Alpha's Babies (Indonesian Tr...

By Karina_me

145K 7.6K 353

Ketika kau bangun di hari ultahmu yang ke 18, hal terakhir yang ada di benakmu biasanya adalah 'Oh, mungkin s... More

Alpha's Babies
Alpha's Babies 2
Alpha's Babies 3
Alpha's Babies 4
Alpha's Babies 5
Alpha's Babies 6
Alpha's Babies 7
Alpha's Babies 9
Alpha's Babies 10
Alpha's Babies 11
Alpha's Babies 12

Alpha's Babies 8

10.4K 696 36
By Karina_me

T/n: Hello all! Minal aidzin wal faidzin buat yang merayakan ya. Maaf nih kalo translator pernah salah ucap sampe bikin tersinggung. Juga maaf apdetnya telat ehehe.. Translator lagi pingin nyantai liburan kemarin. Yak oke ga usah banyak2. Enjoy. Ditunggu komennya tentang chapter ini yaa. Luv y'all :)

****

Colten.

Aku tak tahu apa yang terjadi padaku. Aku duduk di meja dengan kepala di dalam tanganku. Kepalaku rasanya sangat pusing dan berat, selain itu aku juga keringatan hebat. Mungkin itu semua efek dari menangis setelah aku menemukan kalau aku telah menelantarkan anak-anakku sendiri seperti itu. Aku sama sekali belum menangis lagi sejak dua tahun yang lalu saat aku sadar bahwa aku tidak akan bisa menemukan mateku lagi.

Nick mendadak masuk ke kantorku. "Kau memanggil, Alpha?"

Aku dengan perlahan mengangkat kepalaku ke belakang sehingga kepalaku beristirahat di sandaran kursi. "Ada apa denganku?" tanyaku lemah.

Nick mengerutkan dahi dan menghampiriku. "Kenapa? Ada apa?"

Aku menutup mata, merasa sangat lelah dan lemah. "Di mana... Raiven?" aku menanyakannya dengan agak susah. Pasti terjadi sesuatu padanya. Aku bisa merasakannya dengan seganap serat tubuhku.

Nock mengambil sehelai tisu dan menutulkannya ke dahiku. "Aku baru saja melihatnya bersama Derek. Kau kira ini ada hubungannya dengan Derek?"

Mataku terbuka lebar. "Pasti," kataku.

Setelah Raiven menciumku sebelumnya, aku tak ingin membiarkannya pergi lagi. Kami telah terpisah terlalu lama. Aku tak akan melepaskannya lagi. Ia bilang sendiri bahwa ia tidak mencintai Derek. Aku suka mendengar kata-kata itu dan hampir pingsan bahagia saat ia mengatakannya.

Tak seorangpun yang bisa menggambarkan kebencian yang kurasakan untuk Derek. Kalau saja perubahan wujud beruangnya tidak begitu berguna untuk pack, aku pasti sudah mematahkan rahangnya sampai terbuka dari dulu.

Aku mendongak menatap Nick dan mengulurkan lenganku padanya. "Tolong bangunkan aku."

Nick menghela napas dan menarikku sampai bangun. Setelah aku berdiri, aku menggelengkan kepala menjernihkan kepalaku lagi untuk mendapatkan kekuatan kembali. Setelah aku yakin bahwa aku bisa berdiri dengan dua kaki, aku menghantam dada Nick. Ia membungkuk, mengerang, dan memaki.

Aku melemaskan jemariku dengan senang. "Maaf, teman. Coba-coba berlatih kalau dibutuhkan," kataku sembari berjalan keluar.

Walaupun dalam keadaan melayang, aku keluar dari kantorki dan mampu mencapai puncak tangga, merasakan tarikan mate kepada Raiven. Saat itulah aku mendengar tawa merdunya dan juga anak-anakku. Aku tersenyum sendiri kepada diriku.

"Oh, Derek! Kau lucu sekali!"

Senyumku otomatis menguap. Kalau ini yang namanya 'putus' belakangan ini, maka namanya aku pasti sudah tambah tua. Aku berderap menaiki tangga dengan agak marah. Namun aku menjaga kemarahanku, mungkin saja ia cuma bercanda dengan Derek sebelum ia menjatuhkan 'bom'nya.

Kenyataannya, yang aku lihat mengoyak hatiku dengan hebat. Serigalaku mengaum cemburu dan frustasi. Derek mengalungkan lengannya di sekeliling pinggang Raiven dan Raiven bersandar dwngan santai kepada Derek, mengerjapkan bulu-bulu matanya kepada Derek.

Kenapa ia--Raiven--menatapnya seolah Derek adalah satu-satunya lelaki yang tersisa di bumi? Kenapa anak-anakku sendiri menatapnya seperti itu?

Aku mengeratkan kepalan tinjuku.

"Raiven?" tanyaku, berjuang untuk menjaga suaraku tetap datar. Ia dengan enggan menarik matanya dari Derek, tangannya masih di dada Derek.

"Ya?"

Kurasakan kemarahanku merangkak naik. "Apa yang sedang kau lakukan? Kukira kau kemari untuk putus dengan idiot ini!"

Raiven mengerutkan kening, "Maaf? Kenapa aku harus putus dengannya?"

Apa dia bilang?

"Uhm karena kau milikku?" kataku melalui gigi yang terkatup. Raiven menatapku seolah aku punya kepala ekstra atau semacamnya.

"Maaf, Alpha, tapi aku bukan milikmu. Aku kekasih Derek."

Setiap kata terasa seperti peluru. Setelah bertahun-tahun perpisahan, kami akhirnya mendapatkan momen kebahagiaan, lalu ia berpaling dan melakukan ini?

Derek terlihat angkuh saat ia menarik Raiven mendekat. "Kau mendengarnya dari mulutnya sendiri, Alpha," cemoohnya.

Aku menggeram rendah. "Derek..." peringatku, aku merasakan mataku mulai berubah warna.

Derek menelan ludah sedikit, tapi ia tetap kukuh pada pendiriannya.

"Aku akan membunuhnu hanya dengan gigi-gigiku kalau kau tidak menjauh dari Raiven."

Raiven terlihat sungguh-sungguh ketakutan dan mencengkeram Derek. "Jangan berani-berani mendekatinya!"

Aku menatap Raiven. Matanya melotot dan ia terlihat bersungguh-sungguh. "Raiven, apa yang terjadi padamu?"

"Apa yang terjadi padanya adalah fakta bahwa ia sadar akan kesalahannya berkomitmen kepadamu," Derek menyeringai.

Gigiku mengatup rapat dengan keras sampai aku tak tahu apakah gigi-gigiku tidak akan patah saat itu juga.

"Kenapa ia harus bersamamu, seorang lelaki yang bahkan hampir tak tahu kalau ia bisa bersamaku, yaitu lelaki yang membesarkan anak-anak menakjubkan ini," lanjutnya, menepuk salah satu kepala si kembar.

Aku benci betapa benarnya dia. Aku bahkan tak tahu nama belakang Raiven atau apa pun tentangnya. Aku tak tahu nama anak-anakku sendiri, yang mana yang lebih tua, ulang tahun mereka. Tak satu pun.

Tapi aku masih butuh untuk menjaga mereka. Tak peduli seberapa besar perubahan hati yang terjadi pada Raiven. Aku tak akan membiarkan Raiven pergi bersamanya.

Aku menatap ke dalam mata angkuh Derek dan mata Raiven tak peduli Raiven. Aku merasa baik kemarahan dan kecemburuanku naik. Tanpa peringatan, aku berubah saat itu juga.

Salah satu anak kembar segera menangis. Aku ingin menghentikan dan memeluknya, tapi pertama aku butuh untuk menhajar seseorang karena mencoba mengambil mateku. Aku jelas-jelas ingin menggoyangkan Raiven dengan keras sampai ia kembali sadar. Namun sebelumnya, aku harus menghajar Derek.

Nick datang masuk ke kamar dengan kekuatan werewolfnya dan memandang Raiven, lalu Derek. Lalu menatapku. Ia mengerang dengan keras. "Padahal kukira kalian akan hidup bahagia selamanya," katanya sembari mengapit kedua anak di kedua lengannya.

Aku bahkan tidak mendengarkan Nick. Seluruh tubuhku sudah terpompa kemarahan dan aku beringsut menuju Derek dengan penuh ancaman, sembari menunjukkan gigi-gigiku dengan marah. Derek terlihat sedikit menelan ludah tapi ia masih menggandoli Raiven yang memiliki ekspresi horor di wajahnya. Ia mencengkeram Derek erat-erat.

"Honey, jangan biarkan ia menyakitiku," kata Raive gemetar.

Honey? Sayang?
Bukankah kita baru saja berciuman dan mendeklarasikan cinta selamanya satu sama lain kurang dari satu jam yang lalu? Entah bagaimana Derek pasti ada di balik semua ini.

Aku merendahkan tubuhku, mataku terpaku pada leher Derek. Kudengar Nick meninggalkan ruangan dengan buru-buru bersama anak-anak.

Baguslah.

Aku bisa mencium ketakutan menguar dari tubuh Derek dengan hebat. Aku memberinya satu geraman peringatan terakhir sebelum aku melompat, cakar-cakarku meraih tenggorokannya dan menerjangnya ke lantai.

Raiven berteriak dan ikut jatuh. Walaupun ia bertingkah seperti pemain bermuka dua, aku masih menoleh padanya untuk memastikan ia baik-baik saja.

Setelah aku yakin Raiven hanya terguncang, aku berbalik dan berusaha menggigit Derek sementara ia berjuang di bawah tubuhku. Ia berusaha untuk berubah ke dalam bentuk beruangnya, tapi kuadu kepalaku ke wajahnya sehingga menghentikannya dari berubah wujud dan meninggalkannya dengan memar di dahinya. Aku tertawa kecil kepada diriku sendiri dengan senang.

"A-Alpha! Maafkan aku--" gagap Derek.

Aku menggeram kepadanya, menjauh sedikit dari mukanya.

"Jangan minta maaf padanya, sayang. Itu bukan salahmu!" teriak Raiven.

Aku menatap Raiven dengan tajam dan hampir saja bersumpah serapah. Apa yang sebenarnya sedang ia lakukan?

Derek mengambil kesempatan ini untuk menghantam rahangku. Aku tergelincir di sepanjang lantai kayu, merasakan rahangku hampir saja menggantung dari engselnya. Aku menggelengkan kepalaku dan melotot pada Derek. Aku tak akan berhenti sampai ia benar-benar terluka.

Derek secara otomatis berubah menjadi wujud beruangnya. Ia menjadi makhluk besar dan gelap yang seharusnya terlihat mengintimidasi. Namun sebagai Alpha, aku telah melihat makhluk-makhluk yang lebih mengerikan.

Raiven bertepuk tangan dengan semangat saat ia mendongak menatap Derek. "Oh! Kau seperti teddy bear yang bisa dipeluk! Kuharap aku punya kameraku, Der-Bear!"

Aku hampir saja memuntahkan sarapanku saat ia mengatakannya. Tidak hanya bahwa guyonannya itu menrupakan hal yang paling dangkal dan menjijikkan, tetapi juga ia memanggil Derek Der-Bear!

Aku mungkin tidak mengenalnya terlalu lama, tapi aku cukup tahu dirinya bahwa ia tak akan pernah mengucapkan hal yang berantakan seperti ini.

Derek mengaum padaku atau apa pun itu yang beruang-beruang lakukan. Perhatianku kembali padanya dan aku melompat, cakar-cakarku menggali perutnya. Aku mendorongnya sampai jatuh lagi dan menamparnya dengan keras di satu pipinya sehingga ada tiga garis darah yang jelas. Ia masih mencoba untuk balas memukulku, tapi aku membenamkan semua taringku  ke dalam kakinya dan darah memancar keluar dari dalamnya. Ia mengeluarkan raungan kesakitan lagi dan berusaha untuk mendorongku menjauh. Aku mengadu kepalaku lagi dengannya untuk yang ke dua kalinya.

Tak ada yang boleh macam-macam dengan keluarga Alpha ini.

Tiba-tiba, sepasang tangan yang kuat mengangkatku dan melemparkanku ke tembok seberang. Aku menabraknya dengan meninggalkan lubang raksasa yang menganga. Segera saja aku bangkit dan menggeleng menjernihkan kepalaku lagi.

Yang menatapku adalah kakak Raiven. Dang di sebelahnya ada pria lain yang terlihat khawatir. Kakak Raiven melotot tajam padaku.

"Menyerah saja, Alpha. Pack ini akan runtuh, dengan cara ini atau yang lain," katanya dengan yakin.

Aku meraung padanya, tapi ia mengeluarkan panah perak murni yang besar di antara jemari-jemarinya yang bersarung tangan.

"Maju selangkah lagi dan panah ini menancap langsung ke dalam jantung alpha kecilmu," gertaknya.

Aku tak punya pilihan selain berdiri di tempatku berada. Aku punya perasaan ia akan melakukannya. Orang brengsek seperti apa yang melakukan hal ini kepada hidup adik perempuannya sendiri?

Raiven berlutut di sebelah Derek, mungkin memeriksa luka-luka Derek. Aku mengeluarkan geraman lain.

Kakak Raiven maju di depanku dengan puas diri. "Nah, nah, Alpha. Ia--Raiven--bukan milikmu lagi. Dan bukannya ia memang pernah jadi milikmu," katanya.

Perlu segenap kekuatan yang ada dalam diriku untuk tidak mematahkan lehernya jadi dua.

"Kau bahkan tak tahu hal pertama tentangnya, ataupun tentang anakmu sendiri. Kau menyebut dirimu pemimpin? Kau bahkan hampir tak bisa menyatukan keluargamu, apa lagi sebuah pack," cemoohnya.

Aku begitu bersyukur bahwa serigala tak bisa menangis. Ia memberiku cercaan kecil karena ia tahu, begitupun aku, bahwa aku tak akan melakukan apa pun. Ia berbalik dan melangkah kembali menuju Raiven. Ia mencengkeram lengannya dan menariknya dengan kasar.

Aku secara otomaris menggeram, tapi dengan rendah. Ia memutar bola matanya padaku dan mendorong adiknya keluar pintu. "Ayo pergi," perintahnya.

Derek mengerang, masih dalam wujud beruangnya dan tertatih di belakang mereka.

Aku melihat Raiven ditarik menjauhiku lagi. Ia tak memrotes atau melawan, yang mana merupakan hal yang super aneh. Aku mencoba untuk menghubunginya lewat mind link, tapi ternyata tidak berhasil seperti ada penerimaan sinyal yang buruk atau semacamnya. Aku bahkan tak bisa merasakan ikatan kami lagi. Ikatannya ada di sana, tapi tak sekuat dahulu, dan itu sangat membuat hatiku sakit.

Aku mengeluarkan rengekan kecil untuk menangkap perhatiannya dan ia menatapku dari balik bahunya saat ia berjalan pergi. Selama sesaat, kukira aku mendapatkan Raiven yang asli kembali, Raiven yang akan lari ke dalam pelukanku lagi dari caranya ia menatapku, seolah ia sadar siapa aku sebenarnya.

Tapi ia tidak melakukannya.

Aku tahu kalau Derek telah melakukan sesuatu kepadanya karena matanRaiven tidak bercahaya seperti sebelumnya. Matanya terlihat kosong dan tak ada tanda kehidupan di sana, seolah ia hanyalah sebuah wadah kosong.

Aku melihatnya ditarik keluar dan merasa begitu payah dan tak berdaya. Tapi saat itulah aku memerhatikan laki-laki yang datang dengan kakak Raiven ada di sana. Ia mendekat tanpa suara kepadaku.

Aku maju dan mengeluarkan geramanku yang paling ganas, sembari memamerkan gigi-gigiku.

Ia menelan ludah dan mendorong rambut pirangnya ke kebalang. "Maaf. Aku tahu kau tak punya alasan untuk memercayaiku..." katanya. Aku menegakkan postur diriku ke yang paling tinggi untuk membiarkannya tahu bahwa aku serius.

"Tapi... namaku Jason. Aku--aku teman lama Ray," katanya cepat-cepat sembari melirik ke belakang bahunya. "Derek membuat Ray ada dalam pengaruh ramuan cinta untuk menghancurkanmu dan packmu, Alpha. Jangan biarkan itu memengaruhimu. Tapi jangan khawatir, ramuan cinta itu hanya sementara. Tapi kau harus membuatnya jatuh cinta kepadamu untuk mematahkan semua pengaruhnya," katanya dalam satu tarikan napas.

Aku berkedip padanya, bertanya-tanya apakah harus memercayainya atau tidak. Ia bertumpu pada satu kaki dan berganti ke kaki yang lain. "Sekarang, pergilah ke anak buahmu dan jagalah mereka dengan hidupmu. Kalau Kale, Derek, dan Zach menangkap mereka, kau dan packmu akan binasa. Bentuklah ikatan dengan mereka sebanyak yang kau bisa, tapi temui aku besok pagi jam tiga di garasimu dan kita akan menyelamatkan Ray, oke? Selamat tinggal."

*

Aku merubah wujudku kembali dan berpakaian di dalam kantorku lagi. Aku masih tak bisa mencerna apa yang Jason katakan.

Ramuan cinta?

Apakah Derek sebegitu putus asanya? (Well, si translator juga nanyain hal yang sama. What the hell?)

Aku berjalan perlahan ke lantai atas, benar-benar ingin untuk jatuh tertidur saja sampai semua ini meledak dengan sendirinya. Aku ingin Raiven, aku ingin bahagia, tapi sepertinya tidak semuadah itu.

Aku mendorong pintu kamarku sampai terbuka dan melihat Nick yang begitu stress tang mencoba untuk menangkap salah satu dari si kembar untuk berhenti melompat di atas kasur. Satunya lagi sedang duduk menangis keras di atas kasur juga dengan wajah kecil manisnya yang semakin memerah terang.

"Nick! Apa yang kau lakukan?" tuntutku. Nick terlihat seperti ingin menangis.

"Kontrol mereka," pintanya.

Aku mendekati anak yang melompat-lompat di atas kasur. "Hai, kau. Duduk!" perintahku.

Kakinya tiba-tiba berhenti melompat dan ia duduk dengan patuh dan mengerjap kepadaku dengan mata biru besarnya. Ia memang terlihat seperti aku. Aku tak akan bohong.

Aku berbalik pada yang satunya lagi dan menempelkan satu jari ke bibirku sendiri. "Berhenti," kataku. Dan mulutnya menutup dengan sendirinya dengan cepat walapun bulir air mata terus tumpah dengan bebas.

Nick mencoba untuk menahan tawanya.

Aku memelototinya. "Siapa nama mereka?"

Nick menunjuk anak yang melompat tadi. "Itu Caden," lalu menunjuk anak yang menangis tadi, "dan yang itu Corbin."

"Caden dan Corbin, eh?" kataku memasukkan tanganku ke dalam kantung untuk menghentikan diriku memeluk mereka. Aku tak terbiasa dengan peran ayah sepenuhnya.

Ini membuatku begitu takut akan seberapa banyak mereka mirip denganku dan aku tidak memerhatikan hal ini sebelumnya. Aku seharusnya tahu kalau ia pasti akan mengandung. Aku tahu aku seharysnya tak menjawab panggilan Alpha itu keesokan paginya. Kenapa aku tak meninggalkan senuah pesan? Kenapa aku akan berasumsi bahwa ia akan ada di sana saat aku kembali tiga bulan setelahnya? Aku menatap si kembar, membenci diriku sendiri akan apa yang telah dilalui ibu mereka.

Caden menggosok matanya dan mendongak menatap Nick. "Aku ingin Mommy."

Nick memeluknya. "Oh, Mommy akan kembali nanti, oke? Kau ingin bermain dengan Daddy saja?" katanya sembari menunjukku.

Caden menggelengkan kepalanya. "Ngantuk," katanya. Nick mengangguk dan dan menyelimutinya dengan selimutku. Corbin masih menatapku lekat-lekat, mulutnya sedikit terbuka.

Aku bergerak ke kanan dan matanya mengikuti. Aku bergerak ke kiri dan matanya masih mengikuti. (Sori nyela, tapi ane gak tahan buat komen: Terusin aja gapapa, ane geli bacanya :v)

Nick tertawa. "Kau ingin tidur dengan Caden?" tanyanya. Corbin menggelengkan kepalanya.

"Baiklah, kami akan turun ke kantor Daddy dengannya, oke?"

I swallowed, not being used to having kids run around
me all the time.

Aku menelan ludah, tidak terbiasa akan anak-anak yang berlari-lari di sekelilingki setiap waktu.

Tiba-tiba, Caden mendorong selimutnya kembali. "Aku mau ikut!" teriaknya lalu meluncur turun dari kasur. Nick menggendong dia dan Corbin, lalu mendaratkannya tiap anak ke tiap lenganku.

"Selamat bersenang-senang, Daddy!"

"Nick!" teriakku. Kedua kembar menutup telinga mereka dengan kedua tangan. "Keras sekali!" Caden tertawa.

Aku tak tahu apakah harus tertawa atau menangis. Di kedua lenganku, aku punya dua bocah menggemaskan milikku sendiri tapi aku tak tahu apa yang harus kulakukan dengan mereka.

Corbin terlihat seperti ia akan menangis lagi. "Mommy," katanya dengan bibir bawah agak monyong keluar.

"Eh..." kataku tak yakin.

Caden melihat saudaranya, lalu melihatku. "Aku mau makan," katanya.

"Eh..."

"Mommyku!"

"Makan!"

"Mommy!"

"Makan, makan, makan!"

Mereka berdua mulai bertambah keras agar tidak dikalahkan oleh yang lainnya.

Aku berdiri di sana tak berdaya untuk kedua kalinya. Aku membiarkan mateku sendiri diambil dariku lagi. Aku tak tahu bagaimana cara merawat anak-anakku sendiri.

Kakak Raiven benar. Aku hampir tak bisa menyatukan keluargaku, bagaimana aku bisa mengatur sebuah pack??

Continue Reading

You'll Also Like

94.4K 17.5K 30
⚠️Boys Love Mac, Seorang Manusia serigala dengan gelar Alpha yang keluar dari dunianya dan bertemu manusia, seorang pria manis dengan mata sipit, hid...
1.1M 89.7K 62
Bagaimana jika seorang King of Werewolf dikhianati matenya sebanyak 3 kali? Dialah Dareen Walcott. Seorang pria yang berpenampilan bak dewa yunani it...
28.4K 4.7K 35
rumah tangga mereka selalu harmonis Mew sangat mencintai istrinya begitu pun sebaliknya
2.8M 187K 34
[ SEBAGIAN PART PRIVAT FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Bryan Ablord. Siapa yang tidak mengenal The King Of Werewolf ini? Kejam, bengis, tak mengenal ampun. ...