(212 - 311 ( + extra) The Hus...

By erryenellis

22.4K 1.6K 67

Mo Ran merasa bahwa menjadikan Chu Wanning sebagai gurunya adalah sebuah kesalahan. Shizunnya sangat mirip ku... More

212 - [Jiaoshan] Pemimpin Sekte Agung
213 - [Jiaoshan] Pertarungan Hidup dan Mati
214 - [Jiaoshan] Inti Spiritual Hancur
215 - [Jiaoshan] Membakar Sisa Tubuh
216 - [Jiaoshan] Jatuh Menjadi Budak
217 - [Jiaoshan] Mimpi Buruk
218 - [Jiaoshan] Sang Kaisar Kembali
219 - [Jiaoshan] Jangan Pergi
220 - [Jiaoshan] Berjalan Berdampingan
221 - [Jiaoshan] Menggenggam Jemari
222 - Transformasi Menyeramkan
223 - [Jiaoshan] Menjauh
224 - [Jiaoshan] Janji Lelaki Terhormat
225 - [Jiaoshan] Tertawakan Aku Yang Gila
226 - [Jiaoshan] Tidak Pernah Lupa
227 - [Jiaoshan] Kata-Kata Dari Masa Lalu
228 - [Jiaoshan] Sebuah Permainan Kosong
229 - [Jiaoshan] Sejak Saat Itu
230 - [Jiaoshan] Pemuda
231 - [Jiaoshan] Sekte Obat
232 -[Jiaoshan] Dua Penglihatan Tidak Jelas
233 - Jika Aku Ingin Mengubah Judul, Aku Bisa Mengubahnya. Plin Plan!
234 -[Jiaoshan] Sang Kaisar Kembali
235 - [Jiaoshan] Menuju Akhir
236 - [Gunung Darah Naga] Huaizui
237 - [Gunung Darah Naga] Shenmu (Kayu Ilahi)
238 - [Gunung Darah Naga] Tanpa Jiwa
239 - [Gunung Darah Naga] Memiliki Hati
240 - [Gunung Darah Naga]Seorang Manusia
241 - [Gunung Darah Naga] Kebenaran
242 - [Gunung Darah Naga] Chu Fei
243 - 18+
244 - [Gunung Darah Naga] Rawa Ular
245 - [Gunung Darah Naga] Saingan Cinta
246 - [Gunung Darah Naga] Mengikat
247 - 18+
248 - [Gunung Darah Naga] Dilupakan
249 - Gunung Darah Naga] Kebenaran
250 - 18+
251 -[Gunung Darah Naga] Kembali
252 - [Gunung Darah Naga] Membagi Jiwa
253 - [Gunung Darah Naga]Bajingan
254 - [Gunung Darah Naga] Merindukanmu
255 - [Gunung Darah Naga] Dituduh
256 - [Paviliun Tianyin] Naik Turun Pengalaman Hidup
257 - [Paviliun Tianyin] Peri Linjiang
258 - [Paviliun Tianyin] Tulang Lunak
259 - [Paviliun Tianyin] Berbagi Jubah Yang Sama
260 - [Paviliun Tianyin] Lahir Seperti Tungku
261 - [Paviliun Tianyin] Fitnah Busuk
262 - [Paviliun Tianyin] Bagian Terpenting Opera
263 - [Paviliun Tianyin] Mimpi Lama Kembali Terulang
264 -[Paviliun Tianyin] Kaisar Seperti Dia
265 - [Paviliun Tianyin] Shi Mei Ganda
266 - [Paviliun Tianyin] Menghangatkanmu
267 - [Paviliun Tianyin] Naga Melilit Pilar
268 - 18+
269 - [Paviliun Tianyin] Kaisar dan Zongshi
270 - [Paviliun Tianyin] Hukuman Akan Dilaksanakan
271 - [Paviliun Tianyin] Pengadilan Final
272 - [Paviliun Tianyin] Kata-Kata Orang Sangat Mengerikan
273 - [Paviliun Tianyin] Berbeda Jalan
274 - [Paviliun Tianyin] Nyaris
275 - [Paviliun Tianyin] Jantung Hancur
276 - [Paviliun Tianyin] Aku Datang Untuk Mati Untukmu
277 - [Paviliun Tianyin] Yang Mulia Ini Kesepian dan Kedinginan
278 - [Paviliun Tianyin] Tidak Pernah Mengkhianati
279 - [Paviliun Tianyin] Malam Bersalju Untuk Sisa Kehidupan
280 - [Puncak SiSheng] Lidah Yang Baik dan Yang Jahat
281 - [Puncak SiSheng] Ingin Melakukan Lebih Banyak Perbuatan Baik
282 - [Puncak SiSheng] Serigala Yang Sendirian Memasuki Situasi Putus Asa
283 - [Puncak SiSheng] Api Akhirnya Menyala
284 - [Puncak SiSheng] Putraku Sangat Berharga
285 - [Puncak SiSheng] Phoenix Api Surgawi
286 - [Puncak SiSheng] Pemuda Yang Sangat Mencintai
287 - [Puncak SiSheng] Tidak Mungkin Lari Dari Takdir
288 - [Puncak SiSheng] Zongshi dan Kaisar Itu adalah mimpi.
289 - [Puncak SiSheng] Mengunjungi Sebagai Hantu
290 - [Puncak SiSheng] Tinggal Bersama Mei Hanxue
291 - [Puncak SiSheng] Dua Dunia Bersilangan
292 - [Puncak SiSheng] Hati Sedalam Laut
293 - [Puncak SiSheng] Kebencian Panjang Sang Kaisar
294 - The dying of death
295 - [Puncak SiSheng] Jalan Kemartiran Untuk Pulang
296 - [Puncak SiSheng] Seperti Dalam Mimpi Waktu Itu
297 - [Puncak SiSheng] Kecantikan Tulang Kupu-Kupu
298 - [Puncak SiSheng] Manusia Tidak Sebaik Surga
299 - [Puncak SiSheng] Tidak Pernah Berhenti
300 - [Puncak SiSheng] Hatinya Seperti Hatimu
301 - [Puncak SiSheng] Masa Lalu Kembali Tumpang Tindih
302 -[Puncak SiSheng] Jiwa Patah di Istana Wushan
303 - [Puncak SiSheng] Xue Meng Kehidupan Sebelumnya
304 - [Puncak SiSheng] Mereka Dari Kehidupan Sebelumnya
305 - [Puncak SiSheng] Persembahan Tubuh Dewa Untuk Iblis
306 - [Puncak SiSheng] Kasihani Tubuhku Yang Berbeda
307 - [Puncak Sisheng] Kelelawar Senja
308 - [Puncak SiSheng] Bekerja Sama Melawan Banjir
309 - [Puncak SiSheng] Mo Ran Tidak Jauh
310 - [Puncak SiSheng] Kartu Terakhir Ada cahaya.
BAB EKSTRA 312 - KEHIDUPAN DAΜΑΙ

311 - [Puncak SiSheng] Akhir

553 23 5
By erryenellis


Satu bulan kemudian.

Kota Wuchang.

"Ayo, mari dilihat."

Teriakan berisik penjaja memenuhi udara di bawah sinar matahari, memukul genderang di tangannya sepanjang jalan dan berjalan membawa asongan bambu.

"Dewa Penjaga Malam, Dewa Penjaga Malam- tiga puluh perunggu per buah. Diciptakan sendiri oleh Penatua Yuheng, mekanik untuk melawan roh jahat dan mengusir bahaya. Benar- benar asli dan murni. Ayo, ayo, ayo, jangan lewatkan, jangan sampai kehabisan."

Sandal jerami yang sudah usang menjejak jalanan batu biru, dan bayangan penjaja itu memanjang. Anak-anak berlarian di kiri kanannya, tertawa-tawa sambil memegang manisan buah atau layang-layang.

Tiba-tiba seorang gadis kecil dengan kucir kuda menarik-narik sudut pakaian penjaja. "Paman, aku ingin membeli Dewa Penjaga Malam."

Penjaja itu meletakkan bebannya dan mengambil satu yang dicat dengan warna kayu mahoni. "Heh, apakah yang ini terlihat bagus?" Gadis kecil itu mengangguk berkali-kali, "Bagus! Betul yang ini!" Khawatir akan ada orang lain yang akan merebutnya, dia buru-buru meraih mekanik yang hampir setinggi tubuhnya dan dengan susah payah mengeluarkan koin tembaga dari sakunya dengan satu tangan.

Dia berhasil mengeluarkan tiga koin tembaga.

Gadis kecil itu menjadi agak cemas, "Aduh, aku berlari terlalu cepat, apakah terjatuh di jalan?" Dia berkata sambil merogoh lagi, membalikkan kantong yang bagian bawahnya ditambal, dan hanya menemukan dua puluh tujuh perunggu. Gadis kecil itu panik, matanya merah, "Paman, uangku jatuh. Hanya ini yang aku punya, bisakah kau menjualnya padaku seharga itu?"

Penjaja itu menggosok-gosok tangannya yang kotor, "Nak, aku sudah menghabiskan dua puluh lima perunggu untuk Dewa Penjaga Malam ini. Jika aku menjualnya seharga itu padamu, aku hanya akan mendapatkan dua perunggu. Aku telah berjalan seharian, itu bahkan tidak cukup untuk membeli makan."

"Lalu apa yang harus kulakukan?" Gadis kecil itu mulai menyeka air matanya, "Saat aku pulang, Ayah akan memarahiku lagi, huhuhuuuu..."

Dia menangis keras, dan tiba-tiba seseorang menghalangi sinar matahari di belakangnya..

"Adik kecil, simpan uang perak ini baik-baik." Gadis kecil itu mendengar suara lembut dan halus, lalu menoleh dan mengangkat kepala. Pertama, dia melihat tangan yang mengenakan gelang berlonceng, kemudian matanya bergerak ke atas dan bertemu sepasang mata berwarna batu giok, rambut keemasan di bawah sinar matahari membuatnya tampak lebih halus.

Mei Hanxue tersenyum lembut, "Bagaimana seorang gadis kecil yang sangat cantik meneteskan air mata untuk tiga perunggu?" "Ahh..." Gadis kecil itu terpana.

Mei Hanxue berjongkok untuk menyamakan tinggi mereka. Kemudian, dia meletakkan kembali Dewa Penjaga Malam berwarna kayu mahoni yang baru saja diambil sang penjaja ke pelukannya. Alisnya mengernyit, "Sulit untuk membeli air mata yang indah, air mata gadis cantik adalah hal yang paling berharga di dunia. Lain kali, jangan menangis karena masalah sekecil ini, hmm?"

💜
Di sebelahnya ada lelaki lain dengan wajah yang mirip, mengenakan topi jerami dengan pakaian sederhana. Matanya sangat indah, berwarna zamrud, tetapi sedingin batu giok. Melihatnya sekilas, sama sekali tanpa kehangatan.

Lelaki itu mengerutkan kening, "Kau hampir tamat. Sepertinya dia baru berusia lima atau enam tahun."

Mei Hanxue tertawa dan bangkit, "Dage, kau sangat membosankan. Kecantikan tidak melihat usia. Wanita berusia delapan puluh tahun, atau anak-anak berusia lima tahun, gemuk atau kurus, masing-masing memiliki kecantikan sendiri, kau harus belajar memuji mereka. Ini akan membuat... Hei, mengapa kau lari?"

Kakak Mei Hanxue bahkan tidak ingin memedulikannya dan berbalik meninggalkannya.

Kali ini, Mei bersaudara pergi ke Puncak SiSheng atas perintah pemilik Istana Salju, Mingyue Lou, untuk memberi selamat kepada penduduk Shuzhong. Berkat Nyonya Wang yang telah melindungi orang-orang sekte ketika terjadi pemberontakan, sekarang setelah malapetaka mereda, para penatua dan murid-murid semuanya baik-baik saja, dan kekuatan mereka masih bertahan.

Alhasil, di dunia kultivasi yang telah berubah, Puncak SiSheng telah naik ke peringkat tiga besar. Tidak lagi menjadi matahari yang terbenam, sangat miskin dan membiarkan orang-orang membantai dengan mudah. "Mei Gongzi, Zhangmen sedang menunggu di Arena Berlatih Pedang."

Ini adalah waktu pertemuan pagi di Puncak SiSheng. Sebagian besar murid sedang berkultivasi di kelas. Arena Berlatih Pedang kosong dan sepi, hanya ada seorang lelaki yang mengenakan pakaian mewah. Dia sedang berdiri di depan pagar batu giok putih dengan tangan terlipat di punggung, menatap kabut awan merah yang menyelimuti puncak gunung. Mei bersaudara berjalan mendekat, menginjak rumput yang baru tumbuh, menimbulkan suara gemeresik.

Mendengar suara itu, lelaki itu tidak berbalik tapi menghela napas, "Kalian sudah di sini?" "Kami sudah tiba."

"Sudah lama aku menunggumu."

Mei Hanxue tidak bisa menahan tawa. "Ziming, mengapa kau berbicara seperti itu?"

Lelaki itu berbalik. Dia memang Xue Meng. Masih tampan, dengan penampilan yang mewah, dan wajahnya masih memiliki ketidakdewasaan masa muda. Ketika memandang dua Mei bersaudara, ketegangan di antara kedua alisnya agak mengendur. Matanya menyisakan sorot kepolosan dan kenaifan masa lalu.

"Heh, kalian tidak tahu, hari-hari terakhir ini aku benar-benar lelah."

Xue Meng tidak melihat seorang pun di sekitarnya dan Mei bersaudara tidak membawa siapapun bersama mereka. Tubuhnya yang tegang segera santai dan mendesah panjang. "Para penatua meneriakiku dengan peraturan dan etiket tujuh belas atau delapan belas kali sehari. Aku bahkan belum pernah mempelajarinya sebelumnya. Aku bahkan tidak bisa bicara dengan orang-orang sekarang, hanya bisa membuka mulut dan mengucapkan dua tiga kata. Penatua Xuanji mengatakan bahwa itu disebut singkat dan padat..."

Mei Hanxue tidak bisa menahan untuk menutupi mulut dengan tangan dan terbatuk. "Pfft...uhuk uhuk."

Xue Meng meliriknya dan berkata agak tidak sabar, "Jika kau ingin tertawa, maka tertawalah. Tidak perlu berpura-pura batuk."

💜
" Mei Hanxue menjawab anggun, "Tidak, tidak. Bagaimana aku bisa mengolok-olok Xue Zunzhu (*)?"

(*) Tuan muda yang terhormat

"Jangan berani-berani memanggilku seperti itu." Xue Meng mengernyitkan hidung. "Aku sudah muak."

Kakak Mei Hanxue masih setenang biasanya, berkata, "Bersabarlah. Mulai hari ini kau harus menahannya seumur hidup."

"..." Xue Meng hanya memutar kepala dan kembali memandang awan di puncak gunung. "Kau benar-benar berhasil melakukannya. Itu adalah kalimat yang paling membuat putus asa yang kudengar dari seseorang sejak aku naik takhta."

Mei Hanxue: "..."

Xue Meng menambahkan, "Tidak seorang pun."

"Hahaha." Kali ini, Mei Hanxue benar-benar bertepuk tangan dan tertawa. Setelah tertawa beberapa saat, dia berkata kepada Xue Meng. "Sebenarnya, ketika seseorang menjadi pemimpin tidak perlu banyak aturan, bukan? Kau lihat Jiang Xi di Gu Yueye - dia hidup jauh lebih nyaman."

Ketika tidak disebut itu tidak apa-apa. Namun begitu disebutkan, punggung Xue Meng yang sudah santai kembali tegang.

Di tempat yang tidak bisa dilihat orang lain, di bawah lengan baju mewah yang disulam dengan benang emas, sepuluh jarinya tanpa disengaja mengepal, hatinya berkecamuk dengan beragam rasa.

Sebenarnya, dia baru saja pergi ke Gu Yueye beberapa hari yang lalu.

Jiang Xi telah terluka parah dalam pertempuran,

tetapi untunglah ada banyak pil ajaib dan obat-
obatan mujarab di sekte obat. Selain itu, murid- muridnya semua fasih dalam ilmu pengobatan, sehingga mudah untuk mengembalikan hidupnya. Namun meskipun hidupnya diselamatkan, kesehatannya tidak lagi sama seperti di masa lalu. Yang lebih mengkhawatirkan adalah Jiang Xi telah diserang oleh energi iblis dan tubuhnya mengalami beberapa perubahan.

"Apa yang akan terjadi?" Pada saat itu, Xue Meng berdiri di luar kamar Jiang Xi dan bertanya kepada penatua Gu Yueye yang mengobatinya.

Penatua itu menjawab, "Tidak baik. Gerbang Iblis tidak pernah terbuka selama ribuan tahun, jadi tidak ada catatan kultivator yang terinfeksi energi iblis. Untuk sementara ini, sepertinya Zhangmen baik-baik saja, tapi aku tidak yakin apa efek yang akan terjadi padanya di masa depan..."

Xue Meng tampak muram dan sekali lagi melirik ke dalam ruangan itu.

Tirai berwarna giok berlapis-lapis, menutupi pintu masuk. Jangankan melihat penampilan Jiang Xi saat ini, bahkan tata letak kamar tidur pemimpin sekte Gu Yueye itu tidak jelas dari luar.

"Bisakah kau menyembuhkannya?"

Penatua itu menggeleng, "Aku khawatir ini akan sangat sulit."

Kecemasan di hatinya menjadi kian tebal. Xue Meng menutup mata dan berkata, "Jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa datang menemuiku di pintu Puncak SiSheng kapan saja."

Meskipun penatua itu tidak tahu apa hubungan

Xue Meng dan Jiang Xi, tetapi samar-samar dia

merasa ada ikatan halus di antara keduanya.

Karena itu, dia dengan sopan membungkuk dan

berkata, "Kalau begitu, aku akan berterima

terima kasih kepada Xue Zhangmen terlebih dahulu."

Xue Meng melambaikan tangannya dan sekali
lagi mengarahkan pandang ke kedalaman tirai. Sebenarnya, Xue Meng benar-benar ingin masuk dan melihat keadaan Jiang Xi, tetapi tempat dimana pemimpin sekte itu tidur lebih misterius dari kamarnya, dan orang lain tidak dapat dengan mudah masuk. Terlebih lagi, Jiang Xi masih tidak sadarkan diri, sehingga orang-orang Gu Yueye yang lain tidak bisa mengizinkannya masuk. Xue Meng tidak tahu harus berkata apa lagi, dan hanya mengerutkan kening. "Senjata ilahi Jiang Zhangmen, Phoenix Salju, telah kukembalikan pada penatua sektemu, Feng Jian.

Mohon ingat untuk menyampaikan padanya."

💜
"Ya." Setelah jeda, penatua melihat Xue Meng ragu-ragu, jadi dia bertanya, "Izinkan aku bertanya apakah Xue Zhangmen masih memiliki pesan lain?"

"... Lupakan, tidak apa-apa. Aku akan pergi." Penatua itu sangat sopan. "Terima kasih banyak kepada Xue Zhangmen karena datang ke sini secara pribadi."

Meskipun Xue Meng banyak berselisih dengan Jiang Xi sebelumnya, saat itu dia adalah tuan muda. Sekarang dia adalah pemimpin sekte, orang-orang Gu Yueye secara alami tidak akan mengabaikannya tanpa alasan.

Beberapa penatua dan dokter menemaninya saat dia berjalan dari aula besar. Gu Yueye memiliki energi spiritual yang mengalir sepanjang tahun, sehingga bunga-bunga mekar sepanjang musim. Xue Meng mendongak dan melihat bahwa Pulau Lingyu tertutup salju tipis yang melayang ringan. Tetapi masih ada bidang yang disulam indah dengan bunga-bunga yang bermekaran di udara yang jernih dan dingin. Dia tidak tahu perasaan apa yang ada di dalam hatinya.

Dia berjalan perlahan sepanjang koridor, dan di bawah kakinya papan-papan berderak.

Tiba-tiba, lonceng tembaga kepala binatang bertanduk di sudut atap berbunyi. Xue Meng mengangkat kepala dan melihat seorang lelaki muda yang tampak sebaya dengannya di pojok. Pemuda itu berjalan ke arahnya dengan dua pedang di tangan, wajahnya tampan dan bahunya lebar. Dalam cahaya pagi, wajahnya memancarkan kelembutan yang tak terlukiskan. Meskipun mata Xue Meng tinggi di atasnya, dia masih bisa melihatnya.

"Xue Zhangmen."

Mereka berpapasan di jalan yang menyempit. Pemuda itu berhenti lebih dulu dan membungkuk memberi hormat. Dia sopan dan rendah hati.

"..." Xue Meng menghentikan langkah. "Ini
adalah..."

"Oh, ini adalah pelayan dekat Zhangmen. Selama bertahun-tahun telah membantu Zhangmen mengelola urusan rumah tangga Gu Yueye, tidak sering muncul, tetapi Zhangmen memercayakan banyak hal penting padanya." Penatua tersenyum, wajahnya jelas menunjukkan bahwa dia segan pada pemuda ini. Xue Meng menjawab datar, "Hm."

Pemuda itu memberi hormat. Melihat orang lain masih menatapnya, dia mengangkat kepala dan tersenyum.

Pada jarak ini, ketika dia mengangkat kepala, Xue Meng bisa melihatnya dengan jelas. Meskipun Xue Meng tidak pernah terlalu memerhatikan penampilan orang lain, dia masih memerhatikan penampilan luar biasa pemuda ini. Terutama sepasang matanya yang cerah dan lembut, seolah diterangi oleh bintang-bintang yang tak terhitung banyaknya. Wajah yang sangat tak terlupakan.

Xue Meng menyipitkan mata dan mulai mengamati penampilan pihak lain dengan lebih kasar, bahkan mencoba menemukan kelemahan untuk dibandingkan. Tetapi setelah melihat beberapa kali, dia tidak dapat menemukan apapun.

Dia memiliki ketampanan yang memukau. Muda, pendiam, berpenampilan lembut, bertubuh tinggi, dan kulitnya sangat halus. Bahkan tampak memancarkan cahaya redup. Pemuda seperti itu harus berada dalam daftar elit muda dunia kultivasi, bukannya diperas tenaganya dan menjual hidupnya untuk bekerja sebagai buruh di kedalaman hati Gu Yueye.

Xue Meng berpikir dengan kering.

Mutiara cerah yang tertutup debu, Jiang Ye Chen benar-benar bukan orang baik.

Ditatap oleh Xue Meng tanpa berkedip, pemuda itu merasa agak tidak nyaman. Namun, dia masih bertanya dengan sopan dan lembut, "Xue

Zhangmen, apakah ada masalah?"

💜
Xue Meng kembali ke akal sehatnya, "...Tidak, tidak ada apa-apa."

Tapi dia terus menatapnya tanpa menutup- nutupi.

Pelayan dekat tingkat pertama, meskipun sangat dihormati, tapi tidak memiliki status apapun.

Jika Xue Meng tidak bertanya, pihak lain tidak akan memberitahukan namanya dan dia akan dipermalukan.

Namun penatua obat itu gesit. Melihat Xue Meng tampak ingin tahu tentang pemuda ini, dia memperkenalkannya dengan senyum, "Xue Zhangmen jangan melihat usianya yang masih sangat muda. Faktanya, Pulau Lingyu sangat kecil, dan manajemennya sangat luar biasa, terkadang membuat kami para penatua sangat malu."

Pemuda itu menggigit bibir dan wajahnya agak tersipu. "Penatua terlalu memuji."

Xue Meng memandangnya bolak balik dan semakin ingin tahu tentang orang itu. Tiba-tiba dia melihat sekilas, pemuda itu membawa palet kayu yang dipernis di belakangnya. Setelah berpikir sejenak, dia bertanya, "Apakah kau akan pergi ke tempat Jiang Xi?"

"Benar." Pemuda itu sedikit terkejut karena tidak berharap Xue Meng akan memanggil pemimpin sektenya dengan nama. Tetapi dengan cepat mengangguk sambil tersenyum.

Ini adalah kesempatan bagus. Jika dia menyampaikan keinginan untuk menemaninya,

pihak lain seharusnya tidak menolak. Dengan cara ini, dia akan bisa secara terbuka memasuki kamar Jiang Xi dan melihat bagaimana si idiot yang sakit itu.

Xue Meng berdehem dan hendak mengatakan sesuatu ketika mendengar suara lembut pemuda
itu.

"Aku akan memberikan obat kepada ayahku."

Awalnya Xue Meng terpana, lalu wajahnya menjadi pucat. "...Apa?"

Penatua obat buru-buru berkata, "Maaf, aku hampir lupa mengatakan bahwa dia adalah anak angkat Jiang Zhangmen." Xue Meng, ".

Beberapa puluh waktu kemudian, beberapa
penatua terlihat mendekati Xue Meng yang wajahnya biru hijau di koridor. Tidak yakin apa yang terjadi, mereka bertanya dengan gugup. "Eh? Xue Zhangmen?"

"Xue Zhangmen, apa yang terjadi padamu?" "Apakah ada sesuatu yang terasa tidak nyaman?"

Pemimpin Puncak SiSheng yang baru diangkat tampak berwajah muram dan rendah diri. Bagian bawah sepatunya yang dilapisi sol besi menjejak anak tangga kayu dengan suara dentang keras. Dia mengertakkan gigi dengan wajah sekelam abu-Tentu saja dia tidak peduli apakah Jiang Xi memiliki anak kucing atau anak anjing. Apa hubungannya dengan dia? Dia hanya kesal karena Jiang Xi, yang jelas memiliki putra yang cakap di sekte, masih menunjukkan wajah munafik

"penyendiri tua dan tanpa pendamping" di depan orang luar.

Tidak tahu malu! Sangat memuakkan!

Mei Hanxue melihat kejanggalan di wajahnya dan bertanya, "Apa yang terjadi padamu?" "Tidak ada. Aku tiba-tiba memikirkan orang yang sama sekali tidak ada sangkut paut." Dia tidak ingin menyebutkan hal-hal yang menyangkut Jiang Xi, jadi mengubah topik dan mengobrol sebentar. Kemudian, bersama dengan Mei bersaudara pergi ke aula leluhur untuk memberi penghormatan bagi para pahlawan sekte yang telah meninggal.

💜
Ketika telah memasuki aula leluhur, Mei Hanxue melihat tablet leluhur yang sangat unik di sisi altar. Itu ditutupi oleh saputangan merah, dan kata-katanya tidak bisa dilihat.

"Ini adalah lokasi Mo Ran."

Ekspresi Xue Meng datar, sulit untuk menebak pikirannya. "Semua orang mengatakan bahwa dia sudah mati, tapi kupikir tidak. Setelah pertempuran besar berakhir hari itu, aku melihat Shizun meninggalkan Gunung Kunlun... Dia jelas pergi ke suatu tempat, tetapi tidak ingin membawa orang lain."

Saat berbicara, dia mengerutkan bibir, dan bulu matanya terkulai. "Singkatnya, aku tidak percaya kalau dia hancur menjadi abu begitu saja."

"Xuemeng..."

Xue Meng memalingkan wajah dan memandang keluar pintu. "Anjing Mo Ran itu selalu melakukan hal-hal dengan caranya sendiri sejak masih muda. Dia tidak bertindak sesuai akal sehat."

"Aku tahu kali ini juga sama."

Mei Hanxue hanya bisa menghela napas mendengar kata-katanya, tetapi tidak berniat membantahnya.

Mei bersaudara bersujud kepada pasangan dermawannya, sementara Xue Meng berdiri di samping dengan mata terpejam tanpa mengatakan apa-apa.

Ketika upacara selesai, Mei Hanxue berdiri dan menepuk pundaknya.

"Ziming, kau akan menjadi pemimpin yang baik."

Xue Meng membuka mata dan melirik tulisan hitam dan putih pada tablet leluhur. Dupa
terbakar dan asap biru pucat beraroma melayang di udara. Xue Meng memandang tablet leluhur ayahnya dan dengan tenang berkata, "Tidak akan lebih baik dari dia."

"Ayo pergi."

Xue Meng melambaikan tangan, lalu berbalik pergi.

Di aula leluhur yang khusyuk dan khidmat, sepotong kayu kecil berpernis tidak ditulisi nama orang yang sudah meninggal sesuai aturan. Mei bersaudara saling memandang, menghela napas, dan mengikuti langkah Xue Meng.

Abu harum jatuh.

Generasi muda sudah pergi jauh, tetapi altar gelap masih membakar tiga dupa yang telah mereka tinggalkan. Di balik cahaya redup, tablet kayu menunjukkan tulisan tangan Xue Meng:

Rahmat Ayah tidak tergantikan,

Kesetiaan di luar jangkauan.

Dan di bagian bawah tablet, ada tulisan lain yang diukir dengan empat kata konyol. Namun, Mei bersaudara tahu dan Xue Meng juga tahu bahwa jika roh Xue Zhengyong di surga melihat empat kata itu, dia akan tertawa terbahak- bahak.

Lilin berkedip-kedip lama, menerangi tulisan elegan, yang merupakan perpanjangan dari kaligrafi Xue Zhengyong. Seluruh guratannya ringan dan mengalir tanpa tekanan.

Xue Lang sangat cantik.

Malam itu, Puncak SiSheng mengadakan perjamuan tuan rumah untuk menyambut tamu utusan dari Istana Salju.

Karena persahabatan yang erat antara kedua sekte, ini dianggap sebagai hal pribadi dan bukan sesuatu yang bisa dilihat oleh orang luar. Meskipun demikian, masih ada rumor yang beredar.

💜
Konon Xue Zunzhu yang baru diangkat sangat mabuk setelah minum tiga cangkir anggur sampai tidak mengetahui arah utara. Xue Zunzhu suka bergumam sendiri ketika mabuk. Hari itu, dia menggumamkan terlalu banyak hal. Terkadang dia menangis untuk orang tuanya, terkadang dia mengumpat saudaranya, dan kemudian mengeluh dan bergumam tentang shizun-nya.

Hari itu, mulutnya penuh dengan nama mereka.

Tetapi kecuali Mei Hanxue, tidak ada dari orang- orang itu yang datang.

Dalam keadaan mabuk berat, di tengah cahaya lentera, dia meletakkan kepala di lengan dan memandang ke Aula Meng Po dari lekukan lengannya.

Untuk sesaat, dia melihat hiruk-pikuk dan merasa sangat gembira.

Di tengah orang banyak, Xue Zhengyong dan Nyonya Wang bersulang saling mendentingkan cangkir. Sementara Shi Mei dan Mo Ran membungkus dumpling di sekitar mereka. Lalu semua orang tiba-tiba terdiam dan menoleh ke arah salju di luar. Mereka melihat Penatua Yuheng mengenakan jubah merah, mengibaskan salju di payung kertas minyak dan berjalan ke arah mereka.

"Zunzhu, kau mabuk."

Ada suara samar seseorang memanggilnya di telinganya, tapi Xue Meng tidak menanggapi.

Setelah itu, seseorang menghela napas dan menutupinya dengan mantel dingin. Dia tidak tahu siapa orang itu, apakah salah satu penatua, atau orang lain.

Kemudian, orang itu menyentuhnya dan berkata, "Zunzhu, kau mabuk."

Dia membuat suara samar, tetapi air matanya mulai mengalir, lalu menyandarkan kepala ke lengan orang itu. Hari sudah larut, cangkir- cangkir dan piring-piring berantakan, dan pikirannya kusut. Xue Meng tidak berbicara lagi, juga tidak menarik orang lain untuk menangis dan membuat keributan lagi dia berusaha yang terbaik untuk tumbuh menjadi seperti ayahnya.

Mungkin setahun lagi dia tidak akan mudah mabuk. Setelah beberapa tahun, mungkin meskipun mabuk, dia tidak akan berbicara omong kosong lagi. Pada akhirnya, mungkin. tidak ada yang bisa dengan mudah melihat air mata Xue Ziming dari Puncak SiSheng.

Perlahan-lahan, dia akan menjadi pohon yang menopang setengah bahkan seluruh dunia kultivasi. Tahun-tahun ketika dia menangis dan minum anggur sesuka hati, suatu hari akan menjadi kenangan masa lalu ketika Xue Zunzhu dan generasi penerusnya mengobrol.

Setiap generasi berlalu seperti ini, dan ketika Xue Meng meninggal, itu akan menjadi masa lalu milik generasi berikutnya, tetapi tidak akan ada yang mengenalnya lagi.

Tahun-tahun yang muda dan indah itu mungkin pada akhirnya menghilang begitu saja, dan akhirnya berubah menjadi kalimat pada kipas lipat Xue Meng, "Xue Lang sangat cantik."

Setelah Mei bersaudara kembali ke Istana Salju, beberapa hari kemudian dunia kultivasi

Mengumumkan sebuah berita penting. "Setelah Malam Tahun Baru, Istana Salju Kunlun
akan membentuk aliansi dengan Puncak SiSheng. Kedua sekte memiliki pikiran yang sama, tidak ada perbedaan antara dunia kultivasi atas dan bawah, tetapi mencari keselarasan pandangan dan keamanan publik. Kepala Istana Mingyue Lou dan Pemimpin Sekte Xue Ziming telah bergabung untuk melihat dunia dan membuktikan ketulusan hati
mereka."

Saat pengumuman itu, ombak menggulung

ribuan lapisan. Beberapa memuji, beberapa tidak mengerti, dan beberapa diam mereka bisa melihat bahwa persekutuan baru ini mungkin mengguncang seluruh dunia dalam sepuluh tahun, dua puluh tahun, atau bahkan lebih cepat. Dunia kultivasi atas dan dunia kultivasi bawah mungkin perlahan-lahan akan mulai mengaburkan batas.

"Apakah ini hal yang baik?" Seseorang bertanya dengan penuh rasa ingin tahu setelah minum teh.

💜
Rekannya menyesap aroma salju dingin di mangkuk dan menggeleng. Dia berkata, "Siapa yang akan tahu tentang masa depan? Di masa lalu, Nangong Changying telah mengumpulkan sembilan sekte besar dunia kultivasi atas, dia ingin membuat tempat-tempat yang dikendalikan oleh sekte-sekte ini menjadi surga. Semua orang tidak membayar upeti, tetapi hasilnya tidak memuaskan. Tampaknya keputusan ini bijaksana dan tepat, namun masih harus diberi waktu untuk membuktikan..."

"Ah, benar sekali."

"Tapi setidaknya, untuk saat ini tidak akan ada insiden lain yang melibatkan Gu Yueye. Seharusnya tidak ada yang bisa mengalahkan kekuatan gabungan Istana Salju Kunlun dan Puncak SiSheng."

"Itu juga tidak bisa dipastikan. Menilai kepribadian Jiang Xi, dia menolak tunduk pada orang lain..."

"Lupakan, lupakan. Kenapa kau begitu peduli? Biarkan mereka melakukan selangkah demi selangkah. Mari kita bersenang-senang menjalani hidup kita sendiri. Hmm, biji melon rebus empedu ular ini cukup enak." Peminum teh itu menaikkan suaranya dan berteriak ke arah luar tirai bambu, "Nyonya Bos, beri aku satu lagi!"

Selama musim dingin dan musim semi, sebagian besar luka di Sembilan Wilayah perlahan-lahan pulih. Desa-desa dan kota-kota yang pernah hancur akibat perang dibangun kembali dengan bantuan berbagai sekte besar.

Ada beberapa orang yang pernah kehilangan

kepercayaan pada kegelapan, tetapi untungnya, hati manusia tidak statis.

Mungkin suatu hari, akan ada teriakan dalam keheningan, dan akan ada percikan api di jurang yang dalam. Mereka yang bertepuk tangan membabi buta akan berhenti, mereka yang ngeri akan berbicara, mereka yang lembut akan menjadi tangguh ketika ancaman datang, dan mereka yang menghadapi kebohongan akan berdiri melawan.

Segalanya berubah. Sebuah kota baru sedang dibangun di atas reruntuhan. Namun, benar dan salah masih tidak dapat dipisahkan dengan tegas.

Tetapi itu tidak apa-apa. Barangkali tidak akan pernah mungkin bagi seseorang untuk benar- benar memahami sesuatu, bahkan untuk benar- benar memahami diri sendiri..

Salah satu contoh paling sederhana

Kau memiliki mata, tetapi apakah kau benar- benar dapat melihat wajahmu sendiri? "Bagus! Ceritakan yang lain lagi!"

Di tanah lama Linyi, di bawah pohon beringin tua, sebuah buku selesai dibaca.

"Chu Xianjun benar-benar orang baik..." Wanita tua itu mendengarkan sambil menghapus air mata. "Aku tidak tahu di mana dia sekarang..." "Mo Xianjun benar-benar dianiaya... ohh..."

Gadis kecil berukuran setengah tubuhnya menjilat buah manisan di tangannya. Mata hitamnya berkilau dan wajahnya penuh air mata. Sambil terisak, tiba-tiba dia menoleh pada teman di sebelahnya dan berkata, "Hik hik, aku tidak suka kisah Nangong Gege dan Ye Jiejie."

Temannya tertegun. "Kenapa?"

Gadis itu berkata sambil menyeka air mata, "Semua mati."

Anak laki-laki itu bergumam, "Ye Wangxi belum mati..."

Gadis itu menangis lebih sedih. "Kau tidak mengerti. Kalian laki-laki semua bodoh. Dia pasti merasa lebih buruk daripada mati. Huhuhuhu...".

Anak laki-laki itu bingung harus melakukan apa ketika dia terus menangis. Dia menggaruk kepala sangat lama sebelum berbicara lagi, "Aduh, jangan menangis lagi. Bagaimana kalau begini, ayo bermain, kita bermain pengantin- pengantinan. Aku akan jadi Nangong Si, kau jadi Ye Wangxi, dan kita akan membuat cerita sendiri... Ayo, jangan menangis, jangan menangis."

💜
Untuk menyenangkan temannya, anak laki-laki itu mengambil daun seukuran telapak tangan untuk menutupi separuh wajah gadis kecil itu.

"Kalau begitu, ambil kerudungnya. Kita di sini untuk menikah ~"

Gadis kecil itu mengerjap lalu tertawa terbahak- bahak.

Ternyata rasa sakit dan penderitaan bisa ditulis ulang di mata seorang anak. Secara bertahap segalanya akan menjadi santai. Cinta dan kebencian perlahan akan dipisahkan dan secara bertahap akan menjadi legenda di sungai dan danau. Di bawah pohon beringin tua, akan diceritakan oleh pendongeng satu demi satu.

Dengan kau dan aku seumur hidup, suka dan duka, hidup dan mati, kehormatan dan aib, dua atau tiga tetes air mata para penonton, dan seluruh aula bertepuk tangan.

Gadis kecil dan anak laki-laki itu dinaungi daun dan saling menghormat. Mereka adalah teman masa kecil, saling memandang dengan ekspresi manis di wajah dan berteriak:

“Pertama, menghormati langit dan bumi.” "Kedua, menghormati orang tua."

Di bawah pohon beringin tua, seorang Daois berpakaian hitam berwajah tampan berjalan lewat. Di pinggangnya tergantung wadah panah usang yang telah pudar. Tidak ada panah di wadah itu.

Setelah perang berakhir, dunia sangat damai.

Di dalam wadah panah bersulam bunga warna-warni, seekor anjing kecil dengan ujung cakar emas melongok keluar, memandang dunia sambil menyalak "auw auw".

Sang Daois berpakaian hitam berdiri di bawah pohon dan menyaksikan kedua anak itu
bermain pengantin-pengantinan sambil tersenyum. Tiba-tiba dia teringat sesuatu dan berjalan mendekati mereka, menyerahkan saputangan merah pada gadis kecil itu.

"Eh?" Gadis kecil itu tertegun, "Apa ini? Siapa kamu?"

Daois berpakaian hitam itu tidak menjawab, hanya tersenyum dan berkata, "Istri yang mana mengenakan kerudung daun di kepalanya? Ayo, ini untukmu."

Saputangan itu sudah agak tua, sangat lembut, dan memiliki tekstur yang indah.

Di sudutnya ada sulaman huruf 'Si'. Berapa tahun sudah berlalu? Barang-barang lama sudah rusak. Ini adalah ketika dia menangis ketakutan di dunia ilusi. Nangong Si mengeluarkannya untuk menghapus air matanya.

Gadis kecil itu mengambil saputangan dan melihatnya. Tiba-tiba, senyumnya merekah bagai bunga.

Dia mengangkat kepala dan berkata, "Terima kasih, Jiejie."

Daois berpakaian hitam terkejut, lalu matanya berbinar dengan cahaya bintang-bintang.

Setelah bertahun-tahun, tidak banyak orang yang bisa mengenalinya bahwa dia adalah seorang gadis. Selain itu, ada Mantra Pengubah Suara yang tidak akan pernah bisa dipulihkan. Mata anak kecil ini benar-benar tajam.

Dia menggeleng sambil tersenyum, meluruskan tubuh dan menepuk kepala mewah Naubaijin di wadah panahnya. "Ayo pergi. Apa yang kau lihat?"

Naubaijin: "Auw auw auw!"

Angin berembus dan dedaunan pohon beringin
berdesir.

Pendongeng bercerita tentang pertempuran di Jiaoshan, Nangong Si mengorbankan diri melompat ke Kolam Jiwa Naga. Semua orang menangis.

terdengar di belakangnya.

Dia tidak menangis lagi. Dia berbalik dan berjalan sendiri menuju pegunungan yang jauh. Suara manis gadis kecil dan anak laki-laki

💜
"Suami dan istri saling menghormat!"

Saat ini, dia telah berjalan keluar dari keteduhan pohon beringin, sinar matahari yang menyengat menyapu wajahnya. Untuk beberapa alasan, dia tersenyum sampai matanya melengkung. Hatinya dipenuhi sukacita dan rasa manis.

Masa kecil adalah waktu yang sangat indah dalam kehidupan seseorang. Berpikir bahwa membuat sumpah dan bersujud itu sangat mudah.

Setelah beberapa langkah, terdengar langkah- langkah kaki kecil. "Jiejie! Saputanganmu!"

Dia tidak menoleh, hanya melambaikan tangan, terlihat seperti pahlawan.

Sepasang mata bulat Naubaijin menatapnya, menatapnya dengan tatapan kosong, seolah bertanya padanya, "Itu adalah sesuatu yang ditinggalkan Nangong Si, apakah kau tidak menginginkannya?"

Dia tertawa kecil, matanya sangat lembut. "Tidak."

Saat mengatakan ini, dia melihat ke arah padang rumput yang tidak beraturan, tempat dimana segudang hal lahir di musim semi. Kemudian, dia melihat sosok Nangong Si berdiri di sampingnya, masih dengan ekspresi liar dan sulit diatur.

Seorang yang sombong, tapi juga agak tenang.

Dia berkata, "Aku tahu kau di sini."

Hantu Nangong Si mengerutkan kening, seolah menegurnya.

Dia berbisik lembut, "Kau jangan marah. Mereka ada di altar, dan tidak memiliki kerudung."

"Jadi, aku memberi mereka saputanganmu."

Nangong Si masih tampak tidak bahagia.

"Sebuah saputangan pernikahan yang baik, kau tersenyum saja."

Matahari bersinar keemasan. Nangong Si memaksakan senyum, tetapi itu bahkan lebih jelek dari hantu.

Dia juga tertawa bersamanya, bulu matanya terkulai. Ketika dia mengangkat matanya lagi, bayangan Nangong Si sudah menghilang. Tapi dia tahu dia akan kembali..

Itu bukan hantu atau ilusi.

Dia ada di hatinya, sehingga dia selalu bisa melihatnya.

- Dia selalu paling tampan ketika sombong.

Dalam sekejap mata, sudah Malam Tahun Baru. Menurut aturan dunia kultivasi, bakti pada orang tua bisa dihilangkan. Karena itu, pada malam sebelum Tahun Baru, Xue Meng akhirnya dinobatkan sebagai Pemimpin Sekte Puncak

SiSheng. Dan orang-orang datang untuk berikan selamat padanya. Di bawah langit perak malam itu, Xue Meng menjalani upacara. Dia mengenakan mahkota giok, cincin pemimpin sekte, dan jubah sutra. Pakaian dalam dan luar yang dikenakannya total sembilan lapis, disulam dengan manik- manik batu roh.

Dia berdiri di Aula Danxin yang agung dan megah. Wajahnya yang sehalus batu giok tampan namun dewasa.

Jika diamati dengan cermat dari dekat, sedikit
banyak ada bayangan Jiang Xi pada sepasang matanya. Namun, nama keluarganya tidak akan pernah menjadi Jiang, dan dia tidak akan pernah ingin menjadi seperti Jiang Xi.

"Selamat, Zhangmen Xianjun."

Penatua Xuanji memimpin murid-muridnya

untuk memberi hormat terlebih dahulu.

Para murid Puncak SiSheng bergiliran berturut- turut memberi hormat, seperti gelombang biru. Para tamu lain yang datang untuk memberi selamat, juga menundukkan kepala untuk memberi hormat.

💜
Suara mereka bergemuruh bagai guntur, bergema menembus puncak gunung yang diselimuti awan.

"Selamat, Zhangmen Xianjun."

Kembang-kembang api pecah di langit malam, seolah mengumumkan awal zaman keemasan Puncak SiSheng dan mengakhiri kegelapan malam, menjadi hangat dan baik, tidak akan pernah menoleh ke belakang.

Xue Meng tersenyum. Mata hitamnya sangat dalam, sangat tenang, tetapi tidak terlalu cerah.

Dia bersulang dan minum dengan yang lain.

Dia tidak akan pernah lagi bertindak seperti dulu. Tidak akan lagi melakukan kesalahan konyol dan akan menjadi berbeda dari sebelumnya.

Mei Hanxue menghela napas jauh di kursinya dan menutup mata, "Bocah ini... akhirnya harus menjadi Nangong Liu. "Hati-hati."

Mei Hanxue melirik kakaknya. "Aku tidak mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah dengannya. Maksudku adalah posisinya hari ini."

"Itu bukan sesuatu yang harus kau bicarakan." Kakaknya berkata dingin, "Sejak awal perjamuan, sudah dua puluh enam gadis yang telah datang kepadaku. Buka topengmu, aku sudah muak."

Mei Hanxue seketika mengerutkan wajahnya sambil cemberut.

Setelah jamuan makan berakhir, karena terlalu banyak tamu, sulit bagi orang-orang Puncak SiSheng untuk mengurus mereka. Karena itu, mereka mengatur agar para murid membagi para tamu sesuai kelompok pemimpin, penatua, dan murid.

Semua orang kembali mabuk, masing-masing memiliki pikiran sendiri.

Xue Meng kembali ke kamarnya.

Dia benar-benar tidak mabuk hari ini, sup penangkal anggur Penatua Tanlang lebih efektif dari yang lain.

Dia duduk dan mengusap alis dengan lelah,

ingin melepaskan ornamen-ornamen berat di tubuhnya. Tetapi setelah melihat dirinya sendiri di cermin perunggu sebentar, dia merasa seluruh tubuhnya ditutupi dengan batu giok dan tidak tahu di mana harus melepaskannya. Xuanji mengetuk pintu dan masuk.

"Zunzhu."

Xue Meng tampak putus asa. "Hm?"

"Ini adalah daftar hadiah yang dikirim setiap sekte. Aku lupa mengirimnya padamu." Xuanji menyodorkan setumpuk buku merah emas tebal kepadanya, "Ingatlah untuk membacanya dengan cermat dan pikirkan baik-baik bagaimana membalasnya."

Xue Meng merasa makin lelah. "Mengerti." "Dan, Jiang Zhangmen mengatakan ingin bertemu denganmu sendirian."

"... tidak akan menemuinya."

Dia tidak ragu, dia akan selalu berada di Puncak SiSheng. Penatua Xuanji mengamati ekspresinya lalu menghela napas dan berkata, "Kalau begitu aku akan menolaknya sebentar lagi."

“Ada yang lain?”

Xuanji berkata, "Tidak ada lagi."

Xue Meng sebenarnya berharap dia akan mengatakan bahwa ada hal lain. Yang terbaik adalah dia mengatakan ingin memberitahunya secara langsung bahwa, "ada dua tamu misterius yang datang ingin menemuimu di luar".

Tetapi ternyata tidak.

Xuanji berjalan pergi dan menutup pintu kamar
sang pemimpin sekte.

Di ruangan besar itu, Xue Ziming berdiri sendirian. Dia berdiri sangat lama, dan akhirnya berjalan ke meja, menyalakan lampu, lalu melihat daftar hadiah tebal itu.

💜
Daftar hadiah diatur sesuai dengan urutan pemberi hadiah. Gu Yueye yang kaya raya itu secara alami berada di tempat pertama. Daftar ini dipenuhi dengan harta karun luar biasa seperti "pintu api" atau "batu roh paus". Beberapa malah belum pernah dia dengar sebelumnya.

Namun, Xue Meng tidak berminat untuk membaca daftar harta karun yang mewah ini. Dia dengan cepat membolak-balik buklet dan mencoba menemukan nama Chu Wanning dan Mo Ran di dalamnya banyak kultivator akan mengirim hadiah meskipun mereka tidak datang. Ini adalah hari yang sangat penting dalam kehidupan Xue Meng. Jika Mo Ran tidak mati, jika Chu Wanning masih berada di dunia, mereka akan menerima kabar penobatannya. Istana Salju Kunlun, Paviliun Phoenix Api, Kuil Wubei...

Halaman demi halaman.

Lembar-demi lembar hadiah pribadi dibolak- balik puluhan kali.

Tapi tidak.

Akhirnya, Xue Meng bersandar di kursi kayu mahoni berukir yang empuk, mengangkat tangan dan mengusap alisnya dengan letih.

Tidak. Shizun-nya, dan... sepupunya, seolah benar- benar lenyap total dari dunia setelah pertempuran hebat hari itu.

Di luar ada tawa gembira, penghormatan, dan suara riuh ledakan kembang api. Pemimpin Sekte Puncak SiSheng mengunci diri di kamar, dan bulu matanya perlahan menjadi basah. Dia benar-benar tidak bisa menerima kesalahan Chu Wanning dan Mo Ran yang telah mengelabuinya. Dia tidak bisa bergaul dengan mereka lagi. Tetapi walau bagaimanapun, dia masih merindukan mereka jauh di lubuk hatinya.

Ketika kuil leluhur sedang dibangun, semua orang mengatakan kepadanya bahwa Mo Ran sudah mati, tapi dia keras kepala. Dia mengatakan bahwa jika ingin melihat orang mati, dia ingin melihat mayatnya. Tanpa kepastian, kain merah pada tablet leluhur tidak akan dilepasnya.

Padahal, dia tahu banyak hal yang telah terjadi. Dia mencoba yang terbaik untuk memahami mereka, tetapi masih tidak bisa melupakannya. Ketika memikirkan hal-hal yang mereka sembunyikan darinya, dia merasa sangat kesal sampai hampir tidak bisa bernapas.

Dia juga tahu bahwa karena alasan ini, Chu Wanning dan Mo Ran mungkin tidak akan pernah kembali ke Puncak SiSheng - tidak ada tabu antara Shizun dan murid yang benar-benar dapat diterima.

Tapi, setidaknya mengiriminya surat....

Setidaknya, katakan padanya mereka aman. Xue Meng menarik napas dalam-dalam dan mengangkat tangan untuk menutupi kelopak matanya yang bergetar.

Tiba-tiba, ada desahan samar di luar jendela.

Xue Meng membeku sesaat, lalu tersentak berdiri dan bergegas mendekat, mendorong jendela itu hingga terbuka.

Kembang api yang meledak satu per satu terpantul di wajahnya. Dia melihat ke kiri dan ke kanan, tetapi tidak ada seorang pun di sana. Namun, ada kotak brokat panjang dan sempit tergantung di pohon persik di luar jendela. Xue Meng gemetar saat mengulurkan tangan.

Seluruh tubuhnya tegang dan membuka kotak itu.

Pada saat ini, kembang api meletus di udara, menyebarkan ribuan cahaya bintang di langit malam.

Dalam kecemerlangan yang mengalir dan. berkilau, Xue Meng melihat pedang melengkung tipis yang baru ditempa di dalam kotak. Bilahnya panjang dan kristal di pegangan peraknya yang panjang bersinar cemerlang.....

Itu adalah Longcheng yang telah disempurnakan!

Otak Xue Meng hampir lumpuh menatap kotak brokat di tangannya. Lalu melompat langsung keluar jendela dan terjun ke halaman belakang
sambil berteriak, "Shizun!"

💜
Halaman belakang kosong dan sunyi. Yang menjawab pemimpin sekte hanya siulan angin.

Dia berteriak dengan gila, "SHIZUN! MO RAN!"

"Keluar!"

Angin malam terasa sejuk dan lembap dan dingin di pipinya. Dia berlari membabi buta di antara bunga-bunga, jubah dan lengan tergores oleh ocehan-ocehan pohon.

"Keluar!"

Akhirnya, suaranya mulai merintih.

Di tempat dimana tidak ada yang bisa ditemukan dan tidak ada siapapun, Xue Meng berhenti, dan perlahan-lahan membungkuk, meringkuk di tanah dan berbisik, "Kembali..."

Suara samar daun bertiup terdengar di telinganya. Xue Meng menggigil dan menoleh sekilas ke arah melodi Lalu dia melihat mereka. Tetapi kedua orang itu sudah terlalu jauh dan telah berhenti di atap Menara Tonggak Langit yang menjulang tinggi. Di belakang sudut menara yang megah, dua sosok akrab dari masa lalu bersandar satu sama lain. Lengan jubah sosok yang duduk berkibar, di lututnya ada senjata ilahi Jiu Ge. Sosok lain berpakaian hitam bersandar padanya. Ujung jarinya yang ramping menjepit daun bambu dan memainkan lagu.

"Aku mengunjungi seorang teman lama di bawah cahaya bulan yang cerah, lentera bersinar dan wajahnya menjadi merah. Anak-anak burung phoenix berkokok di awal musim semi, dan sepuluh ribu hektar sungai dan gunung jernih dan datar. Jangan minum anggur Tibet Zongjiao, dan setelah bertahun-tahun aku akan kembali untuk bertemu dengan saudaraku. Mengapa orang harus saling menemani dalam hidup, dan mengirimkan angin timur disertai dengan mabuk cinta dari jauh."

Alunan guqin yang merdu bergema di bawah sinar bulan, melayang ke langit yang luas.

Setelah lagu ucapan selamat berakhir, ada kilatan cahaya keemasan dan naga lilin milik Chu Wanning dipanggil. Keduanya melompat ke punggung naga dan membawa mereka terbang di atas angin.

Kemudian, Xue Meng menemukan dua surat dengan tulisan tangan yang hampir sama di kotak brokat. Satu dari Chu Wanning, yang lain dari Mo Ran.

Surat Mo Ran sangat panjang, menceritakan
berbagai kisah yang terjadi kemudian, menceritakan banyak rahasia sebelumnya, dan juga menjelaskan bahwa mereka tidak ingin muncul dengan gegabah karena masih tidak tahu apa yang dipikirkan orang-orang tentang mereka. Mereka tidak mau terburu-buru muncul dan menyeret Puncak SiSheng ke bawah. Adapun pedang Longcheng yang baru ini, adalah sesuatu yang dia dan Chu Wanning berhasil dapatkan dalam beberapa bulan terakhir dengan bahan yang telah disempurnakan. Mungkin dia dapat menggunakannya.

Surat Chu Wanning jauh lebih pendek, hanya ada beberapa baris kalimat di atasnya.

"Zunzhu, Yuheng merasa bersalah di dalam hatinya, jadi dia tidak punya wajah untuk bertemu Xianjun. Jalan di depan akan panjang dan penuh harapan. Gagang pedang Longcheng ditanami begonia malam, bisa menemani Zunzhu seumur hidup. Di masa depan, jika Zunzhu memerlukan kekuatan tipis dan keseimbangan lemah Yuheng, dia akan melakukan yang terbaik."

Malam itu, Xue Meng menatap kata "Zunzhu" untuk waktu yang sangat lama.

Sampai malam larut, ketika anggur tersebar di mana-mana dan keheningan selesai, dia masih mematung, tidak kembali pada kesadarannya. Dia berpikir bahwa mulai sekarang, dia mungkin tidak akan pernah mendengar Shizun memanggil namanya lagi, dan hanya bisa mendengarnya menyebut zunzhu. Dia merasa bahwa gurunya itu tidak pernah bosan dengan banyak peraturan dunia.

💜
Tapi setidaknya Chu Wanning masih ada di sana, dan Mo Ran juga masih ada. Mungkin mereka akan dipisahkan ribuan mil di masa depan, mungkin mereka bahkan tidak akan bertemu selama beberapa tahun. Namun, mereka masih bisa berbagi sebagian cahaya bulan di dunia ini, masih bisa menikmati pahala di ujung dunia ini. Ini agak menghibur.

Di kaki gunung Puncak SiSheng, Kota Wuchang. Dua lelaki dengan jubah bertudung keluar dari kegelapan malam dan berjalan ke pasar malam yang ramai. Mereka menemukan sebuah kios dengan lentera warna-warni dan duduk.

Salah seorang dari mereka, seorang lelaki jangkung dan langsing, berkata, "Bos, aku ingin sup bening, rebung renyah, tahu, seribu lembar jamur kuping, daging sapi cincang, irisan perut sapi tipis, daging domba tipis, daging goreng renyah, daging ikan kristal, baso udang kembang sepatu..."

Seorang lain berkata datar, "Itu kurang lebih cukup. Kita tidak bisa menghabiskannya."

"Lalu bagaimana dengan ikan mandarin kacang pinus dan dua botol susu kedelai-?" "..." Orang itu mengerutkan bibir, "Jangan memesan lagi."

Dua orang ini tidak lain adalah dua yang baru saja memberi hadiah kepada Xue Meng, Chu Wanning dan Mo Weiyu.

"Kalau begitu, aku akan kembali pada akar manis osmanthus." Setelah berbicara, Mo Ran tersenyum, "Bisakah kau membuatnya?" Pelayan itu sangat bersemangat, "Awalnya tidak, itu adalah hidangan dari wilayah Jianghu. Tapi Aula Meng Po di Puncak SiSheng sering membuatnya, jadi kami di kaki gunung juga mempelajari resepnya sedikit. Oh ya, kami juga memiliki menu pahlawan hebat di sini. Apakah kalian berdua ingin melihatnya?" Chu Wanning mengerutkan kening, 

"...Menu apa?" "Menu pahlawan hebat! Apakah kalian berdua tidak tahu?" Pelayan itu berkata dengan bangga. "Beberapa waktu lalu, ada bencana besar. Dua xianjun yang menangani bencana itu sekarat dan meninggal. Heh, sekarang semua orang di restoran Kota Wuchang bisa memasak hidangan khusus, sesuai dengan selera kedua xianjun itu!"

Sambil berbicara, dia mengeluarkan dua batang bambu dari pinggangnya dan dengan antusias menyerahkan kepada Chu Wanning dan Mo Ran.

"Bagaimana kalau yang ini? Ini adalah menu
Chu Xianjun." Khawatir mereka tidak mengerti, pelayan itu terus menjelaskan dengan bersemangat, "Konon Chu Xianjun suka tidak fokus ketika melakukan sesuatu, jadi kami memiliki tahu hangus, daun goreng, dan sayuran rebus dengan tahu bakar. Oh, ya, ikan gurame mandarin ini juga akan digoreng sedikit gosong."

Chu Wanning: "..."

Untuk menahan tawa, Mo Ran menuang secangkir teh untuk dirinya sendiri dan meminumnya.

Tetapi ketika dia membalik 'Menu Mo-Xianjun', teh di mulutnya hampir muncrat.

"Uhuk, uhuk, uhuk!"

Pelayan itu sedikit panik, "Uh oh, tamu yang terhormat, apa yang terjadi padamu? Apakah kau baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja, aku baik-baik saja. Uhuk uhuk..." Mo Ran menunjuk ke menu bambu dan bertanya, "Apa yang kalian lakukan? Mengapa ada makanan yang disebut begonia di menu Mo Xianjun? Aku belum pernah mendengarnya."

"Konon Mo Xianjun suka yang manis-manis."

Mo Ran: "..."

💜
"Dia juga suka bunga begonia." Pelayan itu seperti cendekiawan mahatahu saat menjelaskan, "Jadi, Nyonya Bos kami menciptakan Sup Manis Begonia ini sendiri. Kandungan gulanya 30% lebih banyak dari rata- rata makanan pencuci mulut lain, rasa manisnya akan tertinggal di lidah sampai lidahmu akan mati rasa!"

"... Apakah itu masih bisa dimakan?"

Pelayan itu tersenyum dan berkata, "Mengapa tidak bisa? Penjualan kami sangat baik. Apakah tidak lebih baik bagi kedua tamu terhormat untuk mencoba menu Mo Xianjun dan Chu Xianjun? Kedua xianjun suka makan, silakan dirasakan agar tidak merasa dibohongi."

Chu Wanning merasa sakit kepala, "Tidak. Aku tidak suka yang dibakar, terima kasih."

Mo Ran tersenyum dan berkata, "Aku tidak suka makanan semanis itu."

"Wah, sayang sekali." Pelayan itu menggaruk kepala dengan tampang menyesal. Dia sepertinya sangat mengagumi hidangan baru di restoran. Mereka bahkan bisa mendengar gumamannya dari jauh, "Itu adalah makanan kesukaan para pahlawan dunia... Mengapa tidak ingin makan? Tidak penasaran untuk mencicipi..."

Chu Wanning: "..."

Mo Ran: "Pfft."

"Apa yang kau tertawakan?" Chu Wanning memelototinya, "Apakah itu lucu?"

"Sama sekali tidak. Aku hanya bahagia. Jika bahagia, aku bisa tertawa bahkan untuk hal-hal kecil."

Dia menoleh untuk melihat keramaian di jalan. Setelah badai reda, dunia tampak kembali

hidup. Para wanita mengambil perhiasan untuk jari kelingking dan membeli kertas merah untuk Malam Tahun Baru. Para lelaki duduk di depan warung, minum dan mengobrol di malam yang cerah, cahaya lentera menyinari wajah santai mereka, suasananya hangat, bahkan minyak di
pipi mereka tidak begitu mengganggu. Sekelompok anak berlarian, menjerit dan tertawa.
Tidak ada yang tahu permainan apa yang mereka mainkan, satu anak mengenakan topeng, kelompok lain berlari seperti kelinci di depan mereka, terus-menerus berteriak, "Jangan sampai dia menangkapmu! Hahaha, jangan sampai dia menangkapmu!

" Mo Ran meletakkan tangan di dagu. Dia selalu terlihat tampan seperti ini, bahkan sedikit imut. Tiba-tiba dia mendesah puas. "Ini bagus."

Dia berbicara sambil mendongak untuk melihat cahaya terang di Puncak SiSheng, kemudian mengulang, "Ini bagus."

Chu Wanning berkata, "...Tidak terlalu bagus. Kau baru saja mendengar, Xue Meng memanggil kita."

"..." Seperti yang diharapkan, Mo Ran terdiam
beberapa saat, tetapi masih tersenyum, "Tapi jika kita benar-benar tinggal, dia akan bermasalah lagi."

"Aku tahu," jawab Chu Wanning.

Beberapa piring sudah terhidang di meja. Mo Ran makan sambil berkata, "Bagaimanapun, Xue Meng masih agak kekanak-kanakan. Sebenarnya ini yang terbaik saat ini. Jika kita kembali ke Puncak SiSheng, masalah akan datang satu per satu. Mungkin dia akan memaafkanku satu atau dua hari. Setelah satu atau dua bulan, coba saja lihat..."

Sambil menggigit kacang, Mo Ran tampak agak mengeluh.

"Dia pasti akan mengusirku."

Chu Wanning menahan senyum dan mengetuk kepalanya dengan sumpit, "Kaulah yang kekanak-kanakan."

💜
"Sungguh. Ketika tiba saatnya dia mengusirku, aku tidak akan bisa bertahan untuk tidak pergi. Perintah pemimpin sekte, aduhh... aku takut setengah mati."

Chu Wanning benar-benar tidak bisa menahan tawa kali ini, "Jangan main-main. Kenapa dia mengusirmu? Jelas kita tidak ingin tinggal, jadi jangan mendorong ini padanya."

"Baiklah." Mo Ran menggaruk kepala dan tersenyum. Lesung pipitnya dalam, "Yang dikatakan Engong Gege (kakak dermawan) semuanya benar."

Chu Wanning berkata, "Ayo makan. Setelah ini kita akan pulang."

Mereka sekarang bersembunyi di kedalaman Gunung Nanping. Keduanya telah tinggal di sana sejak Mo Ran kembali ke tubuhnya. Mereka tidak sengaja bersembunyi dari dunia, hanya merasa bahwa dunia telah setengah jalan, dan kebetulan mereka melewati tempat itu. Karenanya, mereka memutuskan untuk beristirahat di surga itu.
Segalanya tepat.

Setelah mengambil sepotong daging renyah, mata Mo Ran yang hitam melengkung ketika tersenyum, "Sebenarnya aku salah." "Hmm?"

"Aku benar-benar tidak ingin kembali."

"Kau takut dia akan menyalahkanmu?" "Tidak." Mo Ran tersenyum dan menggosok hidungnya. "Aku khawatir dia akan memanggilku shiniang."

Chu Wanning: "..."

Mata Mo Ran sangat lembut, hitam pekat dengan sedikit kilau ungu, tetapi warna ungu itu tampak sangat baik sekarang. Dia menghela napas dan berkata,

"Sulit untuk menumbuhkan satu generasi."

"Makan!"

Mo Ran patuh dan menunduk untuk makan. Dia berperilaku seolah-olah dua telinga anjing berbulu telah muncul di kepalanya dan menurunkannya dengan lembut dan jinak. Namun, Chu Wanning sangat jelas bahwa sebenarnya bukan dia tidak ingin kembali ke Puncak SiSheng. Kenyataannya, baik dia, dirinya, dan Xue Meng, memikirkan tentang bersatu kembali, tetapi waktu membunuh semua orang. Kadang-kadang, tahun-tahun bodoh dan sembrono telah berlalu, tetapi tidak. ada yang bisa memaksakan diri untuk kembali.

Mereka semua mengerti logika ini. Mo Ran hanya takut dia akan menderita, sehingga akan bertanggung jawab penuh dan membuatnya tertawa.

"Ngomong-ngomong, aku tidak pernah bertanya
padamu dengan serius," kata Chu Wanning.

"Pada pertempuran besar hari itu... bagaimana kau tahu bahwa kau akan bisa kembali?" Setelah berpikir sebentar, Mo Ran berkata, ".. Apakah kau akan menyalahkanku jika aku mengatakan yang sebenarnya?"

Chu Wanning menatapnya dengan matanya yang jernih, "Bagaimana menurutmu?"

Mo Ran mengusap belakang lehernya dan tertawa dengan kepala menunduk, "Sebenarnya, setelah Gerbang Dunia Iblis dibuka, aku juga merasakan semacam energi spiritual yang mengalir di tubuhku... Tapi saat itu, aku masih berkehendak sebagai Taxian Jun. Aku merasa pusing dan tidak terlalu memikirkannya."

"Oke."

"Pada saat terakhir, ketika hampir menghilang, tiba-tiba aku teringat sesuatu."

"Aku berjudi saat itu. Mungkin aku sama dengan Song Xingyi, yang adalah Kursi Kecantikan Tulang Kupu-Kupu istimewa," kata Mo Ran. "Menurut buku-buku sejarah, selama tubuh iblis. tidak hancur, jiwa sempurna, itu mudah untuk diperbaharui. Jadi aku pikir, jika aku benar, selama aku bersikeras kembali ke tubuhku, aku seharusnya bisa hidup kembali."

💜
Chu Wanning sedikit mengernyit, "Sebelum ini, aku selalu merasa bahwa roh iblis yang bisa kembali ke tubuhnya adalah legenda." Dia tiba- tiba berhenti, lalu bertanya, "Lalu mengapa di masa lalu Song Qiutong tidak bisa hidup kembali?"

Mo Ran berkata dengan tidak berdaya, "Bahkan jika iblis ingin hidup kembali, keinginan untuk hidup harus sangat, sangat kuat."

"Perasaan itu... bagaimana mengatakannya, seperti diberi tali penyelamat sebelum jatuh dari tebing. Tali itu dilumuri minyak, dan jika tidak hati-hati, aku akan jatuh ke dalam jurang. Aku harus berpegangan pada tali itu erat-erat dan memanjat, tidak sejenak pun melepaskannya sebelum bisa kembali ke tubuhku."

"Wanning, aku sudah berpikir untuk datang kepadamu." Mo Ran mengangkat mata dan menatapnya, "Itu sebabnya aku bisa kembali." Lentera di atas kepalanya bergoyang, Chu Wanning menatap matanya yang hitam pekat, dan merasa dadanya sangat lembut. Dia masih belum terbiasa dengan perasaan lemah ini, jadi dengan cepat memalingkan wajah.

Sebenarnya, masih ada alasan lain yang sangat penting.

"Hmm?"

"Kecantikan Tulang Kupu-Kupu adalah setengah iblis. Metode kelahiran kembali ini tidak akan bekerja pada kami sebelum Gerbang Iblis dibuka." Mo Ran berkata, "Karena telah menyerap energi iblis, kami memperoleh kekuatan jika tidak, kami tetap manusia. Selain itu, jantung dan tubuhku sudah hancur. Setelah mendapatkan energi iblis, aku merasa bahwa kekuatannya jauh lebih kuat dari inti spiritual. Itulah mengapa aku berpikir bahwa mungkin aku dapat menggunakannya untuk membalikkan situasi."

"Jadi ketika kau melepaskanku, kau tidak yakin apakah kau bisa kembali..."

Mo Ran menatap mata pihak lain yang sedikit menyipit dan menyadari bahwa dia telah salah bicara. Dia tidak bisa menahan panik dan terbatuk untuk mengubah topik. "Eh, ikan ini enak."

Chu Wanning tidak akan pernah tertipu dan menatapnya, "Jika kau akhirnya tidak kembali, ketika aku tiba di Gunung Nanping, yang akan kulihat adalah mayat sedingin es." "..." Mendengar nada suaranya, Mo Ran tidak tahan. Dia menundukkan kepala, menggigit bibir, dan terdiam sesaat, lalu mengangkat wajah, "Benar."

"Aku tidak tahan melihatmu mati. Baik aku hidup atau tidak."

Melihat mata Chu Wanning sedikit kemerahan, tampak kesakitan tetapi juga ingin marah, Mo Ran mengulurkan kelima jarinya dan memegang tangannya di atas meja, menggenggamnya. Di bawah cahaya, dia berkata dengan suara agak serak, "Aku tahu bahwa aku mungkin berbohong padamu, tetapi bahkan jika kau membenciku dan menyalahkanku, aku tidak bisa melihatmu mati."

Dia berkata sambil memejamkan mata, bulu matanya bergetar.

"Aku telah melihatnya dalam dua kehidupan."

Tulang belakang Chu Wanning yang tegang berangsur-angsur melonggar, dan buku-buku jarinya yang terkepal secara bertahap melemah. Namun matanya masih merah dan lembap. Uap naik dari panci, dan gelembung-gelembung kecil sup menggelegak di tungku. Dalam dunia penuh kembang api yang didapat dengan susah payah ini, Mo Ran meraih tangan Chu Wanning. menjalin jari-jari mereka.

Dia berkata, "Saat itu aku berpikir, jika aku benar-benar kalah dalam pertaruhan, aku dapat
menunggumu...sepuluh tahun, atau puluhan tahun. Jika kau menjadi peri abadi, aku dapat menunggu ratusan, atau bahkan ribuan tahun."

💜
"Alam kehidupan terlalu indah. Wanning, aku tidak ingin kau mati untukku."

Tiba-tiba gelembung di dalam panci meletus, dan air mendidih terciprat ke pergelangan tangan Chu Wanning. Percikan air panas seperti itu tentu saja tidak sakit, tetapi dia secara refleks menarik tangannya lalu menundukkan kepala.

Setelah menundukkan kepala, dia merasa bahwa dia harus lebih tenang. Karena itu, dia mengumpulkan keberanian untuk mengangkat kepala dan memelototi murid pemberontak yang tidak tahu diri itu.

Mo Ran terhibur melihatnya dan tertawa. "Ada apa? Kadang menatapku, kadang menatap meja."

Chu Wanning ingin mengatakan sesuatu, tetapi pada saat ini, jam malam Menara Tonggak Langit berdentang, suaranya melayang turun dari puncak gunung dan bergema di seluruh pasar malam yang ramai.

"Sampah."

Setelah beberapa waktu, ekspresi Chu Wanning sedikit berubah.

Sudah saatnya pergantian waktu...

Dia menatap lelaki yang duduk di depannya. Melihat bahwa lelaki yang sebelumnya tersenyum tiba-tiba menutup mata, dan dia menjadi cemas-

Sejak Mo Ran hidup kembali, dia hanya akan muncul setiap tiga hari. Lalu kesadaran Taxian Jun akan mengambil alih tubuhnya dan tidak akan hilang sampai tengah malam hari berikutnya.

Hal ini terjadi mungkin karena jiwa Taxian Jun telah terpisah dari dua jiwa lain dan tujuh roh untuk waktu yang lama, sehingga sulit untuk menggabungkan kesadaran dengan jiwa. Karena itu, meskipun jiwa sudah menyatu, masih bisa mengubah kepribadiannya.

Benar saja, sesaat kemudian, ketika Mo Ran membuka mata lagi, sorot mata itu sudah berubah.

Kaisar Taxian Jun perlahan mengangkat wajahnya yang tampan. Jelas dia adalah orang yang sama, tubuh yang sama, tetapi sikapnya akan sedikit kurang benar, ada tambahan beberapa kekajaman yang berbahaya dan misterius.

Taxian Jun membuka dan menutup mulutnya, tertawa sombong, "Heh.... setelah tidak melihatku tiga hari, apakah Wanning merindukan Yang Mulia ini?"

Dia merunkan kepala dan melihat piring di depannya, serta isi panci hotpot yang baru dimakan setengahnya. Akhirnya, tatapan sang mantan kaisar jatuh pada kursi kayu bobrok di pinggir jalan dan meja makan yang jelas sangat berminyak.

Benda-benda yang umum untuk Mo Zongshi.

Untuk dia...

"Pelayan! Cepat ke sini!"

"Mo Ran, duduklah!"

Adegan tiba-tiba itu membuat para pengunjung di sekitar mereka gelisah. Mereka semua menoleh, dan seseorang berseru, "Ah! Apakah itu Chu Zongshi?"

"Eh? Sepertinya Mo Xianjun juga ada di sana. Bukankah dia sudah meninggal? Siapa yang bisa menggosok mataku? Aku tidak buta, kan?" "Kau tidak buta, aku juga melihatnya."

Seorang gadis kecil berteriak, "Ah! Itu benar- benar Mo Xianjun!"

Keributan itu menarik perhatian orang-orang yang lewat, dan semakin banyak mata menatap mereka. Beberapa dari mereka bahkan benar- benar mengenali mereka. Wajah Chu Wanning sudah hitam, dan sang kaisar masih berteriak, "Meja ini sangat kotor, bagaimana kami bisa makan? Apakah kau tidak salah!" Sementara itu, tidak ada lagi orang yang bergegas, Taxian Jun memanggil pedangnya dan terbang melarikan diri dengan panik.

💜
Hanya setelah tinggi di langit, Chu Wanning akhirnya bisa menghela napas lega.

Bulan penuh dan cerah, dia selamat dari bencana.

Semuanya baik-baik saja jika bukan karena Taxian Jun masih menggerutu marah dengan suara keras di belakangnya, dia bertanya dengan kecewa dan tidak puas, "Apa baiknya Mo Xianjun?"

"Sekelompok rakyat jelata yang merepotkan! Mengapa mereka hanya ingat Mo Xianjun?"

"Yang memperbaiki Tabir Xuanwu adalah Yang Mulia ini!"

"Yang Mulia ini juga menyelamatkan hidup mereka!"

"Yang Mulia ini menghentikan banjir!"

Chu Wanning melirik lelaki yang mengertakkan gigi dengan geram. Tiba-tiba dia merasa orang itu benar-benar picik, sampai-sampai cemburu pada dirinya sendiri.

"Apa yang kau lihat?" Tiba-tiba melihat Chu Wanning menatapnya sambil tersenyum, dia tertegun sejenak. Lalu menyipitkan mata kesal dan pura-pura tidak peduli, "Bahkan kau? Kau juga milikku!"

Sebuah tamparan di wajah membuat Chu Wanning lengah dan dia berteriak marah, "Jangan bergerak!" Benar saja, pedang di bawah kakinya sedikit oleng, tetapi dengan cepat distabilkan oleh energi iblis Taxian Jun hanya dengan lambaian jari.

Taxian Jun membungkusnya dengan jubah emas hitamnya dan mendengus dengan sedih, "Apa yang kau takutkan? Jika kau memiliki Yang Mulia ini, bagaimana kau masih bisa jatuh sampai mati?"

Sambil berbicara, dia mengaktifkan teknik
pedang terbang. Di bawah sinar bulan, bayangan pedang itu seperti angin puyuh hitam, terbang menuju Gunung Nanping...

Jauh di malam hari, mereka seperti pasangan
kultivator biasa.

Mereka pulang ke rumah.

Belakangan, orang-orang kadang-kadang akan melihat sosok Mo Zongshi dan Chu Zongshi di dunia kultivasi, di sungai dan danau, tetapi mereka datang dan pergi tanpa jejak, seperti pandangan sekilas.

Kemudian, ada desas-desus lain yang menyebar di dunia kultivasi. Dikatakan bahwa ada seorang dokter buta yang melakukan perjalanan melalui bagian utara Gurun Jiangnan. Dia selalu memakai topi bambu dan kerudung. Tidak ada yang pernah melihat penampilan dia yang sebenarnya. Satu-satunya yang diketahui adalah bahwa orang buta itu memiliki keterampilan medis yang luar biasa. Dia telah berjalan jauh ke ujung bumi, ke pegunungan dan perairan yang miskin, menyembuhkan banyak orang tanpa mengambil satu sen pun dari mereka. Kisah paling terkenal tentang dokter itu adalah:

Pernah ada sekelompok remaja di Kota Wuchang yang diculik oleh para kultivator ketika mereka masih kecil. Mereka disiram air panas dan daging mereka ditempeli bulu dan dijadikan beruang berbentuk manusia. Itu masih sulit disembuhkan. Dokter itu datang ke tempat ini dan mendengar tentang hal itu. Dia menggunakan kulit di pergelangan tangannya sebagai obat dan memotong dagingnya untuk memulihkan kesehatan para remaja tersebut. Orang-orang di kota sangat berterima kasih dan menanyakan namanya.

💜
Dokter itu mengatakan bahwa dia hanya orang berdosa.

Setelah bertahun-tahun, pertempuran besar tahun itu telah menjadi berita lama di buku- buku yang sudah menguning. Anak-anak di masa lalu semuanya telah tumbuh. Orang-orang muda di masa lalu kebanyakan sudah berkeluarga, dan para pahlawan di masa lalu telah berambut putih.

Satu musim dingin lagi akan segera menjadi musim semi.

Di Puncak SiSheng, Pemimpin Sekte Xue Ziming
mengangkat seorang anak sebagai murid langsungnya dan memperlakukannya sebagai anak sendiri. Anak kecil ini secara alami akrab dengan dirinya, dan benar-benar tidak takut di hadapan Xue Zunzhu yang terkenal. Dia terus mengganggu Xue Meng dengan pertanyaan sepanjang hari. Suatu hari, lelaki kecil itu berlari padanya dan bertanya dengan rasa ingin tahu, "Shizun, aku mendengar banyak tentang masa lalu Shizu (=leluhur) dan Paman. Mereka... apakah masih berhubungan dengan Shizun?"

Pada saat itu, Xue Ziming yang bijak sedang berdiri di dekat jendela dan memandang bunga persik yang sedang mekar di luar. Dia menjawab tenang, "Sesekali."

Si kecil sangat bersemangat. "Lalu mengapa kau tidak mengundang mereka kembali?"

"Kamar Paviliun Teratai Merah dan kamar Paman sama-sama kosong. Tidak ada orang lain yang pernah menempatinya." Murid muda itu menarik tangan Xue Ziming yang lebar. "Shizun yang terhormat, panggil mereka kembali. Aku sudah mendengar kisah mereka beberapa kali. Menurutku, Shizu dan Paman adalah pahlawan hebat yang langka di dunia..."

Xue Meng mengalihkan mata cokelatnya yang cerah dan menatap lelaki kecil di bawah sinar matahari musim semi sambil tersenyum kecil. "Apakah kau juga ingin menjadi pahlawan di masa depan?"

"Tentu saja!" Murid kecil itu menggembungkan pipi, tampak penuh ambisi. "Bagaimana bisa ada murid yang tidak berguna di bawah Shizun? Aku ingin melakukan sesuatu yang besar!"

"Masa depan yang menjanjikan tidak selalu
berarti kau harus melakukan hal-hal besar." Xue Meng berkata, "Jika kau bisa menjalani kehidupan yang layak, tidak menggertak yang lemah, pantang menyerah pada yang kuat, tidak sombong ketika jaya, dan tidak berkecil hati dalam kesulitan... Juga, hati-hati menilai seseorang atau suatu masalah, dan berbelas kasih. Ketika kau mencapai usia delapan belas tahun, kau akan dikatakan memiliki hati nurani murni yang bersih, itulah pahlawan hebat yang berdiri di puncak dunia."

"Apa yang salah?"

Bagaimanapun, si kecil masih muda. Ketika Xue Meng berbalik, dia melihat lelaki kecil itu sudah menguap.

Melihat Shizun menatapnya, dia memaksa
dirinya untuk berhenti menguap. Sudut matanya basah oleh air mata, tetapi dia masih berusaha memperbaiki punggung seolah-olah berpikir dalam dan menganggukkan kepala.

Dia tampak seperti dirinya ketika masih burung phoenix muda.

💜
Xue Meng menahan tawa dan pura-pura bertanya serius, "Apakah kau ingat?"

Anak itu sibuk menjawab, "Ingat."

Xue Meng bertanya lagi, "Apakah kau mengerti?"

"Mendengar... " Suara bocah itu makin lirih. "Aku tidak mengerti..."

Setelah beberapa saat, dia merasa teraniaya, "Shizun, kau bicara terlalu banyak..."

Xue Meng tidak menyalahkannya. Setelah berpikir sebentar, dia mengangkat tangan dan menepuk kepala anak itu. "Lupakan saja. Memang terlalu berlebihan."

"Heh heh."

"Jika kau ingin menjadi pahlawan, maka ingatlah satu hal."

Murid kecil itu buru-buru menegakkan punggung dan menyimak dengan penuh perhatian. Dia mungkin berpikir bahwa Xue Meng ingin memberitahunya beberapa teknik atau trik yang sangat kuat. Dan matanya yang hitam membulat.

Cahaya matahari menyinari wajah Xue Meng, dan bayang-bayang bunga mengalir. Xue Meng tersenyum.

"Jangan membuat tebakan liar pada orang lain. Itu adalah martabat tertinggi yang bisa diberikan seseorang pada dirinya sendiri."

Kemudian dia membungkuk dan menggendong lelaki kecil yang bingung itu, membawanya ke luar rumah dan berjalan ke ujung taman. Dari sini, puncak tebing 'Ahhhhh' menjulang tinggi, dan Paviliun Teratai Merah tersembunyi di awan. Melalui awan yang mengambang di bawah, dapat dilihat kota-kota yang ramai di kejauhan dan sungai-sungai yang mengalir di kaki gunung.

Dengan angin yang bertiup, rasa kantuk murid muda itu benar-benar lenyap, dan dia berhenti menguap.

Bagaimanapun, dia masih anak-anak. Sekuntum bunga dan seekor burung dapat dengan mudah memenangkan hatinya.

Xue Meng berdiri di sebelahnya dekat pagar
kayu berukir. Mereka menatap pemandangan itu sejenak lalu bertanya padanya, "Apa yang kau lihat?"

Si kecil tidak mengerti. "Gunung... rumah... air... dan kabut..."

Xue Meng tersenyum mendengarnya. Emosinya sekarang jauh lebih tenang, membuatnya mudah marah tampaknya menjadi jalan yang jauh.

Dia dan muridnya berdiri di belakang pagar dan melihat dunia yang sama. Anak itu melihat rumah, yang dia lihat adalah naik turunnya Kota Wuchang di kaki gunung. Dari kota yang dulunya kumuh ke kota yang sekarang ramai, terlihat jauh lebih hidup dari sebelumnya.

Anak itu melihat udara, yang dia lihat adalah
sungai yang terus mengalir. Kadang-kadang, dia bahkan merasa ada seorang biksu tua sedang berdiri di tepi sungai memegang Lentera Pemanggil Jiwa di tangannya. Dan dengan serius berkata, "Xue Shizhu, pergilah ke Alam Kematian..."

Anak itu melihat kabut, yang dilihatnya adalah jiwa-jiwa yang terpisah dari kehidupan oleh kematian, tersebar dan melayang-layang sepanjang waktu di Puncak SiSheng.

Ayah dan ibunya juga ada di antara mereka. Kemudian, dia akan selalu bisa melihat mereka, di Arena Berlatih Pedang, di kebun belakang, di Aula Meng Po, di Jembatan Naihe, bahkan ketika menutup mata, dia bisa melihat mereka. Mungkin, selain tiga jiwa dan tujuh roh, ada jenis jiwa lain, yang hanya terlahir di hati orang- orang yang mencintai dan dicintai - ketika kau merindukan mereka, mereka akan datang ke sisimu.

💜
Xue Meng memegang murid kecilnya, menatap Aula Langit Beku di gunung yang jauh. Banyak keluarga dan teman-temannya pernah singgah di sana.

Membicarakan tentang itu, tahun lalu, Penatua Tanlang telah bertambah tua dan meninggal dalam badai salju di awal musim semi. Penatua Xuanji juga telah pergi dalam dua tahun pertama. Semua orang mengatakan dia telah melakukan terlalu banyak perbuatan baik. Jika Yan Luo memanggilnya lebih awal, maka dia mungkin bisa memotong-motong mayatnya dan menjadi peri abadi. Xue Meng menyaksikan kematian para penatua satu demi satu, dari awal histeria hingga kedamaian kemudian - atau mungkin ketidakberdayaan kemudian.

Ketika Xue Meng dapat dengan santai mengatur pemakaman Penatua Xuanji, dia juga akan merindukan masa lalunya. Tetapi itu hanya nostalgia, dia tidak akan lagi tenggelam dalam masa lalu dan tidak akan pernah bisa melepaskan diri.

Dia adalah pemimpin sebuah sekte dan juga seorang murid Yuheng. Dia harus terus menatap masa depan.

"Shizun?" Sebuah tangan kecil lembut gemetar di depannya, membawa kembali kesadaran Xue Meng. "Apa yang dipikirkan Shizun?"

Xue Meng tersenyum, "Hanya memikirkan beberapa peristiwa masa lalu."

Ketika mendengar masa lalu, si kecil menjadi sedikit bersemangat dan mencoba untuk melanjutkan topik sebelumnya, "Shizu dan Paman..."

"Sebenarnya mereka akan kembali setiap Malam Tahun Baru. Tahun ini, kau akan bisa melihat mereka."

Lelaki kecil itu memanyunkan bibir, sedikit tidak puas. "Tapi mengapa hanya Malam Tahun Baru? Mengapa mereka tidak tinggal? Aku mendengar bahwa Paman sangat tangguh, ketika dia menjatuhkan pedang -"

Xue Meng mengangkat tangan dan menunjuk
kepala kecilnya. "Kepalamu akan hilang." Murid kecil itu menjulurkan lidah, namun dia tidak takut.

Xue Meng tampak sangat serius. "Sungguh. Pamanmu agak... bagaimana mengatakannya... terpecah."

"Eh? Terpecah?"

Xue Meng mengangguk. "Aku akan membawamu untuk menemuinya di Malam Tahun Baru ini. Tapi kau hanya dapat tinggal sampai waktunya tepat. Kau harus pergi sebelum waktu itu."

"Mengapa?" Anak itu mendengar dengan

gembira sekaligus tegang. Matanya melebar karena penasaran.

Xue Meng berkata, "... Kecuali jika kau ingin
menemui Yang Mulia."

"Ah..." Ini lebih membingungkan, murid kecil
yang baru saja diperkenalkan itu mengedipkan mata. Dia ingin bertanya lagi. Xue Meng sepertinya memikirkan sesuatu yang tak tertahankan. Dia hanya menundukkan kepala dan memijat alisnya seolah merasakan sakit kepala yang mengerikan. Sejak awal kultivasi, anak itu belum pernah melihat shizun-nya kesusahan. Si kecil mau tidak mau semakin tertarik pada paman legendaris yang 'terpecah' dan langsung mengejar Xue Meng.

"Shizun, Shizun, Paman, adalah-"

"Jangan bertanya."

"Ciz, dia..."

"Jangan bertanya."

"Shizu dan Paman..."

"Kembalilah dan salin buku!"

"Aduh, Shizun, kau sangat galak ..."

💜
Di langit Shuzhong yang cerah, sinar matahari murni jatuh pada shizun dan murid melalui celah dahan-dahan. Angin berembus melewati pakaian Xue Meng, membelai pipi murid muda, melewati Puncak SiSheng yang megah, di atas rumput hijau di depan makam pahlawan.

Angin berembus melintasi sungai dan pegunungan sekaligus, menyapu orang buta yang membantu dunia sambil membawa obat di dalam pot, menyanyikan lagu bagi saudara- saudara yang menikmati bunga prem di dataran bersalju, gadis-gadis yang sedang minum di kaki Jiaoshan, dan kerabat yang ada di pengasingan di Gunung Nanping. Di manapun angin itu lewat, sungai dan gunung masih ada di sana.

Ketika manusia bertemu satu sama lain, nasibnya buruk

orang yang tak terhitung jumlahnya terjalin. Meskipun tidak bisa berhenti di sebuah perjamuan makan malam yang membuat bahagia, impianmu tidak pernah terwujud, tetapi akan selalu ada pecahan yang ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintai, kerabat, teman atau kekasih. Baik hidup atau mati, apakah orang-orang itu telah pergi atau tidak, potongan-potongan itu akan selalu mengikuti seperti bayangan.

Angin sepoi-sepoi meniup pohon-pohon begonia yang mekar dengan cemerlang di depan Menara Tonggak Langit, tidak berbeda dari kemarin. Malam yang panjang telah berlalu, ada banyak tempat di dunia memiliki takdirnya sendiri, dan sekarang semuanya damai.

Xue Meng mendongak dan menatap atap menara yang mengambang megah, pagoda itu khidmat.

Dia sepertinya teringat sesuatu, tersenyum dan meraih tangan muridnya dan pergi ke Aula Danxin sekte terbesar di dunia.

Pada saat ini, sepertinya dia mendengar melodi dari guru dan murid yang mengalun dari Menara Tonggak Langit ketika dia naik takhta bertahun-tahun yang lalu. Melodi melewati sungai yang panjang selama bertahun-tahun, dan sekarang bertiup seperti salju di belakang Xue Zhangmen.

"Aku mengunjungi seorang teman lama di bawah cahaya bulan yang cerah, lentera bersinar dan wajahnya menjadi merah. Anak-anak burung phoenix berkokok di awal musim semi, dan sepuluh ribu hektar sungai dan gunung jernih dan datar. Jangan minum anggur Tibet Zongjiao, dan setelah bertahun-tahun aku akan kembali untuk bertemu dengan saudaraku.

Mengapa orang harus saling menemani dalam hidup, dan mengirimkan angin timur disertai dengan mabuk cinta dari jauh."

-Akhir Naskah- Ending!!!!!!!!!!!!!!!

.

.

.

.

######💜💜💜💜💜

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 101K 51
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...
1.1M 103K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
250K 652 9
konten dewasa 🔞🔞🔞
158K 10K 18
Ini dia jadinya kalo gadis bar-bar seperti Joana transmigrasi ke dalam sebuah novel romansa dan menjadi anak perempuan dari protagonis yang digambark...