PACAR SEWAAN

By TaraTaro

8.8K 400 16

Bagi Libra, Angkasa adalah salah satu bukti eksistensi manusia paling menyebalkan di dunia. Kakak kelas palin... More

Chapter 1 - Awal Masalah
Chapter 2 - Saingan Terberat
Chapter 3 - Ide Gila
Chapter 4 - Kesepakatan Absurd
Chapter 5 - Pacar H-2
Chapter 6 - Pacar H-1
Chapter 7 - Peralihan Rasa
Chapter 8 - Pesta Prom
Chapter 9 - Berakhirnya Perjanjian
Chapter 10 - Enam Bulan Kemudian
Chapter 12 - Memeluk Angkasa

Chapter 11 - Setelah Enam Tahun

602 32 1
By TaraTaro

happy reading aja yaaaa...

***

Aku melangkahkan kakiku cepat, bahkan suara pantulan dari high heels yang kugunakan begitu menggema di setiap lantai yang kupijak. Aku benar-benar sudah telat karena jumlah pasien yang membludak di weekend  ini.

Mataku langsung menemukan orang-orang yang kukenali. Segera saja kutambah kecepatan berjalanku untuk bergabung bersama mereka.

"Wei, Bu dokter, lama banget. Sampe acara dansa udah mau dimulai."

Aku hanya membalas Kamila yang hari ini tampak begitu cantik dan bersinar itu dengan cengiran lebarku. Dia datang bersama Vero, kekasih yang kini berprofesi sebagai sutradara yang sudah berhasil menyutradarai beberapa film yang terb ukti berkualitas.

"Gue kan baru telat sekali doang. Lah, apa kabarnya lo yang tiap janjian ngaret mulu?" 

Kali ini dia yang menertawakan kalimat sinisku. Nah kan, bukannya merasa bersalah ini orang.

"Gue 'kan sibuk syuting sama pemotretan. Lo kaya nggak tau gue aja."

Ya, Kamila Rain Daniswari itu kini memang menjadi model sekaligus aktris yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Tak kusangka, sahabat bersuara cemprengku itu kini menjadi salah satu aktris tersukses di umurnya yang masih muda. Begitu serasi dengan profesi sang kekasih. Kalau Kamila mau, dia bisa saja memanfaatkan pekerjaan Vero, kan? Hitung-hitung sambil menyelam minum air. Hehehe.

"Kamu sendirian aja, Ra? Gak bawa pasangan?" 

Kali ini si Miss Perfect Sherryl yang bertanya. Dia menggelayutkan sebelah tangannya mesra pada Air. Aku meringis iri melihat pasangan-pasangan langgeng ini.

"Gue harus bawa siapa? Gue kan nggak punya pasangan." Balasku tak acuh.

"Terus si Alfa mau dikemanain, Neng?"

Air yang sedari tadi hanya diam langsung menyeletuk yang kubalas dengan pelototan tajamku.

"Alfa itu cuma temen, gue gak ada rasa sedikit pun sama dia."

Alfario Hangganda, rekan sesama dokter di rumah sakit tempatku dan Air bekerja. Ya, siapa yang sangka jika kami dipertemukan kembali dengan profesi dan tempat bekerja yang sama setelah dipisahkan beberapa tahun karena lokasi universitas yang berbeda. Hanya bedanya, aku di bagian dokter anak, Air-dokter khusus ortopedi, sedangkan Alfa-dokter bedah.

Alfa pemuda yang tampan, mapan, cerdas dan pekerja keras. Bukannya aku tak tahu jika dia menyimpan rasa padaku. Hanya saja... katakanlah jika aku belum move-on dari pria berengsek bernama Angkasa Adirangga, sehingga pesona laki-laki manapun tak ada yang berhasil mempengaruhiku.

"Iya lah, secara lo kan belum move on dari yang ono," Kamila berkata sinis. Sementara aku hanya mengulum senyum menanggapinya. Sama sekali tak membantah, karena memang itulah kenyatannya.

"Eh, Sher, gimana sama butik baru lo di Bali itu? Kapan diresmiinnya?" tanyaku antusias pada Sherryl. 

Kini Sherryl menjadi salah satu desainer yang cukup terkenal di Indonesia. Karya-karyanya bahkan sudah beberapa yang diakui di luar negeri. Selain itu, yang benar-benar membuatku merasa iri, dia juga membuka butik yang cabangnya menyebar hampir di seluruh Indonesia.

"Minggu depan peresmiannya. Aku harap kalian mau dateng kesana nanti." Katanya sumringah.

"Pasti. Gue pasti dateng, apalagi kalo dikasih salah satu gaun lo, Sher." Kataku penuh modus.

"Gue juga, ya." Kamila terseyum begitu lebar pada Sherryl. Aku hanya mendengus melihatnya. "Eh tapi, gue mau dirancangin gaun pengantin aja deh buat pernikahan gue entar. Ya?" Imbuhnya seraya mengedipkan matanya beberapa kali.

Satu hal lagi yang membuatku iri, dengki dan sebagainya dan sebagainya. Rencananya, tiga bulan lagi Kamila dan Vero akan meresmikan hubungan mereka di singgasana pelaminan. Lha, aku kapan?

Sherryl tertawa kecil mendengar ucapanku dan sahabat sehidup sematiku itu. "Siap." Katanya.

"Eh... bentar ya, gue mau ambil minum dulu. Haus nih abis lari-lari kayak di kejar satpam."  Aku mengipas-ngipas daerah leher, berlagak seperti orang yang benar-benar kehausan.

"Ya udah sana, daripada lo ntar dehidrasi dan tiba-tiba mendadak pingsan. Kan berabe, rencananya bisa berantakan."

Aku mengernyit mendengar ucapan Kamila. Rencana? Rencana apa maksudnya?

"Rencana? Maksudnya?"

Kamila nampak salah tingkah, sementara yang lain tampak geragapan mendengar pertanyaanku.

"Yaa... rencana reuni kita, lah. Memang apa lagi?" Air tiba-tiba menyambar jawaban yang sebenarnya ingin kudengar dari Kamila.

Aku menatap skeptis padanya, merasa belum seratus persen percaya dengan alasannya. Namun, karena rasa haus yang tak bisa ditoleransi lagi, aku mencoba mempercayainya.

"Ya udah, gue kesana dulu." Aku menunjuk meja khusus yang di atasnya terdapat banyak gelas yang berisi cairan berwarna-warni, lalu beranjak pergi dari hadapan mereka.

***

Sembari menyesap minuman dari gelas yang kini berada dalam genggamanku, aku memandang sekeliling aula yang dipenuhi anak-anak remaja yang masih dalam tahap pubertas mereka.

Bagaimana tidak, di satu sudut aku menemukan tingkah polos khas remaja yang menyembunyikan dirinya karena terjebak dalam situasi yang ramai seperti ini. Di sudut lain, aku menemukan wajah merona malu-malu dari beberapa perempuan karena bisa berkesempatan untuk berdekatan dengan lawan jenisnya.

Melihatnya, mengingatkanku pada diriku yang pernah berada dalam situasi yang sama beberapa tahun yang lalu. Apalagi mengingat pesta prom paling berkesan waktu itu, karena dia yang mendampingku hadir disana.

Yah, lagi-lagi dia dan dia.

Saat ini aku memang sedang berada di pesta prom tahunan yang diadakan mantan almamater SMA-ku. Kamila yang merencanakan acara reuni di tahun ini. Tetapi, hanya sahabat terdekat saja yang diundangnya. Terbukti, hanya aku, Sherryl, Air dan kekasihnya Vero yang hadir saat ini.

***

Setelah cairan yang ada dalam gelasku habis, aku segera meletakkan benda yang terbuat dari kaca itu kembali di tempat semula. Kemudian, kulangkahkan kakiku ke tempat dimana sahabatku berkumpul. Berniat bergabung lagi dengan mereka.

Aku sempat tersenyum jahil, berencana ingin mengejutkan mereka dari belakang karena saat ini keempatnya sedang berbincang dengan serius, hingga tak menyadari diriku yang kini berjalan mengendap-endap seperti pencuri menuju ke arah mereka.

"Kira-kira dia berhasil tidak ya malam ini?"

"Semoga saja berhasil, kalo nggak, gue nggak akan lagi kasih kesempatan ke dia. Udah cukup dia nyakitin perasaan sahabat gue."

Aku menyatukan alis mendengar nada kejam yang keluar dari mulut Kamila. Apa sih sebenarnya yang mereka sembunyikan dariku? Dan juga, siapa orang yang mereka bicarakan?

Aku berencana ingin mencari tahu, tetapi aksiku diinterupsi oleh suara MC di depan sana.

"Oke, kakak-kakak dan adik-adik, ini nih acara yang kita tunggu-tunggu dari tadi."

Aku menghentikan langkahku dan menolehkan kepalaku ke arah pria remaja yang berdiri di atas panggung.

"Tapi... dansa kali ini berbeda, nih, guys," katanya lagi yang membuatku mengerutkan dahi. "jadi nanti, tiap pasangan harus berganti pasangan dansanya dengan yang lain ketika lagu berganti. Jadi, adik-adik dan kakak-kakak akan banyak mengenal satu sama lain. Lumayan 'kan dapat kenalan baru, siapa tahu jodoh, hehehe...,"

"Ya sudah, daripada lama-lama, mari kita nikmati acara terakhir pesta prom ini. Terima kasih."

Kudengar sorakan senang dari setiap orang yang hadir di tempat ini. Tak terkecuali dua pasangan yang berada lima meter di hadapanku. Mereka langsung semangat menuju lantai dansa.

Huh, jahat sekali, apa mereka tidak mengingat aku?

Aku misuh-misuh pelan, dan mencoba menjauh dari kerumunan. Berniat menyembunyikan keberadaanku agar tak mempermalukan diriku sendiri.

'Yang punya pasangan sih enak, lah... yang jomblo kayak gue nasibnye begimane?' Keluhku terus-menerus dalam hati.

"Kak--"

Kurasakan seseorang menepuk punggungku dari belakang yang membuatku sontak langsung membalikkan badan.

Kutemukan seorang pria remaja yang masih nampak gurat kekanakan di wajahnya yang cukup tampan itu berdiri sambil melengkungkan kedua sudut bibirnya ke atas.

"Ya?" ucapku seraya mengerutkan dahi.

"Kakak gak ada pasangan, kan? Daripada kakak mojok disini, gimana kalo kakak jadi pasangan aku?" Mulutku menganga mendengar kalimat sok tahu-nya. Berani sekali dia dengan orang yang lebih tua. "Kebetulan aku nggak bawa pasangan malam ini."

Aku mengatupkan mulutku lalu menatapnya dengan pandangan menilai. Menyusuri tubuhnya dari ujung kepala hingga kaki.

Hm, lumayan juga lelaki brondong ini jika kujadikan pasanganku.

Kuketukkan telunjukku di dagu, berpura-pura menimbang tawarannya. Sedangkan dia menatapku dengan satu alis terangkat. Terlihat begitu angkuh. Tetapi, sedikit kulihat raut penuh pengharapan di wajahnya yang sukses membuatku tertawa dalam hati.

"Oke, deh." Kataku pada akhirnya sambil tersenyum kecil padanya.

"Wuhuu! Yes!"

Aku tertawa ketika mendengar pekikan senangnya. Matanya berbinar dan ada dua lesung pipi yang muncul dengan malu-malu di kedua pipinya ketika dia tersenyum dengan lebar.

Aku yakin, beberapa tahun yang akan datang, dia pasti menjelma menjadi pria tampan dan memesona setiap keturunan Hawa.

"Ayo, kak." Pemuda itu mengulurkan salah satu telapak tangannya padaku. Manis sekali.

Kuhadiahkan padanya senyuman termanisku sebelum kusambut uluran tangannya.

Dia kemudian menghelaku ke arah lantai dansa. Dimana semua pasangan menari dengan syahdunya.

Ketika sampai, mataku mencari-cari Kamila, berniat memamerkan bocah yang kini menjadi pasangan dansaku.

Dan sukses. Kulihat Kamila membulatkan matanya melihatku bersama lelaki muda yang saat ini tengah menggadengku. Tetapi kemudian dia tersenyum menggoda dan mulutnya menggumamkan kata 'Brondong, eh?' tanpa suara.

Tak ku acuhkan dirinya dan malah memberinya senyuman angkuhku. Menunjukkan padanya jika aku pun bisa mendapatkan pasangan meskipun aku datang seorang diri.

Aku meletakkan satu tanganku di pundaknya, sementara satu tanganku yang lain menyatu dengan tangan bocah ini. Membentuk sikap sempurna untuk berdansa.

"Siapa nama kamu?" tanyaku pada bocah itu ditengah gerakan dansa kami yang amatir.

"Rama. Abhirama Kamandanu." Bagus juga namanya. "Kalo kakak?"

"Aku Titania Libra. Panggil saja Libra."

"Oke, kak Libra. Jadi kakak lulusan tahun berapa?" tanyanya kepo.

"2015. Kamu kelas berapa sekarang, dik?" tanyaku seraya menggodanya.

Dia mendengus kecil mendengar panggilanku padanya. "Jangan panggil 'dik' dong, panggil Rama aja." Aku tak bisa menahan tawa mendengar nada kesalnya. "Aku kelas sebelas, kak."

Aku mengangguk-angguk singkat.

"Jadi, kenapa kakak gak bawa pasangan? Kakak cantik, masa nggak ada yang mau, sih?"

Aku baru membuka mulut, berniat untuk menjawab pertanyaan tak sopannya. Tetapi lagu tiba-tiba berganti, mengisyaratkan bahwa kami harus bertukar pasangan saat ini.

Kami berhenti sejenak dan saling memandang bingung, sebelum akhirnya Rama mengangkat tanganku. Dia memutarnya beberapa kali--membuat tubuhku mau tak mau juga ikut berputar, lalu melepaskannya begitu saja.

Selama beberapa menit berputar tidak jelas, kurasakan akhirnya tubuhku berada dalam rengkuhan seseorang. Sontak saja aku langsung mendongakkan kepalaku dan menemukan wajah Air yang saat ini sedang memberiku cengiran lebarnya padaku.

Aku memutar bola mata malas padanya yang membuatnya menatap tak suka padaku. "Kenapa? Gak suka ya lo akhirnya dansa sama gue?"

"Iya, emang." Kataku enteng. Aku tertawa geli melihat ekspresi sebal di wajahnya yang semakin dewasa. Air semakin tampan di usianya yang juga semakin matang. Beruntungnya Sherryl mendapatkan lelaki ini. Kudoakan  yang terbaik untuk mereka.

Kami bergerak selama beberapa menit saja, sebelum akhirnya musik kembali berganti dan tubuhku berputar lagi. Terus seperti itu beberapa kali. Tubuhku juga sudah mendarat di beberapa lelaki. Dari mulai Rama, Air, Seta, Beni, dan saat ini Vero. Jujur saja, sebenarnya aku sudah merasa lelah.

Aku berniat untuk menyudahi dansaku setelah Vero, namun belum sempat aku melaksanakan niatku, musik kembali berganti dan tanpa tedeng aling-aling, Vero memutar tubuhku dengan semangat.

Kudengar samar-samar dia berkata yang tak ku mengerti maksudnya.

"Semoga sukses, Ra."

Tubuhku terombang-ambing di tengah lautan manusia yang memenuhi lantai dansa. Persis seperti perahu yang terjebak diantara gelobang lautan yang menyerbu tajam.

Dan ketika akhirnya aku mendarat dengan pas dalam rengkuhan kuat dan hangat seseorang, tubuhku langsung tersentak. Apalagi ketika hidungku membaui wangi khas seseorang yang aromanya sudah sangat kuhafal di luar kepala.

Tubuhku bergetar, sementara organ dalam yang berfungsi memompa darah itu melonjak-lonjak semangat hingga menyesakkan dada.

Dengan sangat perlahan aku mencoba mengangkat kepalaku, berniat memastikan jika benar dialah orangnya yang sedang merengkuhku dengan erat.

Dan dia...

***

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

30.4M 1.7M 65
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 3 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 58.2K 26
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
6.9M 291K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
54.7M 4.2M 58
Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaksi | A Story Teen Fiction by PoppiPertiwi...