One Night Stand

By missmarshmallow1

242K 3.2K 69

Cewek barat yang tak ingin hubungan berkomitmen? Banyak! Cewek barat yang melakukan hubungan semalam doang? B... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 16

Part 15

8.4K 174 2
By missmarshmallow1

Lusi semakin mendekat. Berawal dari langkah panjang penuh semangat, sekarang ia merasakan seluruh tubuhnya bergetar. Berbagai rasa berkecamuk di sana. Bisakah ia sesuai plan awal?

Big plan:

1. Datang

2. Singkirkan para selir

3. Mengaku

4. Selesai

5. Tunggu keputusan

Detailnya bagaimana? Pikirkan di jalan!

Sekarang sudah tinggal beberapa langkah ke pagar rumah, dan detail yang harusnya ia pikir di jalan tak ada terpikirkan sama sekali. Oh, Tuhan tau Lusi berusaha berpikir.

Datang?

Yep, enteng. Tinggal berjalan berbalik ke arah yang tadi. Lusi sedang melakukannya.

Tapi,

Bagaimana menyingkirkan para selir?

"Yang ada kamu malah yang di singkirkan." Dewi batin Lusi tersenyum sinis. Memihak siapa sih dia? Bisakah kau melenyapkan dewi batin mu? Kalau bisa Lusi ingin tahu bagaimana.

Mengaku? Bagaimana Lusi harus mengaku?

"Kau pecundang." Ya Tuhan jika tak ada yang tahu bagaimana caranya sebelum ini, maka Lusi akan mengajukan proposal penelitian dengan topic "Mengusir dewi batin" pada pak Jokowi. Dia bisa mendapatkan nobel dari itu. Lusi yakin. Bagaimanapun, jika semua dewi batin se-menyebalkan dewi batinnya, maka dunia akan terancam punah. Atau alih-alih nobel, Lusi bisa terkenal sebagai super Hero.

Tak hanya bergetar, Lusi mulai merasa berkeringat dan. . . GUGUP?

"Ya Tuhan aku tidak seharusnya berpikiran datang ke sini." Gumamnya pada diri sendiri. Dewi batinnya tersenyum dengan pesan senyuman –ku bilang juga apa, kamu mah loser!-

"How dare y. . . ."

"Lusi?" Suara yang Lusi kenal dan bayangkan siang dan malam menghentikan omelan yang ia tuju pada dewi batinnya. Si jalang penghasut dengan wajah replica dirinya itu kembali tenggelam di balik sofa bulu. Mengintip sedikit.

Lusi menoleh ke belakang. Sam dengan sekaleng beer.

Lusi mengamati dari kepala sampai ke kaki.

Rambut acak-acakan, kancing kemeja terbuka di bagian atas, celana jeans tidak di kancing hanya bertahan di resleting, memakai sandal rumahan. Tidak salah lagi. Hati Lusi bagai terhimpit alat berat. Namun ia buru-buru menghilangkan perasaan itu.

"Aku bisa lebih hebat dari empat gundik mu."

"Lus? Kau mengatakan itu? Serius?" Dewi batinnya muncul berkacak-pinggang dari balik sofa. Lusi tak mau menatap mata nya. Ia sendiri bingung bagaimana bisa ia mengatakannya.

Mengigit bibir, ia mengamati ekspresi Sam. "Dan juga si penjaga warung berlipstik tebal." Tambah Lusi setelah bingung sesaat dan memutuskan bahwa ia terlanjur basah. Ia ingat lagu dangdut, kalau terlanjur basah, ya sudah mandi saja sekalian. Sekarang Lusi sudah mandi.

Mata pria itu melebar sesaat. Lusi sedikit khawatir takut melompat keluar. Well, seperti di film-film psychopath.

Satu menit. . . Sam diam tak berkedip. Sebegitu shock kah?

Satu setengah menit. . . Masih diam. Lusi mulai khawatir apakah ia mengambil keputusan yang salah?

Dua menit. . . Sam memiringkan kepalanya mengamati Lusi. Lusi bingung, haruskah dia memanggil paramedic? Semacam psikiater maybe. Sam terlihat tidak normal.

Tiga menit. . . Senyum terindah Sam mengembang.

"Aku akan menjadi Mr. Odong-odong." Gumamnya. Lusi benar-benar hampir menekan 911. Tunggu, di Indonesia ada 911? Ah, forget it! Lusi bergetar karena bahagia. Mr. Odong-odong. Yang Sam anggap ia lebih pilih di banding Sam si roller coaster. Lusi menyukai roller coaster.

Apa itu artinya. . . .?

Oh, ini terlalu indah untuk menjadi nyata. Si dewi batin ikut tersenyum. Apa-apaan dia?

"Aku suka roller coaster." Lusi berkata. Wajahnya memerah, Sam langsung keras seketika.

"Aku juga tidak punya gundik. Atau penjaga warung." Sam tersenyum. "Aku benar-benar berusaha untuk mengalihkan semua tentang dirimu dengan mereka, tapi itu hanya menyiksaku lebih." Sam mengaku. "Aku baru saja akan ke rumah kepala desa."

Lusi benar-benar tidak menyesal bertemu malaikat pencabut nyawa sekarang.

"Kau ingin apel ke rumah kepala desa?" Goda Lusi. "Puyu akan sangat senang." Ledek Lusi. Puyu adalah anak cowok dari pak kepala desa Baruyan. Lusi tinggal di rumah kepala desa selama dia di Baruyan dengan tugas nya. Tak ada hotel atau penginapan di sana. Satu-satunya rumah yang terbilang besar untuk menampung Lusi adalah rumah kepala desa. Well, sekarang mungkin rumah Sam juga bisa di hitung.

"Aku juga akan sangat tersanjung jika Puyu excited menungguku." Sam mengikuti permainan. "Hanya saja mungkin aku memiliki destinasi yang lebih seksi." Lanjutnya. Lusi menahan semampunya untuk tidak memerah.Tapi gagal.

"Kau penjahat kelamin." Lusi hampir kehilangan suara nya.

"Dan kau tidak?" Mata Sam menyipit nakal.

Sam mendekat. Begitu pula Lusi. Malam gelap yang tenang dengan semilir angin namun tanpa bintang menjadi saksi bisu. Dua manusia yang saling jatuh untuk satu sama lain. Dua manusia yang mengakui hati mereka sekarang.

"Aku menyangkalnya dengan makian tadi," kata Sam. "Tapi sekarang aku akan mengakuinya dengan harga diri seorang pria, aku mencintaimu Lus."

"Kau menangis?" Sam benar-benar tidak menyangka itu balasan Lusi. Apakah ia terlalu jauh? Apakah Lusi masih dengan pemikiran awal? "Maksudku aku. . ."

"Aku juga mencintaimu." Potong Lusi.

Ia memang percaya diri akan kembali dengan Sam tadi, tapi mendapatkan kata C? Tidak. Ini lebih dari yang bisa ia bayangkan di sepanjang hidupnya. Sam mencintainya. Iya, mencintainya. Lusia Anita 34C yang mengaku bokongnya sebelas-duabelas Nicky Minaj di cintai oleh Sam.

Sam menghapus air mata Lusi dengan ujung jari nya. Memajukan wajahnya lebih dekat. Lusi juga dengan bawaan lahir mengikuti langkah Sam. Perlahan dengan penuh kerinduan mereka menumpahkan banyak kata yang tidak terucap, melalui ciuman itu. Ciuman yang berawal dengan penyatuan bibir. Perlahan membuka, menyecap rasa satu sama lain. Rasa yang sudah terpatri dalam ingatan masing-masing. Rasa yang selama ini menyiksa keduanya dalam khayalan.

Lidah mereka berpagutan dengan sangat intens. Tak ingin saling melepaskan. Perasaan takut itu hanya mimpi membuat keduanya semakin erat seperti di satukan oleh lem China. Lekuk Lusi melekat erat di badan maskulin Sam. Meraba dan memeriksa, hati Sam mencelos mendapati seberapa banyak lekuk yang menghilang dari sana. Ia menebak Lusi sulit makan seperti dirinya. Iya, kan? Ya Tuhan bagaimana mereka bisa begitu bodoh.

Seperti miliknya, jemari Lusi mengeksplorasi Liar setiap titik yang ia rindukan siang dan malam. Merasakan hatinya melompat-lompat mendapati hangatnya otot-otot perut Sam. Mendapati bagaimana punggung tempatnya menggantungkan diri begitu hangat sekarang. Seakan meneriakan "Touch me" pada tangannya. Lusi kenal seruan itu.

Keduanya berjalan terseok entah bagaimana dengan tubuh menempel ke dalam rumah. Sam menutup pintu dengan dorongan belakang kaki nya. Tangannya semakin liar di tubuh Lusi, menjelajahi bukit kembar pujaannya. Merasakan ketegangan pucaknya yang maksimal. "Oh Tuhan, aku sudah lama tidak minum susu. " desah Sam di sela bibir Lusi.

Keduanya melompat. Apa itu?

Ah alarm.

Bodoh. Runtuk Sam.

"Pray time." Lusi membaca di layar. Matanya mengirimkan pertanyaan. Wajah Sam benar-beanr seksi sekarang. Bibir bengkak hasil pekerjaannya, rambut yang benar-benar berantakan karena jarinya, celana yang melorot, baju yang sudah kehilangan beberapa kancing. . .

Sam memerah. Dia malu?

"Ini waktunya aku melakukan saat teduh." Gumam Sam tidak jelas.

"Saat teduh?" Lusi terbelalak. "Sejak kapan kau melakukan saat teduh?" Ia benar-benar tak percaya apa yang sudah Sam katakan. Setaunya Sam Kristen KTP.

"Aku mengikuti persekutuan setelah kau meninggalkanku." Sam tidak percaya dia mengatakan itu.

"Kau?"

"Iya. Sebenarnya bukan karena ingin mendoakanmu kembali atau semacamnya." Sam benar-benar malu mengakui bahwa itu juga termasuk. "Itu untuk menenangkan pemikiran. Therapist ku menyarankan Yoga, atau persekutuan iman."

"Dan kau memilih persekutuan iman." Lusi menyimpulkan. Dia tertawa menggila.

"Aku tidak berpikir bisa melipat badan ku."

Lusi tertawa sampai memegang perutnya. Itu benar-benar di luar bayangan Lusi.

"Lus. . ." Sam memegang tangan Lusi. Suara tenang dan ekspresi serius Sam menghentikan tawanya.

"Iya?" Lusi mulai penasaran dan sedikit takut. Apakah bijaksana menertawakan iman orang?

Ia merasa menunggu kata selanjutnya seperti menunggu akhir dunia.

"Maukah kau. . ." Sam terhenti sejenak di kata kedua. Dan jelas, ada lanjutan nya.

Tunggu, apa lanjutan nya?

Maukah kau - makan denganku? Perlukah Sam menanyakan itu?

Maukah kau - mencium dan berhubungan seks denganku lagi? Ah, Lusi akan memukul kepala Sam dengan sepatu jika ia menanyakan itu. Tentu saja Sam tahu dengan jelas kadar 'mau' Lusi sangat besar.

Lalu apa?

Oh my God. .

Oh my God. . . Oh God. . .Sam akan melamarnya? Di sini di sofa? Sekarang? Ya Tuhan ia sangat senang bisa bersama Sam lagi, tapi menikah? Oh My God Lusi belum berpikir sampai sejauh itu. Ya Tuhan bagaimana. Apa yang harus Lusi jawab? Dia tidak mungkin menolak dan merusak semuanya. Tapi menerima? Bagaimana ini? Bagaimana bisa dia mengatakan "Yes I do" sementara dia tidak yakin? Partner sex boleh banyak, but suami? Lusi hanya ingin satu. Ia berencana mengatakan "Umm, , , Sam. . Untuk menikah, mungkin aku butuh beberapa wak. . ."

"Maukah kau memulai dari awal?"

Ah memulai dari awal.

"Bodoh." Runtuk dewi batin Lusi. Lusi mendelik balik sekaligus mengusap dada. Mungkin dewi batinnya tidak perlu di singkirkan, hanya di ajari sopan santun. "Dan kau Lus, kau perlu di ajari untuk lebih pintar atau paling tidak pintar menyembunyikan kebodohanmu." Dewi batin sialan.

Sadar sekarang Sam sedang menunggu jawabannya dengan harap-harap cemas, Lusi mengalihkan perhatiannya dari dewi batinnya. Sam lebih penting daripada si jalang bermulut tajam.

"Memulai dari awal seperti. . ." Lusi sengaja menggantungkan kalimatnya. Tugas Sam untuk menambahkan. Dia tidak terlalu pintar dalam menganalisa sesuatu. Dan memulai dari awal seperti. . . Apakah Sam ingin. . .?

"Ini." Sam merapikan pakaian. Sangat rapi. Apa yang akan dia lakukan? Oh, bukan melamar kan kali ini? Lusi sedikit bergidik membayangkan berapa IQ nya sebenarnya? Dia memikirkan lamaran lagi.

Sam merogoh kantong belakang. -Kondom?- pikiran Lusi menguak keluar dengan liar. Ah, dompet. Ada apa dengan dompet?

Sam mengeluarkan benda persegi berwarna silver. Kartu nama.

"Samuel Flynn. Kau bisa memanggilku Sam." really? Mata Lusi meneriakan kata itu kencang. Sam tersenyum. "Apa kau tidak memperkenalkan dirimu? Kita belum berkenalan dengan pantas. Kita akan memulai dengan perkenalan diri maing-masing." lanjutnya. Benar sekali, pikir Lusi. Sekalipun faktanya mereka saling mengenal setiap inci tubuh masing-masing dengan sangat baik.

"Lusia Anita. Di panggil Lusi. Pengacara sek. ."

"Aku tahu kamu seksi." Sam berkedip.

Mereka berjabat tangan seperti perkenalan pertama pada umumnya. Saling bertukar senyum dan awkward setelah itu.

"Lus. Kalian bertingkah seperti perawan baru bertemu perjaka." dewi batin Lusi berteriak gemas.

"OK." Lusi tidak memperdulikan dewi batinnya sama sekali. Bertingkah seolah replikanya itu tidak ada.

"Ok." gumam Sam.

Hening.

"Well, , ," Lusi ingin memulai, tapi otaknya seperti lembaran putih yang kosong. Ia tidak tahu harus berkata apa.

"Well, aku rasa aku bisa mengantarmu pulang, sekarang." Sam menggedikan bahu ke arah pintu.

Pulang? Apa Lusi tidak salah dengar?

"Ke rumah kepala desa?" tanya Lusi meyakinkan.

Sam mengangguk. "Aku rasa tidak mungkin ke Jakarta, kan?" Sam tertawa kagok.

Lusi tertawa juga. Aneh. "Ha ha. Benar juga. Bagaimana kita ke Jakarta malam begini?"

"Aku ingin mengikuti tahap yang seharusnya untuk bersamamu Lus." Sam bisa membaca pikiran Lusi. "Percayalah, aku juga ingin menguncimu di sini."

Seseorang harus mencubit Lusi saat ini. . .

"Aku ingin kita memulai dengan normal." Lusi mengangguk. Dia ingin memulai dengan normal.

"Baiklah." Jawab Lusi.

Sam menyampirkan jaketnya di bahu Lusi dan menuntun wanita itu keluar.


Gimana? he he:P gaje yak mentemen?-_-


kritik dan saran di terima. . typo? sowry. . tar di edit lagi kalo udah selesai.

vote atau coment yak kalo suka^^

kalo nggak suka juga boleh aja coment nggak sukanya di mana.

alay? ha ha! bagian dari diri author memang alay *ke ke ke ke*

Love, hug and kisses <3 oxox



Continue Reading

You'll Also Like

554K 78.9K 35
Mili sangat membenci kondisi ini. Dikejar-kejar oleh Mamanya sendiri yang mau menjodohkannya. Bahkan, titah untuk menikah sebelum usia 24 tahun terus...
2.3M 12.7K 26
Menceritakan kehidupan seorang lelaki yg bernama Nathan. dia dikenal sebagai anak baik yg tidak pernah neko neko dan sangat sayang pada keluarganya...
923K 70.8K 55
Irish ragu dengan apa yang ia lihat kali ini. Ia tidak minus. Seratus persen ia yakin pandangannya tidak bermasalah. Dia juga tidak punya kemampuan u...
394K 48.1K 57
TAMAT & PART LENGKAP May contain some mature convos and scenes Jatuh hati sendiri: check! Patah hati sendiri: double check! Status hubungan dengan A...