It's all because of you

Por qarkan

157K 8.5K 217

Más

A
K
U
E
N
Y
U
K
A
I
M
U
T
A
N
P
A
B
A
T
A
S

M

8.7K 506 18
Por qarkan


Keiza pov

   Mataku terbuka ketika merasakan ada sesuatu yang lembut menyentuh pipiku, aku terkejut melihatnya yang tengah mencium pipiku dan dia tak kunjung melepaskannya.

   "Pagi," sapanya setelah menjauhkan bibirnya dari pipiku dapat kurasakan jantungku ini masih melaju dengan kencangnya dan semakin kencang saja saat bibirnya menyentuh bibirku.

   "Pa-agi."

   Kutekan dadaku supaya jantung ini nggak semakin berulah karena tingkahnya.

   Dia melepaskan ciuman itu lalu mendorongku sehingga membuatku bersandar pada dinding, aku meringis kesakitan karena ulahnya.

   "Jangan membuatku semakin gila saja Keiza."

   Apa maksud dari perkataannya.

  "Kumohon," ucapnya lirih lalu menjauhkan dirinya dari diriku dan tersenyum hangat setelah itu dia berdiri.

  "Mandilah pakaianmu akan kusiapkan."

   Aku hanya mengangguk lalu segera pergi ke kamar mandi dan membiarkan air mengguyur tubuhku.

   Apa maksud perkataannya tadi? ucapannya semalam saja aku tak mengerti, apa maksudnya aku menginginkannya? apa dia tau kalau selama ini aku memperhatikannya kalau dia tau itu sudah dapat menjelaskan semua perkataannya tapi bagaimana dengan sikapnya?

   Ya Tuhan begitu inginnya kah Engkau memberiku secercah harapan walaupun harapan itu akan pupus juga? kalau begitu bolehkah aku merasakan harapan itu walaupun hanya sebentar setidaknya aku tau Engkau peduli terhadap hidupku.

   Setelah selesai mandi segera kulilitkan handuk pada tubuhku dan sudah ada pakaian  diatas ranjang.

   Apa kemejaku masih basah sampai dia masih meminjamkan bajunya untukku, kucium bau baju itu dan ini masih baru dan jelas masih ada logo. Apa dia membelikannya tapi buat apa?

   Kupakai saja baju itu lalu turun ke lantai bawah dan langsung menuju ke ruang makan karena tadi ada note kecil yang menyuruhku langsung saja ke ruang makan.

   Kulihat dia sudah duduk dan langsung tersenyum ketika melihat kedatanganku.

   "Maaf telah merepotkanmu aku akan pulang," ucapku tanpa sadar yang sudah mulai menggunakan kata aku-kamu padanya dan dia lagi-lagi tersenyum.

   Apa dia tak bosan tersenyum padaku atau itu hanya salah satu bentuk sapaannya.

   "Makanlah dulu aku akan mengantarkanmu nanti" ucapnya lalu mulai menuangkan lauk ke piring.

   "Nggak perlu aku bisa pulang sendiri," ucapku tak enak karena sejak kemarin aku merepotkannya.

   "Keiza."

   Aku hanya menghela napas saat ia melihatku. Aku tidak bisa menolak keinginannya.

   "Jadi kamu tinggal disini?"

   Dia duduk di sofaku, dia benar-benar mengantarkanku pulang, aku pergi ke dapur untuk membuatkan secangkir teh untuknya.

   "Lu nggak kuliah?"

   Dia merengut sebal dan tak kunjung menjawab pertanyaanku.

   "Nanti gue akan kembalikan baju lu setelah gue cuci."

   Aku bingung karena dia mendadak diam padahal sebelumnya ia selalu merespon ucapanku.

   "Kalau enda salah nama kamu Reka kan?"

   Dia tersenyum dengan manisnya, jadi dia mau aku menggunakan kata ini.

   "Kamu mengingatku?" tanyanya dengan mata berbinar-binar. Aku tersenyum tentu saja aku mengingatnya bahkan hampir 90 persen aku memikirkannya.

   Dia berjalan mendekat kearahku dan duduk diatas pahaku, aku hanya diam untuk menetralkan detak jantungku yang semakin sulit saja kukontrol jika dia terlalu dekat denganku.

   Matanya jatuh melihat bibirku lalu mengusap bibirku dengan lembut, apa yang mau dilakukannya???

   "Tadi kamu tersenyum itu pertama kali aku melihatnya, aku benar-benar mendapatkan jackpot," ucapnya senang tanpa melepaskan perhatiannya pada bibirku. Ada apa dengan bibirku sampai dia memperhatikannya terus.

   "Dan kamu tau aku takkan membiarkan orang lain mendapatkan jackpot itu," ucapnya lagi. Sebenarnya aku ingin bertanya tapi entah kenapa bibirku terasa kelu.

   "Padahal aku sudah bilang berhentilah membuatku gila."

   Ia memelukku dan dapat kurasakan hembusan napasnya menerpa kulit leherku dan ini sangat membuatku geli.

   "Kamu nggak kuliah hari ini?" tanyaku yang ingin membuatnya menjauh dariku sungguh jika dia melakukan hal yang tak dapat kuprediksi itu akan membuatku sedikit takut.

   "Kamu mau aku pergi?" tanyanya dengan suara lirih pas tepat ditelingaku, jarinya mulai menjelajahi leherku.

   "Aku cuma bertanya."

    Kutekan suaraku supaya dia tak sadar jika bibirku bergetar.

   "Aku malas."

   "Jangan begitu."

   "Aku senang kamu perhatian padaku."

   "Kei?"

   Aku menoleh padanya yang sedang menatapku senduh.

   "Apa kamu sudah menjadi milik orang?"

   "Aku bukan milik siapa-siapa."

   Dia tersenyum ketika mendengar jawabanku.

   "Kalau begitu aku ingin membuatmu menjadi milikku Kei," ucapnya lalu menggigit leherku sehingga membuatku meringis kesakitan.

    "Apa yang kamu lakukan?"

    Dia tak menjawab dan semakin menggigit leherku lalu dapat kurasakan lidahnya mulai bermain dileherku. Apa yang dilakukannya? Kenapa dia menjadi seperti ini?

   Dia meregangkan pelukannya lalu mendorongku sehingga membuatku terbaring disofa lalu dia tersenyum kearahku dan ingin mengecupku tapi untung saja aku dapat menahannya.

   "Jangan lakukan lebih dari ini."

   "Kamu benar, maaf aku lepas kontrol tadi."

    Ia menyingkir dari atas tubuhku dan dia langsung menyandarkan punggungnya ke sofa seraya memijit keningnya. Aku pun kembali duduk dan memperhatikannya yang hanya diam saja.

   "Aku menyukaimu Kei," ucapnya memecah keheningan yang terjadi, aku menoleh padanya dan rasa sesak itu muncul. Kenapa kamu mengucapkan hal yang paling kutakuti, aku takut akan hal ini.

   "Aku menyukaimu lebih dari teman dan jangan menganggapku seperti saudara karena sungguh aku menyukaimu."

    "Aku menyukaimu za lebih dari teman dan kumohon jangan menganggapku sebagai kakak dihidupmu.'

   Menapa mereka mengucapkan hal yang hampir sama.Tak taukah dia kalau hal ini sangat menyakitkanku.

   "Jangan diam saja Kei."

   "Kenapa?"

   "Aku juga tak tau rasa ini sudah muncul sejak 6 bulan terakhir."

   Selama itu kah dia mengetahui kehadiranku? Tuhan apa maksudnya ini? Apa ini salah satu takdir yang sudah terikat?

   "Pulanglah."

   Kenapa malah itu yang keluar dari mulutku?

   "Aku tidak bisa, aku ingin tau jawaban darimu tentang perasaanku."

   "Pulanglah."

   "Kei aku tau ini perasaan yang salah tapi kamu tak boleh memperlakukanku seperti ini."

   "Aku tak marah atau apapun itu, saat aku bilang pulang bukan berarti aku mengusirmu atau menganggap seperti apa yang kamu pikirkan sekarang."

   "Aku tak pernah mempermasalahkan perasaan seseorang untukku, aku hanya ingin kamu mencoba berpikir lagi atas apa yang kamu ucapkan," lanjutku.

   "Apa kamu menolakku secara halus?"

   Aku tertawa kecil mendengar perkataannya.

   "Aku tak menolakmu dan lagian tadi itu pernyataan bukan pertanyaan makanya aku tak bisa menjawab dan lagian kamu sudah..." dia langsung memotong ucapanku.

    "Aku egois bukan disaat aku sudah mempunyai tunangan aku malah menyukaimu bahkan ingin memilikimu."

   "Tapi Kei izinkan aku untuk mempunyai perasaan ini, perasaan yang selalu membuatku bahagia walaupun rasanya sangat sakit."

   "Dan kumohon terimalah jika aku memberikan perhatian kecil untukmu," ucapnya seraya berdiri berjalan ke sofa satunya mengambil tas putihnya lalu kembali berjalan kearahku.

   "Maaf atas keegoisanku Keiza."

   Ia mencium pipiku sekilas lalu tersenyum lembut dan pergi meninggalkanku.

   Rasa sakit ini sangat menyiksaku, sangat harus seberapa tersiksa lagi sampai ini semua berhenti.

   Aku menyukainya Tuhan tapi kenapa saat dia bilang menyukaiku aku tak bisa senang malah sebaliknya rasa ketakutan yang muncul seolah Engkau memperingatiku jangan sampai aku mengulangi kesalahan yang sama.

Reka pov

   Kulihat diriku yang terpantul di cermin, menghela napas lelah. Betapa bodohnya diriku sampai memintanya menjadi milikku.

  Apakah perasaanku hanya sesaat untuknya jika itu memang benar maka cepat hilangkan dan hanya menganggapnya sebagai angin lalu.

  Tapi aku tak bisa, aku menyukainya, sungguh aku tak pernah bisa menghilangkan rasa ini, apa yang harus kulakukan Tuhan?

   Apakah aku harus membunuh perasaan ini dan menguburnya dalam-dalam? Menganggap rasa ini tak pernah ada? Tapi aku menginginkannya ada di disampingku,mendekapnya dalam pelukanku,melindunginya saat dia rapuh.

   Aku memang egois Tuhan tapi percayalah aku sangat mencintai ciptaanmu itu dan tak berniat menyakiti hatinya.

   Drrt.drrt. aku melangkah ke meja kecil dan melihat siapa yang menelpon.

   "Halo."

   "Sayang kangen," ucapnya manja, dulu aku sangat menyukai suaranya tapi sekarang.

   "Iya aku juga kangen, kamu masih sibuk?"

   "Iya sibuk banget nih sampai kaki ini pegal rasanya."

   "Kok kaki yang pegal?"

   "Iya pegal karena aku sedang berdiri didepan pintu rumah sang cahaya bagiku."

   "Maksud kamu?" tanyaku yang masih tak mengerti.

   "Hahahaha kamu itu di kodein nggak ngerti, aku berdiri didepan pintu rumahmu sayang."

   Segera aku berlari ke arah jendela dan melihatnya yang benar-benar ada disitu sedang melambaikan tangannya seraya tersenyum kearahku.

   "Jadi jalan?"

   "Hmmm." kuputuskan telpon.

   Apa yang harus kulakukan terhadapnya Tuhan? Aku pasti akan melukainya tak peduli dia menunjukkan senyum bahagia pasti pada akhirnya dia akan tersenyum palsu untukku.

   "Kita mau kemana?" tanyaku seraya memasang seatbelt.

   "Ke tempat yang menyenangkan," jawabnya senang lalu mengenderai mobil ini.

   "Apa ada hal yang menarik hari ini?"

   "Ada."

   Ada saat aku melihat senyumnya untuk pertama kali.

   "Apa itu?"

   "Rahasia."

   "Ih bilangnya nggak boleh ada rahasia-rahasian."

   Bagaimana mungkin aku akan bilang bahwa aku baru saja menyatakan perasaanku pada gadis itu dan itu pasti akan menyakiti perasaanmu.

   "Idih ngambek nih."

   Dia hanya tertawa.

   "Kuliahmu lancar aja?"

   "Iya kan aku anak yang rajin."

   "Rajin ke salon," lanjutku dan lagi-lagi dia tertawa.

   "Sampai," ucapnya. Aku mengedarkan pandanganku dan ini taman bermain.

   "Ngapain kita disini?"

   "Bersenang-senang lah sayang."

   "Tapi buat apa?"

   "Karena akhir-akhir ini wajahmu terlihat murung dan itu pasti salahku yang tak punya waktu untuk kamu."

   "Aku terlihat murung? tidak kok dan kamu sangat pede."

   Dia mencubit kedua pipiku dengan gemas.

   "Awwwww sakit Fer."

   Dia melepaskan cubitannya dan langsung kuusap pipiku yang terasa sakit karena ulahnya.

   "Sudah ah," ucapnya lalu keluar dari mobil dan aku pun hanya mengikutinya.

   Dia terlihat seperti anak kecil saja dengan memainkan semua permainan yang ada di arena ini.

   "Kita naik itu ya," tunjuknya pada roller coster. Aku langsung menggeleng.

   "Nggak seru deh masa cuma aku aja yang bersenang-senang padahal kan niatku mau buat kamu senang."

   kuberikan dia senyumku.

   "Kamu nya aja yang terlalu bersemangat, kamu naik aja dan aku akan tunggu disana," ucapku seraya menunjuk kursi panjang yang tak jauh dari sini.

   "Tapi sayang.."

   "Aku tau kamu pasti mau naik itu, naiklah kalau perlu sampai 7 kali ya."

   "Tapi...."

   Kutaruh jari telunjukku didepan bibirnya menyuruhnya untuk tak membantah lagi.

   "Ini kesempatan terakhirmu."

   Sejenak dia berpikir lalu mengangguk.

   "Kamu teriak aja kalau ada yang ganggu kamu."

   Aku hanya mengangguk, dia tersenyum.

   "Oke aku akan naik."

   Kembali aku mengangguk dan dia pun menuju ke permainan itu sedangkan aku ke kursi panjang yang kosong.

   Kuedarkan pandanganku dan suasana ini tak seramai saat hari libur. Punggung ku bersandar pada punggung bangku dan melihat ke arah awan yang terus berjalan.

   Kupejamkan mataku sejenak lalu membukanya dan kuberanikan diri untuk menelponnya, nomor yang kudapatkan tadi pagi saat aku memeriksa di handphonenya.

   "Halo?"

   Dia mengangkat telponku.

   "Hai Kei."

   "Reka? kamu tau darimana nomorku ah nggak maksudku ada apa menelponku?"

   "Tidak ada hanya ingin menelpon."

   "Hah, kamu aneh banget."

   Apa salah jika aku mau mendengar suaramu.

   "Kei ngomong sesuatu dong."

   "Ngomong apa?"

   "Sembarang yang penting hilangkan rasa bosanku," ucapku berbohong.

   "Kamu kan tau sendiri aku tak punya daftar cerita lucu."

   Tak tau kah apa yang diucapkannya sudah dapat membuatku tersenyum.

   "Tapi aku lagi bosan."

   kenapa aku berbohong lagi hanya untuk mendengar suaranya lebih lama?

   "Kalau gitu bayangkan saja kalau aku ada didekatmu dan saat itu aku memasang wajah aneh walaupun aku sendiri tak dapat membayangkannya."

   Pkirannya sangat lucu.

   "Nggak bisa."

   "Kamu jangan buat aku bingung dan berhentilah menggunakan pulsamu hanya untuk menelpon hal yang tak penting."

   Dia lebih mengkhawatirkan pulsaku daripada aku, aku tak percaya dengan apa yang diucapkannya.

   "Jadi kamu tak suka aku telpon?"

   "Loh kok kamu jadi kesal?"

   "Jadi seharusnya aku seperti apa?"

   "Ketawa kan tadi aku sudah buat lelucon."

   Hah itu leluconnya kukira dia beneran.

   "Ih kukira kamu serius".

   "Jadi tadi gagal?"

   "Iya gagal banget tapi aku sayang."

   Eh aku keceplosan, ahhhhh malunya.

   "Sayang? Maksudnya?"

   "Pikir saja sendiri," ucapku lalu menutup telpon.

   Bodoh kenapa aku sampai keceplosan dan juga kenapa jantung ini masih berdetak tak karuan.

   Kulihat Fery menghampiriku dengan tangannya yang memegang es krim.

   Tuhan maafkan aku yang akan berbohong untuk kedua kalinya.

   Sungguh aku minta maaf jika aku aku akan menyakiti perasaannya yang tulus untukku.

   "Sorry buat kamu nunggu lama ini aku bawakan es krim," ucapnya seraya mengulurkan es krim itu untukku.

Seguir leyendo

También te gustarán

16.9M 748K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
Love Hate Por C I C I

Novela Juvenil

2.9M 207K 37
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
195K 15.4K 30
Sequel dari My Little Monster Kelanjutan cerita dari Andien - Ilsya Perjalanan cinta yang tak mudah. Seolah takdir belum lelah menguji mereka. ...
121K 11.8K 65
(GxG) kamu tidak akan tahu, bagaimana kehidupanmu ke depan. siapa yang akan kamu temui & kamu tinggalkan. siapa yang akan kamu cintai dan kamu benci...