Hell! Dia pikir aku takut padanya!? Membalas pukulanku saja dia sudah tidak bisa!

Aku sudah seperti psikopat gila. Sekarang aku membenturkan belakang kepala Liam ke lantai berkali-kali agar seringai sialan itu tidak terus-terusan muncul di wajahnya. Mulutku tak berhenti berteriak mengumpat kata-kata kasar. Aku tidak bisa mengendalikan diriku lagi. Rasanya sisi gelap ini menguasai diriku. Liam salah jika mengambil kesimpulan bahwa aku jalang. Tak pernah ada yang menghinaku dengan kata serendah itu. Aku tidak. Aku bukan jalang!

Persetan dengan seluruh pria brengsek di muka bumi!

Bisa kurasakan seseorang menggenggam salah satu lenganku. Tanganku yang satunya tak berhenti memukuli dada Liam yang kini sudah tak berdaya. Hah! Rasakan! Liam kalah, dan aku puas. Aku sudah tak peduli akan apapun. Aku menang, dan Liam salah menilaiku.

Oh, tangan seseorang itu tak bisa diam! Kini dia meraup kedua lenganku bahkan mengangkat tubuhku. Aku hanya bisa pasrah ketika tubuhku terangkat karena terlalu puas melihat Liam yang terkapar babak belur dan berdarah-darah. Tangan itu kini memeluk tubuhku dengan erat dari belakang. Aku bisa mencium aroma aftershave yang begitu kuat. Bukan, ini bukan Harry. Kukira Harry yang kini melindungiku. Lantas? Siapa ini?

Kulihat suasana balkon kini menjadi ramai. Oh sial. Aku jadi tontonan gratis dan membuat onar di pesta temanku sendiri. Aku melihat Hailey, Barbara, Kendall, dan Kylie berdiri paling depan diantara barisan penonton dan berjajar di seberangku sembari menatapku dengan sorot tidak percaya. Seketika perutku menciut, tubuhku lemas merasa menyesal akan apa yang baru saja kuperbuat. Ini kesalahan, aku tahu.


"Kau hampir membunuhnya, Allegra." Suara serak si pria yang memeluku bisa kudengar. Dan aku tahu siapa pemilik suara ini. Ya Tuhan, aku tidak mau. Mengapa harus dia?


"Lepaskan aku, Justin."



Continue Reading

You'll Also Like

189K 9.2K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
102K 10.9K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
297K 22.9K 104
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
124K 9.8K 87
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...