PACAR SEWAAN

TaraTaro

8.8K 400 16

Bagi Libra, Angkasa adalah salah satu bukti eksistensi manusia paling menyebalkan di dunia. Kakak kelas palin... Еще

Chapter 1 - Awal Masalah
Chapter 2 - Saingan Terberat
Chapter 3 - Ide Gila
Chapter 4 - Kesepakatan Absurd
Chapter 5 - Pacar H-2
Chapter 7 - Peralihan Rasa
Chapter 8 - Pesta Prom
Chapter 9 - Berakhirnya Perjanjian
Chapter 10 - Enam Bulan Kemudian
Chapter 11 - Setelah Enam Tahun
Chapter 12 - Memeluk Angkasa

Chapter 6 - Pacar H-1

580 31 3
TaraTaro

Happy reading...

***

Lagi-lagi aku mengerang kesal ketika kutemukan Angkasa Adirangga dengan permen karet dalam kunyahan mulutnya serta ditemani dengan vespa bututnya itu sudah nangkring dengan manis di depan rumahku.

Dia lagi-lagi melambaikan satu helai kertas post-it yang kuberikan. Warna hijau kini menjadi pilihannya.

"Kencan, yuk, My Baby Lili!"

Ketika menyebut kata 'kencan', mataku langsung terfokus pada penampilannya yang jauh berbeda.

Aku mengamati dirinya dari atas hingga bawah, sedangkan dia hanya mengangkat satu alisnya melihat tingkahku.

Saat ini dia memakai kemeja lengan pendek berwarna dongker dengan bawahan jeans biru yang melekat pas ditubuhnya yang tegap. Lelaki itu sepertinya habis mencukur rambutnya karena kini dia terlihat lebih rapi dan segar. Dan tampan tentunya.

Ups, apa aku baru saja mengatakan jika Angkasa tampan?

"Maybe you mean, our real date, is it true?"

Dia hanya mengangkat kedua bahunya tanpa menjawab pertanyaanku.

 "Come on, ganti baju dan gue tunggu lo disini. Only ten minutes, Lady."

***

"Gue nggak nyangka, di tempat beginian kalo seorang Angkasa ngajak cewek kencan," kataku sambil terkekeh.

Bayangkan saja, kami saat ini berada di pasar malam, tempat yang sama sekali tak terpikirkan olehku ketika Angkasa mengajakku 'kencan'.

 "Emangnya kenapa? Lo gak suka? Disini asik kali, banyak permainan, dan yang pasti murah." jawabnya santai. "Aneh, ya? Biasanya kan cowok ngajak ceweknya kencan di mall."

"Iya, dan karna lo bukan cowok, jadi lo bawa gue kesini."

Aku tidak bisa menahan tawa dengan kalimat balasan yang kulontarkan padanya. Namun aku langsung menghentikannya beberapa detik kemudian ketika Angkasa menatap lekat ke arahku.

"Lo kenapa ngeliatin gue sampe segitunya? Gue cantik, ya?" kataku dengan percaya diri.

"Iya, lo cantik kalo ketawa kayak tadi."

Dapat kurasakan jika wajahku memanas mendengar kalimat tak terduganya.

Sialan, kenapa aku bisa tersipu seperti ini, sih, dengan banyolan Angkasa?

Aku berdehem pelan. "Jadi maksud lo, gue nggak cantik kalo lagi gak ketawa?" tanyaku, bermaksud menyembunyikan pipi meronaku dari dirinya.

"Emang. Lo kan nyebelin, apalagi kalo lagi marah, mirip medusa."

Yah, Angkasa tetaplah Angkasa. Jangan pernah berharap jika dia bisa semanis gulali. Kecuali, gulali yang diberi campuran gula bibit. Manis sih, tapi bikin sakit ujung-ujungnya.

Daripada meladeninya yang membuat umurku memendek, aku mengalihkan perhatianku ke sekeliling pasar malam ini. Dan entah mengapa... aku merasa nyaman-nyaman saja berada di tengah suasana yang ramai seperti ini. 

Aku menikmati ketika angin malam membelai tubuh yang dinginnya terasa hingga menusuk tulang, juga suara bising dari mesin-mesin diesel yang menggerakkan seluruh wahana permainan dalam waktu yang bersamaan. Atau pedagang yang menjual permen kapas warna-warni yang terlihat menggiurkan. Juga tak lupa tawa dan tangis anak-anak kecil yang terdengar seperti melodi pelengkap yang kurang sedap jika tak dijumpai di telinga.

 Aku tersenyum melihat wajah-wajah ceria dari para pengunjung yang datang. Kebanyakan yang datang adalah sebuah keluarga. Dan melihatnya... membuatku mengingat Papa dan Mama. Kira-kira, sudah berapa lama, ya, kita tidak liburan bertiga?

Kutolehkan kepalaku pada Angkasa yang sempat kulupakan kehadirannya. Kukulum senyumku tatkala melihat dia yang sedang asyik meniup permen karet di mulutnya. Dan entah mengapa melihatnya melakukan itu, tidak membuatku sebal seperti biasanya.

"Kenapa, lo? Terpesona sama gue, ya?"

Pipiku memanas mengetahui jika dia sadar dengan apa yang kulakukan. Aku buru-buru berdehem untuk menormalkan kecanggunganku.

"Ng-nggak. Gue cuma mau bilang makasih aja karna lo udah bawa gue kesini," ucapku beralasan. "eh, Kak, kita naik itu, yuk!"

Aku menepuk bahunya dengan satu tangan, sementara tanganku yang lain menunjuk salah satu wahana yang sepertinya asyik untuk kunaiki.

Tatapan Angkasa mengikuti arah telunjukku. "Bianglala?" tanyanya padaku. "lo kayak anak kecil tau gak. Jangan-jangan lo belum pernah naik itu sebelumnya?" lanjutnya dengan nada mengejek yang kentara.

Kukerucutkan bibirku menerima penghinaan itu darinya.

"Iya, aku emang belum pernah naik itu, masalah?" semprotku galak. "Ayo cepet!" Kutarik terus tangannya meskipun dia mengikutiku dengan enggan.

***

"Lo emang pernah naik ini sebelumnya, Kak?" tanyaku pada Angkasa seraya menikmati permen kapas yang ada dalam genggamanku.

 "Pernah lah," Aku menepuk keras tangannya saat dia dengan seenaknya mengambil sedikit permen kapasku sebelum kemudian memakannya. "karena gue dulu sering diajak almarhum orangtua gue ke pasar malem kayak gini."

Mulutku mendadak berhenti mencecap manisnya permen kapas ketika mendengar jawabannya.

"Almarhum?" gumamku pelan. "Oh, sorry, Kak, aku gak bermaksud--"

"Gak pa-pa. Udah cukup lama juga kok orangtua gue meninggal, jadi gue udah ngerasa terbiasa aja."

Aku cukup terkejut dengan mengetahui satu fakta ini. Jadi... Angkasa yatim piatu?

"Terus, selama ini lo hidup sama siapa, Kak?" tanyaku ingin tahu.

"Yah... kalo dibilang hidup sendiri, gue masih punya kakek. Tapi dibilang hidup sama kakek, gue emang hidup sendirian di rumah. Tauk deh."

"Emang kakeknya kakak dimana?"

Aku kok kesannya jadi orang yang ingin tahu sekali dengan kehidupan Angkasa, ya? 

"Lo pernah denger nama Prastiyo Adirangga?"

"Prastiyo Adirangga? Setahu gue beliau itu kan salah satu pengusaha paling sukses di negeri kita," kataku mencoba menerawang.

Tapi rasa-rasanya, kok ada yang ganjil ya?

 Prastiyo Adirangga. Prastiyo. Adirangga.

"ADIRANGGA?!" Aku langsung menoleh cepat ke arahnya. "Maksudnya... kakak cucunya Prastiyo Adirangga?!" 

Rasa terkejutku hanya dia balas dengan mengangkat bahunya.

Jadi selama ini Angkasa yang kukenal suka mengunyah permen karet dan sayang pake banget sama vespa antiknya itu cucu seorang pengusaha sukses?

Hah... dia benar-benar seperti angkasa, dengan segala kemisteriusan yang takkan pernah ada habisnya untuk dikuak.

"Ya, dia lagi di Amerika sekarang dan gue nggak tau kapan dia balik." Dia berkata dengan cueknya.

"Jadi, kakak gak tinggal bareng beliau?"

Kulihat dia mendengus sinis.

"Dia betah disana karena terlalu sibuk sama bisnisnya."

Hm, sepertinya hubungan Angkasa dengan kakeknya sedikit tidak baik, pikirku dalam hati.

"Terus, apa kalian gak pengen kumpul lagi?"

Kulihat dia menipiskan bibir sebelum berkata, "Kemungkinannya cuma dua kalo kita mau kumpul lagi. Dia yang berbaik hati kembali ke Jakarta, atau gue yang pada akhirnya nyusul dia ke Amerika."

Tubuhku menegang mendengarnya berkata seperti itu. Ada perasaan tak rela yang mendadak menelusup ketika tahu dia punya rencana untuk menyusul kakeknya ke negeri dengan patung Liberty-nya itu.

Tiba-tiba saja aku terkesiap tatkala sangkar raksasa yang kunaiki mendadak oleng. Dan karena itu, entah bagaimana caranya kini tubuhku berada dalam rengkuhan lengan-lengan kuat Angkasa.

Selama beberapa detik yang terasa begitu panjang, kami hanya saling menatap. Dan dari jarak sedekat ini, aku bisa melihat jelas jika warna bola mata Angkasa adalah cokelat terang. Dia juga memiliki bulu mata yang panjang, lebat, dan melenting indah ke atas. Sebagai wanita, aku cukup iri dengan apa yang ia punya.

Aku hanya bisa terdiam kaku, bahkan aku tidak bisa melakukan apapun ketika wajah Angkasa bergerak semakin dekat ke arahku.
Melihatnya melakukan itu, membuat kedua mataku terpejam. Namun, aku langsung membukanya lagi ketika kudengar seseorang yang meneriakkan tentang solar habis dan semacamnya itu menghentikan sesuatu yang akan kami mulai.

Sesuatu yang akan kami mulai, eh? Apa??

Secepat kilat aku langsung melepaskan rangkulan Angkasa di tubuhku lalu membuang muka ke arah lain. Apapun, asal jangan melihat wajahnya. Aku maluuu!

***

Aku mengedipkan mata tak percaya mendapatkan foto Angkasa dengan permen karet yang menggelembung di mulutnya sedang mengacungkan sehelai kertas post-it berwarna biru beserta chat di bawahnya ketika aku membuka aplikasi Blackberry Messanger di ponselku.

Angkasa Adirangga : Have you slept, My Baby Lili? Bls chat gw y kalo belum.

Mengetahui bahwa Angkasa mengirimiku pesan membuatku tanpa sadar tersenyum-senyum seperti orang yang tak waras.

Libra Titania : Why? Ganggu hidup org aja lo bisanya. Udh malem jg.

Angkasa Adirangga : Tp suka kan gw chat malem2 gini? :D

Libra Titania : Dih, PD bingit lo! Udah sana tidur, bsok lo harus jmput gw y!

'Dih, aku kok kesannya kayak ngarep banget dijemput Angkasa?'

Buru-buru kuhapus kata-kata yang telah kuketik sebelumnya.

Libra Titania : Dih, PD bingit lo! Udah sana tidur, sebagai pacar sewaan yg baik, lo kan pny tugas buat jmput gw bsok.

Aku tersenyum puas. Begini lebih baik, deh!

Angkasa Adirangga : Ngarep bgt dijemput cowo ganteng ya? B-)

Kampret!

Libra Titania : Njirr, PD lo! Udh ah gw mau bomut!

Tidak ada balasan darinya lagi selama lima menit yang begitu lama. Sampai ketika kurasakan ponselku bergetar, dengan cepat aku langsung membuka pesannya yang isinya sangat mengejutkanku itu.

Angkasa Adirangga : Yaudah iya. Sleep tight y syg... ({})

Selama beberapa saat, aku hanya bergeming dengan tangan menggantung sambil memegang ponsel. Kubaca berulang-ulang kali chat terakhirnya, barangkali aku salah melihat. Tetapi huruf-huruf dilayar masih membentuk kalimat yang serupa. Dan aku meringis karena efek yang ditimbulkan masih sama. Entah mengapa jantungku berdentum dengan tempo cepat di dalam sana.

Dih, sebenarnya ada apa dengan kata 'syg' dan emoticon peluk itu? Kenapa bisa memengaruhiku seperti ini?

TBC

Продолжить чтение

Вам также понравится

My Sexy Neighbor F.R

Подростковая литература

949K 13.5K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...
MARSELANA kiaa

Подростковая литература

1.7M 60.6K 27
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
Figuran Menjadi Tunangan Protagonis SecretNim

Подростковая литература

1.6M 117K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...